STARLIGHT

.

Disclaimer: Naruto © Kishimoto Masashi

Warning: OOC/typo/AU/multi chappie

Rate: T

Dedicated for Uchizuki RirinIin
(Pesanan Iin telah datang. Hutang telah terbayar)


Langit malam yang sepi tidak menjulang langsung tanpa batas. Tiada tara tanpa dirimu, kamu yang selalu menghilang di hadapanku membuat aku kesepian.

Hanya langit malam yang menemaniku bersama cahaya bintang temaram.

.o.O.o.

PART ONE

Malam pertama yang memabukkan(?). Kenapa harus memabukkan? Itu karena Sakura tengah berduaan dengan Sasuke setengah mabuk. Ini membuat ruangan penuh keceriaan dan terkesan mewah panas. Panas yang terus membara akibat dua orang lagi setengah mabuk atau bisa dibilang terlalu mabuk.

Bagaimana tidak jika Sasuke adu minum dengan Naruto merayakan pernikahan Sasuke dan Sakura. Tentu hal ini membuat Sakura terengah-engah bersama Sasuke sambil berdansa. Akhirnya Sasuke menidurkan Sakura di tempat tidur dan berada di atas Sakura.

Dan rintangan muncul dalam beberapa jam. Well, malam pertama yang aduhai itu harus di tunda akibat orangtua Sasuke muncul tiba-tiba karena ada tamu paling berharga telah datang dari luar negeri. Padahal mereka sudah sampai ke titik puncaknya dan ingin merasakan lagi, tapi diganggu kedua orangtua Sasuke. Akhirnya, mau tidak mau Sasuke harus minta izin pada istrinya untuk menemui tamu spesial itu. Sakura hanya mengangguk miris.

Sasuke memakai kembali jas pengantinya dan menemui tamu spesial keluarga Uchiha. Sasuke keluar bersama ayahnya, tapi tidak dengan ibu Sasuke. Dihampirinya Sakura yang cemberut dan kesal. Uchiha Mikoto yang manis dan cantik membelai rambut merah muda Sakura, penuh kasih sayang.

"Tenang saja. Sasuke akan kembali bersamamu. Jangan marah pada kami, ya, Sakura...," ujar Mikoto sambil duduk di tepi tempat tidur. Wajahnya yang tersenyum menenangkan Sakura sehingga Sakura memeluk ibu mertuanya.

"Terima kasih, ibu. Ibu selalu menenangkanku setiap saat. Ibu adalah sosok ibu kedua di rumah ini setelah ibuku. Terima kasih sekali lagi, ibu," Sakura memeluk Mikoto erat tanpa kain sehelai satu pun.

Mikoto tersenyum. Bibirnya mengembang lagi saat melihat Sakura sudah tertidur lelap. Ditidurkan Sakura dengan tenang tanpa ada suara berisik. Dicium kening Sakura yang lebar, dan telah keluar dari pintu. Ditutupnya pintu tersebut sambil mengucapkan good night.

Malam menjelang terus tanpa ada satu pun yang tidur termasuk Sasuke. Sasuke menguap berkali-kali tanpa mendapatkan tanggapan negatif dari tamu keluarganya itu. Laki-laki berperawakkan tua itu menatap tajam anak keduanya. Tentu saja Uchiha Itachi menahan tertawa melihat adiknya satu-satunya menguap terus.

"Bisakah kamu tidak menguap terus di hadapan tamu ayah?" gumam Uchiha Fugaku berbisik di telinga Sasuke.

"Habisnya ayah tidak membiarkanku tidur dengan Sakura," jawab Sasuke kesal. "Aku tidak peduli apa pandangan orang terhadapku. Aku ingin kembali ke kamarku di mana Sakura ada."

Fugaku menghela napas kesal. Sasuke memang dingin dan tidak peduli. Itu salah satu jenis sifat anehnya yang selalu dia perlihatkan setiap Sasuke bosan. Sasuke memang dingin, namun dinginnya hanya ditunjukkan pada orang yang tidak tahu siapa dirinya. Jadi, Sakura mengetahui semua sifat asli Sasuke sampai ke permukaan sifat Sasuke yang rahasia.

Yah, namanya juga takdir. Pasti tahu semua kelebihan dan kekurangan masing-masing setiap pasangan ini. Pasangan yang termasuk pasangan kompeten dalam menghadapi semua masalah.

Sudah tengah malam dan siap menjelang pagi, tamu-tamu undangan pesta pulang dan ada sebagian menginap karena rumahnya terlalu jauh. Rumah Sasuke yang besar dan penuh dayang-dayang dan masih banyak lagi.

Sasuke menguap. Sekarang Sasuke lupa kalau dia punya istri yang tidur di ruangan utama milik mereka berdua yang baru. Jadi, Sasuke tidur di kamar Itachi yang bersebelahan di kamar penganti baru. Itachi yang masuk ke dalam kamarnya terkejut melihat Sasuke tidur lelap. Itachi melemaskan bahunya dan menggeleng. Akhirnya Itachi tidur di samping Sasuke sekalian akhir di mana dulu mereka sering tidur.

"Dasar anak satu ini. Suka merepotkan orang kalau berhubungan dengan tamu-tamu undangan. Dan juga tidak sadar kalau dia sudah beristri. Anggap saja ini hadiah darimu untukku," Itachi masuk ke dalam selimut, tidur di dekat Sasuke. Saat menutup mata, Sasuke memeluk sambil bergumam nama "Sakura".

Jadi, Itachi hanya bisa pasrah saja melihat tingkah adiknya yang serba aneh dan super rahasia. Itachi menganggap ini momen paling indah sekalian sebuah hadiah yang luar biasa.

.o.O.o.

Beberapa minggu kemudian, Sakura merasakan morning sick. Sakura masuk keluar kamar mandi setiap mendapatkan perasaan tidak enak di dalam perutnya. Saat mau makan pagi dan makan siang selalu seperti itu.

Mikoto merasa curiga pada tingkah Sakura, masuk ke kamar mandi di mana Sakura batuk berdahak. Mikoto menepuk punggung Sakura, "Apa lebih baik kamu ikut ibu ke Rumah Sakit? Ibu merasa kamu mendapatkan hal luar biasa, Sakura."

"Hal luar biasa?" tanya Sakura sudah membersihkan semua air liur di sudut bibirnya, melirik Mikoto. "Maksud ibu apa?"

"Kamu hamil, sayang!" Mikoto memeluk menantunya. Sakura kebingungan dan akhirnya mengerti kalau dia lagi hamil. Mikoto lepaskan pelukannya, "Tapi, Sasuke tidak mendengar kabar baik ini karena harus berada di perjalanan dinas."

"Tidak apa-apa, Bu," jawab Sakura tersenyum. Dipegang perut rata itu dan mengusapnya. Sebentar lagi aku dan Sasuke akan jadi orangtua.

.o.O.o.

Di perjalanan dinas Sasuke yang terus menanti, tidak mengetahui kalau Sakura hamil. Setiap ada telepon dari Mikoto, Sasuke selalu mengatakan kata "sibuk" atau "lagi rapat". Tentu saja, Sakura sangat kesal dibuatnya apa lagi kehamilan sudah memasuki bulan kedelapan. (Wow! Cepat sekali)

Sakura yang terus menunggu Sasuke pulang dari perjalanan dinas, juga menjadi harapan pupus karena orangtua Sakura telah bercerai karena salah paham yang berlebihan. Sakura kaget dan terkejut, ternyata hal membuat orangtua mereka bercerai adalah ayah mereka kawin dengan seorang wanita beranak satu.

Sakura menangis tersedu-sedu karena ibunya telah menghilang ditelan bumi. Jadi, Sakura harus tinggal bersama dengan ibu tiri dan kakak tiri bernama Karin, sekarang sudah menjadi Haruno Karin.

Sakura datang ke rumah keluarga Haruno dengan keadaan perut membuncit, menyapa keluarga barunya. Di sana Sakura melihat Karin tengah membaca buku, Karin pun membalas tatapan Sakura yang terkesan tidak senang.

"Apa kabar, Sakura!" Karin bangkit menghampiri Sakura, tersenyum. "Senang bisa berkenalan denganmu. Namaku Karin, saudara sekaligus anggota keluargamu yang baru."

Sakura mengangguk.

Karin mengulurkan tangan meminta salaman, "Aku ingin sekali punya adik. Adik yang baik sepertimu."

"Aku juga senang punya kakak perempuan walaupun aku punya kakak kandung laki-laki yang berada di Amerika," Sakura membalas uluran itu, tersenyum hampa.

"Kenapa senyumanmu seperti itu? Apa kamu tidak mau punya kakak sepertiku?" tanya Karin, manyun. Menekan-nekan kedua jari telunjuknya secara bersamaan.

"Ti-tidak. Aku tidak bermaksud begitu. Kedatanganku kemari mau bertemu dengan ayahku. Aku mau tanya soal keberadaan ibuku," jawab Sakura berusaha mengendalikan suasana yang ceria.

"Tidak apa-apa," Karin tertawa. Menggamit kedua tangan Sakura dengan perasaan senang. "Ayah ada di ruang perpustakaan. Kamu bisa menemui dia di sana. Aku harus pergi karena aku punya urusan. Tidak apa-apa aku tinggalkan kamu sendirian sama ayah?"

"Iya, terima kasih." Sakura tersenyum kecil. Dilihat Karin balas tersenyum. Karin pergi sambil melambaikan tangan, Sakura membalasnya. Sakura menghela napas. Ditatap ruangan di mana ayahnya ada di ruangan itu.

Sakura mengetuk pintu. Mendengar kata "masuk" dari mulut pemilik rumah, Sakura membuka pintu perlahan dengan menekan kenop pintu. Ayahnya, Haruno Kazushi sedang meneliti dokumen-dokumen penting di meja belajar. Sakura juga melihat sepupunya Naruto berbicara dengan Kiba.

"Ah, Sakura!" seru Naruto melihat sepupunya datang. "Sudah lama sekali kamu tidak muncul-muncul. Apa kabar dan bagaimana keadaan anak kalian di dalam kandunganmu itu?"

"Baik-baik saja," ucap Sakura tersenyum, lega dengan memandang keceriaan Naruto.

Kiba merangkul pundak Naruto, menatap Sakura. "Apa Sasuke pulang ke rumah akhir-akhir ini, Sakura?"

Sakura menggeleng.

"Dasar anak itu. Istri lagi hamil, dia malah mementingkan pekerjaannya!" Kiba kesal dengan tingkah Sasuke yang terus keluar kota demi melancarkan perusahaan keluarga Uchiha. "Padahal ada Itachi."

Kazushi merapikan dokumen-dokumen tersebut, menyapa Sakura yang telah datang. Tentu saja Kazushi merindukannya selama ini karena Sakura tidak pernah menjenguknya. "Senang bisa melihatmu lagi, anakku."

Sakura berlari memeluk ayahnya, "Aku juga senang bisa melihatmu ayah. Sejak ayah berusaha menceraikan ibu."

"Cerai?" tanya Kazushi bingung. "Siapa bilang aku bercerai dengan ibumu?"

Sakura terkejut, lalu melepaskan pelukan Kazushi, "Eh? Apa maksud ayah? Kukira ayah dan ibu bercerai?"

"Siapa yang mengatakan itu?" tanya lagi Kazushi sambil mengeryit bingung. "Apa keluarga Uchiha mengatakannya?"

Sakura merunduk dan mengangguk sekali.

"Astaga, Sakura...," Kazushi tertawa pelan, ditekan kedua bahu Sakura. "Ayah tidak pernah sekalipun bercerai dengan ibumu. Tidak akan pernah. Never! Ayah dan ibumu sengaja berpisah untuk sementara waktu dikarenakan ibumu harus menjenguk kakakmu di Amerika sana."

"Lalu, apa maksud ayah menikahi seorang janda beranak satu?"

"Oh, itu... Ayah dan ibu dimintai tolong oleh keluarga jauh untuk mengasuh dan merawat Karin seperti anak keluarga Haruno sendiri. Ayahnya sudah meninggal dan ibunya kawin lagi bersama pria lain. Jadi, Karin melarikan diri dan tidak mau tinggal bersama ayah tiri yang tukang mabuk. Makanya ayah dan ibumu menyuruh Karin tinggal di sini sekalian kamu punya saudara perempuan yang menemanimu setiap saat," jelas Kazushi.

Sakura lega, kembali dipeluk Kazushi... mengeluarkan perasaan senangnya. "Kukira ayah akan menikah lagi. Aku sungguh ragu-ragu dan terkejut saat mendengar itu."

"Jadi, sekarang sudah tidak apa-apa, 'kan?" Kazushi membelai rambut merah muda Sakura, penuh sayang.

"Iya, dan sekarang aku lega. Terima kasih."

"Sama-sama, Sakura." Kazushi mengetatkan pelukan Sakura. Naruto dan Kiba melihat keakraban sepupunya sangat kagum. Dan inilah puncak di mana Sakura sudah mulai kesakitan karena perut buncitnya.

"Aakkh... Sakiiitt...," desis Sakura lemah. Dipegang perut yang sudah mencapai bulan kedelapan hampir memasuki bulan sembilan. Sakura menjerit kesakitan, "Ayah... aku tidak tahan lagi. Aku merasa aku ingin melahirkan."

"Eeeeh? Apa?!" Kazushi, Kiba dan Naruto melihat Sakura meringis kesakitan sambil memegang perutnya. Bisa dilihat air ketuban pecah. "Air ketubanmu pecah, Sakura!"

Sakura takut kalau bayinya akan keguguran. Di saat Sasuke tidak ada, Sakura kewalahan menghadapi ini sendirian. Untung saja ada Mikoto dan Fugaku yang menemaninya sekaligus ketiga sahabatnya. Sakura mengetatkan tarikan baju milik Kazushi, meminta pertolongan yaitu membawanya ke Rumah Sakit. Entah kenapa, dua orang lamban ini terus terkejut tanpa melakukan apa-apa.

"Kita harus bagaimana? Sakura terlihat kesakitan," Naruto mondar mandir tiada henti.

"Aku tidak tahu... Aku juga bingung...," Kiba juga sama frustasinya.

Kazushi kesal dengan tingkah kedua keponakannya, diliriknya kedua orang itu, mengulurkan kedua tangan memegang pundak mereka, berbisik dalam diam. "Bisakah kalian menghentikan itu? Seharusnya kalian membawa Sakura ke Rumah Sakit bukan jalan mondar mandir seperti ini."

Mereka berbalik badan sambil terkekeh geli, "Maaf, Paman. Habisnya kami gugup dan terkejut melihat Sakura berteriak kesakitan begitu."

"Makanya kalian harus tanggap dalam menghadapinya. Nanti suatu saat kalian berdua akan menjadi seorang ayah, bukan? Jadi, ini adalah sebuah pembelajaran di kala kalian akan merasakannya," nasehat Kazushi tanpa menghiraukan Sakura sudah meminta pertolongan tapi tidak kunjung datang.

"Jadi... Kita harus melakukan apa tadi?" tanya lagi Kiba dalam keadaan kebingungan.

"Entahlah. Kita tadi memikirkan apa?" Naruto memiringkan kepalanya terus mencari apa yang seharusnya mereka lakukan.

Sakura geram pada ketiga orang paling disayanginya. Tubuhnya gemetar, air tuban membanjiri setiap lekuk kakinya, napasnya terengah-engah, dan keringat membanjiri tubuhnya. Sakura bangkit berdiri dengan keadaan lemah, berusaha berdiri siap melancarkan serangan. Dihampiri ketiga orang itu dengan wajah tertutup poni.

"Kalian...," Kazushi, Naruto, dan Kiba menoleh melihat Sakura yang datang dengan tubuh gemetar. Mereka ketakutan, mereka sungguh lupa kalau Sakura mau melahirkan. "Berani-beraninya...," Sakura memperlihatkan wajah mengerikan siap menghancurkan apa di depannya. "Berani-beraninya kalian meninggalkan aku dalam keadaan terpuruk lemah seperti ini! Apa kalian tidak sadar kalau aku kesakitan seperti ini?! Hah?"

Ketiganya jatuh terduduk berusaha menenangkan Sakura, "Tenang Sakura... Kamu sedang mau melahirkan. Lebih baik kamu tenang dulu. Kami takut nanti bayinya keluar."

"Aku tidak peduli! Atau kalian yang malah tidak peduli?! Seharusnya kalian membawa aku ke Rumah Sakit bukan berbicara tentang bagaimana caranya membawaku! Apa kalian tidak merasa kalau aku kesakitan begini?! Kalau tidak peduli, coba rasakan sakit ini jika kalian jadi perempuan!" geram Sakura, terus menghujati mereka dengan pernyataan hebat sambil mereka terdiam.

Sakura sudah melupakan rasa sakitnya. Sudah tidak merasakan apa-apa lagi. Tiba-tiba Sakura merasakan kalau bayinya keluar, Sakura menatap ke bawah. Dan bayinya meluncur keluar. Sakura berusaha mengambil bayi itu beserta dengan darah yang mengalir, tapi bayi itu cepat keluar.

Untung saja Kazushi menangkap bayi kecil sebelum terhantam lantai marmer. Sakura lega dan akhirnya pingsan. Naruto dan Kiba menangkap tubuh Sakura. Kelegaan meliputi tubuh mereka, terutama Kazushi. Kalau mereka tidak cepat-cepat membawa Sakura ke Rumah Sakit terdekat, mereka yakin Sakura akan melahirkan di dalam mobil. Rumah keluarga Haruno terkenal karena jarak rumah dengan Rumah Sakit sangat jauh.

Kazushi bangkit untuk membersihkan tubuh bayi yang bersimbah darah. Setelah bersih, Kazushi membawa bayi mungil dan lucu itu ke kamar Sakura yang dulu. Kazushi masuk membawa bayi yang telah bersih memakai selimut hangat menuju tempat Sakura.

"Ini bayimu, sayang." Kazushi menyerahkan bayi itu ke pelukan Sakura. "Wajahnya sungguh cantik seperti dirimu, tapi wajahnya sungguh mirip dengan Sasuke."

Sakura melihat bayinya berambut merah muda. Sakura bisa melihat mata bayi mungil berwarna hitam malam seperti ayahnya. Ditepuk punggung bayi itu. "Aku akan berikan namamu seperti cahaya bintang di langit. Nama yang akan mencerahkan hidup semua orang di kala mereka kesepian. Aku beri kamu, Uchiha Hikari."

"Wah, nama yang sangat bagus," ucap Kiba kagum mendengar nama yang mirip dengan cahaya bintang di langit.

"Aku yakin anak itu pasti akan membuat ayah dan ibunya bahagia," kata Naruto, senang.

"Aku harap begitu," sahut Sakura tidak berhenti memandang anak bayi mungil ini.

"Kalau begitu istirahat dulu. Nanti kami akan kembali lagi. Mau memberitahukan berita ini kepada keluarga Uchiha. Selamat beristirahat," Kiba meminta izin keluar bersama Naruto dan Kazushi. Sakura mengangguk dan ditutuplah itu pintu.

Mereka bertiga tidak menyangka kalau persalinan Sakura ada di dalam rumah keluarga Haruno. Mereka sungguh tidak percaya. Kemarahan Sakura bisa mengakibatkan keguguran, namun ini kebalikannya. Malah membuat kelahiran itu lancar bukan keguguran.

"Kita yakin anak itu kelak akan membuat keluarganya harmonis apa pun yang terjadi."

To Be Continued...

.o.O.o.

A/N: Ini adalah fict request dari Iin, Uchizuki RirinIin. Yup! Chapter pertama memang agak terkesan norak tapi mampu menggugah selera. Fiuuh! Ini fict yang betul-betul keren kalau lagi galau. Ada candaannya sedikit. Sudah membaca? Saya berterima kasih dan saya minta maaf kalau ada kesalahan. Chapter kedua akan update tahun depan dan bulan depan. Dimohon tunggu dengan sabar!

Love and Hug,

Sunny (Blue) February

Date: Makassar, 12/26/2012

Published Date: 12/25/2012

Mind to review?