PSYCHIC
Scripwriters : rocketeer7 & Rizka S.
.
.
Mata kirinya berwarna biru.
Biru menyala yang sangat indah—lebih indah dari biru safir, dan Baekhyun mengaguminya. Baekhyun mengagumi cahaya yang dipancarkan mata itu, yang tidak dapat ia temukan dimana pun—di mata siapapun kecuali dirinya. Jujur, Baekhyun ingin memiliki mata seindah itu, yang selalu menarik untuk dipandang.
Namun orang itu cenderung menutupinya, lebih tepatnya—ia menghindari kontak mata dengan orang lain. Pernah pada suatu hari Baekhyun harus mengerjakan ulangan susulan di kelas namja itu, dan ternyata namja itu juga mengikuti ulangan susulan juga. Dan saat Baekhyun duduk bersebelahan dengan namja itu, ia samasekali tak melirik Baekhyun, saat Baekhyun menyapanya pun, tidak ada respon dari namja berperawakan jangkung itu. Bukan, bukannya Baekhyun berharap pada namja jangkung itu agar membalas sapaannya, ia hanya penasaran.
Dan lebihnya, gosip yang beredar di sekolah mengatakan bahwa namja jangkung itu adalah seorang cenayang. Mereka bilang, karena kekuatan namja jangkung itulah, mata kirinya berubah menjadi biru. Awalnya Baekhyun hanya menganggap gosip itu sesuatu yang sangat konyol dan tidak masuk akal samasekali. Hey, dia pendiam dan memiliki mata biru bukan berarti dia cenayang atau apalah sejenisnya! Baekhyun sempat berpikiran akan menertawakan habis habisan orang yang membuat gosip konyol semacam itu.
Tapi itu dulu.
Sekarang Baekhyun benar benar membutuhkan namja jangkung itu.
BRAK!
" Luhan-ssi!" Baekhyun langsung berlari ke arah meja Luhan yangberada di paling belakang sesaat setelah ia membuka lebar lebar pintu kelas dan menyebabkan semua siswa yang sedang berada di kelas menoleh ke arah Baekhyun. Luhan yang melihat itupun hanya mendongakkan kepala dan melepas headset yang menempel di telinganya.
" Luhan-ssi! Aku... aku butuh bantuanmu!" Baekhyun berkata dengan panik dan penuh penekanan. Baekhyun bisa melihat mata biru menyala milik Luhan yang begitu indah di matanya—namun hal itu harus Baekhyun kesampingkan. Luhan tidak memandang langsung ke mata Baekhyun, ia melirik ke arah lain.
"Apa?"
Baekhyun agak terkejut, Luhan meresponnya. "K-kau... mau membantuku?"
"Itu.. ehm.."
Luhan mengusap leher belakangnya canggung. Bingung menemukan kata yang tepat, atau lebih pastinya, bingung harus berkata apa.
"Tergantung. Apa yang bisa kubantu?"
Luhan termenung di tempatnya sesaat ketika Baekhyun selesai bercerita. Lelaki itu terlihat ketakutan dan bingung. Luhan bahkan tidak tahu harus merespon apa terhadap cerita Baekhyun.
"Jadi, menurutmu aku bisa membantu temanmu yang.. ehm.. kesurupan itu?" balas Luhan.
Baekhyun menggelengkan kepalanya, diikuti sebuah penolakan keras dengan lambaian tangannya.
"Dia tidak kesurupan. Dia hanya.. hanya..."
Lelaki itu sangat kentara seperti diburu oleh hal gaib yang menakutkan. Ia hampir tersedak karena nafasnya yang tidak beraturan. Luhan memandang Baekhyun menelungkupkan wajahnya di kedua telapak tangannya. Ia bisa merasakan sebuah rasa takut luar biasa yang dirasakan lelaki di hadapannya itu. Dan dia tahu apa penyebabnya.
"Baekhyun.."
Luhan memanggil.
"Baekhyun.."
Ia masih menelungkupkan wajahnya. Tak menghiraukan panggilan Luhan.
"Baekhyun.. aku bisa membantumu."
Wajahnya perlahan terangkat. Dengan keringat dingin yang membasah keningnya dan rambutnya yang berantakan. Luhan harus menahan keinginannya untuk menyingkirkan rambut Baekhyun yang berjatuhan menutupi wajahnya. Ia ingin melihat Baekhyun lebih jelas.
"Kau bisa?" suara serak Baekhyun memecah keheningan sesaat.
Ada hal yang mendorong Luhan untuk membantu Baekhyun. Bukan, bukan karena kasus kesurupan –atau apalah namanya, itu adalah keahliannya. Tapi karena ia ingin. Karena Luhan ingin.
Dan hal itulah yang membuat keduanya kini berdiri di depan sebuah rumah sederhana bercat kuning dan berpagar cokelat. Sepulang sekolah, keduanya langsung melesat ke tempat itu.
"Ini rumahnya. Kyungsoo benar-benar membutuhkan bantuan." Ujar Baekhyun mantap. Ia lalu mengajak lelaki jangkung itu memasuki rumah. Tepat ketka seorang pemuda mengagetkan keduanya.
"Baekhyun!"
Keduanya menoleh pada sosok pemuda berseragam sama dengan keduanya. Tak lan adalah Jongin. Namun dari pandangan matanya, Luhan tahu Jongin tidak suka. Terlebih padanya.
"Siapa dia?"
Jongin memandang Luhan sarkas. Ia hanya memandang Luhan dari ujung matanya, namun sangat kentara jika ia tidak suka. Membuat lelaki itu berdiri canggung di sampingnya.
"Dia Luhan. Dia bisa membantu Kyungsoo."
" Luhan anak aneh itu?" Jongin berucap dan mengernyitkan dahinya tak suka. Luhan hanya memutar bola matanya mendengar ucapan Jongin. Memang Luhan sudah terbiasa diperlakukan seperti itu, anak aneh, minoritas—dan sebagainya. Mendengar itu Baekhyun memandang Jongin tak suka.
"Jongin! Apa... apa... kau tak ingin Kyungsoo sembuh? Dia bisa menolong—"
"Apa yang anak aneh ini bisa lakukan hah!?" Jongin memotong perkataan Baekhyun, agak membentak. Baekhyun tersentak dan tidak berani sama sekali menatap mata Jongin yang jelas jelas menusuk ke arah manik matanya.
"Percayalah padaku kali ini, Jongin-ah... Hanya kali ini saja, dan kalau... kalau ini gagal, kau... kau boleh tak mempercayaiku seterusnya..." Baekhyun menunduk takut. Pasalnya, Jongin tak pernah semarah ini padanya sebelumnya.
"Baekhyun-ah, kalau begitu aku pulang dulu." Luhan akhirnya risih, ia tak suka menjadi bahan perdebatan seperti ini. Saat Luhan akan melangkahkan kaki dari halaman, Baekhyun menahan lengannya.
"Andwaeyo! Andwae..." Baekhyun menggeleng-gelengkan kepalanya panik. "kaja masuk, ak—aku... tidak akan membiarkanmu pulang sebelum menolong Kyungsoo..."
"Apa yang—Baek—Baekhyun-ah!" Jongin berteriak saat melihat Baekhyun menarik Luhan sambil berlari memasuki rumah Kyungsoo. Dengan amarah yang memuncak, Jongin mengejar mereka, namun terlambat.
Baekhyun sudah mengunci pintunya dari dalam.
"Ah, sial! Sial! Sial! Baekhyun-ah! Buka!" Jongin menggedor-gedor pintu disertai umpatan-umpatan yang ditujukan pada Baekhyun dan Luhan. Di lain sisi dari pintu, Baekhyun dengan takut dan nafas tak beraturan menyandarkan punggungnya ke pintu.
Dia tidak peduli umpatan Jongin—dia hanya ingin menolong Kyungsoo.
Saat dirasa Jongin sudah pergi—karena tak ada lagi gedoran di pintu dan umpatan umpatan kasar, Baekhyun menghela nafas lega. Ia menoleh ke arah Luhan, dan melihat namja jangkung itu sedang memandangi sofa. Baekhyun mengernyit heran dan berjalan mendekati Luhan.
"Mwohaeyo?"
Luhan menyadari bahwa ada Baekhyun disampingnya pun terkesiap dan menggelengkan kepalanya, "Ah, ani, amugotdo aniyeo."
"Ah, kalau begitu langsung saja ke kamar Kyungsoo.." Baekhyun menganggukkan kepalanya dan memimpin jalan menuju kamar Kyungsoo. Luhan mengikutinya di belakang sambil sesekali masih menengok ke arah sofa.
Kamar Kyungsoo terletak di lantai 2. Rumah Kyungsoo cukup gelap, mungkin karena Jongin baru saja keluar dan mematikan lampu. Orangtua Kyungsoo ada di Belanda, dan Kyungsoo menetap sendiri di Seoul. Kyungsoo bersahabat baik dengan Baekhyun, bisa dibilang Baekhyun adalah orang terdekat Kyungsoo, dan Kyungsoo adalah orang terdekat Baekhyun. Dan Jongin—orang yang baru saja berseteru dengan Baekhyun—adalah namjachingu Kyungsoo.
Baekhyun membuka pintu kamar Kyungsoo, dan terlihatlah sesosok namja kurus yang terbaring di tempat tidur. Tidak, namja itu—Kyungsoo—tidak tidur, matanya terbuka, hanya saja ia seperti tidak menyadari bahwa Baekhyun dan Luhan ada di dekatnya. Pandangannya kosong menatap langit langit, dan mereka berani bersumpah bahwa ia melihat Kyungsoo tidak berkedip.
Luhan membatu, Baekhyun langsung mengambil obat mata di meja sebelah kasur Kyungsoo dan meneteskannya ke kedua mata Kyungsoo. "Dia sudah seperti ini sejak kemarin lusa."
Baekhyun menaruh kembali obat mata tersebut dan duduk di sebelah Kyungsoo, diikuti oleh Luhan.
"Dokter mendiagnosa bahwa ia baik baik saja, tubuhnya normal dan tidak ada gejala penyakit apapun..." Baekhyun berucap, "...tapi aku menyangkalnya, dan pihak rumah sakit menyuruhku dan Jongin membawa Kyungsoo pulang."
"Sebelumnya... apa kejadian yang kau katakan padaku saat di kelas tadi benar?"tanya Luhan. Baekhyun mengangguk mantap.
"Sebelum dia pergi ke bangunan bekas kebakaran itu bersama Jongin, ia cerita padaku. Kyungsoo menyukai hal hal yang menantang, sehingga ia bercerita dengan sangat antusias." Baekhyun menjelaskan. Luhan mengernyitkan dahinya, mencoba berfikir.
"Emm... Luhan?"
"Hmm?"
"Apa kau benar benar bisa melihat hantu dengan mata kirimu itu? Semua orang di sekolah menyarankanku untuk membawamu kesini karena mereka bilang mata kirimu memiliki kemampuan untuk... melihat... sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain." Baekhyun bertanya dengan nada penasaran dan agak menuntut.
"Benar." Luhan menatap manik mata Baekhyun, dan Baekhyun bisa melihat mata biru milik Luhan. "aku tidak menuntut kau untuk percaya, tapi..."
"Apa?" Baekhyun berucap tidak sabaran.
"Temanmu ini, Kyungsoo... dia bukan Kyungsoo."
Baekhyun membelalakkan mata sesaat setelah mendengar ucapan Luhan, "Mwo... Mworago!? Dia Kyung...Kyungsoo..."
"Bukan." Luhan berucap dengan nada sangat serius, dan penuh keyakinan. Baekhyun menunjukkan rasa takut yang teramat sangat, dan itu tercetak jelas di wajahnya.
"Kasus seperti ini jarang terjadi, tapi... ada sesuatu yang berusaha mengambil alih tubuh Kyungsoo. Dan Kyungsoo yang sebenarnya ada di dimensi lain." Luhan berbicara dengan penuh keyakinan. Baekhyun menggelengkan kepalanya keras.
"Ini tidak masuk akal! Oh—bodohnya aku, kenapa aku memanggil seorang cenayang? Kyungsoo harusnya dirawat di rumah sakit, bu... bukannya—"
"Kau bisa percaya apa yang kau percaya. Dan aku percaya Do Kyungsoo akan meninggalkan tubuhnya selamanya dan digantikan oleh makhluk lain." Luhan memotong perkataan Baekhyun. "entah kau percaya atau tidak, itu terserahmu. Tidak ada waktu lagi, Baekhyun-ssi."
"Ap-apa kau bisa membuktikan se-sesuatu padaku?" Baekhyun menatap mata biru Luhan dengan takut.
"Aku tidak mau mengatakan ini sebelumnya, namun..." Luhan berhenti sejenak, "...kau memiliki hubungan dengan namja bernama Oh Sehun, bukan?"
Mata Baekhyun terbelalak lebar, jantungnya berpacu dengan sangat cepat. Tubuhnya menegang saat Luhan mengucapkan nama 'Oh Sehun'. Nafasnya tercekat dan ia tidak bisa lepas dari mata biru milik Luhan. "Ap-apa..? bagaimana bisa.. tapi Sehun... sudah..."
"Mati. Aku tahu itu. Dia sekarang ada di belakangmu, Baekhyun-ssi..." Luhan berucap, melirik di belakang Baekhyun. Baekhyun langsung menoleh, namun tidak menemukan apa-apa. Nafas Baekhyun tercekat mendengar ucapan Luhan. "...dia menyuruhku mengatakan sesuatu padamu, Baekhyun-ssi..."
"...maafkan aku... itu yang diucapkan oleh Oh Sehun."
Bruk! Tubuh Baekhyun melemas, air mata jatuh mengaliri pipinya. Nafasnya masih tercekat di tenggorokan—ia tidak menyangka akan seperti ini. Ia tidak menyangka bahwa Luhan akan menyebut nama Sehun dan membuka kembali luka—trauma—lamanya. Ia tidak menyangka Oh Sehun akan mengatakan itu padanya.
"Baekhyun-ssi..?" Luhan mulai khawatir. Baekhyun mengusap kasar air matanya dan memandang kosong tembok kamar Kyungsoo dengan tatapan penuh kebencian.
" Luhan-ssi..." Baekhyun mulai membuka suara, "...kalau Oh Sehun benar benar ada di belakangku, aku ingin kau mengatakan sesuatu padanya..."
Baekhyun mulai berdiri dan berjalan menuju hadapan Luhan. Baekhyun mengangkat wajahnya dan menatap mata Luhan dengan tajam.
"NA. PPEUN. NAM. JA."
Dan Luhan langsung melihat Oh Sehun yang sedang ada di belakang Baekhyun menatapnya dengan pandangan sayu—perkataan Baekhyun jelas melukai hatinya. Luhan memperhatikan Oh Sehun hingga akhirnya Oh Sehun menghilang. Luhan menghela nafasnya, sepertinya ini bukan haknya untuk ikut campur.
"Geurae... Luhan-ssi, katamu tidak ada waktu lagi bukan? Anggap aku percaya, dan lakukan apapun untuk menyelamatkan Kyungsoo..." Luhan fikir Baekhyun sudah kembali ke alam sadarnya, dan Luhan mengangguk.
"Kita harus menjemput Do Kyungsoo." Ucap Luhan. Baekhyun mengerutkan dahinya, tidak tahu apa arti dari perkataan Luhan. Luhan mengerti, lalu memutuskan untuk menjelaskan dahulu kepada Baekhyun.
"Temanmu, Do Kyungsoo, sekarang ada di dimensi yang berbeda dengan kita. Aku tidak bisa merasakannya di sekitar sini, mungkin karena Do Kyungsoo tidak bisa menampakkan dirinya padaku. Jadi kita harus menuju ke dimensi dimana Do Kyungsoo berada, untuk menjemputnya. Itu dinamakan astral projection." Luhan membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah benda.
" Luhan-ssi, bukankah itu alat yang digunakan untuk berlatih piano? Agar ketukannya tak meleset..." Ucap Baekhyun.
"Kau benar. Dan, Baekhyun-ssi, aku tidak bisa melakukan astral projection, itu sangat beresiko untukku... karena suatu alasan." Luhan mulai mengatur alat tersebut dan Baekhyun bisa mendengar ketukan yang seirama.
"Jadi...?"
"Kau yang harus melakukannya." Luhan menatap Baekhyun. Baekhyun mengernyitkan dahinya.
"Mwo-mwo-mworagoyo...!? Aku...!? A-ah, maksudku... AKU!?" Baekhyun menunjuk dirinya sendiri. Luhan mengangguk yakin.
"Jangan khawatir, aku akan menjaga di sebelahmu, kau akan baik baik saja, Baekhyun-ssi..." Luhan tersenyum. Baekhyun masih mengernyitkan dahinya, bingung atas pilihannya. Oh ayolah—ini bukan pilihan yang mudah, bukan seperti pilihan jawaban di soal-soal quiz Baekhyun. Namun ini pilihan antara dua dimensi yang berbeda—dan Baekhyun takut jika dia tidak akan bisa kembali.
Kedua, jika ia masuk ke dimensi lain, ia takut akan bertemu Oh Sehun. Dan ia akan lebih membenci Oh Sehun jika melihatnya.
"Baekhyun-ssi, waktu kita tidak banyak." Ucapan Luhan memecah lamunan Baekhyun yang larut dalam pikirannya sendiri. Baekhyun langsung menoleh pada Luhan dengan pandangan terkejut.
"A-ah, ne... apa yang harus kulakukan, Luhan-ssi?" Baekhyun menatap Luhan dengan sedikit takut. Ia bahkan tidak tahu resiko apa yang akan ia hadapi nantinya. Namun ia harus yakin, demi Kyungsoo.
Luhan lalu duduk di lantai dengan bersila, lalu menepuk-nepuk pahanya, "Tidurlah disini, jika aku melihat sesuatu yang tidak beres dari raut wajahmu, kau akan kubangunkan. Jika nanti kau bertemu Do Kyungsoo, temukanlah cahaya paling terang, tuntunlah ia kesana dan kalian akan selamat."
Baekhyun menatap Luhan ragu, namun akhirnya ia merebahkan dirinya di paha Luhan. Luhan lalu mendekatkan alat pengatur tempo ke sebelah Baekhyun. "Sekarang, tutup matamu."
Baekhyun menurut, ia menutup matanya. "Jangan tidur. Pastikan dirimu tetap terjaga, Baekhyun-ssi. Rilekskan dirimu, Baekhyun-ssi."
Luhan merasa nafas Baekhyun sudah teratur dan Baekhyun sudah rileks. "Bayangkan ada sebuah sumur. Sumur yang sangat dalam. Masuklah ke dalam sumur itu."
Luhan melihat Baekhyun tanpa sadar mengernyitkan dahinya, dan Luhan dapat ber-konklusi bahwa Baekhyun melaksanakan apa yang diperintahkannya. "Bayangkan ada kasur di dasar sumur, dan kau terpental keluar sumur."
"Baekhyun-ssi?" Tidak ada reaksi. Luhan bisa menyimpulkan bahwa Baekhyun sudah berada di dimensi lain. Luhan sekarang hanya bisa berharap Baekhyun berhasil menemukan Do Kyungsoo dan kembali dengan selamat.
Baekhyun merasa terpental dari sesuatu, dan dia bangun di sebuah tempat yang sangat gelap. Ia menoleh ke penjuru arah, dan ia menyadari bahwa ini kamar Kyungsoo—hanya sangat gelap. Baekhyun merasa takut, sangat takut. Baekhyun merasa hawa dingin menerpa kulitnya dan sekujur tubuhnya bergetar. Ia ingin teriak dan keluar dari tempat menyeramkan itu, namun ia terlalu takut untuk itu. Dengan tubuh yang masih lemas, Baekhyun berjalan perlahan dengan meraba dinding.
Drap drap drap! Baekhyun mendengar suara langkah kaki dengan ritme cepat, dan dengan refleks Baekhyun menoleh dan tubuhnya menegang. Baekhyun sampai di depan tangga, ia melihat bayangan melintas sekilas di lantai dasar. Baekhyun lalu memutuskan untuk turun dengan perlahan lahan dan hati-hati, karena cahaya sangat gelap. Tiba tiba Baekhyun merasakan dingin di tengkuk sebelah kirinya dan ia semakin takut, namun Baekhyun memutuskan untuk menoleh.
"AAAAAA!" Baekhyun berteriak saat ia melihat ada sebuah makhluk tersenyum dengan menatap ke arahnya. Makhluk itu pucat, dengan gigi taring yang panjang panjang, dan tanpa tangan. Baekhyun yang kaget lalu terjatuh dari tangga. Baekhyun merintih sakit, kakinya keseleo.
"Akh..." Baekhyun meringis kesakitan.
"Baekhyun-ah!" tiba tiba Baekhyun mendengar suara Kyungsoo, reflek Baekhyun menoleh ke penjuru arah untuk mencari Kyungsoo. Tak lama, Baekhyun menemukan sosok Kyungsoo berlari ke arahnya dengan pandangan khawatir.
"Kyungsoo-ya!" Baekhyun merasa lega. Kyungsoo lalu berjongkok dan membantu Baekhyun berdiri. Baekhyun merintih kesakitan, kaki kirinya sakit luar biasa.
"Kenapa kau bisa ada disini? Kau disini Baekhyun!" Kyungsoo langsung memeluk Baekhyun saking senangnya. Baekhyun hanya menghela nafas lega karena sudah menemukan Kyungsoo.
"Soo, apa kau melihat cahaya di sekitar sini? Kita harus cepat, tak ada waktu lagi.." Baekhyun berkata sembari menahan sakit pada kaki kirinya. Kyungsoo dengan cepat menggeleng dan mnegernyitkan dahinya bingung. Baekhyun mendesah kecewa.
"B..Baek...Baekhyun-ah..." Kyungsoo berbicara dengan gemetar, matanya menatap ke arah belakang Baekhyun, menuju ke pintu kamar mandi. Baekhyun lalu menoleh dan mengikuti arah pandang Kyungsoo, dan ia melihat pendar cahaya terang disana. Baekhyun bernafas lega dan tersenyum.
"Itu Luhan! Kaja!" Kyungsoo lalu memapah Baekhyun menuju ke arah cahaya itu.
Di sisi lain, Luhan yang sedang duduk menjadi tumpuan bagi kepala Baekhyun itu sedang memandang ke arah arwah Oh Sehun. Seperti tadi, ekspresi Oh Sehun sangat sendu, dan Luhan menatapnya dengan mengernyitkan dahinya. Ia bingung, ia ingin menghiraukan Oh Sehun, namun ia tetap mengikuti Baekhyun kemanapun. Dan akhirnya Luhan memilih untuk menghiraukan Oh Sehun dan fokus pada Baekhyun.
"Haaa...!" Baekhyun tiba tiba sadar dan menarik nafas dalam dalam untuk mengisi paru parunya, begitu pula dengan Kyungsoo yang berada di tempat tidur. Sesaat setelah Baekhyun kembali ke tubuhnya, Oh Sehun menghilang.
" Luhan!" Baekhyun tiba tiba menangis keras dan memukuli dada bidang Luhan. Luhan lalu memeluk dan mengelus punggung Baekhyun untuk menenangkannya, namun Baekhyun malah memukuli dadanya dengan bertubi-tubi. "Aku sangat takut kau tahu! Kau jahat! Aku takut..."
Baekhyun menangis keras tanpa memperdulikan apa apa. Ia takut. Ia sudah tidak bisa berfikir jenih sekarang. Karena bukan hantu-hantu aneh di rumah Kyungsoo yang membuatnya seperti itu, namun saat menuju cahaya Luhan tadi, Baekhyun samar samar melihat bayangan Oh Sehun.
Bayangan Oh Sehun.
"Baekhyun-ah, gomawo..." Kyungsoo yang mengerti Baekhyun sangat ketakutan pun menghampirinya dan memeluk Baekhyun. Baekhyun masih menangis, ia ingin bayangan makhluk makhluk mengerikan itu hilang dari bayangannya. Menurut Baekhyun, Oh Sehun juga termasuk dalam salah satu makhluk menakutkan, jadi ia sangat berharap bahwa Oh Sehun menghilang dari pikirannya.
-TBC-
