Hajimemashite , Minna.. ~(• ˘ ▽ ˘ •)~
perkenalkan , saia author baru yang akan meramaikan cerita fiksi disini ,
karena saia pemula jadi maaf yah kalo alur ceritanya aneh ,
karna ga mau berlama-lama langsung ajah yahh ~
ini merupakan fic pertama Riou , semoga bisa memperluas fantasy teman-teman dengan adanya fic ini yahh , :)
didalam cerita ini mengambil adegan dimana bleach itu sudah '' The End '' *seenak jidat*, jadi Rukia kembali ke Soul Society sebagai dewa kematian dan Ichigo yang tetap tinggal didunia manusia tanpa kehilangan kekuatannya sebagai Shinigami pengganti. Kemudian mereka menjalani kehidupan mereka yang mengalami perubahan setelah kembali ke tempat asal masing-masing dengan hari-hari yang berbeda tanpa saling melengkapi satu sama lain seperti saat mereka berdua menjadi partner.
chapter 1 : missed memories , memory loss
My Feeling
Langit yang beberapa waktu lalu terlihat gelap dihiasi bintang kini siap digantikan dengan warna biru dihiasi awan putih. Bulan yang menjadi objek penerang dalam kegelapan tersebut kini digantikan sosoknya oleh matahari yang mulai memancarkan sinarnya. Kabut-kabut tebal mulai menipis dan embun jatuh didedaunan.
Ya, udara dan cuaca pagi hari ini memang terlihat cerah.
*kringggggg*
Jam yang menunjukkan pukul setengah 7 itu berbunyi disudut ruangan yang sederhana, kamar seorang anak laki-laki.
''hmmm...'', gumam seseorang yang merasa tidurnya telah diusik oleh suara jam weker miliknya tersebut.
perlahan dia mulai membuka matanya, menampakkan sepasang hazel yang pancarannya terlihat hangat. Warna rambutnya yang acak-acakan senada dengan warna matanya yang sangat mencolok, kerutan didahi yang tak pernah lepas menghiasi wajahnya. Tangannya mencoba meraih jam yang masih berbunyi, hendak melihat pukul berapakah jam tersebut menunjukan.
1... 2... 3... *menit*
''Sial ! Aku telat ! Apa-apaan dia, bisa-bisanya tidak membangunkanku, padahal ini kan sudah siang !'' anak laki-laki itu keluar dari kamarnya hendak menuju kamar yang berada disudut ruangan kemudian membuka pintunya.
''Hei ! Ruki..'' kata-katanya terpotong. Ia terdiam sejenak, tak beberapa lama kemudian seulas senyuman tipis terlukis jelas diwajahnya. Pandangannya kosong, entah objek apa yang tengah ia fokuskan. Pikirannya melayang, dan perasaanya tak dapat diungkapkan...
kamar yang ia buka itu telah kosong dan rapih, padahal sebelumnya berantakan karena ada seseorang yang pernah menempati kamar tersebut.
''ahh.. haha.. aku lupa, kau kan sudah tidak tinggal disini lagi ya ?'' laki-laki itu berharap orang yang ia pikirkan akan menjawab pertanyaannya. Namun hal itu tidak terjadi.
''Ohayou Onii_chan, hari ini kakak bangun kesiangan jadi aku buatkan roti untuk sarapan. Dan aku juga sudah siapkan bekal untuk kakak.'' seorang anak perempuan berambut pendek berwarna coklat itu tersenyum kepada kakaknya.
''Ah, ya. Arigatou Yuzu, kau baik sekali. Aku buru-buru rotinya aku makan diperjalanan saja yah, aku pergi dulu, Jaa ne !'' laki-laki tersebut mulai berlari ketika selesai mengikat kedua tali sepatunya.
''Jaa, hati-hati yah kak..'' balas perempuan yang bernama Yuzu itu.
''Tumben sekali dia telat, tidak biasanya..'' seorang anak perempuan yang mirip dengan yuzu memulai percakapan, hanya saja rambutnya berwana hitam keunguan.
''Hm, memang aneh, mungkin kak Ichigo lelah sampai bangun kesiangan begitu, betul kan Karin ?'' balas Yuzu.
''Bisa iya, bisa juga tidak ,'' kata perempuan yang dipanggil Karin.
''Maksudmu ?'' Yuzu nampak bingung.
''Kau pasti mengerti maksudku kan Yuzu. Jadi, tidak ada yang perlu aku jelaskan bukan ?'' jawab Karin sekenanya.
''Hm, haha.. a-ku.. aku hanya ingin memastikannya.'' tatapan Yuzu kosong, bila dilihat dengan teliti setitik air mata menggumpal disana.
''Sudahlah, jangan menangis begitu. aku.. hhhh ~'' Karin memejamkan matanya sejenak, kemudian ia bangkit dari kursi meja makan beranjak kearah Yuzu dan menenangkannya.
''Entah kenapa, tapi.. aku merindukannya, aku ingin dia kembali. Apa itu bisa terjadi Karin ?'' Kata Yuzu.
''Kita berdoa saja.'' Karin menjawab , tak lupa seulas senyum ia berikan kepada kembarannya itu.
''Hmmm ~'' Yuzu pun membalas senyumannya.
'aku... Juga merindukannya. Cepat kembali yah Rukia_nee' , bisik Karin didalam hati.
*Tap.. Tap.. Tap.. Tap.. Tap..*
Terdengar langkah kaki dari dalam koridor sekolah, nampaknya seseorang tengah berlari menuju kelas tempat dimana ia akan bertemu teman-teman dan guru yang akan mengajarinya beberapa mata pelajaran hari ini.
Sesampainya didepan kelas...
''Hei ! Ichigo Kurosaki kenapa kau terlambat ? Memangnya kau bangun jam berapa ? Kau tidak pasang alarm yah ? Lantas semalam kau tidur jam berapa ? Kau tidak lihat sekarang sudah jam berapa ? *bla.. bla.. bla..'' nampaknya teman Ichigo.
''Ah, hai Keigo.. Aku.. Aku lupa kau tadi bertanya apa, lain kali kalau bertanya satu-satu yah.. Haaahhh ~'' balas laki-laki bernama Ichigo itu sekenanya sambil berjalan menuju tempat duduknya.
''Hei ! Apa-apaan itu Kurosaki ! Kita teman bukan ? Seharusnya kau, menjawab pertanyaanku dengan baik ! Ya kaannnnn ~'' teman Ichigo yang bernama Keigo itu mulai berbicara dengan nada yang aneh matching dengan gayanya.
Ichigo mengambil nafas panjang kemudian melirik keigo dan berkata ''Maaf Keigo, aku sedang tidak bersemangat, jangan ganggu aku dulu yah, aku.. Sedang ingin sendiri.. Sekali lagi maaf..'' Ichigo tahu bahwa kata-katanya itu tidak layak, namun entah kenapa dia tiba-tiba saja mengatakan hal tersebut.
''Apa ? Ichigo ? Kau.. Baik-baik saja bukan ?'' wajah Keigo terlihat sedih namun terlihat juga bahwa ia sedang mencemaskan temannya yang satu itu.
''Eh.. Mungkin Kurosaki_kun sedang tidak mood Asano, lebih baik kita beri dia waktu untuk menenangkan pikirannya dulu,'' saut salah seorang siswi berambut panjang dan berwarna menyerupai rambut Ichigo namun warna orangenya lebih pekat.
''Baiklah Orihime.. Hei, Ichigo ! Nanti kalau mood-mu sudah enakan kita main sama-sama yah ~ Okeh my frienddd ?'' terlihat wajah Keigo kembali bersemangat dan hendak beranjak kembali ketempat duduknya.
''Hmmm, pagi Kurosaki.. Hari ini terlihat ada yang berbeda yah ? Tapi apa yahh ?'' kata gadis bernama Orihime seraya menaruh tangannya disamping kepala seperti tengah mengingat sesuatu.
''Rukia..'' saut Ichigo pelan, namun suaranya masih dapat didengar oleh teman-teman yang tengah memperhatikannya.
''Kurosaki..'' sambung Orihime, tatapannya terlihat cemas.
''Hahaha.. Yah si pendek itu bukan ? Biasanya setiap aku datang kesekolah selalu bersama dia, baru masuk sudah bertengkar dengan dia, yah ada saja hal yang tidak penting harus ditunjukan bersama si pendek itu. Sekarang sudah tidak ada lagi pertengkaran konyol yang akan terlihat ruang kelas ini lagi, benar bukan.. Inoue ?'' Ichigo melihat kearah Orihime, setelah itu pandangannya beralih kearah Sado, Ishida, Keigo, Mizuhiro dan Tatsuki. Mereka adalah teman-teman yang paling dekat dengan Ichigo.
''Kelihatannya ada yang sedang merindukan Kuchiki..'' Saut Ishida sambil membenarkan posisi kacamatanya.
''Ah ? Kurosaki, apa itu benar ?'' Orihime tersenyum canggung kearah Ichigo.
''Ha ? Aku.. Tidak tahu, hahaha..'' Jawaban Ichigo sama sekali tidak menjelaskan apapun bagi teman-temannya. Ichigo sadar bahwa mereka tengah melihat kearahnya dan menunggu jawaban yang lebih jelas darinya.
''Haaahhh ~ aku hanya merasa ada yang hilang saja, memangnya kalian tidak merasakan hal yang sama denganku ?'' Ichigo mulai kebingungan untuk mencari jawaban yang tepat.
''Aku merasakannya..'' sambung Sado , pria yang berperawakan urak-urakkan.
''Aku Jugaaa ~ kau juga kan Mizuhiro ?'' sambung Keigo dengan aksen 'aneh' yang melekat pada dirinya.
''Ya, benar..'' sambung Mizuhiro.
''Aku juga, hahaha..'' Tatsuki tersenyum.
''Aku ju..'' kata-kata Orihime terputus.
''Intinya kita semua merasakannya..'' sambung Ishida. Yang lainnya terdiam dan melihat kearahnya.
''Kuchiki memang orang yang baik, aku memang tidak mengenalnya begitu dekat tapi itu semua terlihat dari sikapnya, caranya memperlakukan orang lain, yah masih banyak lagi. Dan satu-satunya hal yang membuatku merasa ada yang hilang memang segala hal yang ada sangkut pautnya denganmu Kurosaki. aku bisa merasakan apa yang kau rasakan, karna yang aku tahu, eh maksudku yang kami tahu, kaulah orang yang paling dekat dengan Kuchiki bukan ?'' kata-kata Ishida seolah seperti belati yang berhasil menancap telinga Ichigo.
perlahan Ichigo membuka mulutnya mengucapkan sesuatu, ''Kau.. tahu banyak Ishida. Aku saja tidak kepikiran sampai sejauh itu. Hahaha ~ Lagipula.. Apa benar hanya aku yang terlihat dekat dengan Rukia yah ? Aku.. baru menyadarinya, Hahahaha..'' suara tawa Ichigo mulai membahan ruang kelas.
''Kurosaki..'' kata Ishida.
''Ya ?'' singkat Ichigo.
''Sudahlah, semuanya sudah berakhir..'' sambung Ishida.
''Ya aku mengerti.. Tapi.. hahhh ~ aku sendiri juga tidak tahu apa yang aku rasakan, aku hanya seperti yang aku bilang tadi, merasa ada yang hilang.. Dan ternyata yang merasakan hal itu bukan hanya aku saja.. Hahahaha ~'' lagi Ichigo tertawa tapi kali ini tawanya seperti dipaksakan.
''Apa kau baik-baik saja Ichigo ?'' tanya Tatsuki yang menyadari hal itu.
''Hm ? Memangnya aku kenapa ? Aku baik-baik saja, hahaha.. Sudahalah jangan mengkhawatirkan aku.. Dan.. Terimakasih yah teman-teman atas perhatian kalian,'' Ichigo tersenyum.
''Hei ! Bukankah itu gunanya teman ? Saling berbagi, saling membantu dan selalu ada disaat apapun, kapanpun dan dimanapun.. iya kan teman-teman ? Hahahaha ~'' sambung keigo.
''Cara bicaramu itu lama-lama benar-benar bisa merusak suasana Asano.. Aku malu ah berteman denganmu..'' saut Mizuhiro.
''Apa katamu ? Kau.. Jahat sekali ! Hei Kurosaki lihat ! Dia membuatku sedih.. Hikz..'' lebainya Keigo dimulai.
''Mizuhiro itu benar koq , tenang Mizuhiro aku ada dipihakmu..'' Tatsuki bermaksud menggoda Keigo.
''Waaaa ! Jahat sekali ! Hikz..'' akhirnya Keigo ngambek dan lucunya dia menangis, walaupun air mata yang keluar hanya seperti sekali titik embun.
''Hahaha ~ Sudah-sudah..'' kali ini Ichigo tertawa lepas.
''Ochi_Sensei sebentar lagi datang !'' teriak salah satu siswa yang duduk didepan dekat pintu kelas.
Sekarang semua anak telah kembali ketempat duduknya masing-masing, namun sebelum keigo sempat duduk dikursinya...
''Aku melihat tadi kau menangis Keigo..'' seringai kecil terbingkai diwajah Tatsuki , yang lainnya hanya menahan tawa karena mereka juga mengetahui hal tersebut namun mereka menjaga perasaan Keigo karena taku Keigo akan ngambek lagi.
''Apa ? Aku ? Tidak !'' bantah Keigo.
''Tidak apa ? Tidak salah lagi ? Hahaha ~'' saut Ishida yang sudah tidak tahan menahan tawanya.
''Tak kusangka kau cengeng juga Asano, selama ini kan kau banyak tingkah, melihatmu menangis seperti itu aku jadi geli sendiri, hahahaha ~'' sambung Mizuhiro.
''Hahahahah ~'' seluruh anak-anak kelas yang mendengar percakapan itupun ikut tertawa dan meledek Keigo.
''Asano cengeng..'' teriak salah satu temannya.
''Mau aku pinjamkan tissue Asano ?'' teriak teman yang lainnya.
''Asano *bla bla bla'' teriak temannya yang ikutan menggoda Keigo.
dan seterusnya mulai memperolok Keigo.
''Haaaaa ! Tidakkk ! Diam ! Berhenti ! Keluar saja kamuu !'' teriak Keigo.
Namun malangnya saat Keigo berteriak seperti itu, tepat sekali Ochi_Sensei berdiri diambang pintu. Saat itu Ochi_Sensei mengira bahwa Keigo meneriaki dirinya, hingga akhirnya...
Seorang anak laki-laki tengah berdiri didepan kelas sambil memegang 2 buah ember di tangan kiri-kanan, ia mendengus kesal karena harus dihukum atas kesalahan yang bukan disengaja dan sebenarnya salah paham..
''Kenapa malah jadi beginii ~ hikz..''
Sekerumunan siswa-siswi Karakura High School tengah menuju kedepan gerbang sekolah. Ya, bel pulang sekolah memang telah berbunyi sedari tadi.
''Aku duluan yah, Jaa..'' setelah mengatakan hal itu, Ichigo langsung berlari menuju tempat yang sangat ingin dijumpainya.
''Hei ! tunggu ! Kuro.. ! Yah dia sudah pergi..'' sambung Keigo.
''Dia buru-buru sekali..'' sambung tatsuki.
''Mungkin dia ada urusan penting..'' saut Sado.
''Ya, baiklah kalau begitu, ayo kita pulang teman-teman..'' lanjut Tatsuki.
Akhirnya mereka pulang bersama, namun tanpa disadari sedari tadi ada 1 orang yang tampak mencemaskan tingkah laku Ichigo , dan orang itu adalah Orihime Inoue.
''Permisi ! Paman Urahara !'' entah sudah menjadi panggilan keberapa kali ini.
Ya, sedari tadi Ichigo menggedor dan memanggil toko milik Urahara, namun tak ada yang menajawab. Dan jika dilihat dengan seksama, toko itu terlihat sudah tutup dan tak ada penghuninya.
''Aneh.. Kemana dia ?'' Ichigo bertanya kepada dirinya sendiri.
Saat hendak mencoba memanggil untuk yang kesekian kalinya, tiba-tiba saja ada seseorang yang memberikan informasi, bahwa toko itu sudah tutup dan orang-orangnya sudah pindah entah kemana. Dan sejak dari semalam memang tidak terlihat tanda-tanda mereka melakukan kegiatan seperti membuka toko, dsb.
Mendengar hal itu, semakin membuat Ichigo takut. Ia takut, hal yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan akan terjadi.
''Sebenarnya apa yang terjadi ?'' keluh Ichigo , kemudian dia pulang kerumah dengan langkahnya yang gontai.
''Apa yang sedang kau lakukan ?'' tanya seorang laki-laki berambut merah yang diikat keatas seperti buah nanas.
''... ... ...'' yang ditanya hanya terdiam, nampak'na ia sedang melamun.
''Hei..'' laki-laki itu kemudian menepuk punggung gadis yang sedang ia ajak bicara itu.
Sontak gadis itu kaget dan tepukan dipunggungnya itu berhasil membuyarkan kediamannya.
''Ahh, hai Renji.. Sejak kapan kau ada disini ? Tugasmu sudah selesai ?'' gadis itu mengubah posisinya yang sedari tadi duduk diatas atap menjadi berdiri.
''Baru saja. Nii_sama mu itu tega sekali, dia memberikan setumpuk tugas yang harus kukerjakan sebagai wakil kapten dan harus selesai saat ini juga tanpa ada istirahat, rasanya aku ingin sekali berteriak AKU LELAH, tapi... Hmmm...'' kata-kata Renji kemudian diakhiri dengan umpatan. Kemudian ia mengambil posisi duduk disebelah gadis itu yang masih berdiri.
Gadis itu tersenyum, ''Kalau kau terus mengeluh pekerjaanmu memang akan terasa berat Renji. Seharusnya kau mengerjakannya dengan hati yang gembira, disaat kau merasa penat saat mengerjakan tugasmu itu... ... ...'' gadis itu terdiam sejenak hendak mengambil posisi untuk duduk kembali.
''apa ?'' Renji menunggu kata-kata selanjutnya yang membuat ia penasaran.
''Disaat kau merasa penat saat mengerjakan tugasmu itu, fikirkanlah hal-hal menyenangkan yang dapat membuatmu semangat mengerjakan tugasmu lagi. Terkadang kita akan bersemangat saat seseorang yang selalu membuat kita senang ada dipikiran kita, semua beban seolah-olah hilang..'' gadis itu tersenyum lembut kearah Renji setelah menyelesaikan kata-katanya.
Renji yang mendengarkan hal itu membenarkan kata-kata sang gadis, dan bila dilihat seulas garis merah nampak diwajahnya ketika melihat senyum tulus dari sang gadis.
''Hei ! Sejak kapan kau jadi sok tua begini Rukia ? Hahahaha ~'' Renji mengusap pelan kepala gadis yang bernama Rukia tersebut. Dan kini model rambutnya sempurna.. berantakan..
''Aduhh ! Apa-apaan sih kau ini ! Memangnya aku anak kecil ! Nii_sama saja tidak pernah memperlakukan aku seperti itu..'' Rukia menggembungkan pipinya.
''Hahahaha.. Ya, ya, gomen Rukia..'' kali ini Renji terlihat tertawa lepas, sangat berbeda jauh dengan Renji yang sebelumnya.
''Sudah merasa lebih baik sekarang Renji ?''
tanya Rukia.
''Ya, terimakasih yah Rukia..'' balas Renji.
''Aku ?'' Rukia membelalakan matanya merasa heran dan kebingungan.
''Ya, kalau kau tidak mengatakan hal yang seperti tadi aku mana mungkin bisa sadar seperti sekarang. Kata-katamu itu.. Memang benar, sepertinya kau memang sudah dewasa sekarang Rukia.. Hahaha ~'' olok Renji.
''Hahaha, terimakasih Renji aku anggap itu pujian. Lagipula umurku kan sudah 150 tahun, memangnya apa yang salah jika aku berbicara seperti itu ?'' Rukia menjitak kepala Renji dan sukses meninggalkan bekas jitakannya tersebut.
''Aduh ! Sakit tahu !'' gelak Renji.
''Masa Bodo ~'' Rukia mengalihkan pandangannya.
Cukup lama mereka terdiam. Matahari yang tadinya bersinar cerah mulai terbenam sedikit demi sedikit. Rukia dan Renji tidak mau melewatkan moment ini.
Ya, matahari tenggelam memang salah satu fenomena yang sangat disukai semua orang.
''Indah..'' Rukia mengucap.
''Ya..'' balas Renji.
''Bagaimana dengan teman-temanmu didunia manusia Rukia ?'' pertanyaan Renji sukses membuat Rukia memalingkan objek yang sedang dilihatnya tersebut.
''Tidak bagaimana-bagaimana, kenapa ?'' Rukia menopangkan dagunya diatas tangannya yang dilipat, dengan kaki sebagai tumpuan tangannya tersebut.
''Aku perhatikan, sepertinya ada yang berbeda darimu setelah pulang kembali ke Soul Society. Ada masalah apa ?'' Renji bertanya penasaran.
''Aku..'' mereka berdua terdiam.
''Aku hanya merasakan ada yang berbeda saja Renji, biasanya aku pergi kesekolah, bertemu teman-teman, bertengkar dengan Ichigo, berbicara dengan mereka semua, tapi sekarang semua itu sudah tidak terjadi.. Mungkin aku.. A-ku merindukan mereka..'' pandangan Rukia kosong seolah apa yang dikatakannya itu jujur dari dalam lubuk hatinya.
Dan seolah memahami bagaimana perasaan gadis bermata violet itu, Renji merangkul Rukia, menepuk bahunya pelan dan berkata..
''Tega sekali.. Memang aku bukan temanmu ha ? Tak ada mereka, akupun sama bukan ?'' Renji berbica dengan nada sedih yang dibuat-buat.
''Bu-bukan begitu maksudku Renji ! Tentu saja kau temanku ! Hanya saja.. Kau terlalu disibukkan dengan pekerjaanmu, dan kita jadi jarang bermain bersama..'' Rukia menjelaskan.
Renji yang mendengar hal tersebut membelalakan matanya, ia kaget karena Rukia yang selama ini dikenalnya sebagi gadis yang ceria ternyata merasa kesepian..
''Ak-'' kata-kata Renji terpotong.
''Memang terdengar seperti anak kecil yang mengeluh dan mungkin kau kaget mendengar hal ini. Tapi entah itu semua tiba-tiba keluar dari mulutku... Banyak sekali yang ingin kukeluarkan, kuceritakan, tapi tidak tahu kenapa aku tidak bisa.. Hahaha ~'' tawa yang terdengar dipaksakan.
''Rukia..'' suaranya pelan namun masih terdengar oleh gadis disebelahnya, namun yang namanya disebut masih tidak mendongakan wajahnya.
''A-ku.. Payah..'' Pria itu menarik tangannya yang sedari tadi merangkul Rukia.
''Apa ?'' Rukia memastikan perkataan Renji.
''Aku Payah.. Sangat Payah.. Memahami perasaanmu saja aku tidak bisa.. Padahal.. Kita berdua sudah berteman sejak kecil.. Teman macam apa aku ini ? Hahaha ~ Payah memang..'' Renji menatap sudut kota Seiretei yang kini sudah menjadi gelap.
''Renji.. Kenapa bicara begitu ? Aku sama sekali tidak menyalahkanmu masalah ini.. Aku-'' kali ini Renji memotong kata-kata Rukia.
''Aku tahu.. Hanya saja aku menyesal Rukia, aku-'' seperti pembalasan Rukia memotong kembali perkataan Renji.
''Kalau begitu lupakan saja..''
diam..
''Lupakan saja. Anggap aku tidak pernah mengatakan apapun hari ini.. Hm ?'' Rukia beranjak dari posisi duduknya mengulurkan tangannya untuk Renji, bermaksud pria itu menyambutnya untuk berdiri.
''Sudah malam, aku pulang dulu yah, sampai jumpa besok , Jaa..'' Rukia tersenyum kearah Renji, senyum yang sama seperti biasa. Senyuman yang mampu membuat guratan merah kecil disekitar pipi Renji.
Ketika Rukia hendak bershunpo Renji menarik tangan si gadis dan berkata..
''Saat ada masalah, ceritakan padaku !'' tatapan Renji berubah menjadi tajam, sepertinya terlihat serius.
''Hm ?'' expresi wajah Rukia tampak kebingungan.
''Jangan pendam sendiri ! Aku memang tidak bisa merasakan apa yang kau rasakan setiap saat kau sedih / senang, tapi setidaknya saat kau menceritakan sedikit masalah yang mengganjal dihatimu itu perasaanmu bisa menjadi sedikit lebih baik..'' Renji tersenyum tulus kearah Rukia.
''Renji..'' Rukia tidak percaya dengan apa yang dikatakan temannya itu. memang tidak biasanya Renji mengatakan hal lugu seperti itu.
''Aku.. Haaahh ~ bagaimana menagatakannya yah... pokoknya aku tidak suka dan tidak bisa melihatmu seperti tadi, karena Rukia yang aku tahu itu selalu gembira, semangat, ceria, pokoknya tidak seperti yang tadi !'' sepertinya Renji telah bersusah payah menyampaikan hal tersebut. Sedari tadipun tangannya terus-terusan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Rukia menundukkan kepalanya, tidak lama kemudian ia menengadahkan kepalanya dan tersenyum kearah Renji.
''Arigatou Renji.. Kau memang temanku yang paling baik ! Aku.. Tidak menyesal pernah berteman dan mengenalmu, kau itu.. Lebih dari sekedar temanku.. Kau itu seperti sahabat ! Eh ! Bahkan mungkin sudah seperti nii_sama baruku, hahahaha ~'' Rukia tertawa lepas.
''Hanya itu ?'' Renji menyipitkan sebelah matanya.
''Hahahaa ~ Apa maksdumu hanya itu ?'' Rukia mulai memeperlihatkan kebingungannya.
''Kau tidak memberikanku hadiah sebagai sahabatmu ?'' kini kedua matanya menyipit sempurna.
''Apa ? Memangnya kau mau apa ?'' Rukia menyilangkan kedua tangannya.
''Hmmm.. Cium aku..'' Renji menyodorkan pipinya didepan wajah Rukia.
''A-APA ! KA-KAU ! Bagaimana kalau kupukul saja, ini !'' Rukia menjitak kepala Renji dengan sekuat tenaga.
''HE-HEI ! SAKIT TAU ! KAU INI GALAK SEKALI JADI WANITA ! TAU RASA NANTI KALAU TIDAK ADA YANG MAU JADI SUAMIMU, ADUHH ~'' Renji kesal karena tiba-tiba Rukia menjitak kepalanya, namun dibalik itu ia senang karena Rukia yang ia kenal, Rukia yang ia sayangi telah kembali menjadi Rukia yang semula.
''APA ! KAU BILANG APA ? ULANGI SEKALI LAGI BIAR AKU TARIK MULUTMU ITU , HE-HEI JANGAN LARI KAU RENJI ! LIAT NANTI KALAU AKU BERHASIL MENANGKAPMU !'' Rukia berlari mengejar Renji yang telah berlari menjauh lebih dulu.
''HAHAHAHA ~ APA RUKIA ? KAU MAU MENANGKAPKU ? KAU YAKIN BISA ? SEPERTINYA KAKIMU TIDAK MENDUKUNG KEINGINANMU, HAHAHAHA ~'' Renji sengaja mengatakan hal itu semata-mata untuk mengembalikan semangat Rukia, Rukia yang ia kenal. Dan ia sangat senang ketika itu berhasil.
''KA-KAU ! CARI MATI YAH ! HEI TUNGGU !'' Rukia yang tau itu hanyalah sebuah candaan menanggapinya dengan candaan juga, ia senang temannya Renji sangat memperdulikannya. Sesaat dia pun dapat melupakan segala hal yang sempat ia pikirkan tadi.
''YANG NAMANYA KABUR MANA MUNGKIN MAIN TUNGGU-MENUNGGU ! DASAR PENDEK ! HAHAHA ~'' Renji berlari santai, namun ia tidak sadar bahwa Rukia sudah hampir mendahuluinya dibelakang.
''RENJIII !'' Rukia mulai mengerahkan tenaga terakhirnya dan ketika ia rasa cukup ia mencondongkan tangan kanannya untuk menarik kerah baju Renji.
''AP- UHUK-UHUK ! HE-'' Renji pun jatuh terpelanting, ia tidak menyangka bahwa Rukia dapat menyamai langkah larinya. Mungkin ini terjadi karena lari Renji yang terlalu santai.
''Masih berani mengatakannya Renji ?'' tatapan Rukia sangat menakutkan kali ini dimata Renji.
''Hehehehe ~ Ru-Rukia ta-tadi itu a-ku hanya ber-canda , jadi ja-ngan kau anggap se-rius yah ? Hehehe ~'' Renji mulai keringat dingin.
''Ohh bercanda yah ? Kalau begitu kali ini anggap saja aku juga b-e-r-c-a-n-d-a, rasakan ini !'' Rukia mulai mengerumuni Renji dengan pukulan ringan, sebagian pukulan ia lakukan dengan sekuat tenaga.
''Ampun Rukiaaaa ampuuunnnnn !''
Didepan sebuah rumah bergaya Jepang kuno yang terlihat sangat mewah..
''Nah, sudah sampai, terimakasih yah sudah mau mengantarkanku sampai rumah dan terimakasih juga atas hari ini, aku pulang dulu,'' Rukia kembali memberikan seuntai senyuman kearah laki-laki yang telah mengantarnya pulang itu.
''Kau ini tidak berperasaan sekali, setidaknya bertanggung jawablah sedikit atas luka yang sudah kau buat ditubuhku ini, sakit sekali tahu,'' Renji meringis namun juga tertawa garing, ia hanya bermaksud bercanda kepada Rukia, walaupun sebenarnya memang terasa sakit dibeberapa bagian tubuhnya yang dipukuli Rukia.
''Salah kau sendiri, siapa suruh main-main denganku, weee ~'' Rukia munjulurkan lidahnya kearah Renji.
Renji menarik nafas panjang dan kemudian tertawa geli karena melihat ekspresi Rukia yang terlihat seperti anak kecil itu.
''Hahahaha ~ Kau ini, ya sudah aku juga mau pulang, jangan bersedih lagi yah tuan putri, weee ~'' membalas Rukia.
''Tuan putri ? Kau masih mau kuberi pukulan ? Ayo cepat katakan dibagian mana sekarang yang mau kupukul ?'' Rukia mengatakannya sambil menahan tawa, dia tahu Renji mengatakan itu bermaksud bercanda.
''Hahaha ~ Tidak ah terimakasih, aku sudah kenyang dipukul olehmu, Jaa Rukia..'' ketika Renji berbalik dan hendak berjalan, tiba-tiba ia merasakan sesuatu ditangannya, langkahnya pun terhenti.
''Kuobati dulu baru kau pulang,'' Rukia menarik tangan Renji dan membawanya masuk kerumah bergaya Jepang kuno tersebut.
Terlihat semburat merah diwajah Renji, seolah-olah aliran darahnya meluap karena jantungnya memompa begitu cepat. Ia pun dapat merasakan dan mendengar detak jantungnya sendiri.
Namun setelah ia dapat mengontrol dirinya sendiri, ia pun mulai terlihat seperti Renji yang biasanya. Sepertinya ia sudah mulai bisa terbiasa ketika tangannya digenggam oleh tangan seorang gadis yang ia kasihi tersebut.
Koridor ruangan dilewati satu persatu, hingga akhirnya mereka berdua sampai diruangan yang dikhususkan untuk tamu.
''Kau tunggu disitu, aku ambilkan obat dulu..'' Rukia mendorong Renji untuk duduk.
''Hah, kau ini mau mengobatiku atau mau menyiksaku lagi sih, sungguh kejam,'' Renji menatap Rukia seperti orang kesal.
Rukia pun tertawa dan melempari Renji dengan bantal sofa yang ada didekatnya, dengan mudah Renji menangkap bantal yang dilempar kearahnya itu dengan gaya aneh yang dibuat-buat. Rukia pun semakin tertawa geli melihatnya. Kemudian dia meninggalkan Renji sendiri untuk mengambil obat gosok untuk Renji.
Renji yang ditinggal sendirianpun, berdiri dari posisinya semula, ia mulai melihat-lihat ruangan dimana ia sedang berada. Ia kagum dengan ruang tamu yang terlihat begitu luas tersebut.
Dibelakang sofa yang ia duduki terdapat jendela dan meja yang penuh dengan bingkai foto clan keluarga Kuchiki. Disana pun terdapat foto Rukia sewaktu masih diakademi, satu-satunya foto Rukia sewaktu masih kecil, dan sewaktu ada di acara besar keluarga Kuchiki.
Diantara semua foto, ada 1 foto yang paling menarik perhatiannya yaitu, foto Rukia bersama mantan wakil kapten batalion 13. Ya, Kaien Shiba.
Terlihat difoto itu Rukia tertawa lepas saat Kaien merangkul Rukia dengan tangan kiri sambil menunjukan jari tengah dan telunjuk sebelah kanannya, namun expresinya terlihat seperti orang kesakitan karena kepalanya dipukul oleh Renji, disebelah Rukia nampak kapten batalion 13 yang tidak lain dan tidak bukan adalah Kapten Ukitake. Dibelakang Rukia nampak Hisagi yang disekitarnya juga terdapat Kira, Yumichika, Ikaku dan Momo yang tengah melompat agar dapat terlihat difoto. Sedangkan didepan Rukia nampak Toushiro dan Rangiku yang tengah berjongkok sambil memeluk Toushiro.
Ya, diantara semua foto, memang foto itulah yang terlihat kacau.
''Disinilah terakhir kali aku melihat dia tertawa lepas seperti ini,'' Renji tersenyum melihat foto-foto tersebut.
''Siapa ?'' tiba-tiba saja Rukia sudah berada dibelakang Renji.
''Ah.. !'' Renji membelalakan matanya dan menyesali kenapa dia tidak menyadari kedatangan Rukia yang kini sudah berada tepat dibelakangnya.
''Kau lihat apa Renji ?'' Rukia memiringkan kepalanya kearah kanan untuk melihat apa yang sedang dilihat Renji.
''Bu-Bukan apa-apa, hanya foto-foto ini saja,'' Renji menaruh kembali foto itu ditempatnya semula.
Mata Rukia mengikuti kemana arah tangan Renji dan melihat foto apa yang tengah dilihat Renji tadi. ''Itu kan..'' Sahut Rukia, tiba-tiba pandangannya berubah. Tatapannya seperti orang sedih.
Renji yang menyadari perubahan air muka Rukia pun langsung mengalihkan pembicaraan, ''eh.. Mana obatnya Rukia ?'' Renji berjalan kearah sofa tempat ia duduk pertama kali datang.
''Kenapa ?'' kata singkat yang keluar dari mulut gadis tersebut.
''Apa ?'' Renji menampakkan kebingungannya dengan pertanyaan Rukia.
Rukia membalikkan tubuhnya dan berjalan ketempat Renji berada. Ia mengambil kotak obat yang ia taruh dimeja sofa, kemudian duduk disamping Renji.
''Mana yang sakit ?'' Rukia bertanya tanpa menatap mata Renji.
''Ah, disini..'' Renji menunjukkan tangannya yang terlihat biru akibat menangkis pukulan Rukia,
Rukia pun mulai mengobati Renji.
... ... ...
Suasana hening beberapa saat, hingga akhirnya Renji yang mulai canggung dengan situasi seperti itu mulai angkat bicara. ''Foto itu masih kau simpan,'' Renji melihat kearah foto yang ia lihat tadi.
Rukia yang tadinya fokus mengobati Renji menghentikan aktifitasnya, ''Hm, foto yang mana ?''
''Yang itu,'' Renji tidak mengalihkan pandangannya dari objek tersebut.
Rukia pun menoleh ke arah objek yang sedang dilihat Renji, ''Itu..'' kata-katanya terhenti. Pandangannya ia alihkan keluar jendela.
Renji sedang menunggu kata-kata Rukia yang sempat terputus itu pun melihat kearah Rukia. Dan sesuatu ia temukan dimata gadis itu..
Tatapan.. Sedih..
''Itu kan foto..'' sambung Rukia.
''Hahaha, lucu sekali Rukia, memang siapa yang bilang itu adalah pedang Zenpaku ?'' Renji yang merasa Rukia sedang bercanda dengannya langsung mengambil obat yang ada ditangan Rukia dan lanjut mengobati lukanya sendiri.
''Itu kan foto terakhir..'' Rukia masih tidak mengalihkan pandangannya.
Renji menghentikan aktifitasnya sebentar dan melihat kearah Rukia lagi, ia baru sadar kalau ternyata Rukia sedang tidak bercanda dengannya.
''Aku tahu memang hanya sebuah foto, tapi.. Apa yang paling berharga dari sebuah foto jika seseorang yang paling kau hormati terlebih yang kau kasihi lebih dari apapun itu sudah tidak ada ? maka foto itu bukan sekedar kata 'hanya' bukan ?''
tidak ada respon..
''Memang semua kenangan masih aku ingat didalam memoriku.. Semuanya.. Tapi saat ditambah aku melihat foto-foto itu, aku merasakan seperti kenangan itu hidup kembali,''
''Rukia..'' Renji tertegun menatap Rukia.
''Lagipula siapa tahu suatu saat nanti aku tua dan aku lupa, aku bisa mengingatnya karena foto itu, hm ?'' Rukia mengalihkan pandangannya kearah Renji dan tersenyum.
''A-pa, arti Kaien bagimu ?'' pertanyaan yang begitu saja keluar dari mulut Renji. Hingga mereka berdua saling menatap satu sama lain.
''Tuan Kaien, sudah kuanggap seperti Nii. Kau ingat sewaktu aku diangkat menjadi anggota Kuchiki ? kau tahu apa yang aku rasakan ? Saat itu aku bingung apa yang harus aku lakukan, diangkat menjadi salah satu anggota kuchiki itu bukanlah hal yang mudah untuk dijalani. Bukan berarti aku menyesal, aku sangat bersyukur, dengan begitu aku tahu bahwa ternyata aku mempunyai kakak kandung.. Kak Hisana.. selain itu Byakuya_nii yang juga sangat perhatian padaku walau ia menunjukkannya dengan sikap yang seperti itu..'' Rukia mengambil obat yang sempat diambil alih oleh Renji dan mengoleskan kembali disekitar memar ditangan Renji.
''itu tid-'' kata-kata Renji terputus.
''aku belum selesai..'' Rukia mengambil kapas baru untuk mengoleskan obat pada memar Renji.
''Pertama kali aku disini, aku sangat kesepian, sewaktu diakademi walaupun jarang berbicara maupun bercerita denganmu tapi kita masih sempat untuk bertegur sapa. Dan ketika aku mulai diangkat menjadi keluarga Kuchiki aku merasa itu beban terberat, disamping beberapa tetua Kuchiki yang tidak suka dengan kehadiranku pertama kali, aku juga dikekang oleh seuntai peraturan clan ini yang terikat padaku ketika marga Kuchiki telah melekat dalam diriku, dengan adanya itu aku tidak bisa dengan bebas menunjukkan diriku yang dulu. Dan itu semua kulakukan karena Byakuya_nii, aku sangat berterimakasih kepadanya. Hingga akhirnya aku bertemu dengan tuan Kaien. Dia.. yang mengajariku banyak hal.. Dia orang yang memperlakukanku tanpa melihat aku sebagai seorang Kuchiki, tentunya selain Kau dan.. Ichigo..'' Rukia sempat terdiam karena fokus mengobati luka Renji.
''Lalu ?'' Renji meniup lukanya yang telah selesai diobati.
''Dia mengajariku benyak hal, dia yang mengajariku tentang bagaimana bertarung yang baik, bagaimana seharusnya pertemanan itu, mengajariku.. Dimana letak hati..'' Rukia terdiam sejenak sambil memejamkan matanya dan mengingat seulas memori saat ia bersama kaien berlatih dan bercanda bersama.
''Dimana.. Letak.. Hati.. ?'' Renji bertanya kebingungan karena yang dia tau hati itu ada didalam tubuh yang letaknya dekat dengan jantung dan paru-paru.
''Hmmm, letaknya disini..''
- flashback on -
Rukia teringat ketika ia melawan Aaruniero, itulah terakhir kali Rukia melihat sosok seorang Kaien. Saat Rukia sekarat dan hampir kalah telak dari arancar tersebut tiba-tiba ia terbesit masa-masa bersama Kaien saat sedang berlatih. Kaien menunjukkan letak hati itu ada dimana sewaktu Rukia bertanya asal.
- flashback off -
Dan saat ini seperti itulah Rukia menunjukkan kepada Renji dimana letak hati itu. Mengepalkan tangan beberapa cm diantara dada Rukia dan Renji, seperti tengah menggenggam sebuah ikatan yang terlihat.
Renji terdiam, membiarkan Rukia menjelaskan maksudnya.
''Hati itu ada saat kau sedang bersama temanmu, temanmulah yang dapat merasakan dimana hatimu, karena tanpa seorang teman kita tidak akan ada artinya..'' tukas Rukia.
''Sepertinya memang dia mengajarkan banyak hal padamu. Bahkan walaupun terlihat aneh saja dia bisa mengatakan hal sebijak itu,'' Renji tersenyum kearah Rukia.
''Hmmm, dan kau pun, juga ada artinya buatku Renji,'' ungkapan Rukia sukses membuat Renji membelalakan matanya.
''Maksu-'' lagi, ucapan Renji terpotong.
''Bukan berarti hanya Tuan Kaien saja yang memiliki arti bagiku, kau, Byakuya_nii, kalian semua mempunyai arti tersendiri bagiku, jadi jangan mengira hanya dia saja yang terlihat dimataku,'' Rukia tersenyum.
Renji yang tidak menyangka Rukia akan mengatakan hal itu jauh didalam hatinya ia sangat senang, ternyata selama ini Rukia tetap ingat padanya, Rukia masih melihatnya sebagai teman masa kecilnya.
''Rukia.. Arigatou..'' Renji mambalas senyuman Rukia.
''Pulang dan istirahatlah, besok kau masih ada tugas kan ? Jangan sampai Byakuya_nii marah padamu hanya karena kau tidak mengerjakan tugas dengan baik,'' Rukia membereskan kotak obat yang ada dimeja.
''Yah, baiklah.. Aku pulang dulu Rukia, kau juga istirahat yah,'' Renji bergegas bangun dan berjalan menuju pintu keluar, ketika ia hendak membuka kenop pintu tiba-tiba,
''Renji !''
''Ya ?''
''Maaf dan.. Terimakasih,''
''Untuk ?''
''Maaf atas luka-luka itu, dan terimakasih karena selalu ada untukku,''
Renji tersenyum, ''Jangan difikirkan tidak begitu sakit kok, dan aku juga beterimakasih atas hal yang sama, Jaa Rukia,''
'Tapi kau lah yang lebih sering ada daripada aku, dasar Renji bodoh'
''Bagaimana keadaan saat ini ? Apakah semuanya sudah kau atur sedemikian rupa ?'' tanya seorang laki-laki, terlihat berkarisma dengan nada suaranya yang terdengar lantang.
''Hampir sempurna tuan, sedikit lagi maka kita sudah bisa menjalani misi kita kembali.'' jawab seorang laki-laki berperawakan tinggi dengan rambut senada warna salju dan wajahnya selalu dihiasi dengan senyuman.
''Bagus kalau begitu, aku sudah tidak sabar untuk balas dendam, lihat saja kali ini aku pasti akan berhasil merebut kembali hogyouku yang sempat mereka rebut dariku.'' Laki-laki itu tersenyum dan tertawa renyah.
''Aku pulang,'' Ichigo membenahi sepatunya didepan pintu masuk, kemudian pergi kearah dapur.
''Hahh, kemana mereka ?'' sambil membuka kulkas mencari sesuatu untuk melepas dahaganya.
Ketika ia menemukannya, ia tidak langsung mengambil gelas melainkan meminum jus yang ia ambil langsung dari tempatnya tersebut. Memang terasa nikmat jika begini.
''Hahh, segar sekali,'' tiba-tiba saja terpintas memori ketika pertama kali ia kenal dengan Rukia, saat itu Rukia tidak tahu bagaimana caranya meminum jus kotak segar disekolah sewaktu jam istirahat.
Ichigo tersenyum sendirian, jika saat itu ada ayahnya dirumah mungkin ia akan diolok-oloh habis-habisan.
Ichigo menaruh kembali botol jus yang masih bersisa itu kedalam kulkas. Kemudian ia mengambil langkah menuju kamarnya.
Ketika sudah sampai didepan sebuah pintu berhiaskan angka 15 tersebut, ia langsung membuka pintu dan masuk, tas sekolah yang sedari tadi ia bawa-bawa ia lempar kesembarang tempat.
''Membosankan sekali..'' Ichigo kini tengah berbaring ditempat tidurnya. Menyilangkan kedua tangannya dibelakang kepala sebagai pengganti bantal.
''Apa benar ini akhir dari semuanya ? Aku masih belum mempercayainya. Rasanya seperti baru kemarin kita menjalankan misi bersama-sama, dan.. rasanya baru kemarin aku kenal dengannya.'' Ichigo bergumam sendirian, kemudian ia memiringkan badannya kearah meja belajar disamping tempat tidurnya, ia melihat boneka konpaku yang kini sudah tidak bernyawa, atau lebih tepatnya tidak terdapat roh kon.
Ichigo cukup lama memandangi boneka itu, ''Biasanya kau cerewet sekali meminta ingin bertemu dengan nee_san-mu itu kon, sekarang kenapa diam saja ? Hm ?'' pertanyaan Ichigo seperti sia-sia karena boneka yang ia ajak bicara itu kini bukan boneka seperti dulu yang dapat menjawab pertanyaannya, beradu argumen dengannya, dan yang lainnya.
Perlahan Ichigo memejamkan matanya, ia berusaha mengingat apa saja yang telah terjadi selama ia menjadi seorang Shinigami pengganti, terlalu berlarut dalam kenangannya hingga ia tertidur, dan terlelap.
Sudah hampir lebih dari berbulan-bulan dimana para Shinigami dan manusia saling menjalani kehidupan mereka masing-masing.
Selama itu lah Ichigo dan kawan-kawan tidak pernah lagi disibukkan oleh hollow yang muncul secara tiba-tiba sehingga mereka harus ijin meninggalkan ruang kelas dengan alasan yang terkadang tak masuk diakal.
''Aku minta yah..'' keigo mengambil chicken katsu milik Ichigo sebelum Ichigo mengatakan ya kepadanya.
''Hei ! Kau ini keigo, hahh ~'' Ichigo mendengus kesal dengan perbuatan Keigo.
''Kau ini Keigo tidak sopan,'' sambung Mizuhiro yang tengah menikmati bekal istirahat mereka di atap sekolah.
''Baiklah baik, ini Ichigo anggap saja kita bertukar makanan tadi,'' Keigo memberikan salah satu makanan bekalnya kepada Ichigo.
''A-Apa-Apan kau, mengambil chicken katsu milikku lalu kau tukar dengan paprica,'' Ichigo melotot kearah Keigo.
''Hahaha, aku tidak suka paprica Ichigo jadi aku tukar dengan itu saja yah,'' Keigo tersenyum sembari terus menikmati bekal makan siangnya.
''Hhh, Ini Ichigo ambil saja,'' Tatsuki mengambil sosis milik keigo dan menaruhnya kedalam bekal makanan Ichigo.
''Hahaha, terimakasih Tatsuki, aku makan,'' Ichigo memakan sosis itu dalam sekali lahap.
''He-Hei ! Itu kan makanan kesukaanku ! Tega sekali !'' keigo terlihat kesal saat Tatsuki mengambil sosis miliknya kepada Ichigo dan Ichigo memakannya.
''Loh ? impas kan Keigo, kau makan punya Ichigo dan Ichigo makan punyamu,'' sambung Chizuru.
''Tapi, kenapa sosis yang kau ambil sosis yang paling besar ? Aku kan berencana memakannya sebagai makanan penutup,'' Keigo sepertinya ngambek.
''Sudah-sudah, jangan bertengkar, ini asano kau boleh ambil bekal milikku. Ambil saja yang mana kau suka,'' sambung Orihime berusaha menjadi penengah dan menyodorkan bekal makanannya kepada Keigo.
Namun saat Keigo melihat bekal milik Orihime, Keigo mengurung niatnya untuk mengambil bekal milik Orihime karena makanan yang terlihat.. aneh dan tidak biasa..
''Err, eh.. ti-tidak, terimakasih Orihime, tiba-tiba saja aku kenyang, hehehe..'' Keigo kembali memakan sisa bekal makanannya.
Yang lainnya mengerti maksud keigo menolak dan mencoba fokus dengan bekal makanan mereka masing-masing, takut-takut jika Orihime akan menawarkan bekalnya kepada mereka.
''Hm, kalau begitu baiklah, aku makan,'' sambung Orihime.
Saat mereka tengah menyantap bekal makan siang mereka masing-masing, tiba-tiba Ichigo merasakan sesuatu.
''Tekanan roh..'' Ichigo menggumam.
Ishida yang menyadari apa yang tengah ia rasakan itupun melihat kearah Ichigo ketika Ichigo angkat suara.
''Apa Kurosaki ?'' tanya Orihime.
''Ah ? Tidak, aku bilang, a-ku sudah selesai, aku duluan yah..'' Ichigo bergegas membereskan bekal makanannya dan beranjak pergi.
''Cepat sekali makannya,'' Keigo nampak kebingungan ketika Ichigo berlari menuju pintu atap.
''Sial ! Aku tidak bisa melacak keberadaan tekanan roh ini, ada apa, biasanya tidak begini,'' Ichigo mengumpat.
''Itu karena dunia kita yang mencoba menyesuaikan tekanan roh dengan Soul Society setelah hogyouku telah kembali ketempat asalnya,'' seorang laki-laki berkacamata dan berambut keunguan telah sukses menjawab pertanyaan Ichigo.
''Ishida ! A-Apa yang kau lakukan ?'' Ichigo terlihat kaget melihat Ishida yang tiba-tiba tengah menyusulnya.
''Hm, kau pikir hanya kau saja yang merasakan tekanan roh ini, aku juga merasakannya bodoh,'' sahut Ishida.
''Cih ! Kalau begitu dimana tepatnya kau merasakan tekanan roh itu jika kau pintar ?'' tantang Ichigo yang tak terima dikatakan bodoh oleh Ishida.
''Taman itu.. Kau lihat ?'' Ishida menunjukan taman yang berada didekat pusat kota Karakura.
Ichigo membelalakan matanya ''I-Itu !'' bukan karena ia melihat hollow disana tetapi seseorang yang tengah melawan hollow tersebut.
''Seperti tidak asing..'' Ishida angkat bicara, ia juga semakin mempertajam pengelihatannya.
Ichigo dan Ishida semakin mempercepat langkah mereka menuju taman tersebut, mereka juga ingin memastikan seseorang yang tengah melawan hollow itu.
Hollow yang sempat membuat masalah itu akhirnya telah teratasi oleh seseorang yang telah berhasil mengalahkannya dengan sekali tebasan.
''Hei ! Kau !'' Ichigo semakin mempercepat langkahnya, meninggalkan Ishida jauh beberapa centi dibelakang.
Seseorang yang merasa dirinya tengah diapanggil itu membalikkan tubuhnya, memastikan apakah dia yang dipanggil. Dan jika memang dia yang dipanggil, siapakah orang itu dan kenapa dia bisa melihatnya.
''HAH~ HAH~ K-KAU !'' nafas Ichigo tersengal akibat memaksakan berlari diluar batas. ''Kau, R-Renji..'' tidak tahu itu adalah sebuah pertanyaan atau gumam-an Ichigo.
Renji menaikan kedua alisnya, ''Ichigo.. ?''
''Hai Renji..'' sapa Ishida yang baru datang, sambil mengatur nafasnya perlahan.
''Ishida juga ? Sedang apa kalian ?'' tanya Renji, sambil memasukkan pedang zenpaku kedalam sarungnya.
''Bodoh ! Harusnya kami yang bertanya begitu ! Lagi pula, kenapa bisa ada Hollow di dunia manusia lagi ? Bukankah Hogyouku sudah kembali ke Soul Society sehingga para Hollow tidak bisa masuk ke dunia manusia lagi ?'' tukas Ichigo.
Ishida yang sedari tadi sudah mengatur nafas menambah pertanyaan ''Apakah ada masalah di Soul Society Renji ?'' sambil membenarkan kacamatanya, Ishida maju selangkah untuk mensejajarkan langkahnya dengan Ichigo.
''Ah.. Aku juga tidak mengerti, tiba-tiba saja kupu-kupu neraka memberikan kabar bahwa didunia manusia muncul hollow dibeberapa titik tempat, jadi sebagian dari kami ditugaskan kesini untuk membasmi hollow-hollow itu..'' jawab Renji seraya melipat tangan didepan dada.
''Kami ?'' tiba-tiba nada bicara Ichigo menjadi sedikit antusias.
''Ya, ak-''
''RENJI !'' seorang gadis tengah bershunpo kearah Renji.
...
''RU-RUKIA ?'' Ichigo mengangkat kedua alisnya seraya tidak percaya dengan siapa ia bertemu saat ini. Ishida melirik Ichigo sebentar kemudian mengalihkan pandangannya kembali kearah gadis tersebut.
''... Kau.. Siapa.. ?'' gadis itu nampak bingung.
Ichigo dan Ishida diam di tempat tanpa ada sepatah kata yang keluar. Memang gadis yang tengah berada diantara mereka ini terlihat sedikit berbeda dari Rukia yang mereka tahu. Rambut panjang melewati bahu, pakaian shinigami seperti Soi Fon tanpa tali, diantara itu semua seperti wajah, mata, postur tubuh dan poni khas milik Rukia memang nampak seperti Rukia yang mereka kenal.
Sampai detik ini masih tak ada satu katapun dapat mereka keluarkan, sehingga mereka sama-sama mengambil kesimpulan bahwa gadis ini bukanlah Rukia. Hanya mirip dengan Rukia saja.
Merasa penasaran gadis itu bertanya ''Kau, kenapa bisa tahu namaku ?'' ,
Ichigo dan Ishida yang tadinya menganggap bahwa itu bukanlah Rukia Kuchiki yang mereka kenal kini membelalakan matanya kembali.
''Jadi.. Kau benar-benar Kuchiki ? Rukia Kuchiki ?'' Ishida bertanya lebih dulu dari Ichigo.
''Y-Ya, baiklah, siapa kalian sebenarnya ?'' Rukia melipat tangannya didepan dada, belum sempat pertanyaannya dijawab ia melontarkan pertanyaan kesekian ''Renji, kau kenal ?''
''Eh,'' Renji menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. ''Bagaimana menjelaskannya yah,''
''Apa ada sesuatu yang terjadi Renji ?'' Ishida kembali bertanya, Ichigo nampaknya masih shock dengan penampilan Rukia yang berubah hampir secara garis besar, namun yang lebih membuatnya kaget.. Kenapa Rukia melupakannya padahal Ichigo selalu mengingatnya sampai saat ini.
''Ya, beberapa bulan lebih kita tida berjumpa pastinya banyak hal yang terjadi,'' Renji menjelaskan hal yang belum menjelaskan apa-apa bagi Ichigo dan Ishida.
Tap.. Tap.. Tap..
Ichigo mengambil beberapa langkah mendekati Rukia. Ketika sudah beberapa centi cukup dekat dengan Rukia, ia memperhatikannya dengan seksama.
Rukia yang tengah dilihat seperti itu jadi salah tingkah, ia mulai menarik lengan baju shinigami Renji. Renji yang mengerti maksud Rukia itu pun mengambil tindakkan.
''Hei Ichigo jangan dilihat sampai sebegitunya, lihat dia mulai menarik lengan bajuku,'' Renji bicara asal.
''Memang kenapa sih ? Aku kan hanya menariknya tidak sampai menyuruh untuk melepas bajumu,'' Rukia memasang muka kesal kepada Renji.
''Hm, memang kau hanya menariknya, tapi harus sampai kapan kau mau tarik setiap bertemu orang yang kenal denganmu ?'' Renji memulai bercanda dengan nada jutek.
''Ka-'' belum sempat Rukia menjawab, Ichigo angkat bicara. ''Hm ! Renji maksudmu ?'' Ichigo mengalihkan pandangan kepada Renji.
''Ya dia selalu menarik lengan baju-'' Ichigo sepertinya suka sekali menyerobot orang yang sedang berbicara, ''Bukan itu, apa maksudmu dengan 'setiap bertemu orang yang kenal dengan Rukia' ? Apa sebelumnya kalian datang kemari ? Atau apa ? Jelaskan semuanya Renji, dan kenapa Rukia tidak kenal dengan kami ?'' Ichigo mulai geram, semua ini membuat ia bingung.
''Hhhh ~ baiklah.. dua hari yang lalu kami sempat datang kesini dengan tujuan yang sama, lalu kami bertemu dengan temanmu yang aneh itu, kalau tidak salah namanya Keigo,'' Renji melepaskan tangan Rukia yang masih meremas lengan bajunya sambil memelototi Rukia bercanda.
Ichigo dan Ishida hanya menyaksikan hal itu ditempat tanpa reaksi apapun sedari awal.
''Waktu itu Rukia tengah memakai konpaku buatan setelah selesai memusnahkan hollow, ia berniat menyusulku, tapi dijalan ia bertemu Keigo oh ya dan satu lagi temanmu Tatsuki,'' Renji melihat kearah Rukia kemudian pandangan dialihkan kepada Ichigo.
''Lalu ?'' sambung Ishida yang sedari tadi mendengarkan.
''Ya mereka mendesak Rukia yang tidak kenal dengan mereka. Untung saja aku tepat waktu, tanpa menjelaskan apapun aku langsung membawa Rukia kembali ke Soul Society,''
''Kau bilang dua hari yang lalu ?'' Ichigo mulai bertanya sambil mengalihkan pandangan kearah Rukia.
''Tapi mereka tidak mengatakan apa-apa pada kami kalau mereka bertemu dengan kalian berdua,'' sambung Ishida, dan dijawab anggukan pelan dari Ichigo.
''Soal itu.. Aku mana tahu.. Mungkin mereka akhirnya mengira itu bukan Rukia, karena penampilannya memang sudah berbeda, mungkin.. '' Renji nampak asal menjawab karena pertanyaan yang ia tidak tahu jawabannya apa.
''Bagaimana dengan satu pertanyaan terakhir yang belum kau jelaskan ?'' sembari Ishida memasukkan tangan kedalam saku celananya.
''Ah, itu pengaruh Hogyouku..'' jawab Renji.
''Apa ?'' Ichigo mulai tidak mengerti kembali.
''Ya, beberapa hari setelah kita kembali kedunia masing-masing, ke 13 batallion pasukan di Soul Society mengadakan ritual penguncian Hogyouku kembali kedalam tubuh Rukia. Setelah Ritual selesai Rukia tidak sadarkan diri hampir seminggu.'' Renji melihat kearah Rukia yang kini duduk dibawah pohon karena merasa kepanasan akibat terik matahari yang menyengat.
''Tidak sadarkan diri ?'' kata-kata yang dilontarkan bersamaan oleh Ichigo dan Ishida.
''Ya, Kapten Yamamoto mengatakan itu hanyalah efek samping, dan saat Rukia terbangun tahu-tahu dia lupa dengan kami semua..''
''Tidak semua,'' Rukia yang sedari tadi diam mulai angkat bicara.
''Iya, iya,'' Renji mengangguk-anggukkan kepalanya.
Ishida berjalan kearah Rukia dan duduk disampingnya ''Memang siapa saja yang masih dia ingat ?''
''Kak Hisana, Byakuya, Aku, beberapa orang di Soul Society dan.. Kaien,'' jawab Renji.
''Kenapa bisa begitu ?'' kali ini Ichigo melakukan hal yang sama seperti Ishida dan duduk disisi lain Rukia.
''Aku juga tidak mengerti, tanyakan saja sama orangnya langsung, kenapa jadi aku terus, memang aku yang lupa ingatan ?'' Renji menggaruk-garuk kembali kepalanya yang baru terasa gatal.
Ichigo mengalihkan pandangan kearah Rukia, ''Kenapa.. Rukia ?'' Rukia pun menengok kearah Ichigo, belum sempat ia menjawab ia bertemu mata dengan Ichigo beberapa saat, violet bertemu hazel, sesaat Rukia merasakan tatapan hangat dari hazel milik Ichigo.
Tiba-tiba segelintir memorinya sewaktu bersama Ichigo muncul, ''Ugh..'' Rukia memegang kepalanya, ia merasa kepalanya terasa berat, matanya pun berkunang-kunang.
Ishida yang melihatnya nampak khawatir ''Kau tidak apa-apa Kuchiki ?'' Ichigo pun nampak mencemaskan keadaan Rukia yang tiba-tiba saja seperti itu.
''Rukia ! Hei ! Katakan padaku apa yang kau rasakan ! Mana yang sakit !'' tanya Renji panik.
Keringat dingin mulai bercucuran disekujur tubuh Rukia, ''Ak- Hah ~ Hah ~'' nampaknya Rukia sulit berbicara. Ichigo yang menyadari hal itu langsung menggendong Rukia dibelakang punggungnya.
''Ishida kembalilah kesekolah, lalu tolong katakan pada Ochi sensei aku ada urusan jadi aku pulang duluan,'' Ishida yang mengindahkan kata-kata Ichigo langsung kembali kesekolah sedang Renji mengikuti Ichigo yang membawa Rukia kerumahnya.
''Aku pulang ! Ayah !'' Ichigo bergegas mencari ayahnya diklinik samping rumahnya.
''Hei Ichigo ada apa kau mencari ayah ? Haaa ~ kau kangen sama ayah yahhh !'' yah, itu lah paman Ishin alias ayahnya Ichigo, selalu nampak ceria kapan pun, dimana pun, bersama siapa pun, dan setiap saat,
''Ayah aku sedang tidak mau bercanda, tolong ayah cepat periksa keadaan Rukia !'' Ichigo segera menempatkan Rukia ditempat tidur kecil klinik Kurosaki.
Ishin nampak kebingungan dengan apa yang dikatakan Ichigo, ''Kau bilang Rukia ? Ichigo ?'' kata Ishin sambil melihat gadis yang tengah diselimuti oleh Ichigo tersebut.
''Iya ayah ! Sudah jangan banyak tanya dulu ayo cepat periksa dia,'' kata Ichigo dengan nada cemas.
Ishin yang menyadari perubahan sikap Ichigo itupun langsung mengerti, ia juga tidak menyangka jika anaknya akan mengeluarkan sisi kecemasannya sampai terlalu menonjol seperti itu.
''Baiklah, minggir dulu nak,'' saat Ishin hendak memeriksa Rukia ia sempat ragu apakah gadis ini benar Rukia atau bukan. Karena terlihat sangat berbeda dengan saat terakhir kali bertemu.
Renji yang sama khawatirnya dengan Ichigo mulai angkat bicara ''Paman bagaimana ? Rukia baik-baik saja kan ?'' Renji bergegas mendekati Rukia,
''Sejauh ini aku tidak melihat gejala-gejala yang aneh-aneh, tapi dia nampak perlu istirahat, dia terlihat kecapean, lihat saja mukanya pucat sekali, dan terlihat sedikit demam,'' Ishin cepat-cepat mengambil kompresan untuk mengompres Rukia agar suhu tubuhnya kembali normal.
''Ayah ! Bisa dia dibawa kekamarnya saja ?'' tanya Ichigo.
''Hei, mana bisa begitu, aku dan Rukia kesini untuk tugas bukan untuk menginap dirumah orang,'' tukas Renji.
Ichigo mengalihkan pandangan kepada Renji dan berkata ''Lalu ?'', Renji terdiam sambil menaikan sebelah alisnya ''Tentu saja, aku akan membawanya kembali ke Soul Society, biarkan dia beristirahat disana karena memang segala pengobatan yang dia butuhkan ada disana, Ichigo,'' Jawab renji sekenanya.
''Maksudmu, klinikku ini tidak ada apa-apanya begitu ?'' Ichigo merasa tersindir dengan perkataan Renji, tidak terlihat seperti Ichigo yang biasanya.
''Apa ! Aku sama sekali tidak bilang begitu Ichigo, kau jangan salah paham dulu. Di Soul Society Rukia bisa mendapatkan atom roh untuk memulihkan tenaganya.'' jelas Renji hendak menggendong Rukia seperti yang dilakukan Ichigo saat ia membawanya ke klinik Kurosaki.
Seakan masih belum terima Ichigo masih berusah mencari alasan yang lain agar Rukia istirahat dirumahnya, ''Tap-''
''Sudahlah Ichigo.'' sambung Ishin.
Ichigo melihat kearah Ishin, ''Apa yang Renji katakan itu memang benar, atom roh di Soul Society dapat membuat Rukia merasa lebih baik. Di dunia kita atom roh seperti itu tidak ada.'' penjelasan Ishin menyadarkan Ichigo.
Walaupun Ichigo masih belum bisa menerima tapi ia membiarkan Renji membawa Rukia.
''Akan aku rawat..'' ketika Renji berjalan menuju pintu keluar.
Ishin yang mendengar hal itu sedari tadi hanya melihat Renji yang tengah membawa Rukia, sedangkan Ichigo terdiam ''Memang sudah seharusnya..'' kemudian ia tersenyum, senyum yang terlihat canggung.
Sambil mengambil beberapa langkah Ichigo mendekati Renji, ''Kau.. Kabari aku yah, dan lain kali jika bertugas kesini mampirlah dulu, jangan seperti orang sombong begitu, dasar sombong !'' ucap Ichigo yang awal nada bicaranya terlihat lesu, namun tiba-tiba menjadi kesal.
''Haha, iya tenang saja aku kabari. Dan bukannya aku bermaksud sombong ! Sejak dari kemarin-kemarin kami tugas, tentu saja aku mau berkunjung, tapi sayangnya kondisi Rukia tidak memungkinkan, setiap selesai tugas dia harus pulang.. Itu pesan Byakuya,''
''Byakuya yah, sampaikan salamku padanya, dan kau masih berhutang menjelaskan kenapa Rukia tidak ingat denganku,'' kata Ichigo seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan tangan sebelah kirinya.
Ishin yang melihat hal itu hanya tersenyum melihat tingkah anak laki-lakinya. ''Ah Renji, aku sempat main ketoko Urahara tapi setiap aku kesana kenapa kelihatannya seperti tidak ada orang ?'' tanya Ishin.
''Ayah kesana ? Untuk apa ?'' tanya Ichigo penasaran.
Renji menyerobot pertanyaan Ichigo sebelum Ishin sempat menjawab ''Ah Urahara sepertinya sedang meneliti sesuatu, aku rasa mengenai hollow yang belakangan sering muncul paman,'' jelas Renji.
'pantas saja waktu itu dia tidak ada' bisik Ichigo dalam hati.
''Baiklah aku tidak bisa berlama-lama lagi, Rukia harus segera mendapatkan pengobatan, permisi paman, sampai jumpa lagi Shinigami pengganti,'' terlihat tawa licik Renji sebagai sebuah candaan.
''Sial kau !'' dengus Ichigo. ''Biar aku antar, ayah aku keluar sebentar,'' Ichigo membiarkan Renji keluar lebih dulu setelah membukakan pintu untuknya.
dengan satu mantra munculah pintu gerbang menuju Soul Society. ''Nah Ichigo, aku dan Rukia pulang dulu yah, Jaa,'' Ichigo hanya menganggukkan kepala saat itu.
Saat Renji berjalan menuju pintu gerbang Ichigo menyempatkan diri melihat wajah Rukia yang terlihat pucat walaupun dari jarak jauh. Dan sebelum pintu gerbang menutup Ichigo masih sempat melihat punggung kecil Rukia dari belakang. ''Cepat pulih Rukia,'' gumam Ichigo hingga pintu gerbang menutup dan menghilang dengan sendirinya.
''Apa yang terjadi Renji ?'' tanya seorang laki-laki berperawakan tinggi, berambut panjang hitam legam, menggunakan jubah kapten bertuliskan angka 6 dalam huruf kanji. Suaranya terdengar seperti orang cemas namun expresinya tidak memperlihatkan hal yang sama. Siapa lagi jika bukan Byakuya Kuchiki.
Renji pun menjelaskan ''Rukia kelihatannya kecapean kapten,'' Renji tidak mengatak hal yang sebenarnya.
Masih dengan expresinya yang datar, ''Apa ada hal lain ?'' lanjut Byakuya.
Renji pun bingung harus mengatakan bertemu Ichigo atau tidak, akhirnya.. ''Tadi.. Kami, sempat bertemu dengan Ichigo, kapten..'' Jawab Renji agak grogi sepertinya.
Byakuya terlihat terkejut, namun kali ini ia tidak berkata apa-apa. Hingga akhirnya Renji memutuskan untuk kembali berbicara ''Ichigo nampaknya masih dapat merasakan tekanan roh, karena sewaktu aku bertugas dia datang ketempat aku sedang melawan hollow kapten,'' terang Renji.
Byakuya masih belum berbicara sama sekali. Merasa sedikit canggung Renji masih meneruskan ceritanya, ''sewaktu Rukia pingsan, Ichigo sempat membawanya ke klinik milik mereka. Dan.. Paman Ishin sempat memeriksa Rukia..'' lengkap Renji.
''Lalu apa kata Ishin ?'' kali ini Byakuya mulai mengeluarkan suara.
Renji yang kaget dan sempat menaikan kedua alisnya itu pun menjawab, ''Err ~ ia tidak menemukan ada gejala aneh pada Rukia, ia hanya kecapean dan harus istirahat, begitu kapten..'' kali ini Renji mengalihkan pandangan kearah Rukia.
Ia merasa kasihan dengan gadis yang ia kasihi itu, wajahnya pucat, tidurnya pun terlihat kurang nyaman, dan suhu tubuhnya yang tak menentu.
Byakuya yang juga melakukan hal yang sama dengan Renji, tiba-tiba melirik kearah Renji, ''Hari ini tugasmu temani dan jaga Rukia, jika ada sesuatu yang darurat kabari aku, mengerti ?'' tukas Byakuya.
Renji tidak menyangka dengan apa yang dikatakan Byakuya saat itu, ia membiarkan dirinya untuk tidak menyelesaikan setumpuk kertas yang menanti dan menunggu untuk dipelajari dan ditandatangani untuk kemudian dilaporkan ke Byakuya. Dan malah membiarkan dia menjaga dan menemani Rukia. Selain itu, betapa ia menyadari rasa perhatian Byakuya yang ia tunjukkan kepada Rukia. Kasih sayang seorang kakak kepada adiknya, yang ditunjukkan oleh seseorang yang berexpresi datar seperti Byakuya. Memang terlihat lucu dimata Renji tapi ia menyadari betapa tulus kasih sayang kaptennya yang ia hormati itu kepada Rukia.
''Ya ! Aku mengerti kapten ! Serahkan padaku !'' ucap Renji dengan lantang sambil menunjukkan hormat dengan mengangkat tangan sebelah kanannya sejajar dengan dahi.
Kemudian tanpa menjawab, Byakuya keluar dari kamar Rukia, kamar yang luasnya hampir 2x dari kamar milik Rukia dirumah Ichigo.
''Hmmm..'' entah sudah menjadi yang keberapa kali Rukia menggumam dalam tidurnya.
Renji yang tengah tertidur dalam posisi duduk dan bersandar di lemari dekat futton milik Rukia itu pun terbangun. Ia segera menggeser badannya menuju Rukia, meletakkan punggung tangannya tepat dikening Rukia.
Renji tersenyum ''Sudah turun.. Syukurlah..'' sembari menarik tangannya dari kening Rukia. Kesempatan bagi Renji untuk melihat wajah Rukia yang tengah tertidur. 'manis' semburat merah muncul disekita wajah Renji.
Namun tiba-tiba tatapan matanya terlihat sendu, ''Kau membuatku cemas..'' ucap Renji.
''Hhhh ~ ma-af..'' perlahan Rukia membuka matanya, namun tidak membulat sempurna. Mungkin karena efek demam.
Renji kaget karena Rukia tiba-tiba terbangun, ''Rukia ? Se-Sejak kapan ?'' ucap Renji salah tingkah.
''Se-jak kau mem-perhatikan-ku..'' jawab Rukia.
Sukses wajah Renji semerah tomat saat ini, ''I-Itu, ja-jangan salah paham Rukia..'' Renji semakin salah tingkah.
Rukia melengkungkan sedikit senyumnya, ''Renji, bisa to-long uhukk ! ambilkan aku minum ? uhuk ! uhuk ! ''
''Ah ! Tunggu sebentar, aku akan kembali,'' Renji segera kedapur mengambil air yang diminta Rukia.
Sementara itu..
''Uhuk ! Uhuk ! Hhhh..'' Rukia terus terbatuk-batuk diatas futtonnya. Selain itu, ia juga mencoba mengingat apa yang terjadi sampai ia berada diatas futtonnya dengan keadaan seperti ini.
Sekelibat bayangan sewaktu ia berada ditaman bersama Renji dan anak laki-laki bernama Ichigo dan temannya Ishida. Ia mulai ingat mengapa ia pingsan, sewaktu bertatapan dengan Ichigo, muncul memori-memori yang sempat berputar dalam bayangan Rukia.
''Ugh !'' Rukia memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa sakit kembali. ''Dia.. Itu..''
''Ini Rukia,'' Renji telah datang dengan segelas air putih segar dan secangkir kecil teh hangat.
''Seingatku aku hanya minta air,'' ucap Rukia sambil mencoba bangkit dari futtonnya.
Renji yang melihat Rukia tengah bersusah payah bangun ikut membantunya, ''Kau cerewet sekali ! Bukannya berterimakasih, teh itu bagus sebagai pengganti aroma teraphy !'' kata Renji sambil menyuguhkan air putih kepada Rukia.
''Baik dokter..'' Rukia menjulurkan lidahnya setelah iah menelan habis air yang ada dimulutnya,
Renji mau tidak mau menahan tawa setiap kali Rukia melakukan hal tersebut dihadapannya, ''Kau ini, ini..'' Renji menyodorkan teh kali ini.
''Hmmm.. Wangi sekali..'' ucap Rukia.
''Kubilang juga apa..'' sahut Renji.
''Terimakasih Renji..'' Rukia meneguk habis teh buatan Renji itu.
''Ya, kau istirahatlah lagi sana..'' ketika Renji tengah membereskan gelas-gelas minum Rukia, tiba-tiba Rukia bertanya ''Anak laki-laki itu.. ... siapa ?'', Renji mengalihkan pandangannya ke arah Rukia,
''Nanti saja kalau kau sudah baikan, akan aku ceritakan, sekarang istirahatlah dulu,'' kata Renji.
Namun Rukia keras kepala ingin Renji menceritakan padanya saat itu juga, setelah bersih keras akhirnya Renji menyerah dan menjelaskan kepada Rukia.
''Hhhh ~ kau ini, keras kepala sekali ! Baiklah.. Dia itu temanmu juga, waktu itu kau hampir dieksekusi mati karena kau memberikan setengah kekuatan shinigamimu kepadanya namun akhirnya dia menyelamatkanmu, bahkan kau sempat menetap didunia manusia dan menginap dirumahnya,'' jelas Renji.
Rukia melebarkan pandangan matanya ''A-APA ! Mana mungkin aku senekat itu !'' ungkap Rukia.
Renji menarik nafas sejenak, ''Tadinya aku juga berpikiran sama dengan apa yang kau katakan, namun setelah aku dengan Nii_sama mu yang melihat dengan mata kepala sendiri, kami baru mepercayainya.'' jelas Renji sambil melipat tangan didepan dada dan menarik nafas kembali.
Rukia sempat terdiam beberapa saat, banyak sekali pertanyaan yang ingin ia tanyakan saat itu, ''Aku memberikan setengah kekuatanku untuknya, menetap dan menginap dirumahnya, itu berarti apakah aku dekat dengannya ?''
''Kalian berdua memang selalu berdua selama menjalankan misi dari Soul Society ataupun diluar itu, itu sih yang sepengelihatanku saja,'' Renji mulai melihat kearah taman depan pintu jendela kamar Rukia yang terbuka.
Rukia menarik nafas sejenak,''Aku.. Sempat terbayang-bayang memori tentang dia, dan disitu ada aku..'' ucap Rukia sambil memainkan kedua jarinya.
Renji kembali melihat kearah Rukia, ''Kapan ?'', Renji menggantikan tatapannya melihat kebawah lantai ''Apa.. waktu kau terlihat aneh saat itu ?'' sambung Renji.
''Ya..'' jawab Rukia singkat.
Suasana menjadi sepi. Tiba-tiba Renji teringat hal sewaktu Hogyouku belum disematkan kedalam tubuh Rukia, mereka berdua masih sempat bercanda diatas atap dibawah senja dan Rukia mengatakan apa yang dia rasakan saat merindukan masa-masa bersama teman-temannya didunia manusia termasuk.. Ichigo..
''Sebaiknya jangan terlalu dipaksakan..'' Rukia merespon dengan mengangkat kedua alisnya ketika Renji mengatakan hal seperti itu.
''Kenapa ?'' Tanya Rukia.
''Biarkan memorimu kembali dengan sendirinya secara perlahan-lahan, jangan terlalu dipaksakan kau ingat-ingat seperti itu,'' Renji beranjak dari tempatnya dan duduk di taman didepan kamar Rukia yang pintunya terbuka..
''Aku hanya tidak mau melihat kau seperti itu lagi,'' itu lah kata pelengkap Renji.
''Kau ini, kau lihat kan sekarang aku sudah tidak apa-apa ?'' sambung Rukia.
''Sekarang memang ! Tapi coba kau sendiri yang melihat keadanmu yang seperti itu ! Kau pikir siapa yang tidak cemas !'' nampaknya Renji terlihat marah menanggapi kata-kata Rukia yang asal.
Renji meneruskan ''Jangankan aku, Ichigo dan Ishida yang ada disana saja sudah seperti orang kebingungan harus melakukan apa !'' seraya Renji mengambil langkah duduk disamping futton Rukia.
Nampaknya kali ini Rukia mengerti betapa Renji sangat memperhatikan dan memperdulikannya.
''Tapi kenapa diantara semua orang yang aku kenal hanya beberapa orang di Soul Society termasuk kau, Byakuya_nii, kak Hisana, dan Kaien saja yang aku ingat ?'' tanya Rukia bingung.
''Soal itu juga menjadi pertanyaanku Rukia, kau yang merasakan maka hanya kau yang tau jawabannya,'' jawab Renji.
''Tapi aku tidak tahu,'' lagi pertanyaan Rukia menghujam.
''Maka jangan dipaksakan !'' geram Renji. ''Aku kan sudah bilang biar nanti memori itu muncul sendiri perlahan-lahan beserta dengan alasan-alasannya,'' lengkap sudah apa yang ingin dikatakan Renji kini.
Rukia tersenyum, ''Hmmm, mungkin kau benar,'' Rukia mulai mengusap-usap matanya, ''Aku ngantuk sekali Renji aku tidur duluan yah, kau juga sebaiknya istirahat, kalau kau sakit aku juga bisa cemas padamu, nanti siapa yang mau merawatku selain kau,'' sahut Rukia sambil bercanda.
Renji membantu Rukia untuk tidur dan memakaikan selimut. Nampak juga Renji tersenyum mendengar perkataan Rukia.
''Istirahtlah yang benar ! Aku dengar kita akan mendapatkan tugas berat minggu depan, kau harus dalam keadaan yang sehat, mengerti ?'' tukas Renji.
''Ya, Renji_nii aku mengerti, weee ~'' selesai menjulurkan lidahnya Rukia mulai memejamkan mata. ''Kau juga istirahat sana,''
Renji menjawab ''Iya,'' singkat padat nan jelas. 'Renji_nii ?' gumam Renji sambil melipat tangannya didepan dada seraya menaikan sebelah alisnya.
Kamar ini terlihat gelap, nampak tak satu cahapun yang menyala disana. Tetapi seorang anak laki-laki nampaknya masih belum tertidur walaupun kamarnya terlihat gelap secara keseluruhan.
''Rukia.. Kenapa ?'' ya, Ichigo bertanya hal sedemikian dan berharap ia mendapatkan jawaban yang ia inginkan.
Ringtone hp milik anak maskulin itu berbunyi, nada sms masuk.
From : Ishida
'Bagaimana keadaan Kuchiki ?'
Ichigo segera membalas message dari Ishida.
To : Ishida
'Dia tidak disini, dia dibawa kembali oleh Renji ke Soul Society, katanya disana terdapat atom roh yang Rukia butuhkan untuk kesehatannya,'
Dilain tempat sebuah flat milik seorang quincy, siapa lagi jika bukan Ishida. Pesan masuk yang telah ia baca itu ia balas,
To : Ichigo
'Begitu. Kalau itu memang yang terbaik untuk kesembuhan Rukia ya kita doakan saja dia segera sembuh. Hei, Ochi Sensei memberikan tugas merangkum dari hal. 101-104, besok pagi dikumpul. Jangan lupa dikerjakan, itu banyak sekali kau tahu ? Tidak akan selesai kalau kau kerjakan disekolah pagi-pagi.'
Ichigo yang menerima sms itu tidak menyangka Ishida akan sebegitu perhatian padanya, berbeda dari Ishida yang biasanya suka mengolok-olok Ichigo dan selalu menganggapnya sebagai 'rival'.
To : Ishida
'Yah pasti, dan aku berharap ingatannya cepat pulih. Oh, begitu, baiklah akan ku kerjakan terimaksih yah Ishida yang baik, hahahaha'
Sedangkan di flat Ishida, 'hm, bodoh' bisik Ishida dalam hati, terlihat setengah lengkungan bibirnya naik keatas, tersenyum miring..
To : Ichigo
'Aku juga berharap demikian. Aku memang baik bodoh,'
Ichigo yang menerima balasan sms Ishida itu hanya nyengir ria dan tidak membalasnya lagi, ia tahu itu hanya candaan Ishida. Kemudian ia menyalahkan lampu meja belajarnya dan mengerjakan tugas yang diberikan Ochii sensei.
''Seharusnya keadaan di Soul Society dengan dunia manusia sudah bisa terbebas dari yang namanya hollow, paling tidak tugas kita hanya tinggal mengkonsoh roh gentayangan,'' seorang laki-laki lanjut usia dengan jenggot kepangan khas miliknya tengah berbicara ditengah rapat kapten 13 batallion pasukan.
''Sepertinya kita membuat kesalahan ketika melakukan penyerangan di Hueco Mundo ketua,'' kali ini laki-laki berjenggot dengan topi tudung khas miliknya, dan jubah kapten yang berbeda warna sendiri dengan kapten yang lain angkat bicara.
''Padahal kami yakin saat melakukan penyerangan semua musuh telah dikalahkan,'' seorang laki-laki pendek dengan rambut putih yang menghiasi kepalanya ikut menyumbangkan suara.
''Lantas sekarang apa yang harus kita lakukan ketua ?'' tanya seorang perempuan yang terlihat sangat keibuan dengan rambut kepangan berada didepan.
''Dunia manusia saat ini sedang gencar kemunculan hollow secara tiba-tiba, jumlahnya pun tidak masuk diakal.. Maka besok harus secepatnya kita mengirimkan pasukan-pasukan yang sudah ditentukan untuk menjalani misi didunia manusia !'' tegas laki-laki yang dipanggil ketua tersebut.
Mendengar hal yang telah disampaikan oleh ketua tertinggi dari ke 13 batallion pasukan tersebut, seorang laki mengangkat kedua alisnya dan angkat suara, ''Maaf ketua Yamamoto, tapi saat ini Rukia masih dalam proses penyembuhan, apakah harus ia dikirim ke sana ?''
Yamamoto melirikan matanya kearah kakak dari Rukia Kuchiki tersebut. Ya, Byakuya Kuchiki. ''Tidak ada jalan lain Byakuya, pasukan-pasukan yang telah ditunjuk tidak bisa digantikan posisinya / tidak menjalani tugas, karena saat ini keadaanya sedang terdesak..'' Yamamoto bangkit berdiri dari posisinya semula.
''Mereka yang terpilih pun bukan karena dipilih secara undi / asal, mereka terpilih karena mereka telah dipercaya, telah melakukan pelatihan yang baik saat berada diakademi, dan telah menunjukkan kemampuan mereka masing-masing sebagai pasukan yang berkualitas,''
Yamamoto menarik nafas sejenak seraya memejamkan matanya, ''Dengan kata lain mereka adalah orang-orang yang telah diakui kemampuannya dan dipercaya untuk menjalani misi kali ini, mengerti ?'' Yamamoto membuka matanya dan melihat kembali kearah Byakuya.
Byakuya yang sedari tadi tetap dalam posisi dan expresinya yang datar pun merespon perkataan Yamamoto, ''Ya,''
Seolah mengerti apa yang dirasakan Byakuya, laki-laki pendek tadi ikut berbicara, ''Ketua, Kuchiki merupakan wadah Hogyouku kita pun belum lama menyegelnya kedalam tubuh Kuchiki.. Belum lagi kondisi Kuchiki yang saat ini tidak mengingat sebagian memorinya, tentu ini dapat mebahayakan Kuchiki,''
Yamamoto terdiam, sesaat ia mencoba mencerna seluruh perkataan laki-laki tersebut dan membenarkannya, ''Lalu, menurutmu apa yang sebaiknya dilakukan, Toushiro ?'' tanya Yamamoto.
''Biarkan beberapa dari kapten 13 batallion pasukan membimbing mereka, ketua..'' jawab Toushiro lantang.
Byakuya melirik kearah Toushiro sebentar kemudian memfokuskan kembali pandangannya kedepan, kapten batallion 13 pasukan yang lain pun juga sempat kaget dengan pernyataan Toushiro.
''Hmmm...'' gumam Yamamoto.
... ... ... suasana hening beberapa menit, hingga kemudian..,
''Baiklah, kalau begitu hanya kau dan Byakuya yang kuutus dalam tugas ini, bimbing dan arahkan mereka dengan baik dan benar, kalian mengerti ?''
Byakuya dan Toushiro sempat tidak percaya dengan keputusan Yamamoto namun mereka telah mengatakan bersedia setelahnya. Rapat pun ditutup.
''Bisa-bisanya disaat kau sedang seperti ini masih diutus untuk menjalankan tugas,'' gerutu Renji sambil memastikan barang-barang bawaannya.
''Saat sedang sakit bukan berarti harus memanjakan orang sakit kan ?'' terus Rukia.
Renji menghentikan aktifitasnya sebentar untuk melihat kearah Rukia, ''Kau ini.. Siapa juga yang bilang harus memanjakan orang sakit ? Maksudku itu setidaknya kau diberikan dispensasi hingga kau sembuh baru kau datang untuk menjalankan tugas,''
Rukia tersenyum, ''Memang aku sakit apa ? Kau itu terlalu berlebihan, seperti aku terserang penyakit ganas dan mematikan saja, aku kan hanya demam ! Lagipula sekarang aku juga sudah merasa baikan,'' membalas perkataan Renji,
''Hhhh ~ kau keras kepala sekali, mau sakit apa tetap saja kan kau baru sembuh ?'' pekik Renji.
''Hei Renji, yang sakit itu aku, yang merasakan aku, dan yang punya tubuh pun aku, maka akulah yang lebih tahu dengan kondisiku,'' jawab Rukia sambil tertawa,
Renji mendengus kesal namun akhirnya mencoba mengerti Rukia, karena jika dia berada diposisi Rukia mungkin dia juga akan melakukan hal yang sama. 1 hal yang ia tahu, dirinya dan Rukia sama-sama tidak mau menjadi beban bagi orang lain, dan bahkan Rukia paling tidak suka jika ia diperlakukan berbeda dalam keadaan apapun.
''Oke, kau sudah sehat, namun akan lebih luar biasa sehat jika kau minum obat dulu,'' Renji hendak mencari obat Rukia,
''H-''
''Jangan membangkang ! Aku sudah bilangkan aku cemas denganmu, sebentar lagi kita akan pergi ke Karakura, setidaknya minum obat dan istirahatlah sebentar untuk memulihkan tenagamu dulu. Nii_sama-mu dan Kapten Hitsugaya membelamu agar tidak ikut misi tapi akhirnya kau tetap ikut misi dengan syarat beberapa Kapten dari 13 batallion pasukan ikut untuk membimbing, dan yang diutus adalah Toushiro Hitsugaya dan Nii_sama-mu, setidaknya hargailah usaha mereka yang membelamu dengan menunjukkan kondisi terbaikmu Rukia..'' panjang lebar Renji berusaha memberikan penjelasan dan pengertian kepada Rukia,
Rukia kembali teringat akan memorinya sewaktu bersama Kaien,
'hati kita itu ada disini..'
'saat kau sedang bersama temanmu maka disitulah hatimu berada..'
Rukia tersenyum kembali, kali ini senyumnya nampak sangat berbeda dengan senyuman tulus lainnya yang pernah ia tunjukkan,
''Roger ! Arigatou Renji ~''
Renji yang melihat senyuman Rukia itupun merasakan kehangatan dari senyuman tulus Rukia. Ia pun membalas senyum Rukia,
''Ini obatmu,''
Sebuah gerbang dari dunia yang berbeda kini telah terbuka menuju dunia manusia, beberapa dari mereka yang telah diutus untuk bertugas pada akhirnya akan memulai hari baru dan tugas baru disini. Ya, memang terlihat seperti bernostalgia pada beberapa waktu yang lalu.
''Wahhh ! Sudah lama sekali kita tidak kesini, dan nampaknya tidak ada yang berbeda yah dari karakura ?'' seoarang laki-laki yang terlihat feminim membuka suaranya paling pertama.
''Memang apa yang kau harapkan Yumichika ?'' tanya seorang laki-laki berkepala botak.
''Tidak, hanya saja aku pikir setelah sekian lama tidak kesini mungkin akan ada sedikit perubahan, ternyata.. tanah masih tetap ada dibawah dan langit tetap berada diataaass ~'' sambut Yumichika dengan menunjukkan gayanya yang hampir mirip dengan keigo.
Laki-laki botak itu pun mendengus kemudian membuka mulutnya, ''Dasar bodoh ! Memang sejak kapan langit ada dibawah dan tanah ada diatas ! Sekalian saja kau bilang perempuan jadi laki-laki dan yang laki-laki jadi perempuan..''
''Hei jangan tarik urat begitu Ikaku, kepalamu terlihat jelek jika sedang marah-marah,'' ketus Yumichika.
Ikaku terlihat geram ketika Yumichika mengangkat-angkat sesuatu mengenai kepalanya, ''Apa kau bilang ! Memang apa hubungannya dengan kepalaku !''
''Hei sudahlah ! Kita kesini bukan untuk berdiskusi hal-hal semacam itu !'' kali ini Toushiro menengahi.
''Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang ?'' tanya Byakuya.
''Hari ini juga kita akan melakukan penyamaran seperti dulu, menjadi murid disekolah, dan sebagai tempat peristirahatan sudah kau tangani kan Rangiku ?'' Toushiro seraya melihat kearah Rangiku yang berada disampingnya.
''Ya, Kapten ! Jadi mulai hari ini kita akan bertemu Kurosaki dan kawan-kawan yah ! Wah berarti ini kesempatan untuk mengembalikan ingatanmu Rukia_chan,'' Rangiku memeluk Rukia yang sedari tadi kalem ditempat.
''Kemungkinan bertemu mereka kecil Rangiku,'' sambung Toushiro.
Yang lain menatap kearah Toushiro kecuali Byakuya. Memang sejak awal hanya para kapten lah yang mengetahui hal ini, dan mereka baru mempublikasikannya hari ini.
''Maksud Kapten ?'' tanya Renji kali ini,
Toushiro membalikan badannya untuk memberikan penjelasan kepada mereka, ''Kita tidak menyamar disekolah Ichigo yang dulu, melainkan disekolah yang berbeda,''
Situasi masih hening dan telinga meraka terfokus hanya pada suara Toushiro,
''Hal ini dikarenakan, aktifitas hollow yang lebih sering aktif dilain tempat yang jauh dengan Karakura High, maka kita akan menjadi murid di Fantasia High yang berada diperbatasan Karakura High lebih tepatnya ada di pusat kota Karakura, ini berguna untuk mempermudah dan mempercepat gerakan kita dalam membasmi hollow yang datang,'' sambung Toushiro.
''Apa karena itu juga kapten menyuruhku untuk mencari tempat singgah didaerah pusat perkotaan Karakura dan bukan didekat kediaman Kurosaki maupun Karakura High ?'' Rangiku melontarkan pertanyaannya.
Toushiro melipat tangannya seraya menjawab pertanyaan Rangiku dengan singkat, ''Ya,''
''Kita sudah terlalu banyak membuang waktu untuk berdiskusi, lebih baik cepat ganti baju seragam masing-masing sekarang juga, barang-barang sementara kita taruh diloker sekolah,'' lanjut Byakuya.
Toushiro melihat kearah Rukia, ''Kita dibagi menjadi 2 tim, tim pertama dipimpin Byakuya beranggotakan Yumichika, Ikaku, Kira dan Momo,''
''Baik !'' seru Yumichika, Ikaku, Kira dan Momo seraya berkumpul kebelakang Byakuya.
''Sisanya, Kau *Rukia*, Renji, Hisagi, dan Rangiku dibawah pimpinanku,'' sambung Toushiro.
''Siap Kapten !'' seru Rukia, Renji, Hisagi, dan Rangiku.
Byakuya kemudian menambahkan hal yang belum dilengkapi oleh Toushiro, ''Ini berarti dimanapun kalian berada kalian tetap bersama kelompk masing-masing terkecuali ada panggilan terdesak / yang lainnya, selain itu kelompokku merupakan tingkat dua dan kalian berada ditingkat satu, itu berati kami senpai kalian, kalian mengerti ?'' tukas Byakuya lantang namun dengan expresinya yang datar.
''Ya ! Kami mengerti Kapten !''
Setelah rapat diskusi itu mereka bergegas bershunpo menuju Fantasia High.
Rukia terkejut dengan sekolah yang sekarang berada didepan matanya ini, sekolah yang sangat besar bergaya modern, dengan kaca transparan menjadi pengganti dinding sebagai interior depan sekolah, seragam sekolah yang terlihat 'keren', dan.. masih banyak lagi kejutan didalam sekolah ini.
Dan nampaknya bukan hanya Rukia yang terpanah dengan sekolah ini, semua terkecuali Byakuya dan Toushiro juga menggambarkan exprsi yang serupa dengan Rukia diwajah masing-masing.
''Ini.. Luar Biasa !'' gumam Rukia.
''Ini sekolah seni, wajar saja apa yang terlihat disini layaknya kanvas putih penuh warna abstrak dan menarik hati,'' ujar Byakuya.
''Waaahh ! Aku sudah tidak sabar mengikuti kelasnya ! Ayo cepat kita masuk !'' Rangiku nampaknya sangat bersemangat kali ini.
Setelah itu mereka semua masuk kedalam aula sekolah, dan menuju keruang kelas masing-masing secara berkelompok setelah sebelumnya mereka mengkonfirmasi kedatangan mereka sebagai murid baru.
Bel istirahat berbunyi di Karakura High, dan dikelas 1-3..
''Ichigo ! Curang sekali ! Bagaimana bisa kau mengerjakan PR yang diberikan Ochi sensei ? Padahal kan kemarin kau tidak masuk dikelasnya kan !'' Ketus Keigo.
''Aku tidak masuk bukan berarti aku tidak tahu ada tugas dan aku tidak mengerjakannya kan Keigo,'' jawab Ichigo malas ditempat duduknya.
''Tapi, ku kira kau tidak tahu dan tidak mengerjakannya ! Untuk itulah agar aku menemanimu dihukum Ochi sensei, aku rela tidak mengerjakan tugasku, malah akhirnya aku sendirian yang dihukum mengerjakan tugas 4x lipat dari tugas yang sebelumnya diberikan,'' kali ini Keigo terlihat seperti seorang wanita yang ngambek dengan pacarnya,
Tatsuki datang memukul kepala Keigo, lebih tepatnya menjitak kasar, ''Kau jangan cari-cari alasan, sudah salah sendiri malah menyalahkan orang lain,'' geram Tatsuki.
''Aduhh ! Kau ini tega sekali sihh Tatsuki ! Kasar dan kejam, hikz..'' Keigo mengelus kepalanya yang sempat dijitak Tatsuki itu.
''Tidak akan terjadi jika kau tidak memulai Asano,'' Mizuhiro datang berkumpul.
''Sudahlah, lagipula aku bisa tahu ada tugas itu karena Ishida yang meberitahuku, dan aku mana pernah tidak mengerjakan pekerjaan rumah Keigo, aku manatahu kau sampai hati melakukan hal seperti itu, gomen,'' sambung Ichigo yang mulai kesal dengan suasana gaduh seperti ini, ia sedang membutuhkan ketenangan untuk berpikir jernih dan menyendiri.
Sado yang mengerti nada bicara Ichigo yang seperti itu pun mencoba untuk membuat mereka tenang dan tidak berargumentasi kembali. ''Sudahlah, ini seharusnya bukan menjadi masalah yang harus dibesar-besarkan,''
''Jika kau mau nanti aku akan membantumu mengerjakan setengah dari tugasmu,'' sulit dipercaya Sado menawarkan hal yang seperti ini kepada seorang Keigo.
Keigo pun hanya kaget mendengarkan apa yang dikatakan Sado. Tidak hanya Keigo, yang lainnya pun Juga.
''Sado ?'' tanya Tatsuki berusaha meyakinkan.
''Ah ! Sado benar ! Sebagai teman yang baik kita kan harus saling membantu, aku juga akan membantumu kok Asano,'' ujar Orihime kali ini.
''Kau ! Orihime !'' kali ini Tatsuki melihat kearah Orihime.
''Kenapa ? Tatsuki juga lebih baik ikut saja, hitung-hitung kita bisa belajar bersama, bagaimana teman-teman yang lain ?'' tanya Orihime dengan nada cerianya yang seperti biasa,
''Aku tidak mau,'' kata Tatsuki,
''Ayolah Tatsuki, jangan begitu,'' pinta Orihime. Akhirnya Tatsuki pun luluh dan sedikit 'terpaksa' dengan ajakan Orihime,
'Kalau saja bukan karena Orihime aku mana mau,' umpat Tatsuki kesal dalam hati.
''Aku tidak ikut yah,'' ujar Ichigo, yang lain mengarahkan pandangan kepada Ichigo.
''Apa Ichigo ! Teman macam apa kau, tega sekali,'' Keigo mulai menunjukan sifatnya yang berlebihan di depan Ichigo.
''Maaf Keigo, aku mau membantumu, hanya saja perasaanku sedang tidak enak.. Aku sedang ingin sendiri.. Maaf yah,'' Ichigo bangkit dari tempat duduknya setelah mengucapkan apa yang ada dibenaknya. Kemudian ia mengambil langkah menuju tempat dimana murid-murid jarang mendatangi tempat tersebut yaitu, atap..
''Kurosaki,'' Orihime bangkit dari tempat duduknya hendak menyusul Ichigo, namun langkahnya dihentikan oleh Tatsuki, ''Lebih baik jangan Orihime,''
''Tapi-''
''Biarkan ia menyendiri dulu,'' ujar Sado kali ini,
''Si Ichigo itu kenapa sih ? Akhir-akhir ini kelihatan aneh, Hhhh ~'' ujar Keigo.
''Yang aneh itu kau,'' sambung Tatsuki dan Mizuhiro bersamaan,
''Apaaa ! %#?€£!&§ '' tidak jelas dengan apa yang diungkapkan Keigo, namun akhirnya dibalas dengan Tatsuki dan Mizuhiro, akhirnya terjadilah perdebatan yang mengandung unsur candaan diruang kelas tersebut.
Seorang laki-laki berkacamata yang sedari tadi duduk dimejanya dan memperhatikan kejadian itu pun mempertanyakan dengan apa yang terjadi pada Ichigo.
Sementara di Fantasia High...
''Renji, disini menyenangkan yah ?'' Rukia merentangkan kedua tangannya diatas atap, mencoba meresapi angin semilir yang berhembus.
Renji mengambil posisi tidur dengan tangan yang dijadikan sebagai bantalan kepala merespon Rukia, ''Ya, dibanding Karakura High aku lebih suka disini, hahaha..''
Rukia menutup matanya seolah ingin menikmati lebih dalam hembusan angin, ''Karakura High itu seperti apa ?'' tanya Rukia.
''... Sama seperti disini hanya saja itu bukan sekolah seni, dan interior sekolahnya pun berbeda dengan yang disini, tetapi setidaknya masih terlihat ada bagusnya juga disana,'' jawab Renji.
''Begitu yah, aku suka disini, bisa bermain alat musik terus, tugasnya pun tidak berat seperti waktu diakademi, bagaimana pendapatmu,'' Rukia kali ini membuka matanya,
''Pendapatku ? Tentu saja berbeda dengan di akademi, lagipula disini ada tidak enaknya juga,'' kali ini Renji yang mencoba merasakan hembusan angin dengan menutup matanya.
''Apa ?'' Rukia menyipitkan sebelah matanya.
''Mmmm.. Tidak ada murid-murid yang segila teman-temannya Ichigo, hahaha..'' Sahut Rangiku yang tiba-tiba saja sudah datang berjalan menuju kearah Renji dan Rukia bersama dengan Toushiro dan Hisagi.
''Ah ! Rangiku,'' ujar Rukia kaget karena kedatangannya yang tiba-tiba.
''Ayo kita makan dulu,'' sambung Hisagi yang telah membawa bekal makan siang untuk disantap bersama.
Renji yang beranjak dari tidurnya pun langsung mengambil sumpit yang sedari tadi dibawa Hisagi,
''Eh ? Dimana kapten Byakuya dan yang lainnya ?'' tanya Renji yang mulai memasukkan tempura kedalam mulutnya.
''Ada Tugas lain,'' sambung Toushiro.
''Apa kau menyadari ada yang aneh denganmu Ichigo ?'' tanya Ishida yang telah muncul diatas atap mengikuti Ichigo.
Ichigo yang sedari tadi melihat langit sambil terduduk melipat tangan diatas lututnya sebagai tumpuan, memalingkan pandangan kebelakang dan menemukan sosok Ishida yang kini sudah berdiri disampingnya.
''Ya,'' suara Ichigo terdengar seperti orang malas,
''Karena kejadian kemarin-kemarin ?'' Ishida membenarkan letak kacamatanya yang merosot,
''Mungkin,'' masih terdengar sama seperti sebelumnya nada Ichigo,
''Apa yang kau inginkan ?'' kali ini Ishida memasukan kedua tangannya kedalam kantong celananya,
''Tidak ada,'' ujar Ichigo,
''Yakin ?'' tanya Ishida,
''Ya,'' Ichigo meregangkan badannya ke tanah mencari posisi tidur yang dapat membuatnya nyaman,
''Kau butuh Rukia ?'' pertanyaan Ishida yang sangat membuat Ichigo merasa ada yang aneh dengan Ishida,
''Kenapa kau bertanya begitu ? Aneh, ini bukan seperti kau saja,'' Ichigo menatap langit yang terlihat mendung,
''Aku hanya bertanya karena aku penasaran dan aku ingin tahu,''
... ... ...
''Aku pernah disemangati seseorang sampai aku sadar bahwa tak perlu takut saat harus melindungi orang-orang disekitarmu yang kau sayangi, ibuku yang bilang begitu,'' Ichigo mencoba memejamkan mata, dia merasa mengantuk setelah merasakan semilir angin yang sedari tadi berhembus dan langit gelap yang memberikan suasana yang pas untuk menggambarkan suasana hati Ichigo.
''Setelah Ibuku dipanggil, aku lupa dengan hal itu.. dan merasa menjadi orang yang lemah dicampur dengan rasa bersalah karena tidak bisa menjaga Ibuku dengan baik,''
Ishida masih setia mendengarkan Ichigo..
''Hingga kemudian anak itu datang dan mengingatkanku akan kata-kata Ibu.. Berkali-kali saat aku gagal dia bilang 'tidak perlu menjadi kuat saat menepati janjimu, yang penting kau selamat..' , aku sadar aku terlalu memaksakan diri saat bertarung dan saat aku kalah aku tidak suka, aku merasa aku masih sangat lemah.. Disaat itu dia akan bilang 'kau kuat, hanya saja kau selalu mengatakan kau lemah dan tidak pernah menyadari kekuatanmu yang sesungguhnya..' , atau 'ayo bangun Ichigo ! Kau lemah ! Laki-laki yang seperti itu bukanlah laki-laki yang aku kenal didalam hatiku..' , lalu disaat aku putus asa dia akan mengeluarkan kata-kata makiannya 'dasar bodoh, kepala jeruk, jeruk busuk..' ,'' Ichigo teringat masa lalunya sewaktu bersama Rukia menjalani misi.
''Jadi, apakah itu berarti kau menyukainya ?'' pertanyaan terkonyol Ishida yang pernah ia tanyakan kepada Ichigo,
''Pertanyaan bodoh macam apa itu !'' Ichigo membuka matanya dan melirik Ishida.
''Yang bodoh itu kau, bagaimana bisa orang lain lebih mengerti dirimu dibandingkan dengan dirimu sendiri ?'' Ishida melipat tangannya dan memiringkan badan kearah Ichigo,
Ichigo mengangkat sebelah alisnya menggantikan sebuah kata 'Maksudmu' kepada Ishida,
''Yang harus menyadari kau untuk menepati Janjimu Rukia, menyadari kau itu kuat Rukia, kau belajar banyak ketika diberitahu Rukia bukan ? Itu berarti sama saja dia yang lebih mengerti dirimu daripada dirimu sendiri, dan apa harus aku juga yang menyadarkan kau menyukainya ?'' ujar Ishida panjang lebar.
''Bicara apa kau ini, aku sudah bilang aku bukan menyukainya..'' Ichigo sewot,
''Berarti kau tidak suka padanya ? Itu berarti kau membencinya ?'' Ishida berjongkok didepan Ichigo,
''Bukan ! Tentu saja aku suka padanya !'' kali ini Ichigo terlihat geram mukanya pun sedikit memerah,
''Tidak Konsisten,'' ujar Ishida datar,
''Hahhh ! Aku suka padanya tapi bukan perasaan suka yang kau bayangkan atau yang bagaimana ! Jangan berpikir macam-macam Quincy !'' kali ini semburat merah di pipi Ichigo terlihat jelas dimata Ishida,
''Ya sudahlah terserah, kita lihat saja nanti, apakah kau sendiri atau Rukia yang menyadarkan perasaan suka seperti apa yang kau miliki terhadap Rukia,'' Ishida tersenyum sinis,
''Apa-apan kau, senyumanmu itu seperti orang licik, menyebalkana sekali ! Sudah kubilang jangan berpikiran yang macam-macam kan !'' geram Ichigo,
''Yaaaa, sampai jumpa dikelas Orange,'' Ishida berjalan kembali menuju kelas, namun terhenti saat teringat apa yang belum ia ucapkan ''Hei ! Kembalilah menjadi Ichigo yang biasanya, teman-temanmu khawatir dengan perubahan sikapmu kau tahu,''
Ichigo melebarkan matanya dan tersadar, memang tadi dia sedang memikirkan hal ini, ''Termasuk kau ?'' tanya Ichigo sambil nyengir dengan sederet gigi yang terlihat jelas oleh Ishida,
''Jangan membuatku ilfil !'' Ishida membanting pintu,
''Hahaha ! Terimakasih Ishida !'' Ichigo tahu kali ini Ishida memang mencemaskan sikap Ichigo belakangan dan ia merasa itu hal yang lucu, mengingat mereka berdua jarang sekali akrab seperti tadi,
Ishida yang berada dibalik pintu pun masih sempat mendengar apa yang diucapkan Ichigo, dan dia tersenyum.
''Yeayyy ! Pulang !'' teriak Keigo didepan gerbang.
''Kalian jadi kan membantuku ?'' tanya Keigo kepada teman-teman dibelakangnya,
''Tentu saja,'' jawab Orihime tersenyu,
''Bagus ! Hei Ichigo tidak mau merubah pikiran ?'' Keigo melirik Ichigo,
''Yang lain membantumu, aku akan merasa tidak enak jika tidak ikut, jadi.. Baiklah,'' ujar Ichigo yang seperti biasa,
''Wahhh ! Baguslah kalau begitu ! Kau memang temanku Ichigo, ayo berikan aku pelukan persahabatan ~'' Keigo melompat kearah Ichigo, namun sebelum Ichigo sempat menghindar keigo sudah mendapatkan bogeman mentah dari Tatsuki, ''Jangan bertingkah menjijikkan Keigo,''
''Nah baiklah ! Bagaimana sebelum kita kerumah Keigo kita makan dulu ?'' ajak Orihime yang kelihatan bersemangat.
''Ayo !'' jawab semuahnya.
''Curang ! Curang ! Curang !'' umpat Rukia yang berjalan pulang menuju rumah.
''Kenapa sih ?'' Renji berjalan santai sambil memain-mainkan tasnya,
''Mentang-mentang aku baru sembuh tidak boleh ikut ekspedisi lokasi dimana hollow sering muncul,'' Rukia mulai memajukan bibirnya 1cm, sukses membuat Renji tertawa geli melihatnya.
Renji mengacak-acak rambut Rukia seraya berkata, ''Hei.. Hei.. Nii_sama-mu itu mengkhawatirkanmu, yang lainnya pun juga begitu, mereka kan hanya ingin kau pulih dulu, jika kau memang sudah sembuh total setelah itu baru kau boleh menjalani misi,''
''Iya sihh, tapi kan tetap saja aku mau ikut, mau ikut ! Renji !'' Rukia berteriak didepan muka Renji sehingga banyak orang yang berlalu lalang disana melihat kearah mereka.
Renji yang menyadari hal itu pun langsung membungkam mulut Rukia dengan tangan kanannya, ''Bodoh, kau pikir sekarang kita ada dimana ?''
Rukia pun melihat kearah sekitarnya dan mengangguk pelan kepada Renji bermaksud mengatakan 'Aku mengerti', setelah Renji melepaskan tangannya mereka kembali melanjutkan perjalan menuju rumah,
Namun tiba-tiba disetengah perjalan langkah Rukia terhenti, Renji yang menyadarinya melihat Rukia dibelakangnya, ''Renji aku lapar..''
''Hhh ~ dasar tuan putri yang merepotkan..'' ujar Renji sambil menggaruk-garuk kepalanya.
''Ugh ! Sudah kubilang jangan panggil aku begitu ! Lagipula kalau memang tidak mau membelikanku makanan ya sudah ! Daripada kau mebelikannya terpaksa lebih baik TIDAK USAH !'' Rukia buru-buru berjalan melewati Renji, hingga akhirnya terhenti ketika dirasakan tangan kanannya sedang digenggam erat oleh laki-laki berkepala nanas tersebut.
''Iya-iya, jangan ngambek begitu, aku kan cuma bercanda, ayo kita makan,'' sambil mengatakan hal tersebut Renji membimbing Rukia berjalan bersama, dengan tangan yang masih menggenggam tangan Rukia.
Agak terlihat canggung saat ini antara Rukia dan Renji, mereka merasa sedang terjebak didalam situasi yang akhirnya membuat mereka saling diam tak melontarkan pertanyaan, topik pembicaraan, makian / cemoohan lainnya.
Orang-orang yang sedari tadi berpapasan dengan mereka berdua melihat kearah mereka sembari tersenyum, mengira bahwa mereka adalah pasangan yang baru jadian karena tampang muka mereka yang terlihat aneh.
Semakin terjepit dalam kondisi seperti ini Rukia pun menarik nafas berat, ''Hhh ~''
Renji yang cukup menyadari hal tersebut melirik kearah Rukia, ''Kenapa lagi ?''
''Aku.. Masih mau ikut mereka bertugas Renji,'' Ujar Rukia tidak bersemangat.
''Hmmm ~ Bukannya seperti ini malah enak ? Kita jadi bisa santai-santai ? Ha ? Hahaha..'' Renji tertawa dengan mulut yang terbuka sangat lebar dan suara yang seperti anak PunkRock sedang bernyanyi diatas panggung,
Rukia menutup kedua telinganya sehingga genggaman tangan Renji terlepas ''Ish ~ Aku heran kenapa orang seperti kau ini bisa jadi wakil kapten ! Tidak ada wibawanya sama sekali, malah bertampang seperti orang bodoh begini,'' Rukia siap-siap berlari ketika selesai melontarkan kata-katanya itu.
Renji yang tidak terima olok-olokkan Rukia pun langsung mengejarnya, ''APA KAU BILANG ! CARI MATI YAH ! TIDAK AKAN AKU AMPUNI KAU ! HEI !''
''AKU TAKUUUTT RENJI ! HAHAHAHA ~'' Rukia semakin cepat berlari,
''HA ! SEBAIKNYA MEMANG KAU TAKUT KARENA JIKA KAU TERTANGKAP TAKKAN KU BERI AMPUN ! RUKIA KAU DENGAR !'' Renji semakin mempercepat langkahnya nampaknya kakinya mendukung sekali untuk mengejar Rukia.
''KAU PIKIR AKU TULI ! AKU DENGAR ! LAGIPULA AKU TIDAK MINTA AMPUN DARIMU ! AKU MINTA MAKAN KAU INGAT ! DASAR BODOH ! HAHAHAHA ~'' Rukia nampaknya sangat senang ketika bermain kejar-kejaran seperti ini,
Renji tersenyum dengan tingkah Rukia yang seperti ini menunjukkan bahwa ia sudah sehat meskipun masih harus butuh istirahat. Walaupun tak ayal disela-sela larinya ia tertawa dengan Rukia yang semakin pintar bersilat lidah dengannya,
''HEI RUKIA ! TUNGGU !'' Renji terus mengejar Rukia, aksi tubruk menubruk beberapa orang yang berlalu lalang disana pun tak dapat dihindari,
''APA ! SESEORANG PERNAH BERKATA PADAKAU KALAU 'YANG NAMANYA KABUR MANA MUNGKIN MAIN TUNGGU-MENUNGGU', HAHAHAHA ~'' Rukia masih asik berlari dan tak terlihat sama sekali jika dia cape dengan aksi kejar-kejaran itu.
''GRRR ~ AKU YANG MENGATAKAN ITU !'' sambung Renji,
''BUKAN ! TAPI BABON BERKEPALA MERAH ! HAHAHAHA ~'' Rukia dengan lincah menghindari orang-orang yang ada disekitar jalan ketika ia berlari, kelihatanya lebih mahir dari Renji.
''APA ! CARI MATI YAH ! HEI RUKIA !'' tangan Renji sudah siap untuk menarik tali tas selempang Rukia, sedikit lagi.. dan..
''HAHAHAHA ~ AP-'' Rukia terjatuh.. kedepan ?
Renji berhenti ditempatnya, matanya membulat sempurna, tangannya yang sedari tadi melayang yang siap menarik tali tas selempang milik Rukia kini mengayun jatuh turun kebawah, itu berarti dia tidak berhasil menangkap Rukia, lantas bagaimana Rukia bisa terjatuh ?
Rukia POV's
Beberapa menit yang lalu aku sudah siap menerima segala rasa sakit yang akan menghampiriku ketika aku tahu aku akan terjatuh.
Tapi...
Kenapa ini ? Rasa sakit yang semenit lalu sempat aku bayangkan rasanya tidak kunjung datang sampai sekarang,
Dan lagi..
Aku.. Merasakan sesuatu melingkar tak sempurna di pinggangku, apa ini ?
End of Rukia POV's
''Ru-Rukia ?'' tanya seorang anak laki-laki yang tertindih oleh Rukia.
TAMAT
tapi boong ~ ahahaha ~
mana mungkin Riou bilang ''TAMAT'' sedangkan dari awal cerita sampe akhirnya ajah masih gajebo, masih berkelanjutan koq, ;)
Baru ngerasain nih yang namanya nulis fic ternyata seperti ini, harus cari-cari waktu luang buat nulis, ga peduli lagi apa, sama siapa, bla bla bla harus mikirin scene per scene buat ditulis, belom lagi pemilihan bahasa dan kalimat yang tepat karena Riou mau fic ini enak dibaca *emang dimakan* dan sesuai dengan EYD *lohh* maklum authornya baru lulus dari tanggal 16 mei kemaren jadi masih kerasa detik-detik waktu ngerjain soal deh *ini apa lagi* =='a ,
Okeh terkahir, Riou minta dengan sangat yahh fic'na diReview, kritik-saran- dan.. flame diterima dengan lapang dada..
Ucapan Terimakasih sampai sejauh ini cuma sama diri sendiri *digetok* , ;'(
ga koq, mau ucapin terimakasih sama fic-fic senior yang sempet menjadi inspirasi Riou buat ikutan corat-coret d'fic juga, buat kalian semuah yang udah baca fic ini, dan buat semuahnya deh pokonya. Arigatou Gozaimasu ~
dengan tidak mengurangi rasa hormat sekali lagi saya mengucapkan ''REVIEW PLEASE'',
