Pasangan Bodoh
Suatu hari di SMU Casper…
"Kiri, kiri!"
"Oper saja ke dia!"
"Tangkapan yang bagus!"
Seorang cewek tinggi berambut hitam gagak membawa bola basket ke ring, berlari seperti mengacuhkan musuh-musuhnya, terutama dari seorang anak cowok pendek berambut hitam gagak yang sepertinya beda sekitar 12 senti dengannya. Ia berlari ke ring yang tingginya 3,5 meter, dan melempar bolanya.
"Oh! Satu lagi skor untuk tim cewek!"
Semua anak di tim cewek bersorak kegirangan, lalu memeluk cewek tinggi tadi. "Terima kasih sudah berpatisipasi!"
Cewek itu tertawa. "Tidak masalah, dan terima kasih juga, telah bersedia menerimaku ikut mengalahkan tim cowok."
"Tentu saja, karena permainanmu bagus, dan kaulah yang telah membantu kami mengalahkan mereka, mereka tidak sok pamer lagi kepada kami!"
Cewek tersebut nyengir. Ia mengambil handuk kecil dari manajer timnya, dan membersihkan keringatnya dengan handuk tersebut. Setelah itu, ia berjalan menghampiri pemain berambut gagak. "Jadi… Aku menang lagi." Dia nyengir lagi. "Si cebol Dannie."
"Berhenti memanggilku begitu, Sammy." Cowok tersebut menjawab kesal. "Dan lagi, namaku Danny. Berhenti memanggilku seperti itu!"
"Aduh, kenapa tuh? Si cebol marah kepadaku! Duh, takut! Tolong Tuck, Ivy!" Si cewek—Sam—tertawa terbahak-bahak bersama teman-temannya, cowok Afrika-Amerika, dan cewek berambut hitam dengan poni yang dicat warna biru. "Benar-benar gegabah menantangku bertanding olahraga… Kau memang jago dalam basket, tapi masih aku rajanya!"
"Kau! Lihat saja nanti!"
"Lihat apanya? Aku muak melihatmu!"
"Diam saja, raksasa!"
"Hei, kalian berdua, berhenti bertengkar!"
"Dasar, bisakah mereka berhenti saja, setidaknya satu hari dalam 3 tahun ini, Rama?" Cewek berambut hitam—Ivy—tersebut berkata, dengan meminum jus kotaknya.
"Tidak bisa dihindari; mereka seperti rival dibanding teman sejak kecil!" Cewek—eh, cowok berambut pirang berpenampilan cewek, duduk disampingnya.
Benar, kedua bocah itu adalah rival.
Tidak peduli apakah itu belajar, games, lomba makan, dan bahkan bertengkar, mereka selalu membanding-bandingkannya kepada satu sama lain.
Itu terjadi sejak delapan tahun lalu—dari sekarang—saat mereka masih anak-anak umur enam tahun, sehari setelah Sam pindah ke Amity Park.
"Tucker, Pass!"
"Ouch!" Enam tahun Tucker menangkap bolanya sambil menangis, karena lemparannya terlalu kuat.
"Ah! Payah! Ayolah—itu hanya bola!"
"Jangan bilang begitu kalau kau sebenarnya menggunakan kekuatan hantumu untuk melempar bola ini!" Tucker protes, dengan sedikit menangis.
Tiba-tiba, ada anak perempuan merebut bola Tucker dengan cepatnya. "Hei, kau! Jangan berkelahi dengan anak lemah! PE-CUN-DANG!"
"A… U…" Danny kecil tidak bisa menerima dipanggil begitu dari seorang anak perempuan, jadi ia marah seketika. "Lihat saja!" Ia merebut bolanya dari si anak perempuan, dan lari ke ring—satu tiang mempunyai dua ring, yang pendek untuk anak-anak dengan tinggi 1,9 meter, dan untuk remaja dengan tinggi 3,8. Ia hendak melempar bolanya ke ring yang terpendek, tetapi bolanya direbut lagi oleh anak perempuan tersebut, dan anak itu melempar bolanya masuk ke ring… ke ring yang tertinggi…
"Hmp."
Aku… baru saja kalah dari seorang anak perempuan? Yang benar saja, aku bahkan menggunakan kekuatanku melawannya! Pikir Danny. Dengan cepatnya, ia sadar dari shocknya, dan berbalik ke anak perempuan tersebut. "Siapa namamu?"
"Namaku Sam."
"SAM!" Ia mengulang dengan kerasnya, dan mengacungkan jarinya kepada Sam. "Mulai sekarang… mulai sekarang… MULAI SEKARANG, KAULAH RIVALKU!" background: petir.
"…Hah?!"
KILAS BALIK SELESAI.
Kembali ke SMU Casper, saatnya makan siang. Cewek-cewek—Sam, Ivy, dan seorang cewek dengan rambut keriting dan berkulit hitam-manis—mengambil makanan bersama-sama.
"Kudengar kau menang lagi darinya." Kata si cewek—Valerie.
"Ha-ha! Tentu saja!" Bangga Sam.
"Ah! Ivy! Sini!" Rama berteriak kepada grup cewek.
"Hehe, boleh kami gabung?"
"Tentu saja!" Jawab Tucker dan Rama bersamaan.
"Ya ampun, lagi-lagi sial—sekarang aku harus makan bersama si cewek raksasa." Kata Danny.
Sam meresponnya dengan amarah. "APA? Aku hanya 12 senti lebih tinggi darimu! Kau ingin bertarung?!"
"Ayo!"
Semuanya hanya melanjutkan makan siang mereka daripada membuat mereka tenang.
"Ha! Aku menang!"
"Sial!"
Tetapi semua memandang mereka dengan rasa ingin tahu. Mereka melihat kepada cewek dan cowok yang sudah selesai menghabiskan makan siang mereka—dan melirik kepada Danny yang terlihat bangga
*****
Cewek-cewek berjalan ke asrama mereka, dan begitu juga para cowok, hanya saja dijalan yang berbeda.
"Yah, aku kalah."
"Kau kalah, yaa…"
Sementara itu, para cowok…
"Haha! Tuck, Rama, kalian melihatnya, kan? AKU MENANG! Rasakan itu, cewek raksasa! Haha!" Danny berjalan dengan sedikit menari.
"Kau benar-benar menikmatinya, ya?"
"Kenapa ia ingin sekali ya mengalahkanku bertahun-tahun ini? Bukan berarti aku tidak menikmatinya, sih…" Kata Sam.
"Yah, aku sih tidak tahu, aku hanya merasa ingin mengalahkannya dalam semua hal… aku hanya menikmatinya… aku tidak tahu kenapa, sih." Kata Danny.
"APA?! Kau tidak tahu?!" Valerie dan Ivy berteriak persis ke muka Sam.
"APA?! Jangan bilang kau sedungu itu!" Tucker dan Ivy berteriak persis ke muka Sam.
"Apa?" Sam dan Danny bertanya bersamaan, hanya saja Danny terlihat agak marah.
"Itu berarti dia menyukaimu, Sam!"
"Itu berarti kau menyukainya, Danny!"
"HA-AH?!" Danny dan Sam berteriak bersamaan, dan mereka sadar bahwa mereka berjalan dijalan yang dekat.
Jangan bilang mereka juga sedang ngomongin hal yang sama. Pikir Val.
*****
Di asrama pria, seseorang mengetuk di kamar Danny, Rama dan Tucker, dan membuka pintu. "Tucker, aku…" Seorang cowok berambut coklat terlihat shock kepada Rama—yang sedang membuka pakaiannya. Maksudku, siapa yang tidak akan shock saat melihat cowok yang membuka bajunya di asrama pria… dan punya dada pria dan bukan, ahum, dada wanita?—dan pingsan.
"WAH."
"Taruhan, dia anak baru." Komentar Danny.
"Yah, kau benar." Kata Tucker.
Beberapa saat kemudian, Tucker kembali dari mengantar cowok tersebut kekamarnya.
Danny memakan coklatnya dan membaca komik saat menunggu iklan TV berakhir. Benarkah aku menyukai Sam? Maksudku, aku suka Paulina, tapi sepertinya tidak lagi. Tidak seperti Sam, aku deg-degan saat melihatnya. Dan aku pernah berpikir bahwa Sam itu menarik, cewek menarik—dia cantik, manis, keren, dan unik jika dibanding cewek lainnya… dan aku selalu mencoba memperlihatkan kehebatanku didepannya… bahkan curang. Pikir Danny.
… tunggu, jika aku baru menyadarinya… apakah itu berarti aku begitu bodohnya?!
