Sasuke's Wish

Disclaimer Masashi Kishimoto Sensei

Cand hanya pengagum berat Naruto-kun saja

Pairing : SasuSaku, NaruHina, SaiIno, ShikaTema, KakaShizu,GaaMatsu (banyaknya -_-)

AR, Canon, Romance, Rate T, Mencoba untuk tidak ada typo (Semoga semuanya benar)

Don't Like Don't Read

But Thank for your important reviews

Agar tidak bingung, Cand suka membedakan tanda kutip untuk percakapan.

'blablabla' Cand gunakan untuk percakapan dalam hati.

"blablabla" Cand gunakan untuk percakapan langsung dengan lawan bicara.

"blablabla" Cand gunakan untuk mengulang flashback percakapan langsung.

Semoga fanfic ini berkenan dihati para readers.

Happy Reading Minna-san ^^

Uchiha Madara menatap dua orang remaja tanggung jauh di depannya dengan nafas terengah-engah. Tak terbesit sedikitpun dalam pikirannya bahwa dia-Sang Legenda Uchiha-dapat dikalahkan oleh 2 orang shinobi ingusan yang bahkan belum menginjak usia 17 tahun.

Cakra yang dimilikinya sudah hampir terkuras habis. Dan Madara tidak ingin kalah dengan konyol. Dengan tubuh yang sudah hancur disana-sini, dan gerakan tubuh yang kaku, Uchiha Madara membuat beberapa segel tangan.

Uchiha Sasuke dan Uzumaki Naruto, kedua pemuda tanggung itu hanya bisa mengernyitkan dahi. Mereka berdua belum pernah melihat segel-segel tangan yang dibuat oleh Madara saat ini. Sebelum sempat menyiapkan diri menghindar atau bahkan jika mungkin melakukan serangan balasan untuk Madara, tubuh Sasuke dan Naruto tiba-tiba seperti tertarik oleh medan magnet yang sangat kuat.

Sringggg…

Sasuke berusaha untuk menahan tarikan pada tubuhnya yang mendekati Madara dengan menancapkan pedangnya dalam-dalam ke tanah. Ditekannya kedua lututnya sekeras yang dia bisa. Diliriknya Naruto tak berbeda jauh dengannya. Hanya saja Naruto menancapkan dalam-dalam kukunya pada sebuah batu besar yang entah sejak kapan berada di tengah medan pertempuran.

"Jangan melawan bocah-bocah brengsek!" Teriak Madara dengan nafas berat. Sasuke dapat melihat garis-garis hitam tebal mengelilingi tubuh bagian atas Madara karena baju mereka bertiga sudah compang-camping akibat saling menyerang dan bertahan dalam pertempuran.

'Itu seperti milik Danzo,' Sasuke semakin mengeratkan pegangannya pada pedangnya. Jika terlepas, tamat sudah riwayat Sasuke.

"Arrgggghhhh!" Diliriknya Naruto yang menggeram menahan sakit akibat kuku-kukunya yang telah patah dan cairan merah kental mulai mengalir dari setiap sudut jarinya.

Brug!

Disaat mereka berdua sepertinya sudah hampir menyerah untuk bertahan, tiba-tiba tubuh mereka terbanting di tempat mereka bertahan.

"Hyaaat!"

Jika bukan karena mendengar teriakan kunoichi yang begitu familiar dari tempat Madara berada, bukan mungkin lagi Sasuke akan menggunakan kesempatan ini untuk lari dan bersembunyi dengan cakranya yang sangat sedikit. Sasuke butuh beristirahat sejenak untuk mengembalikan cakranya. Jangankan untuk membangkitkan rinnegannya, untuk sekedar membangkitkan saringannya, Sasuke tidak sanggup. Sasuke memutar kepalanya cepat mencari tahu apa yang terjadi dengan kakek buyutnya yang belum tobat itu.

Deg.

Benar dugaannya.

Kunoichi paling keras kepala yang pernah dikenalnya sedang bertarung melawan Madara. Dia tidak sendirian. Ada seorang kunoichi lain bersurai biru gelap, kalau Sasuke tidak salah ingat Hyuuga Hinata namanya. Mereka berdua melompat-lompat bergantian mencoba menyerang Madara yang terlihat semakin geram dengan bertambahnya anak-anak kecil yang berani melawannya.

'Sial! Jika dia disana, dia tak akan selamat!' Sasuke yang mulai kalut karena mencemaskan Sakura segera mencabut pedang kusanaginya. Dengan kekuatan yang tertinggal, Sasuke melemparkan pedangnya yang seketika melesat cepat. Yang ada di pikiran Sasuke hanyalah merebut perhatian kedua kunoichi itu agar tak berada terlalu lama di dekat Madara.

Sang kunoichi pemilik byakugan segera menerjang tubuh Sakura yang jika terlambat sedikit saja mendorongnya, dapat dipastikan pedang kusanagi Sasuke akan mengenai tubuh gadis bersurai merah muda itu.

Dalam keadaan melayang akibat terjangan Hinata, Sakura membelalakkan matanya tak percaya. Air mata dengan cepat segera mengalir melewati kedua sudut matanya.

'Kenapa kau begitu membenciku, Sasuke-kun!' Sakura kemudian segera memposisikan tubuhnya dalam posisi duduk, menahan tubuh gadis bermata amethys, Hinata, agar mereka berdua tak jatuh terguling-guling.

"SASUKE! Kau gila?!" Sasuke tak sedikitpun punya niat untuk menghiraukan geraman marah Naruto padanya. Dan tak peduli jikapun tinju yang hampir dilayangkan Naruto berhasil mengenainya.

"Pergi dari sana! Madara akan meledak!" Sasuke berteriak sekuat tenaga sembari berdoa semoga dua kunoichi yang tak sayang nyawa agak jauh di depannya itu bisa mendengar suaranya, Sasuke tak sanggup bergerak untuk sekarang.

Sasuke menatap Naruto tajam, rasa khawatir yang sudah merajai pikiran Sasuke tak dapat disembunyikannya lagi.

"Pergi! Selamatkan Sakura!" Perintah Sasuke tanpa mengindahkan pertanyaan Naruto.

"Dan Hinata!"

Naruto berdecih namun dengan segera berlari mendekati kedua kunoichi tersebut.

Grep.

Dengan mata kiri yang sudah tertutup rapat dan mata kanan rinnegannya yang setengah menutup, Madara mengangkap pedang Sasuke. Membuat sebuah seringai licik di wajahnya yang sudah babak belur, Madara melemparkan pedang kusanagi Sasuke kembali kepada pemiliknya.

"MATILAH!" Teriak Madara.

Naruto mendelik mengikuti arah pedang kusanagi Sasuke yang sedetik lalu melewati wajahnya dengan gerakan slow motion. Tapi Naruto tak punya pilihan untuk berbaik lagi. Jaraknya sudah terlalu jauh dari Sasuke. Sedangkan Sasuke memberinya tugas untuk menyelamatkan dua kunoichi di dekat Madara, jika benar apa yang dikatakan Sasuke sesaat lalu.

"Naruto akan menyelamatkanmu," Hinata belum sempat membantah, Sakura sudah melepaskan pegangan pada kedua pundak Hinata.

Dengan mengumpulkan sebanyak mungkin cakra pada kedua kakinya, Sakura mulai melompat. Dapat dilihatnya di sana Sasuke sama sekali tak bergerak seolah sudah menanti untuk terbunuh.

'Aku tak akan membiarkanmu mati, Sasuke-kun!' Sekali lagi Sakura bertumpu pada kedua kakinya dan melompat jauh.

Duoooooor…

Sebuah ledakan walau tak sedahsyat bijuudama mampu memekakkan pendengaran seluruh shinobi yang berada di medan perang. Masing-masing dari mereka yang masih tersadar menundukkan kepala berusaha melindungi telinga mereka.

"Uhuk!" Dua insan yang saling bertatapan itu terbatuk. Darah segar mengalir dari sudut bibir keduanya.

Brug.

Kedua anak manusia berbeda jenis kelamin itu terjatuh, tak kuat lagi menahan tubuh sendiri yang sepertinya bertambah berat saja sekarang.

"Uhuk. Maafkan aku, Sasuke-kun. Aku masih saja menjadi bebanmu," Sakura yang terjatuh di atas tubuh Sasuke, menatap Sasuke dengan mata emeraldnya yang sayu dan tersenyum getir. Rasa sakit akibat tusukan pedang kusanagi Sasuke terasa panas di dadanya. Syukurlah pedang kusanagi yang dilempar Madara tak tepat mengenai jantung Sakura dan Sasuke.

"Uhuk, Uhuk," Sakura sekali lagi mengeluarkan batuh darah.

"Sakura…" Suara Sasuke terdengar sangat lemah. Mata Sasuke mulai terpejam, tapi Sakura bersyukur masih bisa merasakan hembusan nafas Sasuke walaupun sedikit mengkhawatirkan.

Mungkin terdengar sangat egois, namun Sakura saat ini entah atas alasan apa merasa sangat bahagia. Dapat memeluk leher Sasuke seperti sekarang yang bahkan Sakura tak berani memimpikannya, membuatnya tak henti-hentinya mengukir senyuman bahagia dalam wajah yang terbingkai luka.

"Tahanlah sedikit, Sakura.." Perlahan tangan kiri Sasuke yang sebelumnya melingkari perut ramping Sakura bergerak ke atas. Gerakan yang begitu kaku mengingat keduanya sudah terluka di sana sini.

"Ekghhh…" Sasuke yang sudah membuka mata Onyx-nya hanya menatap wajah kesakitan Sakura karena perbuatannya. Sungguh, Sasuke pun merasakan sakit yang sangat. Apalagi Sakura tanpa sadar mulai menjambak rambut raven kesayangan Sasuke. Tapi dia tak ingin membuat khawatir gadis musim seminya ini dengan mengeluarkan suara menggeram menahan sakit. Dikuncinya rapat-rapat suaranya agar berhenti di tenggorokannya.

Tes. Tes. Tes.

Tetesan air mata Sakura yang membasahi wajah lelah Sasuke cukup untuk membuat Sasuke mengerti betapa gadis yang terbaring di atasnya itu sedang mati-matian berusaha menahan rasa sakitnya.

"Sakura…" Gerakan tangan Sasuke yang berhenti untuk mencoba mencabut pedang kusanagi yang menancap kuat menembus dada keduanya, membuat Sakura bisa membuka matanya dan menatap mata Onyx Sasuke.

Dengan tangan lainnya yang bebas, Sasuke perlahan mendorong kepala Sakura untuk mendekati wajahnya.

Blush!

"Sasuke-kun?' Wajah Sakura merona merah, hanya saja tak terlalu kentara karena debu dan darah yang mendominasi wajah Sakura.

Sakura tersenyum. Mengerti apa yang diinginkan Sasuke, tak sedikitpun mata emerald yang berkaca-kaca itu bersembunyi dalam kegelapan. Tanpa menunggu lama, kedua bibir yang penuh darah itu pun saling bertemu.

Sasuke segera memulai aksinya mencabut pegang kusanaginya kembali. Dan setiap Sakura mengeluarkan suara tercekat, Sasuke semakin menekan kepala Sakura dan memperdalam pagutannya pada Sakura. Mungkin cara teraneh dan termesum untuk seorang Uchiha Sasuke. Tapi toh yang lebih penting tujuan tercapai, apapun pilihan usahanya.

"Hahh.. Hahh.. Hahh…" Dan keduanya dapat menikmati wajah masing-masing yang sudah sewarna darah. Nafas keduanya tak beraturan akibat efek ciuman dan usaha untuk menahan rasa sakit mereka.

Trang. Trang. Trang.

Sasuke melempar pedang kusanagi berdarahnya kesembarang arah. Masih mempertahankan posisinya untuk menatap wajah menggemaskan gadis musim semi diatasnya kini sebelum mulai memejamkan mata kelamnya lagi.

"Sasuke-kun, buka matamu," Sakura menepuk pipi Sasuke yang masih sedikit merona, pelan.

"Kau manis sekali saat merona seperti ini," Canda Sakura, Sasuke bergeming.

"Sasuke-kun…"

"Sasuke-kun…"

Tak kunjung mendapatkan jawaban dari Sasuke, Sakura kemudian menjatuhkan dirinya disamping tubuh Sasuke. Tak ingin menjadi beban satu-satunya pemilik rambut raven di Konoha itu jika Sakura akhirnya tak sadarkan diri karena kehilangan banyak cakra.

Sakura menatap langit pekat di atasnya. Entah sekarang hari apa dan tanggal berapa Sakura tak ingat lagi. Perang membuat waktu berputar menurut kehendak waktu itu sendiri. Sepertinya sudah seabad saja Sakura berada di medan perang mengingat banyak hal yang terjadi selama perang berlangsung. Sakura tahu pasti tak sampai selama itu. Mungkin bahkan baru beberapa hari sejak pertama kali perang dimulai.

Sakura menggerakkan kepalanya kaku. Nafasnya memburu. Kulit putihnya semakin bertambah pucat. Ditatapnya wajah Sasuke yang penuh luka, yang entah kenapa masih saja terlihat begitu tampan.

"Hihi," Sakura tertawa pelan. Cukup menggelitik telinga Sasuke yang sensitif.

'Apa yang dia tertawakan?' Sasuke tetap memejamkan matanya, berusaha mengumpulkan kembali cakranya. Dia punya rencana, dan Sasuke butuh banyak cakra.

"Sasuke-kun," Sakura masih mencoba membuka mata onyx Sasuke walau Sasuke tak bergeming sedikitpun. Sakura menurunkan pandangannya pada dada Sasuke. Dilihatnya dada dengan luka tusuk menganga itu masih melakukan gerakannya naik-turun. Cukup untuk membuatnya merasa sedikit lega.

"Bagaimana keadaan Naruto dan Hinata sekarang?" Tanya Sakura. Sasuke diam.

"Sasuke-kun?" Lagi-lagi Sasuke hanya diam.

"Bagaimana dengan Ino? Sai? Kakashi-sensei? Dan teman-teman kita yang lain ya?"

"Apa mereka baik-baik saja, Sasuke-kun?" Sakura terus bertanya. Sasuke menjawab dengan keheningan.

"Sasuke-kun…"

'Mungkin penyakit irit bicaranya kambuh lagi,' batin Sakura.

"Aku tak mengerti, Sasuke-kun." Sakura mulai ikut memejamkan mata emeraldnya yang semakin berat saja untuk terbuka.

"Setelah semua yang terjadi. Aku tetap tidak mengerti. Bagaimana bisa, aku tetap…"

'Jatuh cinta padamu.' Sakura tak sanggup mengucapkannya secara langsung. Ada sesuatu yang tak mengizinkan kata itu keluar dari mulutnya.

Hening menyelimuti keduanya. Suara angin bertiup sepoi-sepoi mendominasi interaksi antara keduanya. Sasuke mengernyitkan keningnya, berfikir kenapa gadis menyebalkan ini tidak diam saja untuk menyimpan cakra.

"Sasuke-kun…" Suara Sakura mulai terdengar merajuk. Sasuke akhirnya membuka matanya. Mengalah. Menatap tajam Sakura yang mengulum senyum di wajah cantiknya.

"Yokatta…" Sakura tertawa kecil.

"Kau mencuri ciuman pertamaku, Sasuke-kun, Kau tahu?"

'Kau salah, itu yang kedua.' Batin Sasuke.

Sakura mulai meneteskan air mata. Seharusnya sekarang dia merasa malu, grogi, dan bahagia. Tapi entah kenapa melihat mata kelam Sasuke, tiba-tiba membuatnya merasa sedih. Semua kenangannya tentang Sasuke tiba-tiba saling berebut untuk diingat, membuat sakit di dadanya semakin sakit saja.

"Hu..hu..hu…" Aliran air mata Sakura sudah sederas air terjun Niagara. Sasuke memalingkan wajahnya dari Sakura, menatap awan sebentar, kembali menutup matanya.

Sasuke memang tak pernah tahan melihat gadis ini meneteskan air mata. Sasuke selalu merasa jika hanya Sasuke lah alasan gadis itu menangis dan bersedih. Apalagi saat mulai merasa dekat dengan gadis musim seminya ini, Sasuke lebih memutuskan untuk meninggalkan desa mencari kekuatan yang ditawarkan Orochimaru.

"Setelah semua yang terjadi. Aku tetap tidak mengerti," Sasuke kembali teringat kata-kata Sakura.

'Ya, Sakura. Aku sendiri juga tak mengerti.. Kenapa kita harus seperti ini. Kenapa aku harus menjadi seorang pendendam. Kenapa aku memilih meninggalkan desa. Kenapa kita harus mencoba saling membunuh satu sama lain. Kenapa? Jika sebenarnya kita saling menyayangi. Kenapa harus aku yang menjalani takdir seperti ini?'

'Selama ini sudah banyak rasa yang aku tahan. Banyak sekali hal yang aku abaikan. Dengan egoisnya aku membenarkan semua tindakanku demi tercapainya tujuanku membunuh Itachi. Tapi yang aku punya sekarang hanyalah sakit. Sakit di dadaku. Rasanya begitu sesak.'

Sasuke membuka matanya saat menyadari sudah tak didengarnya lagi suara isakan tangis Sakura. Sejak kapan? Apa Sasuke terlalu lama membiarkan pikirannya melayang jauh?

Sasuke memutar kepalanya menghadapkan pandangan matanya pada gadis musim seminya. Dilihatnya Sakura masih menatapnya sendu. Air mata masih mengalir dari kedua pelupuk mata Sakura, hanya saja tak lagi ada isakan didalamnya.

"Sasuke-kun," Dirasakan Sasuke suara Sakura semakin pelan dari sebelumnya. Tentu saja. Gadis bodoh ini bukannya diam mengumpulkan cakra, yang dilakukannya justru menghabiskan cakranya dengan menangis dan tak berhenti berbicara. Sasuke benar-benar gemas memandang wajah lemah Sakura saat ini.

"Aku senang. Setidaknya saat ini kamu ada disampingku, Sasuke-kun. Aku tak sendiri lagi. Aku…" Sasuke bisa melihat mata emerald Sakura semakin meredup.

"Jangan banyak bicara, Sakura!" Tanpa Sasuke sadari air mata menjebol pertahanan matanya. Mengalir turun melewati pelupuk mata onyx Sasuke dengan lancar. Entah dadanya terasa begitu sesak. Sesak merasakan permainan takdir.

Sakura sedikit terkejut. Tentu saja. Sasuke selalu berusaha keras terlihat kuat di depan teman-temannya. Hanya sekali dua kali Sasuke mau berbagi derita dengan Sakura.

Ditengah genangan darah dan banjir air mata, Sasuke dan Sakura hanya saling memandang. Seolah mereka berdua benar-benar ingin menikmati momen ini.

Suasana terasa romantis bagi Sakura, memandang wajah teduh seorang Uchiha Sasuke tanpa dendam yang menyelimuti mata onyx-nya. Wajah polos Sasuke yang sangat tampan. Dan semakin tampan sejak terakhir kali Sakura melihatnya. Abaikan semua luka gores dan debu yang menghiasi wajah Sasuke. Sakura tak bisa untuk tidak mengukir sebuah senyuman lemah di wajahnya.

Namun bagi Sasuke, melihat Sakura dalam keadaan sangat lemah seperti ini membuat Sasuke merasa menjadi laki-laki tak berguna. Selalu saja seperti ini. Sasuke tak pernah bisa benar-benar melindungi Sakura. Saat ujian chunnin dulu, saat dia bertarung melawan Gaara, bahkan karena terselimuti dendam Sasuke 2 kali hampir membunuh Sakura dengan tangannya sendiri. Sasuke tanpa sadar menggigit bibirnya, berusaha menahan agar tak menangis seperti bayi menyadari keadaannya saat ini.

"Sasuke-kun, aku tak akan membiarkanmu mati," Akhirnya Sakura tak tahan untuk memecah keheningan diantara keduanya.

'Lagi-lagi kau mengatakannya, Sakura!'

Sakura mengusap darah di sudut bibirnya yang mencair lagi oleh air matanya. Melakukan beberapa segel dengan gerakan amat pelan.

Sasuke mengernyitkan dahinya. Dia tahu apa yang akan dilakukan gadis ini. Dan semakin yakin saat Sakura melafalkan pelan jutsunya.

"Kuchiyose no jutsu,"

Poffff….

Ada seekor siput aneh yang keluar dari asap yang tiba-tiba muncul di samping Sakura. Sasuke ingat itu adalah hewan kuchiyose Sakura. Sakura pernah memanggilnya. Tapi bentuk siputnya yang aneh membuat Sasuke berfikir mungkin itu khusus milik seorang iryo-nin seperti Sakura.

"Sakura…?!" Dari mulut siput yang mengerucut kedalam itu keluar suara yang tercekat kaget dengan keadaan sang pemanggil.

"Katsuyu-sama," Sakura tersenyum lemah.

"Aku tahu, Sakura." Katsuyu mulai bergerak lebih mendekat pada Sakura.

"Tidak!" Cegah Sakura.

"Tolong, Sasuke-kun," Sakura menatap Katsuyu dengan pandangan seolah mengatakan 'tolong jangan membantah, aku tak punya banyak waktu dan cakra.'

Katsuyu menatap Sasuke dengan kedua mata panjang yang keluar dari tubuh siputnya. Sasuke merasa sedikit tak nyaman. Dia belum pernah mendapat tatapan dari hewan aneh seperti hewan kuchiyose Sakura ini.

"Baiklah." Katsuyu bergerak mendekati Sasuke yang terbaring dekat dengan Sakura. Tapi sebelumnya Katsuyu sempat membelah dirinya sedikit lebih kecil dari badannya setelah Katsuyu membelah diri.

"Jangan, Katsuyu-sama." Cegah Sakura kembali.

"Aku benar-benar tak punya cukup banyak cakra,"

"Tenanglah, Sakura." Jawab Katsuyu kecil yang mulai merambati tubuh Sakura.

"Jangan mengkhawatirkan itu sekarang."

"Arigatou, Katsuyu-sama," Kata Sakura masih dengan senyuman lemah.

Sakura kembali memutar kepalanya untuk memandang wajah Sasuke. Wajah tampan Sasuke benar-benar seperti candu bagi Sakura. Dan Sakura tak bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa geli melihat Sasuke yang bergidik saat Katsuyu berhasil merambat naik ke tubuhnya.

"Tak apa, Sasuke-kun." Kata Sakura pelan ditengah dengusan gelinya.

"Dia akan menyembuhkan lukamu."

Sasuke mengalihkan pandangannya dari siput yang sudah saja duduk manis di atas lukanya. Sasuke merasakan hangat di daerah itu. Mata onyx Sasuke kembali menangkap wajah geli Sakura.

"Jangan tertawa!" Suara baritone Sasuke sudah kembali seperti normal.

"Maaf…" Jawab Sakura yang masih saja enggan membuang senyum gelinya pada Sasuke.

"Hhhh…" Sasuke menghembuskan nafas panjang walau dalam hatinya lega melihat wajah bahagia Sakura. Sasuke ingin melihat senyuman itu lebih sering dan lebih banyak lagi.

Sasuke perlahan mengangkat tangannya yang dekat dengan tangan Sakura. Ragu-ragu Sasuke menggenggam tangan Sakura, ada sedikit rasa takut dalam hatinya jika ternyata dia mendapat penolakan dari Sakura. Walau rasanya tak mungkin terjadi.

"Sasuke-kun…" suara Sakura tercekat, tak percaya apa yang dilakukan Sasuke saat ini.

"Sakura, percayalah padaku." Sasuke benar-benar tak siap mendapat penolakan dari gadis musim seminya ini, karena itu Sasuke lebih suka memerintah daripada bertanya.

Sakura mengangguk canggung. Sasuke sendiri entah kenapa merasa tak heran dengan rona merah tipis yang sudah saja bergelanyut manja pada pipi Sakura.

Sasuke memejamkan matanya.

'Sakura, maafkan aku. Aku tergoda dengan dunia yang dikatakan oleh Madara. Aku tahu aku memang egois. Tapi aku harap kamu akan selalu seperti sekarang. Selalu mencintaiku apapun yang aku lakukan.'

'Aku akan membawa kita berada di dunia yang diinginkan oleh semua orang. Dunia penuh kedamaian. Dan aku berjanji. Aku tak akan lagi menahan semua perasaanku padamu.'

Sakura membelalakkan matanya.

'Sasuke-kun!" Pekik Sakura.

"Jangan lakukan!"

'Dan di dunia baru ini, aku akan selalu menunjukkan rasa cinta yang selama ini hanya bisa aku pendam dalam hatiku!'

Dengan mata rinnegannya yang sudah aktif, suara Sasuke seperti berbisik saat samar-samar Sakura mendengar kata "Tsukoyomi".

Dan tiba-tiba saja semua di sekitarnya menjadi putih bersih, membuat Sasuke merasakan pusing yang luar biasa.

Sasuke tak mampu merasakan apa pun. Tak mampu mendengar apapun. Semua hanya putih.

oOo TBC oOo

Minna-san and reader-san…

Cand coba buat ini multichap. Kalo banyak yang request nanti Cand lanjutin. Kalo enggak juga tetep dilanjutin.

Hahahaha

*Terus buat apa nulis ini coba?!

Buat Cici-kun, Dylan-san, Dhapan-san, Sahwa-san, Neko-san, HinaHime-san, Yuriski-san dan reviewer yang memberi semangat Cand untuk tetep semangat nulis, hontou ni Arigatou.

Cand suki suki pokoknya sama semuanya :*