Title : A Gift of Christmas Miracle

Author : Kim Sun Ri

Genre : Romance, Fantasy

Rating : T

Length : Oneshot

Disclaimer : This fict is mine, but the casts aren't

Warning : Yaoi, BoyXBoy, BL, AU, OOC(?)

Pairing : Eunhae

.

Don't Like Don't Read!

This is a little Christmas Present from me… Merry Christmas all, saranghae~! ^^

Enjoy!

.

.:A Gift of Christmas Miracle:.

.

Author's POV

Hiduplah seekor anjing. Tepatnya seekor anjing liar. Ia memiliki bulu coklat yang halus dan lembut, meski kini sedikit kotor. Ia di telantarkan oleh majikannya, terbuang di gang kecil yang gelap. Ia masih seekor anak anjing, tidak tau apa-apa dan rentan terhadap dunia saat ia dibuang. Ia tidak berdaya, takut akan keadaan sekitarnya.

Kini sudah hampir setahun lamanya. Ia berhasil bertahan hidup dengan memakan makanan sisa dari tempat sampah terdekat, dan meminum air hujan. Tapi ia lelah hidup seperti itu. Ia lelah merasa takut setiap kali sebuah bayangan terlihat melewati gang tersebut. Ia lelah bersembunyi di balik apapun yang ia temukan saat mendengar langkah kaki mendekati. Ia lelah di tendang oleh pejalan kaki yang lewat karena merasa jijik akan dirinya.

Tidak ada yang peduli padanya. Ia merasa sudah muak hidup terhina seperti itu. Hari itu musim Desember yang dingin dan bersalju. Dimana suasana natal sudah terlihat di sekitarnya, bersama dengan banyaknya keluarga yang bercanda ria dalam kehangatan. Amat lain dengan apa yang tengah ia rasakan. Sore itu teramat dingin, ia menggigil diatas hamparan putih salju saat ia memutuskan untuk mati. Ia baru saja hendak menutup kedua matanya dan menunggu kematian menjemputnya. Tapi kemudian terdengar suara langkah kaki mendekati.

"Hey…"

Itu adalah seorang manusia, berlutut di sampingnya. Dengan rambut brunette dan seulas senyuman malaikat. Manusia itu perlahan mengulurkan tangan padanya, mengelus dengan lembut bulu coklatnya yang kotor. Kemudian ia mengambil sesuatu dari sekantung plastik putih, mungkin belanjaannya. Ia meletakkannya di depannya.

"Apa kau lapar? Kau mau strawberry?"

Anjing itu melihatnya dengan sayu, sebelum perlahan menghampiri makanan yang disediakan, memakannya seperti ia tidak makan selama beberapa hari, karena memang itulah kenyataannya. Makanan yang asing itu terasa amat nikmat di lidahnya. Manis, rasanya lumer dalam mulutnya, dan sesuatu yang membuatnya merasa hidup. Manusia itu mencari sesuatu dari tasnya dan mengambil keluar sebotol air. Ia menuangkan itu ke telapak tangannya dan membiarkan anjing kecil itu minum darinya.

Saat ia selesai, anjing itu menatap sang manusia dengan rasa terimakasih dan harapan. Manusia itu tersenyum, amat angelic, sambil kembali mengelus bulu halusnya sekali lagi. Kemudian ia melihat jamnya. Melihat hari sudah mulai sore, ia bangkit berdiri dan pergi ke gedung besar di samping gang tersebut. Namun sebelum itu, ia menyempatkan diri untuk melepas syal yang melilit di lehernya dan mengelungkan anjing kecil itu diatas syal tersebut, meninggalkannya untuknya. Anjing itu terdiam disana, menatap kearah dimana sang manusia pergi dengan perasaan senang.

Sejak itu manusia itu sering datang. Setiap kali membawa makanan yang sama, dan juga memberi anjing kecil itu air. Anjing itu merasa amat berterimakasih. Sayangnya, anjing itu mulai buruk kondisinya. Setelah selama ini terbuang dan terasingkan. Ia tau ia akan segera mati. Tapi ia belum mau mati, tidak setelah akhirnya ia bertemu dengan seseorang yang peduli padanya.

Saat itu malam natal, saat ia merasakan tenaganya mulai meninggalkan tubuhnya. Kemudian sebuah suara datang entah darimana, bagaikan bisikan malaikat di malam natal yang penuh berkah.

Apa kau mau hidup?

Anjing itu tengah menutup matanya, kesadarannya hampir lenyap darinya.

Aku mau… hidup…

Demi manusia itu?

Ya… Beri aku kesempatan…

Aku bisa membuatmu hidup… Tapi ada bayaran yang harus kau berikan.

Apa…? Aku tidak peduli… Tapi berikanlah aku kesempatan untuk hidup lagi, untuk melihat manusia itu lagi…

Apa kau tidak tau bayaran yang harus kau berikan?

Anjing itu terdiam selama beberapa saat. Tenaganya benar-benar berangsur menghilang darinya. Sangat sulit baginya untuk tetap bertahan hidup.

Aku… Tidak peduli… Aku hanya ingin hidup…

Baiklah, bila itu maumu.

Setelah itu semuanya terasa buram. Untuknya, apa yang ia dengar adalah suara langkah kaki, dan suara yang ia kenali akhir-akhir ini menghampirinya dengan panik. Ia mendengar suara itu memohon padanya untuk tetap kuat dan tetap hidup. Kemudian ia diangkat kedalam tangan manusia itu, di bawa pergi. Itulah yang bisa ia ingat sebelum akhirnya ia kehilangan kesadarannya.

.

.:A Gift of Christmas Miracle:.

.

Donghae berlari ke apartemennya, membawa anjing kecil itu dalam dekapannya. Ia menyembunyikan anjing kecil itu di balik jaketnya, karena sebenarnya apartemen tersebut tidak mengizinkan hewan peliharaan. Ia memasuki lift dan menekan tombol lantai sepuluh dengan tergesa, lantai dimana ia tinggal. Ia masuk ke dalam apartemen mahalnya, memandikan anjing kecil itu dengan air hangat. Kemudian ia mengeringkannya dan membungkus tubuh ringkihnya dengan handuk yang lembut.

Ia mendekap anjing itu dalam rengkuhannya, memberinya kehangatan yang hilang darinya karena berada di atas salju terlalu lama. Perlahan, tubuh anjing kecil itu kembali menghangat. Ia menghela napas lega saat melihat kondisi anjing itu jauh lebih baik, aman dari bahaya. Ia selalu memperhatikan anjing kecil itu. Sebenarnya ia amat ingin membawa anjing itu pulang dan memeliharanya selama ini, tapi ia takut akan peraturan apartemen tersebut. Tetapi tadi, saat melihat keadaan anjing itu ia tidak dapat menghiraukannya lebih lama lagi dan dengan cepat membawanya pulang bersamanya.

Hari mulai larut. Ia meletakkan anjing itu secara perlahan di atas sofa, memastikan ia tetap berada dalam kondisi hangat. Kemudian ia pergi ke kamar mandi, membersihkan dirinya sendiri dan melakukan beberapa kegiatan sehari-harinya. Bahkan di malam natal ini pun, ia sendirian tanpa ada teman maupun keluarga di sampingnya. Ia memang sudah terbiasa seperti itu.

Tapi kemudian sesuatu mengejutkannya saat ia selesai. Ia mendengar suara rintihan kecil dari ruang tamu. Saat ia bergegas ke ruang tamu, ia melihat sesuatu yang tidak ia duga. Seorang namja, jelas bukan seekor anjing tertidur di atas sofanya. Ia meringkuk diatas sofa, memeluk dirinya sendiri dan sedikit gemetar. Mungkin karena ia tidak mengenakan pakaian apapun, selain beberapa handuk yang menyelimutinya, handuk yang tadi Donghae gunakan untuk membungkus anjing kecil yang seharusnya ada disana. Rambutnya berwarna coklat muda, persis seperti bulu anjing tadi. Untuk sesaat, Donghae mengira ia berhalusinasi, mengusap matanya dan berkedip berkali-kali.

Sebuah rintihan kecil dan suara bersin dari sosok yang tertidur itu menyentaknya dari lamunannya. Ia memutuskan untuk mengesampingkan kesimpulan gila yang ia ciptakan untuk nanti. Ia berbalik ke kamar, mengambil beberapa selimut dan pakaiannya yang sedikit longgar untuknya.

Kemudian ia kembali ke namja yang tengah gemetar itu. Perlahan, ia membungkusnya dalam selimut yang ia bawa, tidak berani untuk memakaikan pakaian padanya ataupun menarik handuk yang semula menutupi sebagian tubuhnya, karena bagaimanapun namja tersebut tidak memakai apapun. Donghae memastikan tubuh namja itu terbungkus sempurna (dari pandangannya juga), dan perlahan gemetarnya menghilang.

Donghae kembali menatapnya. Kulitnya begitu putih mulus dan halus. Ia memiliki mata berkelopak satu, bibir yang terlihat begitu lembut, dan garis rahang yang tegas. Ia begitu sempurna, setidaknya di mata Donghae. Tatapannya beralih pada rambutnya. Ia amat yakin warna rambut itu sama persis dengan bulu anjing sebelumnya, coklat muda.

Kemudian ia menyadari sesuatu yang… aneh. Matanya membulat saat melihatnya. Diantara helaian rambut coklat mudanya yang halus, sepasang telinga anjing terselip keluar. Dengan bentuk yang sama dengan yang dimiliki anjing sebelumnya, hanya lebih besar menyamai ukuran tubuhnya. Penasaran, Donghae mengulurkan tangannya ke sepasang telinga tersebut. Kemudian ia menyentuhnya dengan hati-hati.

Sangat… lembut…

Telinga itu berkedut sedikit, mengagetkannya. Telinga tersebut bergerak, dan hangatnya terasa nyata. Jadi telinga tersebut memang sungguh bukan mainan, pikirnya. Meski Donghae tau seharusnya ia berhenti menyentuhnya, tetapi ia tidak bisa berhenti. Telinga tersebut Terasa begitu lembut dan halus, juga rambutnya. Telinga itu kembali berkedut saat ia mengelusnya.

Ia bergerak dalam tidurnya, dan perlahan, mata berkelopak satunya terbuka. Anjing kecil itu –atau tepatnya namja itu sekarang– berkedip beberapa kali. Sementara Donghae masih menatapnya, terhanyut dalam bola matanya yang hitam.

.

.:A Gift of Christmas Miracle:.

.

The Little Dog's POV

Aku bangkit duduk, dan selimut itu terjatuh dari bahuku, menampilkan tubuh bagian atasku. Aku perlahan mengambil selimut itu dari tanganku untuk kembali menutupi tubuhku.

Tunggu… Tangan?

Aku menatap dengan terkejut. Aku hidup… Tetapi amat berbeda. Aku seorang manusia.

Apa yang terjadi?

Kemudian aku teringat sesuatu. Jadi itu bukanlah mimpi semata. Suara itu, berbisik padaku memberitauku nasibku mulai sekarang. Suara tersebut memberitahuku harga yang harus kubayar untuk tetap hidup, dan berada bersama manusia ini. Aku ingat semuanya sekarang. Aku tersenyum sedikit.

Terimakasih. Terimakasih karena telah memberiku kesempatan, siapapun dirimu…

.

.:A Gift of Christmas Miracle:.

.

Author's POV

Ia terbatuk sedikit untuk menarik perhatian Donghae. Namja brunette itu kembali tersentak dari lamunannya karena menatap matanya, dan melihat kearahnya dengan agak malu.

"A-aah… Kau baik-baik saja?" Tanyanya.

Ia mengangguk, tersenyum hangat padanya. Donghae bersemu sedikit karena senyuman itu, menundukkan wajahnya untuk menghindari tatapannya. Kemudian ia menyadari namja itu masih hanya mengenakan handuk dan selimut. Ia langsung mengambil baju yang tadi ia siapkan dan memberikannya padanya.

"I-Ini, pakailah."

Namja itu melihat kearah baju yang disodorkan padanya dengan bingung, tapi tetap menerimanya.

"A-Aku akan menyiapkan makanan di dapur agar kau bisa b-berpakaian…"

Dengan itu Donghae berjalan dengan tergesa ke dapur. Namja itu melihat baju di pangkuannya dengan bingung. Yah, ia tidak pernah mengenakan pakaian sebelumnya tentunya. Tetapi ia selalu melihat manusia memakainya dan ia tau bagaimana caranya. Hanya saja, itu masih Terasa asing baginya. Ia memakai baju itu dengan ragu. Kausnya sama sekali bukan masalah. Tetapi ia agak kesulitan saat memakai celana.

Saat ia selesai, ia duduk dengan kaku diatas sofa. Ia terus bergerak-gerak gelisah di duduknya, merasa tidak nyaman. Tak lama setelah itu Donghae kembali, membawa makanan untuk mereka berdua. Ia meletakkan makanan tersebut diatas meja, dan berbalik menatapnya. Namja itu menenggelengkan kepalanya sedikit kesamping dalam kebingungan, menatap balik kearahnya.

.

.:A Gift of Christmas Miracle:.

.

Donghae's POV

Ia… Manis.

Ia sebenarnya terlihat cukup normal seperti ini. Kecuali sepasang telinga anjing itu(tapi aku tidak keberatan. Sungguh, itu telihat amat lucu). Dan bajuku itu pas sekali di tubuhnya yang ramping. Namja itu kembali bergerak dengan gelisah, dan aku menyadari wajahnya yang sedikit murung. Ia terus bergerak dengan gelisah.

"A-Ada apa?" Tanyaku.

Ia berubah kaku sesaat, menoleh kearah belakangnya. Aku mengikuti arah tatapannya dan terkejut melihat sesuatu yang muncul dari bagian belakang celananya.

I-Itu… Ekor?

Ia kemudian mengulurkan tangannya menggapai ekornya itu, melipatnya dengan hati-hati kedalam celananya agar hanya sebagian yang keluar keatas. Aku dapat melihat ekor tersebut berkibas sedikit. Dan tidak bisa kupungkiri, lucu sekali.

Tapi ini semua memang sangat aneh. Ini menggangguku sedikit. Maksudku, siapa yang tidak merasa aneh? Aku perlahan mengumpulkan pikiranku. Namja di hadapanku sekarang ini, ia memiliki telinga anjing dan ekor anjing. Dan warna rambutnya persis dengan anjing tadi. Kemudian ia ada di atas sofa ini, menggantikan anjing tersebut. Aku mencoba mengambil kesimpulan, meskipun ini sedikit(sangat) tidak masuk akal. Tapi apa ada kemungkinan lain?

"Emm… Boleh aku bertanya sesuatu…?" Aku bertanya dengan hati-hati.

Ia mengangkat wajahnya dan menatapku dengan mata berkelopak satu itu.

"Apa kau… a-anjing itu…?"

Ia terdiam selama beberapa saat, sepertinya berpikir. Kemudian ia melirik kearahku dari balik bulu matanya, mengangguk dengan pelan.

"Oh… Begitu…"

Aku mengangguk, tidak terlalu terkejut. Ya tentu saja, itu tidak normal dan seharusnya aku merasa amat terkejut. Tetapi aku memutuskan untuk berpikir gila karena seluruh keadaan ini memang tidak normal. Lagipula aku sudah menerkanya, hanya butuh kepastian. Entah mengapa aku merasa lega mengetahui ia bukan orang asing yang berbahaya atau semacamnya.

"Apa kau punya tempat untuk tinggal?" Tanyaku.

Tubuhnya membatu, menatapku tepat dimataku. Tatapannya menunjukkan seberkas rasa takut. Ia mundur perlahan dariku, seolah takut. Oh ya ampun, apa aku membuatnya takut? Ia menggeleng perlahan, kembali menundukkan wajahnya.

"T-Tidak apa… Jangan takut. Aku tidak akan membuangmu… Kau boleh tinggal disini bila kau mau."

Ia langsung mengangkat kembali wajahnya, menatapku penuh harap. Aku tersenyum untuk menenangkannya. Kemudian ekspresinya melembut. Dan ia memiringkan kepalanya sedikit sambil tersenyum begitu hangat dengan tatapan yang begitu lembut padaku.

"… Terimakasih…" Ia berbisik.

*Dheg…!*

Aku merasakan hatiku berdetak lebih cepat. A-Ada apa denganku? Senyumnya begitu lembut dan… Aku hanya ingin melihatnya lebih lagi. Suaranya lembut, dan sedikit serak. Sepertinya ia juga terkejut ia dapat mengeluarkan suara seperti itu. Mungkin ini pertama kalinya ia berubah menjadi manusia? Ia menyentuh tenggorokannya sendiri dengan ragu, masih takjub akan suaranya sendiri.

.

.:A Gift of Christmas Miracle:.

.

The Little Dog's POV

Ia menerimaku… Ia menerimaku disini…

Hatiku berdebar dalam kegembiraan. Itu artinya aku dapat memenuhi bayaran hidupku. Dan itu juga berarti aku bisa berada di sini bersamanya. Hatiku terasa amat hangat, yang mana belum pernah kurasakan sebelumnya. Aku merasa aman. Aku masih dalam kekaguman, sambil menyentuh leherku sendiri karena telah mengeluarkan suara yang terdengar seperti suara manusia saat ia kembali bertanya padaku.

"Mmm… Namaku Donghae. Siapa namamu?"

Donghae…

Ah… Tunggu. Nama? Namaku…? Seingatku majikanku dulu pernah memberiku sebuah nama…

"H-Hyuk… Hyukjae…" Gumamku saat akhirnya aku berhasil mengingatnya.

Aku tersenyum padanya, dan ia bersemu sedikit dan mengangguk mengerti. Ia kemudian mengajakku makan. Makanan itu ada di dalam sebuah mangkuk, dengan asap mengepul dari atasnya. Itu terlihat seperti banyak tali yang halus, dan direndam dalam semangkuk air berwarna agak oranye. Ia mulai memakannya lebih dulu, mengambil sesuatu yang kuingat disebut sumpit, menjepit makanan aneh itu diantaranya dan memakannya setelah meniup uapnya.

Aku memperhatikannya dengan seksama, sebelum mengikutinya. Sangat sulit menggunakan benda bernama sumpit ini. Makanan aneh itu terus terlepas dari jepitanku dan tergelincir kembali kedalam mangkuk. Aku mengeluarkan suara seperti geraman pelan dari dalam tenggorokanku setiap kali makanan aneh itu tergelincir, membuat Donghae tertawa kecil. Kemudian ia mengambilnya dengan sumpitnya, dan membawanya ke depan mulutku. Aku memiringkan kepalaku sedikit dengan heran kemudian memakannya.

Rasanya amat nikmat!

Tanpa sadar aku tersenyum lebar, dan bergerak –merangkak– untuk duduk lebih dekat dengannya. Kemudian aku duduk dengan patuh saat ia menyuapiku perlahan. Aku terus makan dari sumpitnya hingga makanannya habis oleh kami berdua. Tanpa sadar aku mendengkur pelan dan mendekati kearah pipinya. Tadinya aku ingin menjilatnya untuk menunjukkan rasa terimakasihku, tetapi kemudian aku teringat aku manusia sekarang. Jadi, aku mengikuti apa yang biasa kulihat dari manusia sebelumnya, aku mendaratkan bibirku di pipinya selama beberapa saat.

"Terimakasih…" Bisikku lagi.

Ia menolehkan wajahnya dariku, menyembunyikannya. Aku tidak tau ada apa tapi ia hanya mengangguk, dan membawa bekas panic kotor itu ke dapur. Aku tersenyum melihatnya dari belakang. Tak lama ia kembali, kali ini membawa mangkuk lain dan aku melihat banyak makanan merah kecil diatasnya. Itu makanan yang sama dengan yang biasa ia berikan untukku.

Aku menunggu dengan semangat, menyilangkan kedua kakiku dan kedua tanganku kukepalkan dan kuletakkan di depan kakiku yang tersilang. Sedikit bersandar maju, ekorku berkibas karena rasa antusiasme.

Ia melihat antusiasmeku dengan terkagum. Kemudian ia kembali duduk diatas sofa. Aku merangkak kearahnya, dan perlahan meletakkan kepalaku diatas pangkuannya. Aku bergelung sedikit di pangkuannya, tubuhku meringkuk dan mencari posisi yang nyaman.

.

.:A Gift of Christmas Miracle:.

.

Donghae's POV

Ia sangat manja…

Tapi itu sangat manis. Mungkin sifat alami anjing? Aku tidak tau mengapa aku tidak merasa aneh atau takut saat orang asing ini berada di dekatku. Malah, aku merasa seperti sedang menggendong anjing kecil itu dalam dekapanku, tetapi kali ini perasaan itu terasa lebih kuat.

Rasanya sangat hangat dan nyaman. Dan entah bagaimana terasa menenangkan dan membuatku merasa… lengkap dan puas. Aku menyuapinya buah strawberry. Ia terlihat amat senang dan amat menyukainya. Aku tertawa pelan mendengar dengkuran pelannya saat ia terus memakan buah tersebut. Saat ia selesai, ia terus bergelung di pangkuanku dan aku mengusap rambutnya yang halus itu.

Ia menguap dan perlahan menutup matanya. Ia tidur dalam posisi meringkuk, dan aku dapat melihat ekornya dengan jelas. Ekor itu terus mengibas kesamping kiri dan kanan, semakin lama semakin lamban. Hingga akhirnya berhenti dalam posisi yang nyaman.

Rasanya sangat nyaman memilikinya dalam pangkuanku seperti ini. Sesungguhnya amat nyaman rasanya memiliki seseorang bersamaku. Aku sudah tinggal sendirian di apartemen ini untuk waktu yang amat lama sekarang. Dan aku merasa amat kesepian.

Hari ini, seolah malaikat mengirimnya untukku sebagai hadiah natal. Hadiah yang amat indah. Mungkin dengan memilikinya di sisiku, aku tidak akan merasa kesepian lagi. Keberadaannya membuatku tenang, dan aku ingin terus bersamanya.

Perlahan aku menunduk, mendekati wajahnya. Aku tidak tau mengapa aku melakukannya. Aku tidak tau mengapa aku menatapnya lekat dan lama. Aku juga tidak tau mengapa aku mengecup pipinya dengan lembut. Dan aku tidak tau mengapa kulitnya yang halus terasa begitu pas di bibirku. Aku tidak tau apa perasaan di dalam hatiku yang membuatku melakukan ini, dan mengapa aku merasa seperti ingin terus berada bersamanya. Yang kutau adalah…

"Hyukjae…? Terimakasih karena kau ada disini bersamaku…"

Aku melihat bagaimana telinganya berkedut sedikit. Kemudian ia perlahan membuka matanya. Ia bangkit duduk, menatapku dengan manik matanya yang hitam. Sekali lagi aku terhanyut dalam tatapannya. Sepertinya ia sedang mencari susatu dariku. Bila ketulusan dan kebenaranlah yang ia cari, maka itulah yang akan kuberikan padanya.

Saat ia telah menemukannya, ia tersenyum lembut. Ia kembali mencium pipiku dengan lembut, membuatku bersemu. Kemudian ia menarikku kedalam dekapannya, dan aku bersandar pada bahunya yang lebar. Ia mengusap rambutku dengan lembut, dan entah bagaimana aku mulai merasa mengantuk. Bersama dengannya terasa amat nyaman.

"Kau… Akan terus bersamaku… kan…?" Gumamku mengantuk.

Aku merasa ia mengangguk perlahan, "Aku akan… terus bersama… Hae. Selama Hae membutuhkanku, aku akan terus berada bersama Hae… Kapanpun Hae ingin aku seperti ini, yang perlu Hae lakukan adalah memintanya… Dan aku akan berubah seperti ini lagi untuk Hae…"

Suaranya begitu lembut dan ramah. Aku tersenyum.

"Kau tidak akan pernah meninggalkanku…?"

"Tidak… Selama Hae masih menginginkanku, aku tidak akan pernah meninggalkan Hae…"

Aku mengangguk, "Aku tidak akan pernah membuangmu… Aku tidak akan pernah menyerahkanmu…"

Aku dapat merasakan ia tersenyum dari suaranya, "Kalau begitu aku akan terus bersama Hae… Selamanya…"

Ia mengecup pelan puncak kepalaku, dan mataku semakin terasa berat. Perlahan aku menutup mataku, menggumamkan kalimat terakhir yang terlintas di otakku sebelum alam mimpi benar-benar menjemputku.

"Kurasa… Nan saranghae… Hyukjae…"

.

.:A Gift of Christmas Miracle:.

.

Hyukjae's POV

Tubuhku langsung rileks saat ia membisikkan kata-kata itu dan akhirnya terbawa ke alam mimpi. Aku tersenyum, memeluknya dengan lembut dalam rengkuhanku.

Kau memberiku alasan untuk tetap hidup, Donghae…

Dan karena itulah, aku diberi kesempatan sekali lagi untuk hidup. Aku memang harus membayar kehidupan ini, tapi itu sangat sepadan.

Aku ingin hidup untuknya, karena itulah aku disini. Tapi jika ia berkata ia ingin aku pergi, aku tidak akan memiliki alasan lain lagi untuk hidup. Itu artinya aku akan mati jika ia memutuskan untuk membuangku pergi. Itulah yang harus kubayar. Aku hidup untuknya, ia adalah hidupku.

Seharusnya aku merasa takut akan kematian. Tetapi tidak begitu. Karena aku tidak memiliki alasan lain untuk hidup bila Donghae tidak menginginkanku. Aku hidup untuknya, karena itulah yang kuminta.

Donghae bilang ia mencintaiku. Dan itu sudah cukup. Kutukanku adalah hidup hanya untuk Donghae. Jadi selama ia mencintaiku, aku pasti akan tetap hidup. Aku akan mati di hari Donghae memutuskan ia tidak menginginkanku lagi. Tapi dari ketulusan di perkataannya, aku tau saat itu hanya akan datang saat Donghae juga mati. Karena ia pasti akan terus mencintaiku selama hidupnya. Jadi itu akan jadi sangat, sangat lama.

Aku tersenyum dan kembali mencium rambutnya dengan lembut, menyampaikan segala rasa terimakasihku dan kasih sayangku padanya. Aku tidak akan pernah menyesalinya. Ialah hadiah natal untukku, yang mendatangkan keajaiban di malam natal yang suci ini. Aku berbisik padanya sebelum perlahan ikut tertidur bersamanya.

"Nado saranghae… Hae…"

.

.:A Gift of Christmas Miracle:.

.

Donghae's POV

Aku berkedip dan membuka mataku perlahan. Pagi sudah menjemput. Aku menyadari aku tertidur di sofa semalam. Aku merenggangkan kedua tanganku keatas. Aku baru saja hendak berdiri saat merasakan sesuatu menggeliat di atas pangkuanku.

Hm?

Aku menyingkirkan selimut yang tergeletak diatasku, menampilkan anjing kecil coklat itu tertidur di pangkuanku. Aku mengusap mataku lagi. Ia mulai terbangun dan menguap. Aku menatapnya selama beberapa saat, melihat sosoknya.

Anjing ini… Namja semalam…?

Aku menatapnya dan ia hanya menatapku balik dengan mata bulatnya, seperti yang biasa ia lakukan di gang kecil itu. Apa semalam itu hanya mimpi? Tapi itu terasa amat nyata! Kemudian aku melihat bajuku yang terserak dibawah tubuhnya.

'Aku akan… terus bersama… Hae. Selama Hae membutuhkanku, aku akan terus berada bersama Hae… Kapanpun Hae ingin aku seperti ini, yang perlu Hae lakukan adalah memintanya… Dan aku akan berubah seperti ini lagi untuk Hae…'

'Kalau begitu aku akan terus bersama Hae… Selamanya…'

Suaranya terngiang di benakku. Aku tersenyum, yakin bahwa itu semua bukan hanya mimpi. Itu sungguhan. Aku mengangkatnya dalam pelukanku, mendekapnya erat.

"Selamat pagi, Hyukjae," sapaku padanya.

"Woof!"

.

-Fin-

.

MERRY CHRISTMAS! Hehe. This is a little bit Christmas present for you guys, because I love you all soooooo much! It's not twelve o'clock yet, so it's still Christmas eve, 25th December!

Yak ini oneshot yang pertama! Seperti judul nya, 'EunHae Christmas Oneshots', ini gak cuma satu. Mungkin besok aku update lagi oneshot special Christmas lain. Tentunya karena ini oneshot, ga ada hubungannya satu sama lain. Tapi semuanya ada hubungannya dengan natal! Just because I love Christmas so much haha~

Sekali lagi Merry Christmas buat yang merayakannya. God Bless You All! I Love You! ^^

Mind to RnR? ^^