"Re, aku mengerti, aku mengerti." Kataku berulang kali.

"Pakai selalu atributmu dan jangan melanggar aturan." Suara Rena sebenarnya amat merdu, tapi mendengar suara itu sepanjang pagi dan siang, aku bersumpah demi Tuhan, aku akan menyumpal mulutnya dengan kaos kaki ketika kami bertemu nanti.

"Semuanya dibawah kontrol. Lagian ini sudah hari terakhir orientasi, aku sudah hampir bebas sedikit lagi."

Rena mendengus di seberang sambungan telfon. "Bebas in hell! Kau pasti dihajar habis-habisan oleh seniormu, hari ini puncaknya!"

"Aku bisa menangani hal itu. Kau tenang saja, duduk di kursi kantormu dan kerjakan laporanmu yang pagi tadi katanya menggunung itu."

"Akan kusuruh Sehun mengawasimu. Tidak akan kubiarkan satu makhluk pun mengganggu orientasi kuliahmu."

Aku tercekat detik itu. Siapa katanya tadi?

Jangan bilang Sehun ada di kampus ini!

Mampus aku!

"Re, kubunuh kau!" Makiku.

"Aku kakakmu, Han!" Rena berteriak dan aku menjauhkan ponselku sebentar dengan terlinga berdenging.

"Mati kau." Aku bingung.

Rena sebelumnya tidak pernah cerita bahwa Sehun Oh Sehun ada disini. Bodohnya aku karena dulu pernah bersumpah tidak mau dengar cerita tentang pria tampan satu itu.

"Han Luhan, kubilang hati-hati!"

"Aku mengerti aku mengerti. Kututup."

"Ingat betul petuahku, itu penting untuk kelangsungan hidup kuliahmu empat tahun kedepan."

Aku mengernyit. Tentang Sehun?

"Yang mana?" Tanyaku.

"Yang tadi sudah kukatakan, jangan singkap rokmu."

"Well, aku sudah punya rencana mau kusingkap dimana rokku." Kemudian sambungannya kuputus sebelum Rena sempat berteriak.

Aku mengantongi ponselku dan membenarkan kemeja hitamku yang sedikit kusut. Aku ingat ini kemeja bekas kemarin. Terlalu lelah mengerjakan tugas orientasi, aku malas mencuci. Kusutnya tidak seberapa, tapi bau keringatnya, luar biasa.

"Buruk buruk!"

Aku menoleh ketika mendengar itu. Do Kyungsoo sedang mengelap rok hitamnya yang di penuhi bercak coklat.

"Oh benar buruk!" Aku terkesiap dan segera menarik tisu basah dari tas, kemudian mengelap rok hitam gadis pendiam yang jadi teman orientasi sejak hari pertama. Perkenalan kami biasa, tapi sangat membekas karena aku baru tahu ada juga yang mirip denganku punya cita-cita jadi ibu rumah tangga.

Terungkap ketika kami disuruh maju ke depan pleton dan menyebutkan cita-cita dan lain sebagainya.

Ibu rumah tangga yang awesome, kataku dulu.

Aku masih membantu mengelap rok Kyungsoo saat kami dipanggil berkumpul di auditorium.

"Makan siangku belum selesaiiii." Aku meraung sementara Kyungsoo menarik lenganku untuk berlari bersama mahasiswa baru lain.

"Terkutuk telfon Rena!" Rutukku lagi saat peganganku dan Kyungsoo terlepas. Aku menabrak seseorang, dan tidak bisa melihat siapa yang kutabrak saat tangan Kyungsoo menggenggamku lagi.

Saat sampai di auditorium, mataku mengawasi barisan-barisan mahasiswa. Aku dan Kyungsoo harus segera menemukan barisan kami jika tidak ingin terkena hukuman.

"Rok coklat! berhenti!" Kemudian saat teriakan itu mengarah pada punggungku, aku tahu aku akan kena hukuman hari ini. Bukan aku sebenarnya, tapi Kyungsoo.

Kyungsoo berhenti dan menoleh tanpa takut. Mau tidak mau, aku ikutan menoleh.

Seorang anak laki-laki yang mengenakan kemeja dan celana putih kontras dengan milikku mendekat.

Aku mengetukkan sepatuku tidak sabar, jika kami telat masuk barisan, hukumannya bisa bertambah.

"Senior." Panggilku pada laki-laki tinggi bermata belo itu. "Temanku tidak sengaja menumpahkan esnya tadi."

"Aku tidak tanya padamu!" Bentaknya padaku.

Tapi aku malah tersenyum saat laki-laki itu tidak jadi mendekati Kyungsoo.

"Sebenarnya itu salahku, senior." Aku mendekati laki-laki tinggi itu. "Aku bingung mencari teman kencan untuk welcome party nanti."

Oke, salahkan mulutku yang terlalu rakus pada laki-laki tampan.

"Nama!" Bentaknya seperti tidak termakan umpanku.

"Luhan."

"Oke Luhan, dengar!" Teriaknya sekali lagi lalu dia menarik nafas panjang. "Kutunggu kau di gate depan jika kau masih bingung mencari partner." Kemudian dia tersenyum lebar, seiring dengan kecupan jauhku.

Aku berlari mencari barisan dan menarik Kyungsoo saat tiba-tiba langkahku terhenti.

Perasaanku saja atau memang tadi ada bayangan di balik pintu auditorium?

-TBC-

YUHUU, gue lagi liburan semester.

Story ini bakal punya plot biasa aja, tapi gue bakal menikmati progress menyemenye penuh fluff disini. Gue lagi happy bat sama karakter Luhan yang independent imutimut dan juga disini bakal nyuguhin kegantengan Sehun yang rasanya unlimited itu.

SOOO, jan lupa klik love dan masukin ini ke fav or foll story kalian.

Jan lupa juga komen, karena gue bakal tergiur buat update cepet kalo lo ninggalin petuah buat gueeh. See ya