Sekelilingnya adalah kegelapan.

Tanpa adanya cahaya, bayangan berkumpul menjadi satu adalah tempatnya selalu berada.

Dalam bayangan dia tak melihat apapun. Tapi juga melihat semuanya.

Dalam bayangan dia sendiri. Tapi dia tidak sendiri.

Dalam keadaan seperti itu, dalam waktu yang lama tanpa dia sadari, dirinya telah menjadi satu dengan bayangan.

Dia adalah bayangan, yang merindukan cahaya.

xxx

Kuroko No Basuke

The things which you see

Disclaimer : Kuroko no Basuke milik Fujimaki Tadatoshi

Warning : Totally AU, no Basket, shonen-ai, might be OOC dan typo

xxx

Kagami Taiga berpikir kalau dirinya adalah orang yang cukup toleran.

Setelah menyelesaikan pendidikan universitas di Jepang, dia memutuskan untuk kembali ke Amerika. Disambut oleh orang tuanya, dan teman dekat yang sudah seperti saudaranya, juga guru yang mengajarkan berbagai macam hal adalah kebahagiaan tersendiri. Cowok berambut merah ini lalu bertekad untuk hidup di Amerika dan menjadi guru di sana.

...Harusnya begitu. Sebelum guru kesayangannya yang sangat cantik dan seksi, entah karena waktu itu dia sedang mabuk atau apa, membujuk orang tuanya untuk mengirim kembali Taiga ke Jepang.

"Tiger harusnya mengajar di Jepang saja! Sedikit petualangan di luar akan lebih menarik, kan?"

Kalimat itu sukses membuat orang tua Kagami manggut-manggut dan menyuruh anak semata wayang mereka kembali ke Jepang. Alex, sang guru dalam keadaan setengah sadar langsung bercerita bagusnya Jepang, menghasilkan orang tua Kagami lebih mantap untuk mengirimkan kembali anak mereka ke negeri matahari terbit.

Taiga yang tak bisa menyela orang tua dan Alex, yang sudah membicarakan banyak hal menyebabkan yang bersangkutan sakit kepala, cowok itu menoleh ke arah sahabat terbaiknya, Himuro Tatsuya. Sang kakak hanya tersenyum seakan berkata 'Sampai jumpa, Taiga'.

Hasil semua itu adalah Kagami Taiga kembali ke Jepang, lebih tepatnya ke sebuah desa bernama Sei no Rin*, yang masih kental dengan alam yang hijau dan udara yang bersih. Jauh dari kebisingan kota dan polusi kendaraan. Sekarang Taiga sedang berdiri di depan stasiun kereta, berjarak kira-kira satu jam dari desa, menunggu jemputan dari sana.

Kagami Taiga adalah orang yang toleran. Buktinya dia masih belum memukul apapun, walaupun hatinya sekarang sedang terbakar api sesuai namanya*. Kemarahan karena sikap orang tua dan gurunya hanya bisa ditahan. Semoga saja desa yang akan ditinggalinya adalah tempat yang menarik dan dapat memuaskannya.

"Hei, permisi~"

Kagami menoleh ke asal suara yang ternyata datang dari orang yang sekarang berdiri persis di depannya. Sang macam pun langsung mundur, kaget karena tidak menyadari kedatangan orang tersebut.

"Y,ya?" Cowok berambut merah itu mengelus dadanya, masih terkejut.

"Anda Kagami Taiga-san, kan? Kenalkan, namaku Kiyoshi Teppei." Cowok yang lebih tinggi beberapa centi dar Kagami itu mengulurkan tangannya. Yang langsung dijabat balik.

"Aku juga guru di Sei no Rin, dan aku diberi tugas untuk menjemputmu. Jadiiii, ayo berangkat?" Kiyoshi menunjuk mobil pick up miliknya. Mengisyarakat Kagami untuk naik.

xxx

Sesuai dugaan Kagami, Sei no Rin adalah sebuah desa terpencil. Kurangnya fasilitas diganti dengan alam yang indah. Untuk saat ini, guru pemula ini sudah cukup puas terhibur dengan pemandagan yang indah dan warga yang baik hati.

Karena desa yang kecil, sekolah semua tingkat digabung menjadi satu. Tapi karena Kiyoshi Teppei, yang tadi menjemputnya, cukup kewalahan mengajar satu kelas yang terdiri dari berbagai macam anak dan umur, Kagami diperlukan untuk membantunya. Setelah dibicarakan lagi, diputuskan kalau Kiyoshi akan mengajar anak kecil dan Kagami bagian anak remaja.

Hanya ada dua orang yang benar-benar menjabat sebagai guru. Walaupun begitu, ada banyak warga desa yang membantu. Kiyoshi mengenalkan sang guru baru pada orang-orang ini.

Ada Hyuuga Junpei yang kurang lebih bertugas sebagai kepala desa. Hal ini dikarenakan kepala desa yang sebenarnya sudah cukup tua, dan dia serta para manula lainnya setuju untuk memilih anak muda untuk menjadi kepala desa. Menurut Kiyoshi, Hyuuga pandai dalam memimpin dan memberi dukungan pada yang lain, karena itulah dia yang dipilih. Cowok yang memakai kacamata ini menyambut Kagami dengan baik, juga berterima kasih karena kedatangannya tugas Kiyoshi bisa berkurang.

Lalu ada Aida Riko. Cewek berambut pendek yang tinggal bersama ayahnya. Sang ayah adalah satu-satunya dokter di desa, sedangkan Aida adalah perawat yang sering berkeliling memeriksa keadaan para manula. Cewek ini juga menyambut Kagami dengan gembira, sambil memukul punggung cowok itu. Kagami tersenyum sambil menahan sakit.

Masih banyak yang lain, tapi karena hari sudah sore, Kiyoshi berjanji akan mengenalkan semuanya pada Kagami esok hari. Sekarang mereka sedang menuju tempat yang akan menjadi rumah Kagami. Sambil berjalan, guru senior yang selalu tersenyum itu menjelaskan jalan dan tempat-tempat yang mereka lewati. Kagami mencoba mengingatnya sambil melihat sekeliling.

Hampir semua rumah, kecuali klinik keluarga Aida dan sekolah, adalah rumah bergaya Jepang. Rumah kayu yang terbuka, dikelilingi oleh taman yang luas. Selama di Jepang, Kagami tinggal di apartemen dan tidak pernah tinggal di rumah Jepang. Karena itu dia cukup menanti rumah yang akan ditinggalinya.

"Oh, ya. Kagami~" Setelah selesai menjelaskan tempat-tempat di desa, Kiyoshi memanggil nama Kagami. Guru muda itu lalu menangkat alisnya, mengerti kalau masih ada hal yang perlu dijelaskan.

"Rumah tempatmu akan tinggal, pemiliknya juga tingga di situ. Dia selalu hidup sendiri, karena itu orang-orang desa yang lain setuju kalau kau lebih baik tinggal di situ." Kiyoshi berkata masih sambil tersenyum.

"Ada pemiliknya? Apa tidak menggangu?"

"Tenang saja. Dia juga sudah setuju, kok. Biasanya di siang hari, orang desa bergantian menemaninya. Kalau kau tinggal di sana, dia juga akan terbantu."

Melihat wajah Kagami yang bingung, Kiyoshi menambahkan, "kau akan mengerti kalau sudah bertemu dengannya."

xxx

Rumah bergaya Jepang yang sekarang sedang dilihatnya terlihat lebih luas dari yang lain. Pohon disekitarnya juga lebih lebat, juga semak-semak yang lebih banyak. Bunga-bunga liar yang tumbuh juga lumayan banyak. Kebun yang tidak terlalu diatur, tapi masih terlihat indah.

"Bagus, kan? Selamat datang di rumah barumu, Kagami-sensei~" Kiyoshi yang meihat wajah kagum Kagami langsung tertawa kecil. Sang macan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kebiasaan yang sering dilakukannya. Dan dia sadar kalau Kiyoshi membuka pintu masuk geser di depannya, langsung masuk begitu saja ke genkan*.

"Hei, apa tidak apa-apa masuk begitu saja?" Kagami yang ragu, tetap diam tidak bergerak.

"Tidak apa-apa~. Tidak apa-apa~. Dia pasti sudah tahu kalau ada kita, kok." Kiyoshi sudah duduk di genkan, dalam proses melepas sepatunya. Kagami menghela napas dan akhirnya beranjak masuk.

Tapi langkahnya langsung terhenti ketika melihat sesuatu yang ada di samping Kiyoshi. Sesuatu yang berwarna putih dan hitam, yang sangat lucu. Tapi sangat mengerikan bagi Kagami.

"Guk!"

"HUWAAAAAA! ! !"

Kagami berlari mundur menjauh dari sesuatu itu. Kedua tangannya diangkat di depan badannya, sebagai tameng. Wajahnya pucat berganti warna.

"Lho, Ni-go? Sejak kapan ada disitu?" Kiyoshi mengelus kepala sang anjing kecil. Yup, sesuatu itu adalah seeokor anak anjing. Bercorak hitam dan putih, anjing bernama Ni-go itu menggoyangkan ekornya. Tanda senang kepalanya dielus.

"Ki, Kiyoshi-san...?" Kagami yang masih menjauh dari anjing kecil itu bersuara pelan. Kiyoshi menggendong Ni-go dan menjawab,

"Ya, Kagami-sensei~?" Sambil menjawab dia maju langkah demi langkah mendekati Kagami. Yang didekati langsung mundur menjauh.

"Bi, bisa tolong jauhkan makhluk itu...?" Jari telunjuk yang bergetar menunjuk ke arah Ni-go. Si anjing yang entah mengerti atau tidak, langsung membalas dengan mengonggong. Kagami menahan dirinya untuk tidak berteriak dan lari dari tempat itu.

"Kagami-sensei takut anjing? Diluar dugaan ya~" Masih dengan senyumannya, Kiyoshi tertawa. Walaupun begitu, dia perlahan menjauh dari Kagami dan kembali ke Genkan. Melepas sepatu, lalu masuk.

"Lebih tepatnya trauma..." Kagami mengikuti Kiyoshi masuk ke rumah yang akan ditinggalinya itu. Sebisa mungkin menjauh dari ni-go yang sekarang sudah ditaruh Kiyoshi di lantai kayu. Lalu cowok itu melihat tanda tanya di atas kepala senpai-nya. "Tolong jangan tanya..."

"Oke, oke~. Santai saja~. Nah, Ni-go. Bisa antarkan kami ke tuanmu?" Seperti mengerti perkataan Kiyoshi, Ni-go berjalan masuk membimbing kedua guru untuk mengikuti anjing kecil itu. Kagami masih menjaga jarak, sambil melihat ke sekeliling rumah. Kiyoshi bersandung pelan.

"Guk!"

Ni-go berhenti di depan pintu geser yang terbuka sedikit. Cukup untuk seekor anjing seperti Ni-go lewat. Kiyoshi yang tangannya menggapai pintu geser, terhenti ketika sebuah suara terdengar dari balik pintu tersebut.

"Okaeri, Ni-Go. Dan Selamat datang Kiyoshi-san. Juga sensei baru."

Kagami kaget dengan suara yang muncul tiba-tiba ini. Dia menoleh ke arah Kiyoshi, yang sekarang tersenyum sambil berbisik 'benar, kan? Dia tahu.' Senpai-nya lalu menggeser pintu itu, diikuti Ni-go yang langsung masuk, mendekat ke tuannya yang sedang duduk berselimut futon*.

"Maaf menggangu, Kuroko~"

xxx

Napas Kagami tertahan begitu melihat 'Kuroko', tuan dari anjing kecil Ni-go. Berselimut futon dan memakai kimono, dia duduk di tengah kamar yang terhubung dengan halaman luar. Angin sepoi-sepoi masuk, meniup pelan rambut biru langitnya. Kulitnya sangat putih, bahkan bisa dibilang pucat. Seperti boneka yang rapuh, itulah yang pertama kali ada di pikiran Kagami.

'Boneka yang rapuh. Dengan perban putih melingkar menutupi kedua matanya...'

Kagami memandang wajah Kuroko, yang kedua bola matanya tak tampak. Sang macan langsung mengerti, apa yang dimaksud Kiyoshi dengan membantu lelaki ini.

"Langsung saja. Kagami-sensei, ini Kuroko Tetsuya. Dia pemilik rumah ini. Kuroko, ini Kagami Taiga. Sensei baru yang akan menumpang di sini." Suara Kiyoshi yang mengenalkan dirinya, membuat Kagami tersadar pandangannya terpaku pada Kuroko. Dia lalu menggaruk kepalanya, tanda dia sedang canggung.

"Namaku Kagami Taiga. Aku akan menumpang dan mungkin merepotkanmu, jadi... Mohon bantuannya." Cowok berambut merah itu memperkenalkan dirinya. "Oh, ya. Terima kasih sudah memperbolehkanku tinggal di sini." Dia lalu menggaruk pipinya yang memerah. Kagami memang canggung dalam hal sopan santun.

"Kagami-kun...?" Kuroko yang sedari tadi hanya menunduk walaupun Kiyoshi berbicara, sekarang mengangkat kepalanya dan mengarahkannya ke arah asal suara Kagami. Matanya yang tidak bisa melihat hanya bisa mengira-ngira posisi Kagami berada.

"Ya?"

Satu suara lagi dari Kagami menunjukkan posisinya sekarang. Kuroko lalu bergeser pelan mendekat ke arahnya. Pandanga mata yang tertutup perban itu tidak lepas dari wajah Kagami. Sekarang cowok berambut biru itu duduk tepat di depan sang macan. Dan perlahan tangan putihnya dijulurkan. Menyentuh wajah Kagami.

Yang disentuh terlalu terkejut sampai diam seribu bahasa. Matanya melirik ke arah senpai-nya, yang sepertinya tersenyum lebih lebar dari sebelumnya. Merasakan tangan Kuroko yang dingin meraba wajahnya, Kagami kembali menahan napas. Tangan mungil Kuroko menelusuri wajahnya, dari rambut merahnya, dahi, alis mata, mata, pipi, hidung, mulut. Kembali lagi ke pipi. Tangan itu lalu mengelus pelan pipinya.

Dan mungkin dia salah dengar, Kuroko menggumamkan 'ketemu' . Sangat pelan.

"Ehem!" Kagami menoleh ke arah senpai-nya, napasnya telah kembali. Tapi dia masih merasakan tangan mungil itu mengelus pipinya. Pemilik tangan itu tetap memandang ke arahnya, tidak bergeming mendengar suara Kiyoshi.

"Kau menyukai sensei baru ini, Kuroko~?" Pertanyaan dan senyuman Kiyoshi yang di luar nalar itu sukses membuat Kagami melebarkan matanya. Baru saja dia ingin membantah pertanyaan itu, perkataannya dipotong oleh jawaban Kuroko.

"Ya, aku suka padamu. Kagami-kun."

Kalau dia bisa berteriak, mungkin dia akan melakukannya. Sayang, atmosfir tidak mendukung. Jawaban Kuroko yang tanpa basa-basi, tapi bernada datar itu membuat Kagami menelan kata bantahannya. Dia kembali menatap Kuroko tidak percaya. Dan melihatnya. Senyum kecil yang hampir terlewatkan.

"Namaku Kuroko Tetsuya. Mohon bantuannya, Kagami-kun."

Ketemu. Cahaya-ku.

xxx

#First things : Find you#

xxx

Sei no Rin : Sudah pasti diambil dari Seirin. Seirin sendiri bisa diartikan 'menjadi dingin/es'. Awalanya pingin pake Kiseki, tapi kok ya nggak cocok banget. Desa Keajaiban? Yah, jangan terlalu dipikirkan.

Kagami Taiga: Ditulis dengan kanji Ka(Api) dan Kami(Dewa). Lalu Taiga itu pelafalan Tiger dalam bahasa Jepang.

Genkan : Dibagian depan rumah ala Jepang, ada tempat untuk melepas sepatu, yang lantainya masih semen atau keramik. Lalu kita naik ke atas lantai kayu untuk masuk. Tempat ini disebut Genkan alias gerbang masuk.

Futon : Kasur plus selimut ala Jepang. Kalau tidak dipakai, dilipat dan dipinggirkan.

Ni-go : Si nomor dua. Di Fanfic ini namanya hanya Ni-go. Nggak ada Tetsuya-nya.

xxx

Author's note :

Fanfic pertama di KuroBasu fandom. Padahal masih banyak utang, tapi malah bikin fic baru. Haha, aduh jangan dilemparin sepatu dong.

Terinspirasi dari tiga hal. Yang pertama adalah Lagu Persona Alice – Vocaloid. Inspirasi untuk keadaan mata Kuroko. Kedua, manga yang judulnya (seingat saya) Last Summer Cinema. Inspirasi untuk rumah dan penampilan Kuroko dengan perban matanya. Ketiga, fanart di pixiv crossover KuroBasu dengan Natsume Yuujincho. Inspirasi untuk lanjutan cerita ini. Ups, Spoiler.

Pairing? (Ba)Kagami/Kuroko. Sisanya belum tau. Mungkin Midorima/Takao dan Kise/Sakamatsu. Silahkan beri masukan.

Bagaimana caranya? Review dengan sepenuh hati, tentu saja. #smile