Disclaimer: Hajime Isayama story by me

rate: T

Warn: isinya bisa mengaduk-aduk perut anda (maybe)

happy reading!

Bloody Servant

Suara cambuk yang menempel dengan kulit berusaha untuk merobek hingga ketulang,suara jeritan tertahan,isak tangis yang tak terbendung,semua jenis siksaan bertubi-tubi. Sudah cukup. Ia benar-benar muak pada dunia ini. ia muak pada kedua orang tuanya yang telah memperlakukannya layaknya budak,menyiksanya dengan tawa yang diumbar,menyiksa seolah ia hanya mainan . tidak butuh keahlian ataupun pelajaran untuk membunuh. Cukup dengan dendam dan luka yang tercipta ia sudah bisa melampiaskan segala kesakitannya.

Darah segar mengalir dari mayat yang berada di depannya. Tubuhnya tak lagi utuh. Sepasang bola mata telah hilang dari tempatnya,usus-usus tergerai begitu saja,tidak lupa sebilah pisau yang menancap ditenggorokan. Ia tertawa,membalaskan dendam yang selama ini dimilikinya ternyata menyenangkan.

"Ibu,bukankah ini indah? Isi perutmu tercerai berai,bola matamu juga telah hilang dari tempatnya,mungkin aku akan memajangnya nanti. Hahaha" Ia tertawa sambil mengelus pelan kepala yang sudah berlumur darah itu. Hampir melupakan bahwa masih ada satu orang yang belum dibunuhnya. Ia menoleh pelan ke belakang. Disana seorang pria paruh baya sedang menatap takut mayat sang istri. Bau anyir darah serta pemandangan di depannya membuatnya memuntahkan semua makanan yang sempat masuk ke dalam lambungnya.

Kasih sayang,rasa kasihan itu semua hanya omong kosong. Ia melangkahkan kakinya mendekat ke pria tersebut,memasang seringaian serta mengacungkan pisau berlumur darah yang tadi dipakainya. Pria tersebut memandang ngeri. Nafasnya seakan tercekat hanya sekedar untuk mengucapkan kata ampun. Pisau tersebut berhenti tepat di depan dada sebelah kirinya. Seringai lebar sang putra kian melebar.

"Goodbye daddy,Eren always love you" Kata-kata tersebut teruntai dengan lancar bersama dengan pisau yang menembus jantung. Tidak puas hanya dengan itu,ia kembali mengeluarkan pisau kecil dan membuat ukiran-ukiran diatas kulit sang pria yang merupakan ayahnya sendiri. Pisau tersebut menari-nari di atas kanfas hidup. Bekas yang tidak akan hilang. Puas dengan hasil karnyanya,ia kemudian menyeringai seraya berkata,

"Sudah terlambat bagi kalian untuk meminta maaf,jadi terimalah bentuk kasih sayangku ini" Ia lalu berbalik meninggalkan mayat-mayat tersebut tergeletak begitu saja di dinginya lantai penjara yang sudah terhiasi warna merah.

Dilangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang ada di dalam rumah untuk membersihkan diri dari darah segar yang menghiasi tubuhnya. Bersenandung pelan dengan seringai lebar yang masih terpampang. Semua yang ia lakukan pada orang tuanya ternyata membuat ia menyukai yang namanya membunuh. Membunuh atau dibunuh,tidak ada orang lain yang bisa dipercaya,difikirannya kini hanyalah membunuh orang lain dan melihat darah mereka dimana-mana. Percayalah bahwa ia benar-benar tidak mempercayai siapapun,

"Reader,wanna die?"

End

A/N: Halo minna! kali ini saya dateng bawa fic genre horror semoga ada yang suka ;w;) ini emang pendek pake banget karena saya lagi stress mikirin gimana adegan lemon di fic Lie /ditabok/ semoga reader sekalian suka~ akhir kata

Mind to review?