My Destiny

Jaehyun x Taeyong

NCT

.

.


Hari sudah sore saat Taeyong pulang dari kampusnya. Sedikit terkejut ketika ia sampai dirumah dan melihat ada sebuah mobil mewah parkir didepan rumahnya. Berjalan pelan menuju pintu. Ia tak langsung masuk kedalam rumah, ia hanya berdiri dan melihat kedalam dari pintu yang sedikit terbuka.

"Beri kami waktu lagi, Jung. Aku mohon".

Itu suara Ayahnya, yang sedang bicara dengan seorang pria dihadapannya. Seorang pria yang terlihat sangat kaya. Dengan seseorang yang lebih muda kira-kira seumurnya yang duduk disampingnya.

"Maaf Lee. Bukannya aku tak mau menolongmu. Tapi perjanjian tetap lah perjanjian. Dan ini sudah jauh melewati batas yang sudah kita sepakati, Lee"

Suara orang dihadapan Ayahnya. Apa yang mereka bicarakan? Perjanjian apa?.

"Iya aku tau. Tapi uangku belum cukup untuk melunasi hutangku, Jung"

Hutang? Hutang apa?

"Itu bukan urusanku, Lee. Dan sesuai dengan surat perjanjian yang kau tanda tangani. Jika kau tidak bisa melunasi hutangmu malam ini. Dengan terpaksa aku harus menyita rumah ini"

Hah? Rumah ini disita? Taeyong terkejut bukan main.

"Aku mohon, Jung. Jangan usir kami. Kami tak punya tempat tinggal lain selain rumah ini. Aku mohon beri kami waktu lagi. Kami pasti akan melunasi hutang kami"

Suara Ayahnya memohon. Ibunya sudah terisak. Tak sanggup lagi berkata-kata.

"Maaf Lee. Aku tak akan memberimu waktu lagi"

"Aku mohon, Jung"

Suara Ayahnya sedikit bergetar, sangat memohon dan bahkan Ayahnya sampai bersujud dihadapan orang itu. Taeyong sudah tak tahan lagi.

"Ayah Ibu, ada apa ini?" tanya Taeyong pada Ayah dan Ibunya.

Mendengar suara Taeyong, Ibunya langsung memeluk Taeyong sambil menangis.

"Taeyong-" Ibunya semakin kencang menangis.

"Maaf kan Ayah, Tae" ucap Ayahnya sambil ikut memeluk Taeyong membuat Taeyong semakin bingung. Matanya pun ikut berkaca-kaca.

Jung Yunho, nama orang itu. Ia menatap kearah putranya yang tiba-tiba saja berdiri. Jung Jaehyun, yang sejak tadi hanya duduk diam. Tiba-tiba saja berdiri saat Taeyong datang.

"Ada apa, nak?" tanya Tuan Jung pada putranya.

"Ayah, beri mereka waktu lagi" ucap Jaehyun tiba-tiba. Membuat Keluarga Lee yang sedang menangis memandangnya.

"Apa katamu, nak?" tanya Tuan Jung yang juga ikut berdiri.

"Beri mereka waktu lagi" ucap Jaehyun lagi lebih jelas.

"Tapi nak, kita sudah sepakat-" ucapan Tuan Jung terpotong.

"Aku mohon Ayah" ucap Jaehyun. Kali ini menatap Ayahnya. Memohon.

"Baiklah" ucap Tuan Jung mengalah. "Lee, kau dengar apa yang putraku katakan. Aku memberimu waktu lagi, satu bulan. Tapi ingat, ini yang terakhir kalinya aku memberimu waktu. Dan jika kau tidak juga melunasi hutangmu. Aku terpaksa mengambil rumah ini dan kalian harus pergi dari rumah ini" ucap Tuan Jung.

"Terima kasih, Jung. Aku mengerti" jawab Tuan Lee sambil membungkuk mengucapkan terima kasih. Ibu Taeyong juga membungkuk pada Jaehyun yang sejak tadi terus menatap Taeyong.

"Ayo kita pulang, nak" ucap Tuan Jung mengajak Jaehyun untuk pulang. Jaehyun hanya mengangguk pada Ayahnya. Pandangannya tak lepas dari Taeyong bahkan sampai ia keluar rumahpun ia selalu menoleh kearah Taeyong sambil sedikit tersenyum. Taeyong tak membalas senyum Jaehyun, ia hanya sedikit membungkuk sambil mengucapkan terima kasih.

.

.

"100 juta? Hutang Ayah 100 juta?" tanya Taeyong tak percaya. "Untuk apa semua uang itu, Ayah?" tanya Taeyong lagi.

"Untuk modal usaha Ayah, Taeyong. Dan untuk keperluan sehari-hari. Juga untuk biaya kuliahmu" jawab Tuan Lee.

"Ayah seharusnya bicarakan dulu padaku. Seharusnya Ayah tak perlu membuka usaha. Biar aku saja yang bekerja, Ayah" ucap Taeyong pelan. Selain kuliah, Taeyong juga bekerja paruh waktu. Apapun ia kerjakan asalkan menghasilkan uang. Sebelum berangkat kuliah ataupun setelah kuliah. Mengantar koran dan susu, dengan bermodalkan sepeda usang setiap pagi kesetiap rumah yang menjadi langganan agen tempat ia bekerja. Atau menjadi pelayan disebuah restoran cepat saji pada sore sampai malam hari setiap ia pulang kuliah. Gaji yang ia dapat cukup untuk bayar kuliah dan untuk keperluan sehari-hari. Walaupun sangat pas-pasan.

"Ayah dan Ibu tak mau merepotkanmu, Tae. Sudah seharusnya Ayah dan Ibu yang membiayaimu. Ayah yang mencari uang untuk biaya kuliahmu. Ayah ingin melakukan sesuatu untuk menghasilkan uang" ucap Tuan Lee. Tuan Lee memang selalu berusaha untuk mendapatkan uang. Setelah ia diberhentikan dari tempatnya bekerja. Ia juga sudah mencoba mencari pekerjaan lain namun tak ada perusahaan yang menerimanya.

"Tapi usaha yang Ayah lakukan selalu gagal" ucap Taeyong lagi.

Ia memang benar. Apapun usaha yang Tuan Lee jalankan selalu saja gagal. Selalu saja berakhir dengan gulung tikar. "Maafkan Ayah, Taeyong. Ayah memang tak berguna" ucap Tuan Lee pelan. Membuat Taeyong sedih dan merasa bersalah sudah menyinggung perasaan Ayahnya.

"Maaf kan aku, Ayah. Tak seharusnya aku bicara seperti itu" ucap Taeyong memeluk Ayahnya.

Tuan Lee balas memeluk Taeyong. Nyonya Lee mengusap-usap punggung Taeyong. "Ayah dan Ibu juga harus mencari uang agar kita bisa melunasi hutang kita pada Jung Yunho" ucap Nyonya Lee.

Mendengar nama itu, Taeyong jadi penasaran siapa orang itu. "Ayah mengenal orang itu dari mana? Sejak kapan?" tanya Taeyong.

"Jung Yunho adalah teman ayah waktu sekolah dulu, Tae. Dari dulu dia sudah kaya. Ketika dia tau Ayah sedang membutuhkan uang. Ia menawarkan uangnya untuk Ayah pinjam. Awalnya tidak sampai 100 juta. Tapi karena usaha Ayah selalu gagal. Ayah lalu meminjam lagi dan lagi" ucap Tuan Lee sedikit menyesal.

Taeyong menggeleng tak percaya, ternyata bukan hanya sekali tapi sudah berkali-kali Ayahnya meminjam uang pada Jung Yunho. Dan sekarang ia harus bekerja lebih keras untuk melunasi semua hutang Ayahnya.

"Ayah dan Ibu bisa mencuci piring di restoran-restoran dekat sini, Tae" Nyonya Lee berkata membuat Taeyong menggeleng.

"Tidak perlu ibu, biar aku saj-" ucap Taeyong.

"Uangmu saja tidak cukup, Tae. Biar Ayah dan Ibu juga membantumu. Lagipula ini tanggung jawab Ayah dan Ibu" ucap Nyonya Lee lagi.

Taeyong tak bisa membantah lagi, ia hanya mengangguk. Ibunya benar, uangnya saja tidak cukup. Hutang mereka banyak sekali. Dan satu bulan sangat sebentar. Ia jadi ragu bisa melunasinya atau tidak.

.

.

"Apa kau yakin dengan ucapanmu, Jae?" tanya Tuan Jung saat ia dan Jaehyun sedang berbincang-bincang diruang tengah. Dirumah mewah mereka.

"Iya Ayah aku yakin sekali. Sepertinya aku jatuh cinta pada Lee Taeyong" ucap Jaehyun mantap.

"Tapi kau baru melihatnya satu kali, Jae. Ayah tidak yakin jika itu cinta. Mungkin kau hanya kasihan melihatnya menangis" ucap Tuan Jung lagi.

"Tidak Ayah, aku sangat yakin. Semalaman aku tak bisa tidur, Ayah. Wajah Taeyong selalu hadir dipikiranku" ucap Jaehyun lagi.

Tuan Jung tertawa mendengar pengakuan putranya. Ia jadi teringat saat ia bertemu dengan istrinya. Ia juga tidak bisa tidur waktu pertama kali bertemu dengan Nyonya Jung dulu.

"Baiklah Jaehyun. Lalu apa rencanamu?" tanya Tuan Jung.

"Aku ingin menikahinya, Ayah" jawab Jaehyun. Ia terdengar sangat mantap mengatakannya.

"Secepat itu?" tanya Tuan Jung tak percaya ucapan putranya.

Jaehyun mengangguk. Lagi-lagi mantap dan yakin sekali.

Tuan Jung hanya menghela napas. "Baiklah Jaehyun. Terserah kau saja. Kau juga harus bicara sendiri pada Ibumu nanti saat Ibumu sudah pulang dari Amerika" ucap Tuan Jung sambil berdiri hendak menuju kamarnya.

"Iya Ayah" jawab Jaehyun senang.

.

.

Sebulan sudah waktu berlalu. Dan keluarga Lee belum mengumpulkan uang sebanyak 100 juta meskipun Taeyong juga Tuan dan Nyonya Lee bekerja mati-matian. Setiap hari, dari pagi sampai malam. Namun uang yang mereka kumpulkan belum cukup untuk melunasi hutang mereka. Mereka juga sudah menjual perabot rumah seperti televisi dan kulkas. Taeyong bahkan sampai menggadaikan laptop kesayangannya yang ia pakai untuk keperluan kuliah. Tapi tetap saja belum cukup. Mereka sudah sangat pasrah. Jika mereka harus meninggalkan rumah yang sudah menjadi tempat tinggal mereka selama bertahun-tahun.

"Bagaimana Lee, apa kalian sudah bisa melunasi hutang kalian?" tanya Tuan Jung saat ia dan putranya Jaehyun datang untuk menagih janji.

Tuan Lee dan Nyonya Lee hanya menunduk. Lalu Tuan Lee menggeleng "Uang kami belum cukup untuk melunasi hutang kami" jawab Tuan Lee pelan. Nyonya Lee sudah mulai terisak.

"Sesuai kesepakatan, aku harus menyita rumah ini kalo begitu. Dan kalian harus pergi dari rumah ini" ucap Tuan Jung. Nyonya Lee menangis mendengarnya. Jaehyun merasa tak tega melihatnya. Ia lalu melihat kedalam rumah mencari seseorang. Mencari Taeyong tentu saja. Apakah Taeyong juga menangis? batin Jaehyun. Ia jadi sedikit khawatir.

Tuan Lee hanya mengangguk pasrah. Tak lama kemudian Taeyong keluar dengan membawa koper mereka, dengan mata sembab sehabis menangis. Hati Jaehyun sakit sekali melihatnya.

"Ayah-" ucap Jaehyun menatap Ayahnya.

Saat Tuan Lee hendak membantu Taeyong membawakan koper, lalu Tuan Jung berkata "Lee, bisa kau duduk dulu sebentar. Ada yang ingin aku bicarakan, kau juga duduk Taeyong" ucap Tuan Jung pada Taeyong dan Tuan Lee. Taeyong dan Tuan Lee sedikit bingung namun mereka tetap duduk.

"Mmm begini Lee. Putraku berbaik hati pada kalian" ucap Tuan Jung memulai pembicaraan. "Kalian tak perlu meninggalkan rumah ini. Kalian bisa tinggal sampai kapanpun kalian mau" tambah Tuan Jung membuat keluarga Lee bingung. "Asalkan- putraku menikah dengan Taeyong" ucap Tuan Jung lagi.

Keluarga Lee terkejut, sangat terkejut terutama Taeyong. Ia langsung menatap Jaehyun yang sedang menatapnya lalu menatap kedua orang tuanya. Mulutnya terbuka hendak mengatakan sesuatu tapi lidahnya sepertinya beku. Tak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya.

"Kalian tak perlu menjawabnya hari ini, aku dan Ayahku akan datang lagi besok" ucap Jaehyun saat melihat kebingungan diwajah keluarga Lee.

"Putraku memberi kalian waktu untuk berpikir" ucap Tuan Jung menambahkan. Lalu setelah itu ia dan Jaehyun pamit untuk pulang. Dan mengatakan akan kembali lagi besok.

.

.

"Aku tidak mau! Aku tidak bisa!" ucap Taeyong frustasi.

"Tapi Tae, pikirkan kita tidak akan kehilangan rumah kita" ucap Nyonya Lee.

"Tapi Ibu, aku tidak bisa. Aku tidak mau menikah dengan Jaehyun. Aku-" Taeyong tak menyelesaikan kalimatnya, ia sudah menangis.

"Ibu tau kau sangat mencintai kekasihmu, Taeyong. Tapi apa kau tega melihat Ibu dan Ayah tidur dijalanan?" ucap Nyonya Lee membuat Taeyong semakin menangis.

"Sudahlah ibu, kita tak perlu memaksa Taeyong. Kita tak perlu mengorbankan Taeyong. Dan tak mungkin kita menikahkan Taeyong dengan orang yang tidak dia cintai. Lagipula kita masih bisa menyewa rumah yang lebih kecil" ucap Tuan Lee.

"Tapi Ayah, rumah ini sangat berarti untuk Ibu. Untuk kita. Kita membelinya dari jerih payah kita. Apa Ayah tidak ingat. Perjuangan kita untuk mendapatkan rumah ini" ucap Nyonya Lee sedih.

"Taeyong lebih penting dari rumah ini" ucap Tuan Lee lagi. Nyonya Lee hanya mengangguk pasrah. Ia juga sangat menyayangi Taeyong dan tak ingin Taeyong bersedih.

"Maafkan Ibu ya, Tae. Seharusnya Ibu mementingkan kebahagianmu" ucap Nyonya Lee, ia memeluk Taeyong sambil menangis.

.

Semalaman Taeyong terus memikirkan perkataan ibunya. Rumah ini sangat berarti untuk keluaga ini. Dirumah ini lah ia pertama kali menapakkan kakinya. Dirumah ini lah ia pertama kali belajar berjalan. Dan rumah inilah yang ia lihat saat ia sudah bisa melihat dunia selain wajah Ayah dan Ibunya. Tak bisa ia biarkan rumah ini menjadi milik orang lain. Dan melihat Ibunya terus menangis.

Tapi bagaimana dengan kekasihnya jika ia menikah dengan orang lain. Ia akan menyakiti hati Chanyeol. Taeyong menangis lagi membayangkan kekasihnya. Haruskah ia mengorbankan cintanya?

.

.

Keesokan harinya, Jaehyun dan Ayahnya datang lagi kerumah Keluarga Lee. Jaehyun sedikit kecewa saat ia melihat koper-koper yang berada diruang tamu. Apakah Keluarga Lee bersiap-siap untuk pergi? Jaehyun sangat kecewa berarti permintaannya untuk menikahi Taeyong ditolak.

Dan benar saja, permintaannya untuk menikahi Taeyong ditolak oleh Keluarga Lee. Mereka lebih memilih meninggalkan rumah mereka.

"Aku tak bisa menikahkan Taeyong dengan putramu, Jung. Maafkan kami" ucap Tuan Lee membuat Jaehyun sedih dan kecewa.

"Apa kalian sudah memikirkannya matang-matang?" tanya Tuan Jung.

"Kami sudah memikirkannya matang-matang, Jung. Kami lebih memilih menyerahkan rumah kami" jawab Tuan Lee lagi dan malah membuat Nyonya Lee menangis. Ia sepertinya masih belum menerima kenyataan bahwa mereka harus meninggalkan rumah mereka.

Tuan Jung memandang Jaehyun yang hanya menunduk dan mengangguk pasrah. "Baiklah aku akan menghubungi pengacaraku untuk membawa surat perjanjian dan sertifikat rumah ini" ucap Tuan Jung lalu menghubungi pengacaranya untuk datang kekediaman Keluarga Lee.

Tak beberapa lama kemuadian pengacara Tuan Jung datang dengan membawa surat perjanjian penyerahan sertifikat rumah.

"Tanda tangan disini, Tuan Lee" ucap pengacara Tuan Jung sambil menyerahkan bolpoin pada Tuan Lee. Jaehyun dan Tuan Jung hanya duduk melihat. Nyonya Lee masih menangis.

Tuan Lee tampak ragu-ragu untuk menandatangani surat perjanjian, apa lagi ia melihat istrinya terus saja menangis. Tapi keputusan sudah diambil, sesuai kesepakatan mereka semalam. Sambil menghirup napas panjang Tuan Lee mengambil bolpoin dan akan menandatangani surat perjanjian.

"Tunggu dulu Ayah!" suara Taeyong yang tiba-tiba datang. "Jangan Ayah tanda tangani surat perjanjiannya" ucap Taeyong lagi membuat Jaehyun menatapnya.

"Kenapa Tae?" tanya Tuan Lee bingung. Nyonya Lee juga menatapnya bingung.

Taeyong menutup mata sambil menghirup napas dalam. "Aku mau menikah dengan Jaehyun!" ucap Taeyong yang membuat semua orang terkejut. Termasuk Jaehyun. "Aku mau, tapi dengan satu syarat" ucap Taeyong menambahkan.

"Syarat apa, Taeyong?" tanya Jaehyun.

"Kau harus menungguku sampai aku lulus kuliah, Jaehyun-ssi" jawab Taeyong.

"Baik" ucap Jehyun mengangguk, ia sama sekali tak keberatan jika harus menunggu Taeyong lulus kuliah. Hanya beberapa bulan lagi. Mengingat Taeyong sudah sampai semester terakhir.

Perjanjian yang mereka dapat hari ini bukanlah perjanjian penyerahan sertifikat rumah Keluarga Lee, melainkan perjanjian pernikahan Jaehyun dan Taeyong yang akan dilaksanakan setelah Taeyong lulus kuliah.

.

.

"Tae, apa kau yakin akan menikah dengan Jaehyun?" tanya Nyonya Lee setelah Jaehyun dan Ayahnya pamit pulang.

"Aku yakin Ibu. Aku sudah memikirkannya. Aku tak ingin melihat Ibu menangis" jawab Taeyong.

"Terima kasih Taeyong" ucap Ibunya sambil memeluk Taeyong. Ayahnya juga ikut memeluknya. Meskipun Ayahnya tau sebenarnya Taeyong terpaksa menyetujui menikah dengan Jaehyun. Namun ia yakin Taeyong sudah memikirkannya matang-matang.

.

.

"Akhirnya kau akan menikah dengan Taeyong, Jaehyun. Walaupun kau harus menunggu beberapa bulan lagi" ucap Tuan Lee saat mereka sampai dirumah.

"Tidak masalah Ayah. Yang penting aku akan menikah dengan Taeyong. Lagi pula mempersiapkan pernikahan juga butuh waktu. Aku ingin pernikahanku berjalan dengan baik dan menjadi moment yang paling tak terlupakan dalam hidupku" ucap Jaehyun tersenyum membayangkan pernikahan ia dan Taeyong.

"Ibumu pasti sangat terkejut mendengar berita ini nanti" ucap Tuan Jung.

"Oh iya, kapan Ibu pulang?" tanya Jaehyun.

"Lusa" jawab Tuan Jung.

"Aku tak sabar ingin memperkenalkan calon pendamping hidupku pada Ibu" ucap Jaehyun lagi tersenyum.

Ayahnya hanya menggeleng sambil tertawa. Putranya ini benar-benar sedang jatuh cinta.

.

.

Jaehyun datang sendiri kekediaman Keluarga Taeyong setelah ia pulang kantor untuk mengundang Taeyong dan keluarganya makan malam dirumahnya. Memperkenalkan Taeyong pada Ibunya dan sekaligus merencanakan pertunangan mereka.

"Besok malam pukul 7 aku harap kalian semua bisa datang" ucap Jaehyun pada Tuan dan Nyonya Lee. Sedangkan Taeyong belum pulang kuliah.

"Baik, Jaehyun. Kami pasti akan datang" jawab Tuan dan Nyonya Lee. Jaehyun senang mendengarnya.

"Apa Taeyong juga bisa datang?" tanya Jaehyun, ia tau Taeyong bekerja pada malam hari.

"Akan kami usahakan Taeyong juga datang. Kau jangan khawatir, Jaehyun" ucap Nyonya Lee sambil tersenyum. Jaehyun juga tersenyum mendengarnya. Setelah cukup lama berbincang-bincang dengan Tuan dan Nyonya Lee. Jaehyun pamit untuk pulang.

"Aku pamit dulu Paman, Bibi" ucap Jaehyun sambil membungkukkan badan. Tuan dan Nyonya Lee balas membungkuk pada Jaehyun.

.

.

"Besok Keluarga Jung mengundang kita makan malam, Tae" ucap Nyonya Lee saat Taeyong berada dikamar setelah pulang kerja.

"Makan malam?" tanya Taeyong. Ibunya mengangguk. "Tapi besok malam aku harus bekerja, Ibu" ucap Taeyong lagi.

"Hanya untuk besok malam, Tae. Kau harus ijin pada bosmu. Kalau perlu Ibu yang memohon ijin" ucap Nyonya Lee.

"Tidak perlu Ibu. Biar aku saja" jawab Taeyong pelan.

"Baiklah, kau sebaiknya istirahat sekarang. Sepertinya kau sangat lelah" ucap Nyonya Lee lalu beranjak keluar dari kamar Taeyong.

Taeyong hanya mengangguk. Ia memang lelah sekali. Seharian beraktifitas membuat tubuhnya lelah. Belum lagi pikirannya yang juga lelah. Lelah memikirkan bagaimana cara menyampaikan kabar ini pada kekasihnya. Pada Chanyeol. Ia punya waktu satu minggu untuk memikirkannya. Karena sejak kemarin Chanyeol tidak datang ke kampus, ia sedang mengunjungi Kakek dan Neneknya di Busan.

Saat sedang memikirkan kekasihnya, tiba-tiba handphonenya berbunyi. Sebuah pesan masuk.

From : Chanyeol hyung

Maaf Tae aku baru bisa menulis pesan untukmu. Tidak ada sinyal di desa Kakek Nenekku ini. Payah sekali. Oh iya aku baru akan pulang hari Minggu. Jika kau ada waktu kau harus menjemputku di stasiun ya. Nanti aku mengabarimu lagi. Aku pasti akan selalu menulis pesan untukmu jika handphoneku ini ada sinyal ya Tae. Kau jangan khawatir.

Sudah dulu yaa... I love you

Tak terasa air mata menetes diwajah Taeyong setelah ia membaca pesan dari Chanyeol, kekasihnya. Sambil terisak ia pun membalas pesan Chanyeol.

To : Chanyeol hyung

Tidak apa-apa, hyung. Aku senang kau bisa mengirim pesan untukku. Jika aku ada waktu aku sempatkan untuk menjemputmu. Aku menunggumu, hyung.

I love you too.

Taeyong pun berbaring dikasur, mencoba tidur dengan air mata membasahi pipinya.

.

.

"Silahkan masuk" ucap pelayan di kediaman Keluarga Jung saat membuka pintu untuk Keluarga Lee.

Keluarga Lee datang malam hari ini seperti yang mereka janjikan, mereka juga membawa Taeyong. Mereka memasuki ruangan besar didalam rumah.

"Silahkan duduk dulu" ucap pelayan itu lagi menyuruh mereka duduk.

Mereka pun duduk sambil menunggu pemilik rumah, Taeyong dan Ibunya memandang sekeliling ruangan. Ruang tamu yang cukup besar, dengan sofa yang sangat nyaman dan terlihat sangat mahal.

"Selamat datang dirumah kami, Lee" suara Tuan tiba-tiba datang. Membuat Taeyong mengalihkan pandangannya dari sebuah foto Keluarga Jung yang berukuran besar terpasang didinding. Keluarga Lee berdiri saat Tuan Jung datang. "Ayo silahkan duduk" ucap Tuan Jung lagi.

"Terima kasih sudah mengundang kami, Jung" Tuan Lee membuka percakapan.

"Ini keinginan Jaehyun. Ia ingin memperkenalkan Taeyong pada Ibunya. Kebetulan Ibunya baru pulang dari Amerika" ucap Tuan Jung menjelaskan.

"Kalian sudah datang" suara Jaehyun yang tiba-tiba datang. Ia menggandeng seorang wanita yang masih terlihat sangat cantik. Itu pasti Ibunya.

Keluarga Lee berdiri lagi ketika Jaehyun dan Ibunya datang.

"Ibu, ini Taeyong dan Ayah Ibunya" Jaehyun memperkenalkan Ibunya pada Keluarga Lee.

"Senang bertemu dengan kalian" ucap Nyonya Jung lembut menyalami Keluarga Lee. Pandangannya kearah Taeyong yang tampak kikuk. "Silahkan duduk" ucap Nyonya Jung lagi. Semua orang lalu duduk.

Mereka lalu berbincang-bincang membicarakan rencana pertunangan sekaligus rencana pernikahan Jaehyun dan Taeyong. Sesekali mereka tertawa kecil membicarakan sesuatu yang mereka anggap lucu. Tapi berbeda dengan Taeyong, ia tampak tak bersemangat membicarakan pernikahan. Ia lebih banyak diam.

"Makan malamnya sudah siap Tuan, Nyonya" ucap salah satu pelayan Keluarga Jung.

"Ah, bagaimana kalau kita makan dulu. Kebetulan aku sudah lapar" ucap Tuan Jung sambil tertawa mengajak Keluarga Lee untuk makan malam.

Merekapun makan malam bersama. Menu yang disajikan adalah menu special yang belum pernah Keluarga Lee makan sebelumnya. Saat makan, Nyonya Jung sedikit bertanya pada Taeyong. Tentang kuliahnya, pekerjaannya dan lain-lain. Taeyong hanya menjawab seperlunya namun ia selalu tersenyum saat menjawab pertanyaan-pertanyaan Nyonya Jung. Ia kerap kali menjadi salah tingkah saat matanya tak sengaja beradu pandang dengan Jaehyun.

"Hanya perasaanku saja atau kah memang kau merasa tak nyaman berada dirumahku?" tanya Jaehyun tiba-tiba saat Taeyong sedang duduk menyendiri disebuah taman disamping rumah Keluarga Jung. Orang tuanya sedang melanjutkan perbincangan dengan Tuan dan Nyonya Jung.

"Aku selalu tak nyaman ditempat asing" jawab Taeyong tak menoleh dan tetap memandang kedepan.

"Rumah ini nanti juga akan menjadi rumahmu, Taeyong" ucap Jaehyun sambil duduk dikursi taman yang sama dengan Taeyong. Hanya saja berjauhan.

"Aku tak yakin aku akan tinggal disini setelah kita menikah" ucap Taeyong masih tak menoleh.

Jaehyun tertawa kecil. "Aku tak keberatan jika harus tinggal dirumahmu. Asalkan ada tempat untukku dikasurmu" ucap Jaehyun menatap Taeyong. Ia masih tertawa kecil.

Taeyong langsung menoleh mendengar ucapan Jaehyun "Kau mau tinggal dirumahku? Kau terbiasa tinggal dirumahmu yang mewah ini. Kau pasti tidak akan bisa tinggal dirumahku yang kecil" ucap Taeyong.

"Kenapa tidak? Aku bisa tinggal dimanapun asalkan bersamamu" ucap Jaehyun membuat Taeyong memalingkan wajahnya. Ia tampak kikuk mendengar perkataan Jaehyun.

"Kenapa mereka lama sekali sih! Apa mereka tidak mau pulang? Ini sudah malam!" ucap Taeyong mengalihkan pembicaraan. Ia menoleh kedalam rumah.

"Sepertinya mereka sudah kerasan dirumahku" ucap Jaehyun membuat Taeyong kesal.

Taeyong bangun dari duduknya dan berjalan masuk keruang tengah dimana para orang tua sedang bicara. Jaehyun mengikutinya dibelakang.

"Ah Taeyong, Jaehyun kemari. Ada yang ingin kami sampaikan" ucap Tuan Jung pada Taeyong dan Jaehyun.

Taeyong dan Jaehyun lalu duduk dan mendengar apa yang akan Tuan Jung katanya.

"Kami sudah sepakat pertunangan kalian akan dilaksanakan Minggu besok" ucap Tuan Jung membuat Taeyong terkejut. Wajahnya tiba-tiba pucat.

.

Hari Minggu? Hari Minggu Chanyeol pulang. Tidak! Bagaimana ini?

.

.

.

TBC


Hallo lagiii~~ \^^/ Aku bawa FF baru lagi.. Always Jaeyong.. Tapi sedikit ada Chanyong.. Hihi ;D

Buat adikku Meong yang teriak-teriak pas aku kasih liat foto Chanyong moment kemaren. Ini aku kasih FF Chanyong walaupun cuma slight.. Hehehehe ;D

Masih dalam meramaikan #ANightWithJaeyong Event juga.. \^^/

Ditunggu reviewnya yaa ~~ Byeee see you next chapter (^^)