Baby Sunflower
Disclaimer: Masashi Kishimoto~
Enjoy!
Summary: Himawari punya hati yang cukup besar untuk berbagi kasih sayang dengan semua orang.
.
.
Himawari menyukai semua orang apa adanya. Seperti yang diajarkan ibunya, kalau semua hal di dunia ini punya sisi baiknya masing-masing. Tidak ada makhluk yang ditakdirkan untuk menjadi jahat.
Entah karena ia terlalu naif, Boruto bahkan tidak sampai hati untuk memperdaya adiknya sendiri meskipun ia sudah melakukannya beberapa –ehem- kali. Himawari terlalu baik hati dan polos, bahkan sebagai seorang genin, ia sering merasa tidak tega untuk menyakiti musuhnya meskipun ia memiliki kekuatan yang cukup untuk melakukannya.
Semua orang menyayangi Himawari dan perangainya yang baik hati, berbanding terbalik dengan kakaknya yang kasar dan tidak mudah dikontrol.
"Boruto, kau yakin Himawari itu adikmu? Sungguh tidak kelihatan seperti itu." Sindir Chouchou suatu hari.
"Yakin! Kalau kau ragu boleh kok kau cek DNA kami!" Boruto sewot.
Himawari sangat menyayangi ayah, ibu dan kakaknya. Meskipun ayahnya jarang hadir di makan malam, Himawari tetap mengerti alasannya. Ayahnya adalah seorang hokage, yang mana harus bertanggung jawab sebagai ayah semua orang di desa, kata ibunya suatu malam.
Menurut Himawari, ibunya adalah wanita yang sabar dan baik hati. Ia memanggang kue kering yang enak dan suka mengajarinya untuk merajut syal sendiri. Boruto memang terkadang susah dikendalikan, tetapi Boruto tetaplah figur kakak terbaik bagi Himawari dan ia tak mau meminta yang lebih dari itu.
"Hinata, terkadang aku heran." Ujar Naruto suatu siang di kantornya saat Hinata bertandang untuk memberikan suaminya bekal yang tertinggal di rumah tadi.
"Ya?"
"Kenapa Himawari bisa mirip sekali denganmu, dan Boruto tidak? Kenapa Boruto persis sekali denganku ya? Sepertinya aku kena karma karena aku jahil saat kecil dulu."
Hinata hanya tertawa geli.
Terkadang teman-teman kakaknya akan mampir ke rumah seusai misi, dan Himawari akan menyambut mereka kalau ia sendiri tidak sibuk. Segelas ocha buatan sang adik dan juga kue kering ibu tidak bisa di dapat dimanapun, meskipun Boruto sudah sering berkeliling desa dan luar desa saat misi. Kau tidak akan bisa merasakan rumahmu di tempat lain, kata orang.
Bahkan saat sang adik meninggalkan rumah untuk misi pertamanya, Boruto tidak bisa berhenti cemas. Bagaimana kalau adiknya kenapa-kenapa? Tapi ia baru bisa tenang saat Konohamaru-sensei bilang kalau Moegi-sensei akan bisa menjaga adiknya dan rekan timnya.
"Kue buatan Himawari-san seenak buatan bibi Hinata." ujar Shikadai. "Kau yakin tidak mau tambah, Chouchou?"
Chouchou menggeleng, "Aku sedang diet."
Penolakan Chouchou disambut oleh tawa geli Himawari, "Aku tidak memakai gula sintetis kok, jadi makan sebanyak apapun tidak masalah."
"Himawari-san berbakat sekali. Suatu hari kau pasti akan menjadi seorang istri yang baik." Puji Inojin.
Boruto melempar death glare, Himawari hanya tersenyum malu.
Himawari memang begitu, ia memiliki ruang yang cukup besar di hatinya, cukup besar untuk semua orang untuk memiliki posisi khusus disana. Terutama untuk Inojin Yamanaka, yang kini sedang menikmati kue buatannya. Diam-diam, Himawari setuju kalau suatu saat, ia akan menjadi seorang istri yang baik seperti ibunya.
The End.
