Naruto © Kishimoto Masashi

Genre: General - Romance

Warning: AU, OOC

.

Don't like? Just back to previous page!

.

.

(1)

Sasuke's Revenge

.

Malam yang dingin. Sepoi angin semilir seakan mampu membekukan kulit. Tak heran jika banyak yang lebih memilih untuk berlindung di rumah, sekedar untuk bercengkerama dengan keluarga ataupun melepas penat. Agaknya hal itulah yang terjadi pada pemuda satu ini. Namun, dia lebih memilih berdiam diri di kamar apartemen dengan lembaran kertas yang tergeletak di meja.

Di sanalah dia duduk, di depan sebuah meja kerja kayu dengan pencahayaan dari lampu duduk. Mata hitamnya merinci satu persatu deretan huruf yang tertera di atas selembar kertas putih. Pencarian itu terhenti, sesaat setelah dia menemukan sebuah nama yang diincarnya. Hal tersebut sukses membuat Uchiha muda menyeringai kecil penuh kemenangan. Yeah, absolutely this one!

Jika saja saat itu hujan deras, maka adegan ini akan terlihat sempurna. Bahkan, kalau mau, kilatan cahaya dan gemuruh guntur bisa menjadi efek yang sangat mendukung untuk menguatkan suasana tersebut. Oh, tetaplah berkhayal! Karena hal-hal seperti itu hanya akan terjadi di dalam opera sabun yang sering ditonton ibunya, Uchiha Mikoto, setiap sore.

.:oOo:.

Awan mendung melingkupi kota Tokyo siang itu. Udara yang sejuk pada minggu kedua Februari masih menampakkan sisa-sisa musim dingin. Cuaca yang lebih cocok digunakan untuk tidur tersebut agaknya memengaruhi semangat para pelajar, tak terkecuali dengan beberapa mahasiswa Konoha-daigaku.

Seperti yang terjadi di salah satu kelas, penuh dengan mahasiswa tapi tanpa dosen pembimbing. Tak ayal jika suasana kelas tidak lagi hening seperti biasa. Beberapa dari mereka lebih memilih mengobrol dengan posisi kursi yang tidak teratur.

Seorang pemuda berkemeja biru tua berjalan melewati koridor dengan membawa tas jinjing tipis. Langkahnya yang tenang penuh kepastian terhenti sesaat di depan sebuah kelas. Tak butuh waktu lama baginya untuk membuka pintu dan masuk ke dalam. Suasana mendadak hening karena mahasiswa menyadari keberadaan 'sosok asing' yang memasuki wilayah teritori mereka. Pemuda itu, dengan penuh percaya diri menuju sebuah meja khusus dan meletakkan tas jinjing di atasnya. Dia mulai berbicara. Memperkenalkan diri sebagai Uchiha Sasuke, seorang asisten dosen yang menjadi dosen pengganti Asuma-sensei untuk sementara.

Beberapa mahasiswa kembali ke tempat duduk masing-masing, pertanda pelajaran yang membosankan akan segera dimulai. Tanpa mereka sadari, sepasang mata sensei itu memerhatikan seisi kelas, tampak sedang mencari-cari sesuatu. Well, sasaran ditemukan. Deretan dekat jendela dua bangku dari belakang. Dia, Hyuuga Hinata, ada di sana.

"Hinata, kau punya penggaris satu lagi?" tanya seseorang yang duduk di sebelahnya.

"Eh? Sebentar..." Hinata tampak sibuk memeriksa isi tasnya hingga terdengar jawaban lagi. "Ah, ini!"

"Pinjam dulu ya?" tanya si peminjam penggaris, Tenten.

Belum sempat terdengar jawaban karena tiba-tiba sebuah spidol boardmarker melayang tepat di meja Hinata. "Kau," ucap Sasuke dingin. "Berani sekali mahasiswi tahun ketiga sepertimu tidak memerhatikan pelajaranku. Kau pikir dirimu yang paling pintar di sini?" kini Hinata mendapat bonus bentakan dari senseinya.

Cercaan bertubi-tubi yang diterima gadis Hyuuga itu sontak membuat nyalinya menciut. Apalagi sekarang seluruh pasang mata yang ada di kelas menatap ke arahnya.

"Datang ke ruanganku setelah pertemuan hari ini selesai!"

Baiklah, sebenarnya remaja tak bersalah itu ingin sekali membela diri. Tapi, dia benar-benar takut. Sepertinya sang Dewi Fortuna memang sedang tak memihak padanya. Padahal, terdengar beberapa mahasiswi sedang bergosip secara diam-diam dan merencanakan akan pergi ke mana setelah pulang dari kuliah. Sebagai tambahan, sayup-sayup suara dari mahasiswa lain yang mengobrol bersama teman-teman dekat mereka. Hei, di manakah telinga si asisten dosen itu? Dan lagi, apa Sasuke juga tidak tahu kalau salah satu anak didiknya –yang bahkan tetap memakai kacamata hitam meskipun di dalam ruangan– lebih suka mengamati lalat yang hinggap di mejanya daripada melihat rentetan rumus di papan tulis? Hinata sungguh tak habis pikir, dia menjadi satu-satunya orang yang disalahkan atas semua kejadian tadi. Tiga hal yang menjadi fokusnya kini adalah, sensei, papan tulis, dan buku catatan.

.:oOo:.

"Hinata, maaf ya yang tadi," ucap Tenten dengan suara memelas supaya Hinata mau memaafkannya. Gadis berambut gelap itu menggeleng lemah, pertanda bahwa dia tidak mempermasalahkannya.

"Itu karena aku sedang sial hari ini," jawab Hinata lesu. Hanya satu hal yang ada di pikirannya sekarang, segera menemui sensei itu karena dia tidak mau mendapatkan masalah lagi.

[*]

Terdengar pintu ruangan yang diketuk saat Sasuke sibuk membaca literatur untuk bahan skripsinya.

"Masuk." Sesuai perintah, Hinata masuk dan menutup pintu kembali. Sasuke berbalik untuk memastikan bahwa orang yang datang itu adalah tamu yang sedang ditunggunya, sedangkan si tamu hanya membungkukkan badan dan mengucapkan salam. Tanpa menjawab salam, Sasuke menuju meja kerjanya dan memerintahkan Hinata untuk duduk. Beberapa saat mereka tenggelam dalam kesunyian hingga salah satunya mulai membuka suara.

"A-Ano... Gomenasai Uchiha sensei. Ta-tadi saya hanya–"

"Kau mau mengelak? Apapun alasan yang kau buat tak akan berpengaruh untuk selanjutnya." Bahkan Hinata belum sempat menjelaskan kejadian yang sebenarnya, tapi Sasuke malah memberinya pukulan telak.

"Keluarkan buku catatanmu!" Hinata dengan sigap mengeluarkan dan memberikan buku catatan miliknya pada sensei itu seolah dirinya adalah pelayan yang siap diperintah kapan saja.

"Hyuuga Hinata... Jadi ini salah satu mahasiswa yang sering dibangga-banggakan Asuma-sensei?" ucap Sasuke dengan nada sarkastik. Sasuke membuka dan membolak-balikkan beberapa halaman buku itu. Perhatiannya tertuju pada salah satu halaman dan dengan tiba-tiba mendapat ide yang menurutnya sangat cemerlang.

"Hei, 7013!"

Mahasiswa baru yang mendengar seseorang tengah meneriaki deretan nomor yang sedang dipakainya segera mendongak ke arah asal suara. Pemuda berambut panjang yang berdiri di samping pemilik asal suara tadi ikut berbicara.

"Junior ingusan yang berani melanggar perintah senior. Apa kau merasa hebat anak kecil?" Sambil menarik kerah baju si mahasiswa baru, pemuda itu menambahkan, "Lari sepuluh kali!"

Sensei tampan itu mengarahkan buku bersampul coklat yang masih terbuka tepat di depan anak didiknya.

"Bagian ini, ini, dan ini. Tulis dua puluh kali!"

Apa?

"Ma-maaf sensei... Tapi sepertinya i-ini terlalu…" Hinata tidak jadi meneruskan kalimatnya. Bagaimana tidak, dosen pengganti itu menatapnya tajam seolah berkata kerjakan-atau-kau-akan-mendapat-nilai-jelek-dan-mengulang-pelajaran-semester-ini. Menundukkan kepala dan menghela napas, hanya itu yang bisa dilakukannya.

Menyadari urusannya sudah selesai, Hinata akhirnya undur diri, menyisakan Sasuke sebagai satu-satunya manusia di ruangan itu. Tapi, tunggu. "Kumpulkan besok jam sebelas," terdengar teriakan saat dirinya menutup pintu. Oh, geez!

.:oOo:.

Neji baru tiba di rumah jam dua belas malam. Jabatan sebagai dokter muda mengharuskannya menerima shift malam sebagai dokter jaga. Rumah tampak gelap, semuanya pasti sudah tidur. Tunggu, masih ada lampu yang menyala dan itu adalah kamar Hinata.

Neji menguping dari balik pintu luar. Bukan maksud apa-apa, dia hanya heran karena adik sepupunya belum tidur saat tengah malam begini. Sayup-sayup terdengar suara. Mungkin Hinata sedang mengerjakan tugas dari dosennya. Rasa lelah membuat Neji lebih memilih untuk menuju ke kamarnya dan segera merasakan kasur yang empuk.

.

T B C

.

.

A/N

Konoha-daigaku: Universitas Konoha

Saya newbie di sini. Ada kritik dan saran? Review please…