Pair: Naruto U, Sasuke U
Rate: M for Mature and Sexual Content
Warn: typo(s) everywhere, BL, lemon, YAOI!, etc.
Disc: Masashi Kishimoto
MA BOY!
Siang ini matahari bersinar begitu teriknya. Seorang pemuda bersurai kuning nampak baru keluar dari sebuah kombini dengan 2 kantung plastik di setiap tangannya. Uzumaki Naruto, pemuda 20tahun tersebut terlihat kepayahan karena panas yang begitu menyengat kulit kecoklatannya. Sesekali ia menyeka keringat yang bercucuran dikeningnya dengan punggung tangan. Rasanya Naruto ingin sekali segera sampai di rumah dan bergegas mandi. Atau mungkin menyantap semangka yang kemarin dibelinya saat diskon pun terdengar menyenangkan. Ya, yang pasti Naruto benar-benar ingin segera menghalau kegerahan yang menyiksanya itu.
Setelah berjalan beberapa blok sampailah ia dirumah. Naruto segera membawa barang belanjaannya itu menuju dapur, menata sekenanya lalu bergegas untuk mandi. Air dingin yang memancar deras dari shower membasahi seluruh tubuhnya. Membuat rambut pirang yang semula spikey itu kini melemas basah.
Rasanya begitu penat. Ujian semester di fakultasnya sangat menguras tenaga, apalagi sepulang kuliah Naruto masih harus mampir ke kombini untuk berbelanja. Rutinitas Naruto sudah hampir mirip ibu rumah tangga saja.
Setelah mandi Naruto mulai memotong-motong semangka yang disimpannya di kulkas menjadi beberapa potongan sedang. Ia membawa beberapa potong ke ruang keluarga dan sisanya ia simpan kembali kedalam pendingin.
Tapi saat ia tiba dirung keluarga, Iris shapire Naruto membulat sempurna manakala ia melihat sesosok-manusia- yang tengah tertidur lelap di sofa. Mulut Naruto ternganga dan nafasnya seakan tercekat. Beberapa kali ia mencoba mengucek kelopak tan miliknya, tapi apa yang dilihatnya itu bukanlah halusinasi semata.
Dengan hati-hati, irisnya menyapu pada sosok tersebut penuh penilaian. Seorang gadis berparas ayu tengah tertidur dengan pulasnya. Rok gaunnya yang berenda mengembang penuh. Rambut Hitam itu terlihat lembut dan anggun dengan hiasan bertahtakan batu shapire, bulu mata yang lentik, bibir tipis berpulas lipstik sewarna mawar dan lagi kulit pucat dan hidung yang mancung itu. Oh, God! Menatap nya saja hampir membuat Naruto hilang kendali. Gadis didepannya itu begitu cantik. Ahh tidak! Dia sempurna!, ralatnya sunguh-sungguh.
"Ka .. Kawai~", Naruto berucap takjub.
Kelopak pucat itu perlahan terbuka memamerkan sepasang iris onix sekelam malam yang begitu mempesona. Jantung Naruto terpompa cepat, wajahnya mulai merona. Onix itu seakan mampu menyedot seluruh kesadarannya dan membuat Naruto terbuai akan paras memanas manakala gadis bak putri dari negeri dongeng itu mulai menegakkan tubuhnya. Mengibaskan surai hitamnya kebelakang dan keangkuhan sempurna begitu terpancar.
Naruto mengerjap kaget, ia menggaruk rambutnya yang tak terasa gatal, "ano.. Kau sudah bangun ya?",
Gadis itu hanya menatap Naruto dalam diam. Sama sekali tak bereaksi dengan keberadaan sang blonde. Wajahnyaa datar tak menunjukkan ekspresi apapun, benar-benar mirip boneka porcelen.
"Siapa kau? Apa kau teman Deii-nii? Aku adiknya, Uzumaki Naruto", mengulurkan tangannya penuh semangat, Naruto mencoba terlihat ramah.
But, Lagi-lagi gadis tersebut hanya diam tak merespon.
"Souka..", Naruto menarik tangannya, menghembuskan nafas panjang kemudian beranjak kearah TV dan menghidupkannya "Aku tak masalah jika kau tak mau bicara, jika kau lapar makanlah, nona?", ujar Naruto tanpa memandangnya. Sepiring semangka potong ia hidangkan dimeja.
Naruto bergerak gelisah, rasanya begitu salah tingkah jika harus berhadapan dengan seorang gadis cantik yang .. Bahkan tak mau menjawab semua pertanyaanmu. Naruto tak mengenal siapa gadis tersebut, tapi jika melihat dari kostum yang dikenakannya mungkin gadis itu adalah teman dari kakak ke duanya a.k.a Uzumaki Deidara.
Tapi ini sungguh sangat tak biasa, sebab kakaknya tak pernah membawa wanita secantik -dan sebisu- itu kerumah. Mengingat orientasi seksual pemuda bersurai pirang panjang itu hanya tertuju pada sang Saso-dana nya seorang.
Deii-nii bekerja sebagai asistan manager yang menaungi sebuah agensi artis-artis tenar. Dan disitulah awalnya ia bertemu dengan sang doki-doki semenya, Saso-nii chan. Paras kemayu sang kakak memang jelas menunjukkan bahwa ia adalah Uke sejati. Terkadang fakta bahwa paras Naruto hampir menyerupai sang kakak, membuat pemuda tan itu bergidik ngeri. Ia masih normal dan sangat jantan sebagai seorang pria. Dan itu sudah sangat mutlak!
Lalu mengenai siapa sebenarnya wanita ini.. Medokusai! Naruto akan menanyakannya pada sang kakak nanti.
"Tadaimaa..", suara Deidara terdengar dari pintu utama, sampai sesaat kemudian sesosok pemuda berambut pirang panjang berkulit putih pun muncul dan menghambur dalam pelukan Naruto
"Naru-chan, kau sudah pulang ya? Nii-chan kangen sekali padamu", serunya histeris.
"Nii-chan, panas sekali! Lepaskan", Naruto mencoba menepis pelukan doki-doki dari sang aniki dengan halus. "Kapan nii-chan pulang?",
"Baru saja,unn. Nii-chan sangat merindukan mu, Naruto",
Naruto hanya bisa mengehela nafas panjang mendapati sang aniki justru malah semakin meringsek kedalam pelukannya. Kelakuan sang aniki sama sekali tak berubah semenjak mereka masih kecil.
"Hei, nii-chan", panggil Naruto. "Siapa dia?",
Deidara mengikuti kemana sang adik memandang sebelum akhirnya ia berucap. "Ahh, dia adalah Uchiha Sasuke, artis kami. Dan untuk sementara waktu dia akan tinggal disini",
"APA!?",
Naruto berteriak nyaring saking kagetnya mendengar ucapan sang aniki tercinta.
"Nii-chan serius? Mana bisa dia tinggal disini! Ok mungkin nii-chan tak akan masalah tapi aku! Aku bagaimana nii-chan?! Aku masihlah pemuda normal dengan hormon berlebih!",
Alis Deidara mengernyit heran. "Apa maksudmu? Kau itu bicara apa sih!", memutar matanya malas, Deidara mengambil duduk disebelah sang gadis kemudian menarik begitu saja sesuatu berbentuk helaian rambut hitam panjang itu hingga jatuh.
"Baka! kau salah paham Naruto. Sasuke itu laki-laki !"
.
.
.
.
Ruang makan kediaman Uzumaki terdengar hening bagai tak berpenghuni. 3 orang pemuda bersurai berbeda tengah duduk di meja makan dalam diam. Tak ada pembicaraan, hanya suara denting jam dinding yang terdengar mengalun dengan jelas.
"Kenapa cuma diam-diaman seperti ini, unn? Nii-chan lapar Naru", rajuk Deidara sambil memainkan telunjuk tangannya. Nampak begitu lapar melihat hidangan yang tersaji di atas meja.
Naruto menghela nafas panjang, iris shapirenya bertemu pandang dengan iris onix di hadapnya. Pemilik onix kelam itu adalah sosok pemuda bersurai raven, berkulit pucat dengan bibir merekah. Bukan lagi gadis bak puteri negeri dongong. Sekali lagi Naruto menghela nafas panjang. Merasa bodoh sempat berdebar dan memuji pemuda raven tersebut tadi.
Oh, god! Bahkan sampai saat ini pun Naruto masih tidak percaya bahwa Sasuke adalah seorang pria! Bahkan meski sekarang ia sudah memakai kaos putih polos dan celana pendek biru khas seorang laki-laki, wajahnya itu benar-benar pendosa!
Naruto memijat keningnya pelan sebelum bicara. "Makanlah nii-chan. Aku masih belum lapar", ujarnya pelan.
Deidara mengangguk paham kemudian mulai menyantap nasi goreng seafoodnya dengan lahap.
Sementara sang raven cuma menatap piringnya tanpa ekspresi, masih belum juga mau menyentuh hidangannya. Sedari tadi Ia hanya melahap garnish tomatnya saja.
"Kenapa tak makan makanan mu, unn? Ku lihat kau hanya memakan tomatnya saja, Apa kau tak suka Sasuke", tanya Deidara heran.
Pemuda raven itu menggeleng pelan. "Aku lebih suka tomatnya", ujarnya datar.
4siku dipelipis Naruto berkedut riang. Berani sekali si pucat itu menghina masakanku, Menyebalkan!, runtuk Naruto dalam hati. Tangannya terkepal erat berusaha menahan amarahnya.
"Aku selesai", Sasuke beranjak berdiri dari duduknya. Ia melap sudut bibirnya dengan punggung tangan kemudian berucap, "Jangan lupa siapkan keperluan ku untuk besok, Dei! Aku tidak mau terlambat", pemuda raven tersebut melenggang meninggalkan meja makan tanpa bergeming, bahkan tak sesuap nasi pun masuk kedalam mulutnya.
Deidara menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi kemudian mengacak rambutnya gemas.
"Dia benar-benar pemuda yang sulit, unn", rajuknya lemah.
Naruto menatap anikinya tak berminat, hatinya masih terlalu dongkol akibat dari kelakuan sang raven yang kelewat songong. Jika saja pemuda itu bukan tanggung jawab sang kakak sudah bisa dipastikan ia akan mengusir keluar pemuda jadi-jadian berwajah pendosa tersebut dari rumahnya detik itu juga.
"Kenapa dia harus tinggal disini sih, nii-chan? Apa gajinya tak cukup untuk menyewa apato sendiri?", tanya Naruto ikutan merajuk kesal.
Deidara mengehala nafas panjang sebelum akhirnya menjelaskan, "kau salah! Sasuke memiliki apartemen super mewah tau! Hanya saja.. ARGhhh! Para wartawan selalu berhasil mengendus keberadaannya dan itu yang membuat Sasuke terpaksa harus diungsikan, seluruh hotel di tokyo sudah dijarah wartawan. Tidak ada lagi tempat yang aman selain disini. Maafkan nii-chan, Naru",
Naruto mengelap wajahnya dengan kesal. Ia tahu kakaknya tak salah hanya saja kenyataan bahwa sekarang ia harus tinggal serumah dengan artis abal super menyebalkan, sejujurnya itu yang paling membuatnya naik darah.
"Memangnya dia artis baru macam apa sih? Udah macam pejabat aja di kejar wartawan, menyebalkan", gerutu sang blonde malas.
Deidara melempar sebuah majalah lifestyle terkenal kearah sang ototou. "Kau itu kemana saja sampai tak mengenal Uchiha Sasuke,unn?! Dia itu artis, model dan pemain film paling HOT diJepang. Apa kau tak tahu?"
Naruto mengangkat bahunya tak peduli, iris shapirenya menatap Cover majalah tersebut yang begitu mencolok mata. Seorang pemuda berdandan ala Visul Kei dengan taburan mawar merah sebagai backgroundnya. Terlebih tulisan dengan huruf kapital besar "SUPER HOT BOY IN THIS YEAR, WANNA KISS HIM" berwarna emas itu begitu memuakkan. Jika saja Naruto adalah editor utama di majalah tersebut tentu cover abal semacam itu akan ia bakar dan musnahkan.
"Tch. Wajahnya sudah mirip banci kaleng saja", cibir sang blonde kesal.
Deidara terkikik pelan. "Hei, jangan bicara begitu! Sasuke itu sangat cantik jika berdandan ala wanita, buktinya kau tadi bahkan sempat tersipu bukan?! Mengakulah",
Wajah Naruto memerah sempurna, ia memalingkan wajah tak mau menghadap sang aniki yang masih setia tertawa. "Baka! Aku tak seperti itu tahu! Urusai yo!",
.
.
.
.
.
Pagi ini cuaca sangat cerah, seperti biasa setiap hari Naruto selalu bangun pagi dan bergegas untuk mandi. Memulai harinya dengan membersihkan badan lalu berangkat kuliah.
"Baiklah hari ini pun kau sangat tampan, Naruto", seru sang blonde narsis.
Naruto memandang pantulan wajahnya dicermin dengan kagum, rutinitas seperti itu memang sudah biasa ia lakukan sebelum mandi. Mengagumi diri sendiri tak ada salahnya bukan.
"Pftt.. Kau sangat menggelikan Dobe", tiba-tiba terdengar suara kikikan kecil dari belakang. Naruto segera berbalik untuk melihat, iris shapirenya membulat tanpa disadarinya.
Seorang pemuda bersurai raven tengah bersandar diambang pintu dengan wajah angkuh khas dirinya. Tangan pucatnya terlipat didada dan surai hitamnya yang berantakan itu, semakin menambah kadar keerotisannya.
Naruto menelan ludahnya gugup, ia memalingkan wajah mencoba menutupi malunya.
"Apa yang kau tertawakan? Memangnya ada yang lucu, Teme?!", cicitnya kesal
Sasuke, pemuda raven itu hanya diam tak menjawab. Ia beranjak maju untuk membasuh wajahnya diwastafel. Membasahi setiap jengkal wajah dan poninya dengan buliran air yang segar.
Badump.
Jantung Naruto berdetak cepat. Begitu terpesona dengan apa yang dilihatnya saat itu. Namun buru-buru ia menggelengkan kepala ketika tersadar dari angannya. God, ini tidak bagus, erangnya frustasi.
Naruto meremas rambutnya kesal. Dari pada terus berurusan dengan si wajah pendosa, Naruto lebih memilih untuk mandi dan segera berangkat kekampus. Ya itu lebih baik. Berada lama dan terlalu dekat dengan Sasuke tak akan baik bagi kesehatan jasmaninya. Cih, lebih baik aku segera pergi ke kampus dan menemui Hinata-chan itu jauh lebih asik dari pada terus bersama si teme, pikir Naruto.
Tanpa sungkan, Naruto mulai melepas kaosnya. Memamerkan dada bidang dan perut sixpack hasil latihannya yang terlihat begitu menggiurkan. Sasuke yang tak sengaja melihat pemandangan tersebut hanya bisa memalingkan wajahnya yang merona karena malu.
"Baka! Kenapa kau buka baju sih, Dobe!", bentak Sasuke tertahan.
Naruto mengernyitkan dahinya heran, "Aku mau mandi! Memangnya kenapa? kita kan sama-sama pria. Santailah dude", ujarnya tanpa dosa.
"Baka Dobe!",
Dan tanpa perasaan Sasuke melempar wajah Naruto dengan handuk dan meninggalkan pemuda tan yang masih berdiri di sana dengan raut penih tanda tanya.
,
,
,
,
,
Fakultas Seni Universitas Konoha adalah tempat dimana sang Uzumaki bungsu menimba ilmu. Mahasiswa semester 5 itu tengah duduk termangu didepan kanvas sambil memainkan cat acrylic hijau di paletnya. Sesekali ia menghela nafas berat.
Inuzuka Kiba, pemuda bertato unik dikedua pipinya tersebut menatap sang sahabat dengan pandangan penuh tanda tanya. Naruto bukanlah pemuda berwatak tenang dan murung seperti itu. Bersahabat dengan sang blonde sejak SMP membuatnya terlalu hapal karakter pemuda tan tersebut .
Dan tanpa ragu, Kiba menepuk pelan punggung Naruto. Membuat pemuda pirang tersebut berjengit kaget.
"Wooo, santailah dude! Ini hanya aku.. Kiba. Apa kau sakit ehh?", seru pemuda penyuka anjing itu lantang.
Naruto menatap sahabatnya itu malas, ia memutar bola matanya saat Kiba terkikik geli melihatnya terkejut. "Berisik. Pergi cari tuanmu sana, puppy", geram Naruto kesal.
Kiba hanya bisa tertawa pelan mendapati kekesalan sang Uzumaki. "Gomenne. Habis kau melamun terus sih", ia mengambil duduk tepat disamping Naruto. Kemudian melanjutkan ucapannya, "bagaimana apa kau sudah menemukan tempat magang yang bagus ehh?", tanya Kiba sambil menyeruput milk shake yang sedari tadi dibawanya.
"Belum", sahut Naruto singkat. "Aku malas mencari. Apa kau punya refrensi yang bagus?", lanjutnya.
Kibe menghela nafas panjang, "Aku tahu pasti akan begitu, bersyukurlah kau punya sahabat seperti ku, Uzumaki no Baka!" Kiba mengeluarkan beberapa berkas dari dalam tas ranselnya kemudian menyerahkannya pada sang blonde. "Studio Crimson_art, rabu besok jam 9 pagi. Jika kau telat aku akan menyuruh Akamaru mengigit titit mu sampai tak bersisa, Baka!",
Naruto tersenyum begitu sumringah mendapati namanya telah tercantum sebagai mahasiswa magang di sebuah studio pemotretan.
"Arigatou Kiba-sama! Kau yang terbaik ne!", Naruto memeluk tubuh mungil pemuda penyuka anjing itu erat. Mencium pipi bertato itu sayang, hingga membuat sang empunya berontak sadis bahkan berteriak.
"Naruto-kun", suara lembut nan menggoda itu mengagetkan Naruto yang masih sibuk mencumbu sahabatnya tersebut. Ia segera melepas Kiba yang tengah misuh-misuh tak jelas kemudian berlari menemui gadis beriris indigo yang menunggunya di depan pintu fakultas.
"Hei, Hinata-chan!" Sapanya riang. "Kau terlihat cantik sekali hari ini",
Wajah putih Hinata bersemu merah manakala mendapat gombalan dari sang blonde. Ia meremas roknya gugup sambil tersenyum malu-malu.
Melihat itu Naruto hanya bisa nyengir kuda mendapati bidadari secantik Hyuuga Hinata selalu kena termakan rayuan gombalnya.
"Ne Hinata. Ada perlu apa?", tanya Naruto penasaran.
"Ano.. Bisakah Naruto-kun menemani ku ke perpustakaan sepulang kuliah nanti. Ada beberapa buku yang aku butuhkan...", ujar sang Hyuuga malu-malu.
Naruto menepuk pundak gadis bersurai panjang itu lembut. "Tenang saja. Apapun untuk mu, Hina-chan.", ujarnya.
"Baiklah. Terima kasih Naruto-kun. Aku tunggu ya. Jaa ne...",
Naruto menatap punggung gadis brunette itu sampai menghilang di tikungan lorong. Ia meloncat penuh semangat sambari bersiul dengan riangnya. Yeah! Kencan dengan si gadis lavender sepulang kuliah terdengar seperti undangan bercinta yang menyenangkan.
Tentu saja Naruto masih sangat ingat dengan jelas apa yang terjadi di kencan terakhirnya dengan Hinata seminggu yang lalu. Pergi ke toko buku untuk mencari beberapa eksemplar lalu berakhir di ranjang dengan tubuh mulus Hinata yang mengejang di atas dominasinya.
Hanya dengan memikirkannya saja bisa membuat bulu roma Naruto meremang sempurna. Ini lebih menarik ketimbang si teme pendosa itu, pikir Naruto bersemangat.
"Hentai!" Kiba berseru keras. Tingkat kemesuman mu semakin naik saja Uzumaki Dobe-kun", tukasnya dengan tampang mencemooh.
Naruto mengerucutkan bibirnya sebal. "Urusai yo! Kau tak akan tahu nikmatnya tubuh wanita puppy!",
Kiba memutar matanya malas menanggapi sindiran Naruto itu. Ia memang tak tahu rasanya bercinta dengan wanita karena sudah jelas dia adalah seorang Gay. Tapi setidaknya ia tak pernah main-main dan tak memiliki pasangan seperti sang Uzumaki.
Kiba menghela nafas panjang, ia menyandarkan kepalanya ketembok sambil bertolak pinggang.
"Sampai kapan kau mau begini terus? Aku tau setiap akhir pekan kau selalu bercinta dengan gadis lavender itu. Setidaknya jadikan dia gadismu, baka!", celetuknya pedas.
Naruto nampak acuh dengan omongan sang Inuzuka. Ia mulai mengemasi barang-barangnya kedalam tas lalu bersiap untuk pergi.
"Kau tahu kan aku tak pernah menemukan 'klik' dengan Hinata ataupun gadis-gadis lainnya. Lalu kenapa aku harus mengikatnya? Mereka sendiri yang memintaku, aku hanya membantu mereka memuaskan nafsunya. Itu saja",
Kiba menghela nafas berat mendengar penuturan sahabat blondenya itu. Jawaban yang masih selalu sama dengan yang Naruto lontarkan tiap ditanya mengenai status jomblonya. Mengingat sang Uzumaki termasuk prince charming tentu ini hal yang sangat aneh bukan!. Yah, sebagai sahabat Kiba hanya bisa mengingatkan dan pasrah tentunya.
.
.
,
,
,
Sasuke memijat pelipisnya pelan saat mendapati kabar jika apartemennya masih saja dibanjiri para wartawan. Ia tak habis pikir jika berita kedekatannya kembali dengan personil band 'Rolling Star' -Neji- yang sekaligus sebagai mantan pacarnya membuat Sasuke sampai harus mengungsi kerumah salah seorang krunya sendiri seperti saat ini.
Semua ini berawal dari kontrak kerjanya sebagai model video clip band tersebut. Neji yang lembut dan romantis membuat Sasuke lupa diri terlebih sisa-sisa perasaan yang dibangkitkan kembali oleh Neji membuat pesta perayaan suksesnya video tersebut malah berakhir dengannya yang tak sengaja tidur bersama sang vokalis. Itu buruk! Tentu saja. Sasuke tak merencanakan untuk terlibat one night stand bersama sang mantan.
Kini nasi sudah menjadi bubur, semua publik sudah tahu jika dirinya tidur dengan sang vokalis yang notabene adalah mantannya. Apalagi disaat bersamaan Neji juga digosipka tengah dekat dengan artis sinetron bernama Sabaku no Gaara. Tentu saja para wartawan pun berbondong-bondong menanyainya mengenai kebenaran hal tersebut.
Satu hal Yang membuat Sasuke tak habis pikir ,mengapa Neji bertingkah seolah-olah one night standnya tersebut adalah hal yang patut diperbincangkan?. Dengan lugas ia bercerita kesana kemari, memuji Sasuke malu-malu atau bahkan menceritakan segala cerita yang sebenarnya hanyalah masa lalu.
Sasuke menatap pantulan dirinya di kaca rias dengan tatapan sendu. Ia tahu bahwa banyak artis yang mengincarnya, sekedar mendompleng popularitas atau sekedar menginginkan tubuhnya saja. Apalagi setelah terungkap bahwa Sasuke adalah Gay. Banyak artis pria yang mulai mendekatinya terang-terangan. Sasuke tak suka itu. Ia bukan Gay sembarangan yang memilih pasangan atas dasar suka sama suka. Atau bahkan karna faktor harta ataupun fisik. It's a big No No No !
Keluarga Sasuke adalah pemilik Uchiha corps. Ia sama sekali tak memilik masalah dalam hal finansial. Dengan fisik yang menunjang dan karir yang menjulang, Sasuke sungguh sempurna lahir dan batin. Tapi untuk memiliki pasangan... Yah saat ini salahkan kegagalan cintanya dahulu bersama Neji. Hal tersebut Membuatnya sedikit trauma dan memilih untuk tidak berhubungan secara serius dengan orang lain terlalu jauh.
"Sasuke!", teguran dari sang manager berambut merahnya sedikit mengangetkan Sasuke dari lamunannya.
"Hn", Sasuke menyaut singkat.
Sasori, nama manager pribadi Sasuke tersebut menyerahkan beberapa berkas surat kontrak yang perlu Sasuke tanda tangani. Ia mengambil duduk disamping sang raven selagi talentnya itu tengah sibuk dengan pena dan kertas.
"Besok rabu ada pemotretan untuk majalah Daily life di studio crimson_art, jangan lupa ne", ujar sang manager memperingatkan. Dan Sasuke hanya mengangguk tanpa melihat.
"Kau sudah tahu kalau pemotretan tersebut juga mengundang Neji sebagai modelnya?",
Sasuke terdiam sesaat, mengangguk paham kemudian meneruskan kembali kesibukannya.
"Huft..", Sasori menghela nafas berat. Ia mengambil sebatang rokok, menyalakannya lalu menghisapnya pelan. "Aku tahu kau sudah tak ada hubungan dengan Neji, tapi aku tetap berharap kau lebih hati-hati Sasuke. Jika tidak semua akan runyam seperti ini, right?",
Menghembuskan kepulan asap nikotin itu ke udara, Sasori jelas tahu kegundahan yang tengah dirasakan sang Uchiha. Ia tahu Sasuke tak sengaja mengenai kasus one night stand tersebut, ini juga sebagian salahnya yang juga ikutan mabuk dan malah tidur bersama sang kekasih Deidara. Ia kehilangan kontrol akan Sasuke dan terjadilah hal tersebut. Bodoh memang, tapi sekarang yang harus ia pikirkan adalah bagaimana caranya mengusir para wartawan sialan itu. Apalagi Neji terus mengumbar steatment tak penting di media. Ini tentu sangat tak menguntungkan bagi pihak Sasuke.
"Bagaimana rumah Dei? Apa kau nyaman disana?", tanya Sasori mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
Sasuke menatap pria berwajah baby face itu sebentar lalu memalingkan wajahnya menatap cermin sebelum berucap. "Ya.., kamarnya cukup nyaman. Not bad-lah",
Sasori tersenyum tipis. "Syukurlah jika kau merasa seperti itu. Ku dengar dari Dei, Naruto sempat mengira kau adalah wanita ne? Aku harap kau tak mengambil hati, Naruto pemuda yang baik",
"Hn",
Sasuke memutar bola matanya jengah. Pikirannya melayang menuju pemuda idiot adik dari Deidara itu. Tampang konyolnya dan juga tingkah kekanakan Naruto sangat bertolak belakang dengan Sasuke yang pendiam dan cenderung acuh.
Mendadak pemandangan menggiurkan dari pemuda tan yang dilihatnya pagi tadi membangkitkan ingatan disistem saraf Sasuke. Perlahan wajahnya merona merah dan tubuhnya mulai meremang.
Oh, god! Sasuke berani bersumpah jika tubuh atletasis dari pemuda bertampang konyol itu sungguh sangat menggiurkan bagi jiwa gay nya. Siapa bisa menolak pesona tubuh se seksi itu? Membayangkan berada dibawah dominasi tubuh berotot seperti itu membuat Sasuke berkhayal yang tidak-tidak.
"Meski Naruto cukup berisik tapi dia pemuda yang tampan bukan? Jika pasangan one night stand mu adalah dia tentunya aku tak akan sepusing ini", lanjut Sasori sama sekali tak menyadari perubahan raut wajah dari sang raven yang sudah merona hebat karena ucapan nya barusan.
"Ba..baka!",
.
.
.
.
.
Naruto bersiul riang disepanjang lorong rumahnya. Ia baru saja pulang dari kegiatan panasnya bersama Hinata yang menggairahkan. Ohh, god! Jika boleh jujur Naruto masih sangatlah hard sekarang ini. Jika tidak karena gadis Hyuuga itu pingsan duluan mungkin kegiatan panas mereka akan masih terus berlangsung dengan senang hati.
Sekarang perutnya keroncongan minta diisi, kegiatan tersebut tentu cukup menguras energi Naruto hingga hampir diambang. Naruto memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum pergi makan. Cuaca diluar mulai mendung, sebentar lagi hujan pastilah turun. Udara akan segera mendingin dan Naruto tak mau terkena flu karena mandi disaat seperti itu.
Begitu masuk ke kamar mandi, ia segera melepas seluruh pakaiannya. Tubuhnya terasa lengket karena belum sempat mandi sehabis bercinta. Bahkan kejantanannya yang setengah mengacung tersebut masih terlihat basah oleh sisa cairan klimaks Hinata.
Buru-buru ia usapkan tissue untuk membersihkannya.
Sebuah kissmark tertempel indah didada bidangnya. Naruto tersenyum miring, gadis polos itu sepertinya mulai lihai menandainya seperti ini. Bau parfum Hinata yang menyengat pun masih tercium dari badan Naruto. Sejujurnya Naruto tak suka, parfum wanita yang ia tahu selalu berbau tajam dan menyengat. Selalu Menyakiti hidungnya..
\GRAKK..!/
Suara tirai bathup yang terbuka membuat Naruto terkejut. Iris shapirenya membola sempurna saat ia mendapati Sasuke- pemuda raven itu tengah berdiri telanjang dan juga sama-sama terkejutnya seperti dirinya.
"Hai, Sasuke...", sapa Naruto canggung.
\GRAKK..!/ dan tirai bathup tertutup lagi seperti semula.
Sasuke menekuk kakinya dalam, meringkuk didalam bathup dengan wajah memerah sempurna. Jantungnya sedari tadi berdebar tak karuan. Pikirannya kosong dan Sasuke benar-benar tak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri saat ini.
Oh, god! Aku melihatnya!, runtuk Sasuke dalam hati. Ia terus-terusan menyesali kesialnya yang melihat benda laknat tersebut teracung menggoda imannya. Sekuat tenaga Sasuke berusaha menahan seluruh gelora yang mulai bergejolak didalam tubuhnya. Sial!
"Sasuke...", Naruto memanggil lantang dari balik tirai.
Sasuke terdiam sejenak. Ia mengehala nafas panjang berusaha agar suara nya tak terdengar bergetar.
"Ada apa dobe?!",
"Aku mau mandi ne..",
DEG!
"Ba..Baka! Aku sedang mandi dobe! Pergi sana!"
"Tapi aku mau mandi sekarang, teme! Berbagilah! Bathupnya cukup untuk kita berdua",
DEG!
"Ti..tidak mau dobe! Bersa...GYAAA...!",
BLARRR..! KATSS!
tiba-tiba petir menggelegar keras, lampu pun seketika padam. Sasuke menjerit histeris, berlari keluar dari bathup mencari pijakan.
"Dobe! Kau dimana! Dobe!", jerit Sasuke gemetar.
Naruto masih terkejut dengan apa yang terjadi. Butuh beberapa detik baginya untuk menyadari Sasuke memanggil-manggilnya sedari tadi.
Irishnya mulai menyesuaikan dengan keadaan gelap didalam sana. Samar ia melihat Sasuke menggapai-gapai lantai terlihat begitu ketakutan.
"Teme! Aku disini!", Naruto mengulurkan tangannya, meraih tubuh gemetaran Sasuke kedalam pelukannya.
Sasuke mengerjap begitu ia merasa Naruto berada didekatnya. Ia memeluk lengan pemuda tan itu erat tak mau melepasnya. "Dobe.. Dobe ..lampunya! Nyalakan lampunya!", pintanya memelas.
"Sepertinya ini pemadaman Sasuke. Diluar Hujan. Tunggu disini, aku akan mengambil senter. Ok",
"Tidak!", sasuke berteriak. "Jangan tinggalkan aku! Aku tak suka gelap! Aku mohon",
Dada Naruto berdesir pelan. Melihat tubuh gemetaran sang raven entah mengapa ia merasa sangat tak tega. Refleks, Naruto memeluk tubuh gemetaran itu untuk membuat Sasuke lebih nyaman.
"Hei, tenanglah! Aku tak akan meninggalkan mu, suke! Tenanglah ",
.
.
.
Cuaca makin memburuk diluar. Hujan angin, halilintar dan suara hempasan air di kaca jendela saling bersautan. Naruto mengintip keadaan diluar sana dari celah tirai jendela. Hujan badai. Sedikit bersyukur dirinya sudah berada didalam rumah dengan selamat. Hanya saja... Masalahnya...
"Dobe!", Sasuke berteriak lantang. Onix kelamnya nampak berkelit kesal terpantul sinaran cahaya lilin yang temaram.
Naruto memutar mata, jengah. "Yes, teme. I"m comin", dan dengan sedikit malas, Naruto berjalan menghampiri pemuda raven berbalut bathrobe tersebut .
"Kau sedang apa? Sudah ku bilang tetap disini bukan?!", sungut nya kesal.
Naruto tersenyum miring. "Maaf, aku cuma mengecek keadaan diluar. Sepertinya listrik akan lama padamnya, teme. Diluar hujan badai ne", ujar pemuda blonde itu berusaha menetralkan suasana.
"Tch, menyebalkan"
Sasuke menenggelamkan wajahnya pada bantal sofa dalam. Ini sudah 15 menit setelah listrik padam mendadak. Dan Sasuke sangat tak menyukai keadaan gelap dengan halilintar seperti ini. Handphonenya tertinggal di kamar membuat Sasuke benar-benar mati gaya dan lagi kini ia malah tertahan berduaan diruang tamu dengan pemuda dobe berambut pirang ditemani oleh sebatang lilin yang sewaktu-waktu bisa padam kapan saja.
Onix kelamnya mencoba mengamati pemuda blonde dihadapannya itu. Sangat Bodoh, pikir Sasuke. Entah apa yang sedang dilakukan si pirang tersebut disana, Sasuke tak bisa melihat dengan begitu jelas. Terserah si dobe itu mau berbuat apa, selama Naruto tak pergi meninggalkannya sendiri, Sasuke tak akan mempermasalahkannya.
"HATCHUU..!", Sasuke mengusap hidungnya yang terasa gatal. Udara dingin rupanya sudah membuatnya terserang flu.
Naruto menarik selimut yang ada diatas sofa kemudian menyampirkannya pada bahu sang raven. "Kau tak apa?", tanyanya meyakinkan.
"Ya" sahut Sasuke. "Terima kasih dobe",
"Ku kira kau tak bisa mengatakan terima kasih, teme. Tak ku sangka", Naruto tersenyum jahil. Tak lupa dengan tawa mengembang di wajah tampannya.
"Ba.. Baka!",
Sasuke mengeratkan selimut ditubuhnya. Udara memang terasa dingin. Tapi bukan itu alasan munculnya semburat merah muda dikedua pipinya itu.
Badump.
Suara detak jantung Sasuke terdengar seperti genderang. Ia memaki dalam hati, menyumpahi sikap bodohnya yang terpesona hanya karena senyuman bodoh dari sang blonde. Uhm, ok senyuman itu tidak lah bodoh.., sangat menawan jika boleh jujur. Sayangnya, Sasuke tak akan pernah sudi mengakuinya.
Onix kelamnya melirik sekilas mencoba mencari tahu apa yang tengah dilakukan sang blonde disana. Ia sedikit memicingkan bola matanya, mau bagaimana lagi kegelapan membuat daya pengelihatan Sasuke menjadi berkurang jauh.
"Dobe", Sasuke mencoba memanggil. "Bisakah kau ambilkan aku minum? Aku haus",
Naruto menggeram pelan. "Yes. Teme. Wait a second, please", ujarnya jengah sambil meniru gaya para pelayan restoran.
Naruto menegakkan tubuhnya malas. Sejujurnya jika bukan karena listrik padam dan si teme bawel itu tidak terus-terusan merajuk minta ditemani., sudah bisa dipastikan sekarang ini Naruto sedang berkonsentrasi penuh menuntaskan ritualnya di dalam toilet. Oh come'on, apa kau kira menyenangkan beraktifitas dengan batang kejantanan setengah ereksi. It's hurt dude!
Setelah mengambil air dari dalam kulkas, Naruto segera kembali ketempat semula mengingat Sasuke sudah memanggil manggilnya terus. Jujur saja lama-lama ini terasa menyebalkan juga.
Naruto menyodorkan gelas berisi air mineral itu malas. "Ne teme! Minummu", ia mendengus pelan kemudian beralih menatap wajah Sasuke.
"Thank's dobe", Jemari lentik Sasuke bersiap menerima gelas tersebut tetapi tiba-tiba petir sekali lagi menyambar bumi dengan hebatnya.
"GYAAA!", Sasuke menjerit keras, begitu terkejut dan refleks menarik tubuh pemuda dihadapannya tersebut ..
"Huaa.. Teme apa yang ..."
Baik Sasuke maupun Naruto sama-sama terjatuh kelantai dengan suara BRUAKK yang keras
Naruto mengaduh merasakan tulang ekornya yang terbentur kuat. Rasanya begitu sakit terhantam seperti tadi. Tapi diluar semua itu, rasa ngilu diselakangannya yang tak sengaja diremas dengan tidak manusiawi oleh Sasuke membuat Naruto mendelik.
"AKHHN..! TE..TEMEEE..", Naruto menjerit tertahan.
Pemuda tan itu mencoba menahan nafsunya sebisa mungkin mengingat ini hanyalah suatu kecelakaan semata. Batangnya yang setengah ereksi ditambah lagi remasan dari sang raven, sukses membuat Naruto kembali Hard. And now..It's a big problem!
Sasuke yang masih belum juga menyadari keadaan tersebut cuma bisa merintih sambil mencoba mengerjapkan matanya. Masih terasa aneh dengan apa yang ia rasa...
"Dobe..", lirihnya.
Sasuke berusaha untuk berdiri, mencoba menegakkan tubuhnya dari atas sang blonde. Hanya saja pijakan yang Sasuke gunakan cuma bisa menambah derita Naruto.
Iris shapirenya membulat. "Ghok!—Teme..!",
Perbuatan Sasuke sungguh membuat pemuda tan itu menjerit sunyi ditengah rangsangan dan kesakitan yang dirasakannya.
Dahi Sasuke mengernyit saat merasakan sesuatu yang sedari tadi diremasnya. Apa ini, pikir Sasuke heran. Ia mencoba meremas benda bertekstur aneh itu lagi.
"AKHH.. Teme STOP it!", Naruto menjerit. Tubuhnya gemetar hebat menahan ngilu di selakangannya yang tak lagi tertahankan.
Onixnya membulat sempurna. Sasuke yang mulai menyadari benda apa yang tengah dipegangnya hanya bisa merona dengan mulut megap-megap.
"Na.. Naruto..", ia mendesis pelan. Pikirannya begitu kalut. Dadanya berdegup cepat serasa akan meloncat keluar. Bagaimana mungkin ia merasa baik-baik saja jika tahu yang sedari tadi dipegangnya adalah penis Naruto,,!
Yupz PENIS!
"Temehh..", Naruto terengah. "Cehh..phAt.. Menying.. Nggh —khierr .. Darihkuhh — Haahh— ", dan dengan sisa kewarasan yang ada ia mencoba menyingkarkan tubuh Sasuke yang masih setia bertengger dengan manis diatasnya.
Ini buruk. Naruto sudah merasa akan mencapai batasnya. Jika ia tak segera merangsang penisnya untuk segera ejakulasi bisa dipastikan ia akan menglami migren yang berkepanjangan. Ok. Ini mungkin sedikit lebay, but ini sangat penting bagi kelangsungan kejantanannya!
Sasuke yang masih terjebak diantara mimpi dan kenyataan begitu tersentak manakala benda bernama penis ditelapak tangannya itu berdenyut riang. Sasuke menelan ludahnya susah payah. Oh, god! Ia berani bersumpah jika benda panas, besar dan berdenyut tersebut bisa membunuh akal sehatnya detik ini juga.
"Dobe... Kau... Penismu hard..", dan entah setan apa yang menguasai Sasuke.. Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutnya.
Naruto menggeram kesal, mengacak surai keemasannya dengan tampang horor dan tatapan membunuh. "Kalau kau sudah tahu! Cepat menyingkir, aku sudah tak tahan baka!", jeritnya frustasi.
Sasuke terdiam. Ada beberapa jeda sebelum akhirnya ia berucap. "Aku akan membantu mu..",
Irish shapire Naruto membulat sempurna manakala dengan cekatan jemari pucat Sasuke sudah menarik batang kejantanannya keluar dari balik celana yang dipakainya.
"Apa yang kau lakukan! Stop it!", Naruto mengerang .. Merasakan penisnya yang diurut perlahan oleh jari-jari lentik Sasuke. Bulu romanya begidik ngeri, melihat pemuda raven tersebut tengah menatap penisnya dengan tatapan penuh kilatan nafsu.
"Teme! Stop! Akhh—hentikan..",
Suara Naruto terdengar semakin kepayahan. Jemari Sasuke bermain disekitar lubang urinalnya yang mengeluarkan pre-cum bening terus menerus. Tubuh Naruto bergetar hebat menahan nafsunya yang sudah diubun-ubun.
Melihat Sasuke begitu menikmati saat-saat dimana penisnya berkedut liar ; membuat Naruto semakin terangsang. Apalagi tak jarang hidung mancung itu mengendus aroma maskulin yang menguar dari penisnya, memberi kecupan-kecupan ringan yang menggelitik setiap otot-otot yang menyembul disana. Demi jashin-sama! Rangsangan yang Sasuke timbulkan sungguh terlalu berat untuk dapat ditahan olehnya
"Sa — Sasuke...!", Naruto menggeram rendah.
Dengan cepat Ia menarik tubuh sang raven dan membalikkan keadaan diantara mereka.
Deru nafas Naruto terdengar berat. Tidak ada warna biru cerah yang terpantul di matanya, yang ada hanyalah kilatan nafsu yang begitu membara.
Sasuke menelan ludah gugup, aura dominan dari Naruto membuatnya begidik ngeri. Lihat saja bagaimana penampilan pemuda tan itu sekarang, begitu penuh dengan hawa mendominasi yang begitu kuat.
Naruto mendekatkan penisnya yang menegang sempurna itu kehadapan Sasuke. Menggoyangnya pelan seakan tengah menggoda pemuda raven tersebut.
"Suck it, Sasuke", perintahnya .
! Sasuke tak bisa membantah manakala Naruto menatapnya dengan tatapan khas sang pendominan. Tatapan yang begitu tajam, dalam dan tak ingin dibantah.
Dengan ragu Sasuke mulai membuka bibirnya perlahan, membiarkan Naruto memasukkan batang ereksi itu kedalam mulutnya.
"Ghok!—dobe!— ",
Suara Sasuke tertahan saat merasakan penis besar Naruto mulai menginvansi mulutnya. Membenamkan dengan sempurna batang kejantanan tersebut hingga menyentuh tonsilnya. Membuat Sasuke merasa mual dan nafasnya tercekat di tenggorokan.
"Ahh — fuck!— hhh mulutmu nikmat — ", Naruto mendesah keenakan.
Ia baru membenamkan penisnya kedalam sana tapi rasanya begitu nikmat dan basah. Membuat nafsu sang blonde semakin menjadi dan semakin menginginkan lubang kecil itu sebagai alat penampung spermanya.
Ia mulai menyentakkan pinggulnya keras, mengobrak-abrik seluruh yang ada didalam mulut tersebut . Mata hitam Sasuke terbalik sekarat. Ia tak bisa bernafas dan lagi rasa mual karena gesekan pada tonsilnya membuat Sasuke semakin tak berdaya.
"Nghh — Nar — Khh",
Tak banyak yang bisa Sasuke ucapkan dengan mulut penuh tersumpal penis seperti itu. Sementara sang dominan masih terus menggenjot mulutnya tanpa jeda, Sasuke hanya bisa pasrah menerima perlakuan tidak bermoral dari pemuda tan tersebut. Pasrah dan tak berdaya dibawah dominannya.
"Fuck!— Sasuke — Akkhh", naruto menggeram rendah.
Akal sehatnya sudah melayang entah kemana. Irish shapirenya berkilat penuh nafsu, menatap pemuda raven dibawah dominasinya itu tengah kepayahan mengatur nafasnya yang mulai pendek-pendek.
Naruto mengusap setitik air liur disudut bibirnya. Oh, god! Dimatanya Sasuke benar-benar terlihat sexy dan sangat menggairahkan. Ekspresi kesakitannya mampu membuat Naruto menggeram dan semakin ini menggagahi mulut yang setiap harinya berucap angkuh itu.
Naruto sudah tak peduli jika nanti anikinya itu akan membunuhnya saat tahu artis kesayangan mereka digagahi olehnya. Persetan dengan itu semua, yang pasti mulut pemuda raven itu terasa begitu nikmat menjadi mainan sex nya. Oh bahkan jauh jauh lebih nikmat ketimbang blowjob yang diberikan oleh Hinata ataupun wanita-wanita jalang lainnya!
Naruto tak hentinya menggeram, menyodokkan penisnya berulang kali tak membuat dirinya jenuh. Gigi-gigi Sasuke terasa geli menggesek penisnya. Belum lagi lidah basah yang seolah ingin ikut andil didalam itu... Akhh! Sungguh pemuda raven satu ini mampu membuat Naruto menggila!
"Nhar—utoohh—Ngghhnn",
Saliva bercampur precum mengalir disudut bibir Sasuke. Tubuhnya terasa lemas tak mampu melawan. Onixnya berkilat sayu, menatap sang dominan yang begitu bernafsu menggagahi mulutnya. Entah mengapa melihat itu semua membuat tubuh Sasuke terasa begitu panas. Sasuke begitu ingin membuat pemuda tan diatasnya itu semakin mendesah dan meneriakkan namanya.
Tanpa banyak berpikir lagi .Lengan Sasuke mengalung pada pinggang Naruto. Ia berusaha menegakkan kepalanya, mengubah arah dominasi tersebut menjadi kendalinya.
"Naru.. Narutoo — ngghh", Sasuke menggerakkan kepalanya maju mundur secara dinamis. Menjilat, mengulum dan sesekali menyeruput lubang urinal sang blonde dengan bernafsu.
Naruto yang mendapati sifat seduktif dari sang raven, hanya bisa tersenyum miring. Menghentikan gerakannya sejenak dan membiarkan pemuda mungil itu menikmati penisnya seperti tengah melahap permen loli kesukaannya.
"Sasuke... Sasukeh... Fuck! Suck my dick baby!Akhh — faster!", Naruto mulai merancau merasakan gerakan in-out dari sang raven yang begitu menggelitik otot perutnya.
Tubuhnya gemetar hebat tiap Sasuke menyeruput pangkal penisnya hingga membuat batang kejantanannya itu ngilu. Dan lagi tatapan seduktif dari submissive nakal itu.. Fuckin hell! He looks so amazing!
Batas ketahanan Naruto sudah mencapai puncaknya. Kenikmatan dari blowjob Sasuke sanggup mengalahkan semua pengalaman panasnya bersama berbagai wanita. Gila! Ini benar-benar gila!, batin Naruto. Otot perutnya mulai mengejang hebat, spermanya mulai memberontak ingin segera keluar dari dalam penisnya.
Naruto mengangkat dagu Sang raven, mempertemukan shapire birunya pada onix sekelam malam milik Sasuke.
"Kau sangat luar biasa, Suke", pujinya dengan nafas terengah.
Sasuke yang mendapati pujian dari sang dominan hanya bisa tersenyum tipis sambil mengulum ujung penis Naruto yang memerah.
Naruto menyeringai penuh nafsu. "wanna taste my sperm, little bitch?!", godanya seduktif. Ia memoleskan cairan precumnya ke bibir Sasuke, membasahi bibir yang menggairahkan itu dengan cairannya.
Jantung Sasuke berpacu cepat. Nafsu sudah menguasai otaknya. Dan tanpa dikomando lagi, Sasuke membenamkan seluruh penis besar itu kedalam mulutnya. Membiarkan penis berotot itu berdenyut-denyut kembali meminta servicenya.
"Ahh — Suke.. Fuck! Ahh aku — keluar. AKHHHH!",
Cairan putih kental dan panas itu menyembur dengan derasnya didalam mulut Sasuke. Membuat sang empunya hanya bisa mendelik nikmat merasakan cairan getir itu melesak melewati tenggorokan nya. Tubuh pucatnya melemas merasakan kenikmatan oral yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Naruto masih setia membenamkan penisnya didalam, merasa enggan untuk mencabutnya hingga tetes spermanya yang terakhir. Ia mengelus helaian raven Sasuke yang basah akan keringat. Menikmati ekspresi pemuda pucat itu yang sangat menggairahkan.
"Kau sempurna, Sasuke", ujarnya.
Naruto mengusap sisa spermanya yang meluber keluar dari sudut bibir Sasuke. Perlahan ia mencabut penisnya itu dengan bunyi PLOOP kecil. Wajah Sasuke begitu menghipnotisnya membuat Naruto bahkan melupakan kenyataan bahwa submissivenya itu adalah seorang pria.
Persetan dengan gender! yang Naruto tahu pemuda itu sungguh sangat mempesona.
TBC
Ya ampun! Ya ampun!
Ini ff rate M pertamaku! Huaaaa! #teriak pake toa
Maafkan jika banyak kekurangannya ya minna-san...
Tetap review karyaku..
Feel free for notice me!
#momyozha
