Disclaimer 'NARUTO'
Belong to
MASASHI KISHIMOTO
Story JJ Ichiro
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Warning! Ooc, typo, alur berantakan, eyd diragukan. Reques dari temen yang katanya terinspirasi dengan artikel di media.
.
.
.
.
.
Uchiha Sasuke X Haruno Sakura
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Selamat Membaca ^^
.
.
.
.
.
Cklek'
Sakura memasuki kamar, tak lupa menutupnya kembali dengan pelan. Wanita itu terdiam cukup lama di tempatnya sembari iris hijau teduhnya menatap sedih pria yang terbaring di ranjang memunggunginya dengan napas yang teratur. Suaminya, Uchiha Sasuke.
Dengan pelan takut membangunkan sang suami yang sepertinya sudah tidur, wanita bersurai pink itu melangkah menghampiri meja riasnya dan mendudukkan dirinya di kursi. Ditatapnya pantulan dirinya di depan cermin yang tampak menyedihkan. Ia mengepalkan sebelah tangannya di paha. Selalu seperti ini, Sakura selalu mendapati Sasuke yang langsung tidur sepulang dari kantor atau pun sepulang dia dari luar kota karena pekerjaan. Ia merasa kehilangan sosok suami yang dulu selalu memberinya ciuman dan pelukan ketika pria itu tiba di rumah. Sasuke berubah, dia bukan Sasuke yang dulu yang selalu memperhatikannya dan Sakura tahu semua itu karena dirinya.
Hukuman dari apa yang sudah Ia lakukan pada Sasuke dengan menodai rumah tangga mereka yang nyaris kandas. Berselingkuh dengan pria lain dengan statusmu yang masih istri sah. Meski Sasuke dengan besar hati sudah memaafkannya, tapi Sakura yakin dalam hati suaminya itu belum rela menerimanya, terlihat dari perubahan sikap Sasuke padanya pasca terbongkarnya hubungan terlarangnya dengan pria lain. Ia mengerti, sangat mengerti. Pasti sulit bagi Sasuke yang harus menerima dan memaafkannya yang jelas-jelas sudah menghianati cintanya. Selain itu, sosok putri mereka lah yang menjadi momok utama sang suami rela memaafkan sang istri.
Tes
Tes
Tes
Tetes demi tetes air matanya mengalir menuruni pipi putihnya. Selalu seperti ini pula dirinya menangis saat melihat sosok Sasuke yang kini enggan berbagi cerita dengannya. Mengabaikannya. Suaminya berubah menjadi pria dingin yang irit bicara. Sasuke hanya berbicara jika perlu, selebihnya pria itu memilih menyibukkan dirinya sendiri. Sakura tahu Ia sudah melakukan hal fatal untuk kehidupan rumah tangganya dan Ia sangat menyesal. Namun, wanita sangat bersyukur dengan kebesaran hati Sasuke yang mau memaafkan kelakuan tak bermoralnya dan sekali lagi Sakura sangat sangat menyesalinya.
Setahun berlalu dan yang selalu Ia pikirkan dan kerap kali mengusiknya ialah tak bisakah Sasuke memberinya kesempatan untuk memperbaikinya?
Sasuke memang memaafkannya namun itu semata untuk buah hati mereka, Uchiha Sarada yang tentu masih membutuhkan figur seorang Ibu. Dan sampai detik ini pun hubungan mereka datar-datar saja, tak ada kehangatan yang dulu sempat Ia rasakan. Inilah hukuman nyata dari Tuhan untuknya karena sudah menodai kehidupan rumah tangganya. Dan yah ... Sakura pasrah, Ia sudah berusaha sebaik mungkin menjadi seorang istri yang baik namun tetap tak membuat Sasuke kembali padanya. Sakura tak tahu lagi harus bagaimana agar Sasuke melihatnya, menerimanya dengan ketulusan hati pria itu.
.
Jari jemari Sakura bergerak menghapus air matanya sebelum dirinya beranjak dan melangkah ke sisi ranjang satunya untuk merebahkan badannya. Menyingkap selimut, mengikuti posisi tidur Sasuke yang tidur memunggungi. Sepasang suami istri yang saling memunggungi dalam satu ranjang, dan itu sudah berlangsung setahun ini.
Keheningan melanda atmosfer kamar yang lampu tidurnya sudah Sakura matikan.
"Sarada sudah tidur, "
Sakura membuka matanya cepat dan hampir saja menjerit saat tiba-tiba mendengar suara berat di belakangnya. Ia pun menolehkan kepalanya ke belakang yang sayangnya tak dilakukan juga oleh Sasuke. Pria itu masih dengan posisi memunggunginya.
Sakura menghela napas pelan, "Ya. Kau masih bangun? "
" ... "
Tak ada kata yang keluar dari Sasuke dan Sakura merutuki dirinya sendiri, tentu saja Sasuke tak akan menanggapi basa-basinya, pria itu hanya menanyakan perihal putrinya. Tak ambil pusing, Sakura memilih menutup kedua matanya dan melanjutkan tidurnya sebelum suara Sasuke sekali lagi membuat kedua matanya kembali terbuka.
"Apa kau selalu seperti ini? " tanya Sasuke ambigu. Sakura merubah posisi berbaringnya menjadi telentang dan melirik punggung Sasuke. "Apa? " ucapnya tak mengerti.
Sasuke menghela napas pelan kemudian menekuk salah-satu lengannya, menjadikan lengannya sebagai bantal. "Berhentilah menangis. "
Sakura berjengit mendengarnya. Detak jantungnya seketika berdetak cepat. 'Apa maksud perkataan Sasuke, apa dia tau saat Ia menangis tadi? ' batinnya.
"Berhentilah menangisi kesalahanmu. Bukankah aku sudah memaafkanmu ... "
Sakura menggigit bibirnya gelisah. Ia terdiam cukup lama sebelum bersua, "Kau ... tau? " ucapnya ragu-ragu.
"Aa. Beberapakali aku melihatmu menangis di tengah malam ... seperti tadi. "
Sakura bungkam. Jadi benar, Sasuke tahu jika disetiap malam Ia menangis, menangisi kesalahannya. Tapi, kenapa pria itu tak mencoba menenangkaannya, memeluknya dan menguatkannya seperti yang pria itu lakukan dulu jika Ia bersedih. Kenapa Sasuke membiarkannya menangis jika pria itu jelas-jelas tahu.
"Aku sudah memaafkanmu bukan? Jadi, berhentialah menangis karena - "
"Bukankah kita sepakat untuk tidak membahas ini lagi?! " potong Sakura cepat.
"Kembalilah tidur. " ucap Sakura datar. Sakura tahu, tak ada artinya bila Ia mendengar kata yang keluar dari mulut Sasuke. Sudah jelas jika pria itu sudah berubah dengan membiarkannya menangis di tengah malam tanpa mau tahu untuk mencoba berbagi kesedihannya. Dan Sakura cukup tahu diri. Ia menyerah, menyerah untuk membuat Sasuke kembali padanya karena pria itu juga tak memberi kesempatan padanya untuk memperbaiki hubungan diantara mereka.
.
.
.
.
.
.
.
.
Uchiha Sasuke adalah seorang bos properti di perusahaan yang susah payah dirintisnya. Ia menikah dengan Sakura dan mereka dikaruniai putri cantik berusia 3th bernama Uchiha Sarada. Sakura sendiri bekerja sebagai sekretaris di perusahaan pakaian. Akan tetapi, sejak melahirkan Sarada, Sakura memilih resign dari pekerjaannya karena ingin fokus merawat baby. Namun karena atasannya sangat menggantungkan dan mempercayakan pekerjaan Sakura, istri Uchiha Sasuke itu diminta datang ke kantor setidaknya dua kali setiap pekannya.
Waktu itu Sasuke mengijinkannya dengan catatan anak lebih diprioritaskan dan mengatakan pada atasan Sakura agar segera mencari pengganti istrinya. Hubungan Sasuke dengan atasan Sakura yang diketahui bernama Shimura Sai dan istrinya, Shion berjalan dengan baik.
Hingga entah ada angin apa tiba-tiba Shion mendatangi Sasuke di kantornya. Wanita bersurai pirang itu menyampaikan bahwa suaminya dan istri Sasuke sering kepergok jalan berdua dengan kata lain mereka 'berselingkuh'.
Kaget? Tentu saja Ia kaget. Pikiran negatif tentang Sakura belakangan ini menjadi kenyataan. Luluh hancur sudah hati dan perasaan Sasuke, apalagi ketika Shion memperlihatkan bukti beberapa foto Sakura dan Sai tengah bedua di beberapa tempat yang berhasil diabadikan oleh orang suruhan Shion. Shion tahu suaminya berselingkuh dengan Sakura karena menyadari tingkah aneh dari Sai dan Sakura. Hati Sasuke sakit saat membaca chat keduanya yang benar-benar tak terlihat sebagai atasan dan bawahan.
Seminggu kemudian Sasuke memanggil Sakura dan menyuruh Shion dan suaminya untuk datang ke rumahnya. Mendudukan mereka untuk segera menyelesaikannya. Hadir pula Konan, kakak ipar Sasuke sebagai saksi. Dengan bukti beberapa foto Sai dan Sakura dan juga chat mereka berdua, mereka pun tak bisa berkata apa-apa dan akhirnya mengakuinya bahwa mereka memang berselingkuh.
Sakura menangis terus menerus karena terbongkarnya kasus ini. Wanita itu bersujud dan meminta maaf di kaki Sasuke di hadapan mereka dan mengaku bersalah. Sakura mengaku bahwa hal itu dilakukan karena berada di bawah tekanan Sai yang tergila-gila padanya dan mengancam akan melakukan hal buruk pada putri mereka, Sarada. Sasuke berkata kenapa Sakura tak memberitahunya, dan lagi-lagi Sakura mengaku bahwa jika Ia mengatakannya pada Sasuke, Sai mengancam akan membunuh Sasuke. Sakura memang berada pada tekanan yang sangat berat saat itu hingga tak bisa berkata apa-apa.
Bahkan Sakura mengatakan sesungguhnya hatinya sangat terpukul dan menjerit setiap kali Sai memintanya untuk bertemu. Sakura takut namun Sai selalu mengancamnya akan melakukan tindakan kasar jika Sakura tak memenuhi keinginannya. Dan ketika Sasuke berkata apa mereka sudah melakukan hubungan intim? Sakura hanya menunduk sedih dan terdiam yang Sasuke asumsikan mungkin mereka juga sudah sampai sana. Sakura menyakinkan Sasuke bahwa cintanya dan kasih sayangnya hanya untuk Sasuke.
Karena sudah terpojok, Sai akhirnya meminta maaf dan menyakinkan bahwa itu semua murni karena kesalahannya. Itu terjadi sejak Sakura memutuskan untuk resign. Shion berteriak histeris dan memukul secara membabi buta Sai. Shion juga mengupat jika suaminya pasti sudah gila. Sai sangat terobsesi pada Sakura.
Dan hebatnya di sini, seorang Uchiha Sasuke yang terkenal dingin, mampu mengendalikan emosinya dengan sangat baik, tak sepatah kata kasar pun yang keluar dari mulutnya atau pun perlakuan fisik. Dia dan ketenangannya, mampu mengontrol emosinya.
Jika ditanya apa Sasuke marah? Tentu Ia marah. Namun Sasuke bukanlah tipe pria yang akan menyelesaikan masalah dengan adu jotos. Ia lebih memilih meyelesaikannya dengan pikiran.
.
.
.
Setelah kepergian Shion dan Sai, Konan memanggil orangtua Sakura untuk menceritakan kejadian ini. Sakura kembali menangis keras dan sungguh-sungguh menyesali perbuatannya. Sakura masih bersujud di kaki Sasuke sembari membela dirinya bahwa Ia memang berada dalam tekanan dan tidak berdaya. Kedua orangtua Sakura begitu terkejut sekaligus sedih mendengarnya, mereka menyuruh Sakura untuk memohon ampun pada suami.
Sasuke terdiam, dia sendiri juga bingung harus bagaimana yang jelas dirinya begitu kecewa dengan Sakura. Istrinya itu tega menodai rumah tangga yang sudah mereka bina. Sakura tak henti-hentinya menangis dan memohon ampun.
Mereka terdiam, menunggu keputusan apa yang akan Sasuke ambil. Kedua orangtua Sakura pasrah dengan apa yang nanti akan Sasuke ambil, meskipun dalam hati kecil mereka berharap Sasuke dapat memaafkan Sakura dan kembali memperbaiki hubungan. Namun itu semua kembali pada Sasuke yang akan menentukan.
Tepat saat Sasuke akan mengatakan keputusannya, mereka dikejutkan dengan kehadiran Sarada, putri kecil Sasuke dan Sakura. Dengan langkah kecilnya, Sarada menghampiri kedua orangtuanya kemudian menatap bingung orang dewasa yang ada di sana dengan wajah khas bangun tidurnya. Detik berikutnya, gadis kecil itu memekik kaget saat menatap wajah Sakura yang menangis, yang langsung gadis itu peluk dengan lengan kecilnya.
"Mama kenapa menangis? " ucapnya khawatir. Sakura hanya bisa terdiam dengan lelehan airmatanya. Iris hitam Sarada menatap Sasuke kemudian menghampirinya.
"Pasti papa yang buat mama menangis kan?! Papa jahat! Sarada sayang Mama, Papa tidak boleh menyakiti Mama! " Sarada seketika menangis sembari lengan kecilnya memukul-mukul kaki Sasuke.
Sasuke merasakan sesak di hatinya. Hati Sasuke seketika goyah, dengan kehadiran putri kecil mereka. Putri mereka masihlah polos dan tak tahu apa-apa tentang apa yang terjadi antara orangtuanya. Sasuke paham betul dan dia memakluminya. Diraihnya lengan kecil putrinya yang dari tadi memukul-mukul kakinya, Ia menggenggam tangan putrinya dan berjongkok dengan menekuk salah-satu lututnya di lantai. Setelahnya, Ia peluk tubuh kecil putrinya sayang. Sasuke bahkan mengabaikan Sarada yang terus saja memberontak dan menangis dalam pelukannya. Ia mengalami pergulatan batin antara memilih hati dan perasaan atau mempertahankan keluarga kecilnya. Pria itu memejamkan matanya sembari berpikir apakah keputusannya kali ini tepat?
Dengan tarikan napas panjang pria itu berucap, "Maafkan Papa sayang, Papa sudah membuat Mama menangis. " ujarnya Sasuke pelan. Demi putrinya, Sasuke rela melakukan apapun. Gerakan berontak Sarada terhenti. Gadis kecil itu menatap Sasuke dengan mata polosnya meski jejak air matanya masih tersisa.
"Kalau begitu, Papa harus minta maaf dengan Mama ... " batin Sasuke seketika menjerit mendengarnya. Pria itu sempat terdiam cukup lama, sebelum Ia akhirnya menghampiri Sakura dan memegang kedua pipi Sakura dengan tangannya, membuat Sakura seketika mendongak menatap Sasuke dengan air matanya dan pandangan bersalahnya.
"Maaf ... " kata Sasuke dengan bibir bergetar. Sakura menatap tak percaya apa yang Sasuke lakukan. Demi Tuhan, suaminya meminta maaf padanya! Ia tak sanggup lagi menatap Sasuke. Rasa sakit di hatinya kian bertambah mendengar permintaan maaf Sasuke, bulir air matanya kembali tumpah. Harusnya Ia yang meminta maaf bukan Sasuke. Wanita itu tak sanggup lagi menahan semua kesedihannya hingga yang Ia rasakan terakhir kalinya ialah pandangannya yang perlahan buram.
Ia pingsan.
Yang seketika membuat semuanya panik.
.
.
.
Begitu Sakura sadar, hal pertama yang wanita itu lihat ialah sosok putri kecilnya yang duduk di sampingnya yang terbaring di ranjang. Menatapnya dengan khawatir. Orangtuanya juga ada, Konan juga. Iris hijaunya bergerilya mencari sosok suaminya yang Ia temukan tengah berdiri menyandar di jendela dengan kedua lengan yang terlipat di depan dada. Pandangannya menunduk dengan kedua matanya yang tertutup, entah apa yang sedang dipikirkan Sasuke.
"Kau baik-baik saja, Sakura? " perkataan dari Konan membuat Sasuke menoleh namun hanya sesaat. Sakura berkata bawa dia baik-baik saja. Sarada langsung mencium pipi Sakura. "Syukurlah Mama tidak apa-apa. Mama jangan sakit yah, nanti Sara bisa sedih. Papa kan sudah minta maaf, " ucapan polos putri kecilnya membuat Sakura serasa ingin menumpahkan kembali air matanya namun wanita itu menahannya mati-matian. Sakura mengangguk dengan senyum simpulnya.
Tak lama, datanglah babysitter untuk membawa Sarada main atas suruhan Konan karena urusan Sasuke dan Sakura belum selesai karena ada Sarada. Dan untunglah, gadis kecil itu menurut dengan iming-iming es krim.
"Bagaimana ini Sasuke? " tanya Konan. Terlihat Sasuke menghela napas berat sebelum mengangkat wajahnya dan melangkah menghampiri ranjang yang Sakura tiduri. Sakura mendudukan dirinya dengan bantuan Konan.
"Kupikir, keputusan terbaik untuk kita adalah ... berpisah. "
Sakura menundukkan wajahnya sedih, hancur sudah perasaannya. Sakura sudah menduga bahwa keputusan Sasuke adalah mungkin dengan menceraikannya dan Ia sudah pasrah menerima konsekuensi dari apa yang sudah Ia lakukan meski sebenarnya Sakura menolak. Tapi, jauh dari lubuk hatinya yang terdalam Sakura tak ingin berpisah dengan Sasuke dan juga Sarada, wanita itu sangat mencintai dua orang yang begitu berharga untuknya. Kedua orangtuanya pun hanya memandang sedih putrinya. Begitu juga Konan yang sangat menyayangkan jika mereka benar memilih berpisah. Menurut Konan jika rumah tangga bisa diselamatkan itu lebih baik ketimbang memilih jalan untuk berpisah. Mungkin mereka hanya butuh waktu, begitu pikir Konan.
"Tapi, "
Semuanya serentak menatap Sasuke begitu pria itu kembali bersua.
"Kehadiran Sarada yang tiba-tiba seketika membuat keputusanku goyah. Melihatnya menangis dan ucapan polosnya membuat hatiku sesak. Diusinya yang terbilang masih kecil, aku tak yakin putriku bisa hidup baik tanpa sosok Ibu di sampingnya. " raut keterkejutan terlihat jelas di wajah Konan, Orangtua Sakura dan tentunya Sakura sendiri.
"Aku memaafkanmu. Aku melakukan ini demi putri kita, Sarada. Kita ... coba perbaiki rumah tangga kita, Sakura. "
Sakura menangis haru mendengarnya, Ia tak bisa menahan air matanya yang kembali menyeruak keluar. Sakura menangis terharu, Ia tak menyangka Sasuke dengan kebesaran hatinya mau memaafkannya. Konan dan kedua orangtua Sakura bernapas lega, setidaknya mereka tak jadi pisah dan bisa berpikir dewasa dengan mencoba memperbaiki biduk rumah tangga mereka dari awal.
Melihat Sakura yang tak henti-hentinya menangis, Sasuke beringsut mendekat. Dengan kemantapan diri Ia peluk tubuh Sakura, dan Ia cium kening Sakura sayang. Dengan Sakura yang terus saja berkata maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Sejak saat itu, Sakura memilih berhenti dari pekerjaanya dan memilih fokus pada tumbuh kembang putrinya dan perannya sebagai istri Sasuke, memulai hidup yang baru. Sakura tak henti-hentinya mengucap syukur pada Tuhan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kembali ke cerita dimana akhirnya Sasuke menoleh ke belakang menatap Sakura yang tidur memunggungginya. Sasuke membalikkan punggungnya seperti semula, saling memunggungi. Dalam gelapnya malam dan keheningan pria satu anak itu pun merenung. Merenung dengan kehidupannya yang Ia sadari telah berubah.
Setaun sudah sejak kasus itu dan Ia berhasil memperbaiki rumah tangganya dengan Sakura. Tetapi yang menjadi masalah baru sekarang adalah ada pada diri Sasuke. Ia memang sudah memaafkan kesalahan Sakura namun tidak dengan hatinya. Ia sedang melawan dirinya sendiri. Sasuke memang tidak pernah memergoki Sakura bersama Sai, tapi setidaknya Sasuke bisa berimajinasi membayangkan apa saja yang mereka lakukan berdasarkan bukti yang ada tidak bisa Sasuke lupakan.
Bayang-bayang kotor kelakuan mereka memenuhi pikiran Sasuke. Yang sungguh sangat menganggu, dan Ia selalu menangis bila mengingatnya. Selalu ada dorongan yang sangat kuat yang selalu hadir di pikirannya untuk menanyakan kejadian yang sebenarnya, kapan terjadinya dan seberapa berat istrinya itu menerima tekanan dan banyak lagi yang ingin Sasuke tahu. Pernah Sasuke menyinggung peristiwa itu yang langsung membuat Sakura terpojok. Wanita itu mudah marah dan berakhir dengan menangis keras. Seraya berkata,
"Aku sudah berubah Sasuke. Tolong jangan mengungkit peristiwa itu lagi. Kami-sama sudah memberiku kesempatan untuk memperbaiki hidupku. Sekarang, aku hanya ingin bersamamu dan putri kita. "
Sasuke sadar betul perlakuannya kini pada Sakura berubah, dan itu karena Ia merasa ada sebuah tembok yang berusaha menghalangi mereka. Mereka bahkan tak lagi melakukan kontak fisik sejak peristiwa itu. Sasuke merasa setiap kali Ia memberi perhatian khusus untuk Sakura, bayang-bayang peristiwa itu berseliweran di otaknya memaksanya untuk tidak memberi kesempatan seseoarng yang sudah berselingkuh. Yang berakhir dengan sikap cueknya pada Sakura. Kerja gila-gilaan, pergi pagi pulang malam.
Sebenarnya Sasuke juga merasa bersalah melihat Sakura yang menangis tengah malam. Ia tak suka melihat air mata Sakura. Ingin rasanya Sasuke berada di sampingnya, memeluknya dan menenangkannya namun lagi-lagi bayangan itu hadir mengacaukan segalanya. Ia mencoba ikhlas menerima Sakura kembali namun itu sangat sulit. Hubungan mereka baik-baik saja di depan putri mereka, tapi tidak ketika mereka berdua. Dan Sasuke tahu, dirinya belum bisa menerima Sakura kembali seutuhnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
Buat chan-chan yang minta reques, maaf sy post di sini yah ... karna suatu hal, sy nggak bisa post di fb. Sy udah infoin kmu, smoga kamu suka ya ... :)
Sedikit info, fic ini sy usahakan akan update setiap hari sabtu :)
Untuk kalian yang sudah menyempatkan membaca, Terima Kasih.
Salam hangat,
JJ Ichiro
