Setiap musim mempunyai kenangan yang berbeda termasuk musim dingin. Musim dingin adalah musim favorit Rukia dan sekaligus musim yang mempertemukannya dengan seseorang lelaki yang dingin sekaligus jenius.

.

Bleach

Disclaimer: Tite kubo

Warning: OOC, OC, AU, Gaje, Alur Berantakan, Typo dimana-mana

Genre: Friendship, Drama

The Season

Chapter 1

Awal Pertemuan yang Tidak Disengaja

.

.

"Dingin..." Seorang gadis SMA berambut hitam dan beriris mata violet itu menggosok-gosokkan tangannya. Mencoba mencari kehangatan dari gosokan tangan tersebut. Ia berjalan menuju taman kecil di dekat rumahnya untuk menepati janjinya dengan temannya.

Sesampainya di sana, Ia segera duduk di bangku taman. Ia memeriksa tasnya untuk mengecek barangnya. Barang yang dijanjikan -berupa buku novel- bawa dan itu membuatnya menghembuskan nafas lega.

Sekian lama ia menunggu, tetapi temannya tidak kunjung datang. Iris mata violetnya mencari-cari orang yang dimaksud namun hasilnya nihil. Ia melirik jam tangannya.

"Jam 12.30? Ia telat setengah jam." gumamnya kesal.

Ia meraih handphone-nya, namun benda yang dicari tidak ada ditasnya maupun saku jaketnya.

"Astaga!"

Tangan kirinya menepok dahi. Ia baru ingat kalau handphone-nya tertinggal di meja belajarnya.

Sambil merutuki dirinya sendiri yang ceroboh, ia bergegas pulang. Karena tidak hati-hati, ia menabrak lelaki yang seumuran dengannya hingga membuatnya terjatuh.

"Hei, kalau jalan pakai mata, dong!"

"Ah, ma-maaf..."

Iris mata emerald lelaki itu memandang iris mata violetnya yang ketakutan.

"Haah~ ... lupakan!" lelaki itu bangkit dan membersihkan bagian baju yang kotor.

Membungkuk sebagai tanda meminta maaf. "Sekali lagi, maafkan aku." pinta gadis itu masih ketakutan.

Ia menghela nafas panjang. "Tidak apa-apa."

"Kalau begitu terima kasih banyak, tuan ehm..." Ia tidak tau nama lelaki itu.

"Hitsugaya. Namaku Hitsugaya Toushirou." ucap lelaki itu. Mata emerald-nya menatap kosong gadis itu.

"Aku Rukia Kuchiki. Ehm, terima kasih karena sudah memaafkanku, Hitsugaya-kun." Ia kembali membungkuk dan berlari pulang.

Tanpa sepengetahuan Rukia, iris mata emerald Toushirou masih memperhatikan sosoknya yang mulai menjauh.

"Dasar ceroboh!" gumamnya tanpa sadar.

.

.

"Momo, sampai kapan aku harus menunggu di taman? Kamu tega membiarkan aku mati kedinginan?" tanya Rukia yang sudah berada di kamarnya. Ia sedang menelepon temannya yang akan ditemuinya tadi.

"Maaf, Rukia." terdengar suara Hinamori Momo yang merasa bersalah. "Aku ada acara sekarang jadi tidak bisa bertemu denganmu. Handphone-ku sedang agak eror makanya tadi handphone-ku mati."

Rukia menghela nafas panjang. "Iya,iya. Bukannya ketemu denganmu, aku jadi bertemu lelaki ubanan, deh!"

Terdengar suara tawa geli Momo. "Lelaki ubanan? Itukan udah biasa. Namanya juga kakek-kakek."

"Ini bukan kakek-kakek seperti yang kau bayangkan! Ini lelaki SMA juga tetapi warna rambutnya putih." jelas Rukia.

Momo kembali tertawa geli. "Kok bisa begitu ya? Lucu amat. Tapi kalau diperhatkan lagi, ciri-cirinya mirip seperti sepupuku, deh. Ah, udah dulu ya Otou-san memanggilku."

"Eh, tung-"

Tut ... tut ... tut ...

Sudah tidak terhubung lagi dengan Momo.

Gadis bermarga Kuchiki itu menghela nafas panjang pasrah.

.

.

Keesokannya Rukia tetap menunggunya di taman kecil dekat rumahnya. Kali ini ia tidak lupa membawa buku novel yang dijanjikan dan handphone-nya. Ia memakai jaket berwarna biru, rok selutut berwarna ungu, dan syal putihnya.

Rukia duduk di bangku yang sama seperti kemarin.

"Semoga Momo datang." gumam Rukia sembari melihat jamnya. Masih ada 15 menit lagi sebelum waktu yang dijanjikan tiba.

Iris mata violetnya meneliti setiap orang yang berjalan di depannya. Ia terkejut. Orang yang ditabraknya berada di sini juga? Entahlah, gadis itu tidak ingat persis ciri-ciri orang itu. Yang ia ingat hanya rambut putihnya dan iris mata emeraldnya.

Berniat menghampirinya tetapi sayangnya, Momo sudah terlanjur datang.

"Ah, Rukia, aku tidak telat kan?" tanya Momo bangga.

"Ah, i-iya. Ini buku novelnya." Rukia menyerahkan novel itu.

"Oke, terima kasih. Ehm, aku mau langsung pulang, ya? Aku ada keperluan penting. Maaf." sesal Momo.

Rukia meresponnya dengan anggukan. "Tidak apa." respon Rukia.

Gadis bercepol itu tersenyum dan melambaikan tangannya. Kemudian berjalan pulang.

Rukia duduk sendiri di bangku taman. Ia menutup matanya. Membiarkan angin musim dingin memainkan rambutnya. Merasa ada yang duduk di sebelahnya, ia membuka matanya dan menoleh ke sebelahnya.

"Ah, kau Hitsugaya-kun. Selamat siang." sapa Rukia lembut. Toushiro meresponnya dengan anggukan.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Rukia penasaran.

Tanpa menoleh Toushiro menjawab dengan dingin, "Menikmati musim dingin. Kau sendiri?"

"Sama sepertimu." jawab Rukia.

Sesaat kemudian keduanya tenggelam pada pemikiran masing-masing sehingga membuat keheningan di antara mereka.

"Ah." Rukia teringat kejadian kemarin. "Soal yang kemarin, aku minta maaf, ya." pintanya tulus.

Toushiro menoleh ke arah gadis berambut hitam itu. "Ah, tidak masalah."

Rukia tersenyum manis. "Terima kasih." ucapnya tulus. Toushiro mengangguk.

Rukia melihat jam tangannya. "Ah, sudah siang, aku pulang dulu, ya." pamit gadis bermarga Kuchiki itu.

"Ya, aku juga mau pulang. Sampai jumpa, Kuchiki." Toushiro beranjak dari bangku kemudian berjalan pulang.

"Sampai jumpa juga, Hitsugaya Toushiro."

Mereka berdua berpisah. Berjalan pulang menuju rumahnya masing-masing. Dan saat itu juga perlahan salju turun, menghiasi kota Karakura saat itu juga.

.

.

"Hei, Momo, kemarin aku bertemu lagi dengannya." ujar Rukia. Sekarang ia sedang berangkat sekolah bersama Momo.

"Benarkah? Bagaimana sifatnya?" tanya Momo penasaran.

"Hmm ... pertama kali bertemu menurutku ia dingin dan galak, tapi sekarang aku berpendapat ia baik walaupun dingin." ujar Rukia sembari memejamkan matanya. Mencoba mengingat kembali kejadian kemarin.

"Huh? Aku jadi penasaran. Ciri-cirinya sangat mirip dengan sepupuku." ujar Momo.

"Benarkah?" tanya Rukia begitu antusias.

"Ya, tapi mungkin saja bukan." respon Momo sembari menaruh ibu jari dan telunjuk di bawah dagu.

Rukia angkat bahu. "Mungkin."

Tanpa sadar, mereka berdua sudah sampai di gerbang sekolah.

Kkrriinngg...

Bel masuk berbunyi. Dengan cepat kedua insan itu berlari menuju kelasnya masing-masing. Rukia berlari paling cepat karena letak kelasnya berada di lantai atas sedangkan Momo berada di lantai bawah.

"Semoga saja Ukitake-sensei belum datang." harap Rukia.

Akhirnya harapannya terkabul. Ukitake-sensei belum datang. Dengan cepat, ia masuk ke kelasnya dan duduk di bangkunya yang terletak di pojok belakang kelas sambil menghembuskan nafas lega. Tidak lama kemudian, Ukitake-sensei datang bersama seorang lelaki berambut putih.

"Rambutnya aneh!"

"Kyaa, lucunya!"

"Keren!"

"WAW banget!"

Begitulah komentar beberapa murid-murid di kelas Rukia. Saling memberi komentar masing-masing. Sedangkan yang diberi komentar hanya menunjukkan sikap dinginnya saja.

Sedangkan Rukia -yang merasa mengenalnya- terkejut. "Hah? Hitsugaya Toushiro!?" bisiknya tidak percaya.

"SEMUANYA DIAM!" bentakan Ukitake sensei membuat kelas seketika menjadi hening. Semuanya diam karena tidak ingin dihukum guru satu ini.

"Ehm, maaf, silahkan perkenalkan dirimu." perintah Ukitake-sensei pada murid baru itu. Murid baru itu mengangguk.

"Hitsugaya Toushiro, murid asal Rukongai. Salam kenal."

"Sekarang kau bisa duduk di sebelah Kuchiki." ucap Ukitake-sensei. Toushiro mengangguk dan berterima kasih padanya. Dengan cepat ia duduk di sebelah gadis bermarga Kuchiki itu.

"Ah, kita bertemu lagi." ujar Rukia senang. Toushiro hanya mengangguk sebagai balasannya.

Tiba-tiba Rukia merasa ada yang memperhatikannya. Benar saja, banyak sepasang mata yang tidak suka melihatnya duduk dengan lelaki berambut putih ini. Tatapan membunuh dituju pada Rukia, seolah mengatakan 'awas-kalau-kau-berani-macam-macam-dengannya'. Sepertinya mulai hari ini gadis malang itu akan terus diawasi oleh murid yang tidak suka ia duduk dengan cowok berambut putih itu.

Ya ampun...

.

.

"Hei, Rukia." panggil Momo dari kejauhan. Rukia yang sedang asyik memakan ramen melambaikan tangannya ke arah Momo.

"Aku tahu," Momo segera duduk di depan Rukia begitu antusias. "Pasti hari ini kau kedatangan murid baru." ucap Momo.

"Ba-bagaimana kau tahu?" tanya Rukia. Dalam benaknya, gadis itu berpikir bahwa Toushiro adalah sepupu Momo dan ternyata-

"Karena murid baru itu adalah sepupuku."

-benar. Dugaannya benar bahwa Toushiro adalah sepupu dari Momo.

"Dan ternyata yang kau temui kemarin memang dia." lanjut Momo senang.

"Hn, kenapa kemarin dia berada di taman? Dan tidak bertemu denganmu?" tanya Rukia.

"Yah, dia memang sering ke taman saat musim dingin seperti saat ini, sih. Tapi kemarin aku tidak melihatnya." ujar Momo.

"Huh? Untuk apa dia ke sana?" tanya gadis beriris mata violet itu. Momo mengangkat bahu. "Entahlah, yang aku tahu, ia mempunyai kenangan buruk saat musim dingin. Sifatnya sangat dingin sekarang, jadi aku tidak terlalu dekat dengannya apalagi aku jarang bertemu dengannya sekarang, walaupun saat kecil aku sering bermain dengannya. Sifatnya sangat berbeda saat dia masih kecil."

Rukia termenung. Pikirannya melayang kemana-mana. Entah apa yang ia pikirkan. Rasa penasarannya membuat ia ingin tahu pemuda itu lebih banyak lagi.

.

.

To Be Continued

.

A/n: oke, salam kenal, bagaimana ceritanya? maafin aja ya jika feel nya gak terasa. Maklum baru pemula, belum banyak pengalaman. Silahkan kritik, saran, komentar, di kotak review. Sampai bertemu di chapter depan.

Oh, iya, saya juga mau ngucapin Selamat Hari Raya Idul Adha Semua~