Naruto (c) Masashi Kishimoto

Nona Bayangan (c) Chousamori Aozora

Rate: T

Genre: Mistery/Romance

Pairing: SasuSaku, NaruHina, and the others

WARNING: AU, OOC, miss typo, judul tidak nyambung dengan cerita, alur berantakan, GJ, abal, dsb

Prekuel dari Kekasih yang Kembali

Disarankan untuk membaca 'Kekasih yang Kembali' terlebih dahulu

Flame diterima dengan senang hati

Tidak suka? Silahkan tekan tombol 'back' pada browser anda.

Selamat membaca

.

.

.

Sepi masih betah menguasai Perpustakaan Umum Konoha siang itu. Terlihat di bagian kimia, ada 3 orang yang terlihat serius membicarakan sesuatu dan seorang di antara mereka terlihat sedang membawa sebuah buku yang terbuka. Temannya –salah satu dari ketiga orang itu, menunjuk-nunjuk buku yang dibawa temannya dengan raut kesal. Sepertinya terjadi perdebatan di antara ketiga orang itu. Namun bukan mereka yang menjadi topik utama kita sekarang.

Nah, mari kita berjalan lebih jauh menuju bagian science. Well, tidak ada seorang pun di bagian ini. Tetapi jika kau cukup jeli, maka kau bisa melihat sesuatu berwarna merah jambu di balik rak-rak buku bagian ilmu medis dan kedokteran.

Rupanya, sesuatu-berwarna-merah-jambu itu adalah rambut seorang gadis. Ia duduk bersila, dengan rak buku sebagai sandarannya. Di atas pangkuannya terdapat buku yang tebalnya tidak kurang dari enam sentimeter. Matanya terpejam, menyembunyikan manik indahnya. Sepasang headset hitam terpasang nyaman di kedua telinganya, memainkan lagu favoritnya. Sesekali ia bersenandung ringan mengikuti lagu yang didengarkannya.

Perlahan, ia membuka matanya, menunjukkan sepasang emeraldnya yang redup dan kosong. Tidak ada ekspresi di wajahnya. Ia tampak seperti sebuah boneka porselen anggun yang terpajang rapih di dalam lemari kaca.

Ia memutuskan untuk beranjak pergi dari tempat itu setelah dua puluh menit tidak melakukan suatu aktivitas yang berarti. Tidak lupa ia bawa serta tas selempangnya, dan mengembalikan buku tebal itu ke tempatnya semula.

"Eh, Sakura," sapa seseorang kepada gadis berambut merah jambu itu ketika ia melewati meja khusus untuk pustakawan yang bekerja di perpustakaan itu.

"Hinata," jawabnya Sakura singkat. Bibirnya melengkung indah membentuk senyuman manis kepada sahabatnya yang bekerja di perpustakaan umum Konoha. "ah, sedang sibuk ya? Sini, biar aku bantu bawa buku-buku itu," sahutnya. Tanpa pikir panjang ia bawa beberapa buku tebal yang dibawa sahabatnya, bahkan sebelum sahabatnya itu menolak bantuannya.

"Tidak usah repot-repot Sakura. Ini sudah biasa bagiku," tolak Hinata halus, berusaha merebut tumpukan buku yang tengah dibawa Sakura, namun ia tak berhasil. "baiklah. Terimakasih, ya."

"Sama-sama. Mau ditaruh di mana buku-buku ini?"

"Buku-buku itu di bagian sejarah. Kalau begitu, aku ke bagian sastra dulu."

"Oke."

Sakura melangkahkan kaki-kaki jenjangnya ke rak bagian sejarah. Setelah menemukan bagian sejarah, Sakura langsung menata buku-buku itu sesuai dengan kodenya. Tetapi ada sebuah buku yang menarik perhatian Sakura. Buku bersampul cokelat polos yang mulai lusuh.

"Sejarah Konoha, huh?"

Sejenak Sakura memandang buku itu. Ia seperti bisa merasakan ada aura aneh yang menguar dari buku itu. Karena penasaran, ia buka halaman pertama, mencari tanggal cetak buku itu. Tetapi ia tidak menemukannya. Tidak hanya itu, ia juga tidak menemukan label yang seharusnya mencantumkan kode buku misterius itu.

"Aku tanya Hinata saja." gumamnya, lalu menaruh buku itu ke atas rak terdekat, dan melanjutkan menata buku-buku lainnya.

Selesai menata buku-buku tentang sejarah, ia mengambil buku misterius itu dan berjalan menuju meja pustakawan. Sewaktu Sakura sampai di sana, ia tidak melihat Hinata berada di sana. Ia ingat kalau gadis yang tengah dicarinya sedang berada di bagian sastra. Segera ia menyusul sahabatnya itu.

"Hinata?"

Sakura tidak menjumpai Hinata di bagian sastra. Ia memutuskan untuk masuk lebih dalam, berharap menemukan Hinata.

"Hinata?"

Sakura masih mengedarkan pandangannya di bagian sastra itu. Ia masih tidak menemukan tanda-tanda kehadiran Hinata. Firasatnya semakin tidak nyaman ketika ia menyadari bahwa rak yang seharusnya berjajar rapi berbagai buku sastra kuno, mendadak menjadi berantakan, dengan beberapa buku yang terjatuh, kertas-kertas kusam yang bertebaran di mana-mana, dan susunan buku yang acak-acakan. Ia langkahkan kakinya, berharap Hinata berada di balik rak buku itu.

Semakin ia mendekati rak itu, firasatnya semakin tidak nyaman. Dan memang benar firasat Sakura. Karena sekarang ia tengah membelalakkan matanya tidak percaya. Bahkan buku yang tadi dibawanya refleks terjatuh begitu saja, menimpa lantai yang dingin.

"Astaga, ya Tuhan! Hinata!" pekiknya histeris ketika ia melihat gadis Hyuuga tersebut berbaring dengan darah yang mengalir dari sudut bibir kanannya. Mata lavendernya terbuka, menyiratkan pandangan yang tidak bisa diartikan. Yang paling membuat Sakura miris adalah sebuah cutter menancap di perutnya, menimbulkan genangan likuid merah berbau karat di sekelilingnya. Segera Sakura pegang tangan pucat Hinata, memastikan masih ada harapan hidup bagi sahabatnya. Dan, BINGO! Denyut kehidupan itu masih ada, walaupun semakin lemah.

"Hinata! Hinata! Astaga! Astaga! Apa yang harus kulakukan? Ah, ambulans!" dengan panik, Sakura langsung mengobrak-abrik tas selempangnya, mencari benda mungil bernama ponsel. Dengan kalut, ia tekan nomor Konoha Hospital.

"Halo, selamat siang. Dengan Kono—" belum sempat resepsionis Konoha Hospital menyelesaikan sambutan hangatnya, Sakura telah lebih dulu memotong ucapannya.

"Halo? Konoha Hospital? Kumohon kirimkan ambulans sekarang juga di Perpustakaan Umum Konoha! Cepat!" teriak Sakura panik, setengah membentak resepsionis rumah sakit terkenal di seantero Provinsi Hi.

"Baiklah, kami segera mengirimkan ambu—"

"CEPATLAH! TEMANKU SEDANG SEKARAT! TERIMAKASIH!" potong Sakura dengan nada suara yang ditinggikan, dan langsung mematikan sambungan dengan rumah sakit itu. Setelahnya, ia masih panik harus berbuat apa. Dan ia seperti teringat akan sesuatu.

"Ah, Neji-nii dan Naruto-nii harus diberitahu tentang ini!"

.

.

.

Keheningan sedari tadi menguasai mereka yang kini tengah duduk dengan tidak tenang di salah satu koridor Konoha Hospital. Salah seorang diantaranya, bangkit berdiri, kemudian berjalan mondar-mandir sambil menggigiti jarinya. Dua yang lainnya hanya duduk tenang, walaupun ekspresi cemas masih tidak bisa disembunyikan dari wajah mereka.

Mendadak pintu di sudut koridor terbuka, dan seorang dokter yang diikuti dua orang perawat keluar dari ruangan tersebut. Ketiga orang tersebut langsung tergopoh-gopoh menghampiri dokter tersebut.

"Dokter! Dokter! Bagaimana keadaan Hinata?" tanya seorang pemuda berambut coklat panjang.

"Kondisinya sudah membaik. Anda sudah bisa masuk ke dalam, namun biarkan dia istirahat dulu, ya. Saya permisi dulu. Kalau ada apa-apa, pencet saja bel di atas bed pasien."

Dokter itu berlalu dari pandangan mereka bertiga. Akhirnya, pemuda berambut pirang jabrik mengambil inisiatif untuk membuka pintu kamar pasien itu.

Kamar pasien tersebut cukup luas, dengan sebuah single bed di sebelah bed pasien. Sofa dan meja kecil berada di sudut kamar. Jendela besar di salah saru dinding dan beberapa lukisan bunga menghiasi dinding putih kamar 278 ini. Kamar ini sejuk dan wangi karena pendingin ruangan dan lilin aromaterapi aroma lavender.

Terbaring seorang gadis berambut indigo panjang dan mata lavender yang terpejam. Di tangan kanannya terpasang IV drip. Selang infus juga terpasang di hidungnya, menyalurkan nutrisi langsung ke lambung.

Satu-satunya gadis dari ketiga orang tersebut melangkah maju mendekati gadis berambut indigo, merapihkan poni ratanya, dan menggenggam tangan kirinya yang pucat. "Hinata... sadarlah..."

"Sakura..." pemuda berambut pirang maju, menepuk pelan pundaknya. Ia menatap lembut wajah gadis yang terbaring di depannya. "sabar ya,"

Gadis yang dipanggil Sakura itu hanya mengangguk sekilas, lalu mengambil tas selempang dan buku misterius yang ditemukannya di perpustakaan. Ia menimbang-nimbang sejenak buku itu, kemudian memasukkan benda itu ke dalam tasnya. "Arigatou. Jaga dia baik-baik, Naruto-nii. Aku mau pulang, hendak beristirahat sejenak. Tidak apa kan, Naruto-nii? Neji-nii?"

Pemuda berambut coklat panjang menganggukkan kepalanya sejenak, dan melanjutkan kegiatannya lagi –menghadap jendela yang terbuka, "Hn. Hati-hati."

"Perlu kuantar, Sakura?" tanya Naruto.

Sakura menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis, "Tidak usah. Rumahku kan dekat. Ya sudah, aku pulang dulu. Jaa."

"Jaa. Hati-hati."

.

.

.

Bacotan Author Sableng: Terimakasih sudah membaca. Karena reviewer banyak yang rekues dibuatin sekuel, ini dia sekuelnya! Eh, bukan, ini prekuelnya, karena di sini akan diceritakan kisah Sakura sewaktu dapat kekuatan cenayangnya #apadeh. Well, ini dia! Wah, chapter satunya udah GJ begini, gimana chapter selanjutnya yak? Hehe. Dan masalah judul, bisa saja berubah. Itu judul sementara saja, karena author lagi stuck milih judul apa #bowed

Buat yang sudah review Kekasih yang Kembali, arigatou! #tebartebarduitpalsu #authordibom

Sweety Choco-berry: Arigatou sudah RnR KYK. Nanti juga tahu kok, kenapa si Sas-key marah. Hihi. Ikutin terus yak, jangan lupa RnR.

Jasmine Fu: Arigatou sudah RnR KYK. Kayaknya gak ada unsur horor di prekuel ini. Diliat saja deh. Semoga pemikiran author edan ini lagi waras sewaktu ngerjain fic #plak. Oke, ini sekuelnya. RnR, please?

Kim Geun Hyun: Hai juga, kak XD. Arigatou sudah RnR KYK. Nih, udah kubuatin prekuelnya. RnR, please?

HannaTierra: Nyim-nyim! Ehehehe. Thx dah review KYK. Kubuatin prekuelnya aja. Hoho. Ah, soal itu, kayaknya gak kuganti, biasalah, penyakit harianku kumat (baca: males). Oke, oke. RnR lagi yak?

Thia Nokoru: Arigatou sudah RnR KYK. Oke, ini prekuelnya. RnR, please?

Himawari Yuuki: Arigatou sudah RnR KYK. Eh? Maksudnya sad ending-kah? Hehe. Ini prekuelnya. RnR, please?

Anyway, review, flame, atau mungkin concrit selalu diterima!

See you in next chapter!

Salam hangat,

Sign

Chousamori Aozora