Cerita ini hanyalah khayalan saya dan fiktif belaka. Saya hanya meminjam karakter dari Senpai Masashi Kishimoto. Jika ada kesamaan cerita dengan yang lain, sungguh bukan sesuatu yang saya sengaja. Selamat membaca, para pecinta SasuHina di mana pun Anda berada…

-.-.-.-

Malam sudah begitu larut. Sesekali lolongan anjing terdengar di kejauhan. Suasana sepi senyap, tak ada satupun makhluk yang terlihat sejauh perjalanan. Gang-gang sempit tampak lengang dengan penerangan yang cukup. Dengan kondisi seperti ini, suara gesekan dan pijakan sepatu ke jalan menjadi sangat terdengar di telinga. Beberapa tetes darah ikut menyucur dan meninggalkan jejak.

Pria itu berjalan terseok-seok sambil memegangi sebelah tangannya yang terluka. Kepalanya pusing, namun ia tetap memaksakan diri untuk terus melangkah. Istirahat di sini sama saja dengan mati. Ia harus segera mencari tempat yang aman untuk bisa membersihkan dan mengobati lukanya. Rumah sakit adalah tujuan ke sekian, ia tidak boleh gegabah pergi ke sana. Orang-orang yang mengejarnya pasti kini sedang memeriksa beberapa rumah sakit terdekat.

Misinya hampir saja selesai jika saja tak ada sebutir peluru yang mengenai tangannya. Orang itu cukup lihai menembak ternyata. Ia terlalu sepele dengan lawannya kali ini. Cukup sekali ini menjadi pelajaran. Di misi berikutnya ia harus mempersiapkan segalanya dengan matang. Setelan jas yang dikenakannya seharga gaji satu bulan karyawan kantoran. Dan sekarang kemeja putihnya berlumuran darah, jasnya juga robek di bagian yang terkena tembakan. Ia mendecih kesal. Besok ia harus membeli setelan yang baru lagi.

Sesuatu berdering di dalam saku celananya. Ia meraih benda tersebut dengan satu tangan yang masih dalam keadaan baik-baik saja. Layar ponselnya menunjukkan nama Yondaime. Bukan nama sebenarnya tentunya. Itu adalah julukan yang diberikan saat pertama kali mereka mengabdikan diri menjadi seorang agent yang melakukan tugas-tugas berbahaya untuk membela negara tercinta. Pandangannya mulai mengabur saat ia menggeser tombol hijau ke samping untuk menerima panggilan.

"Sharingan, kau baik-baik saja?"

Tanpa basa-basi, langsung ke pertanyaan.

Agent Sharingan, kemudian tidak ingat sempat menjawab pertanyaan tersebut atau tidak. Karena yang ia tahu, pemandangannya berubah gelap lalu ia tak sadarkan diri.

Adegan saat tangannya ditembak berkali-kali muncul dalam angannya sampai ia merasa ingin berteriak sekencang-kencangnya untuk menghentikan pemandangan tersebut. Ia merasakan sakit bertubi-tubi di tempat yang sama. Denyutnya menjalar hingga ke ubun-ubun. Seketika tubuhnya terasa panas dan ia kesusahan bernapas. Jantungnya berdegup tak karuan, hingga ia khawatir bahwa nanti akan berhenti tiba-tiba. Itu artinya aku mati, pikirnya. Rasanya susah sekali keluar dari keadaan ini sampai akhirnya ia merasakan sesuatu seakan menariknya keluar dari dimensi itu lalu berpindah ke sebuah tempat serba putih dan menyilaukan.

Warna kedua yang ditangkap oleh kornea matanya berikutnya adalah kuning.

"Rambut Yondaime," bisiknya dalam hati.

"Misi sudah diselesaikan oleh Kyuubi. Aku sengaja langsung ke sini untuk memberitahukan soal itu. Karena kalau tidak, kau pasti akan melompat dari ranjang ini dan berlari keluar untuk menyelesaikan misi. Aku tidak bisa membiarkanmu, Sasuke. Kau adalah agent yang berharga. Aku tidak akan mengizinkanmu mati konyol," jelas Yondaime panjang lebar.

"Aku gagal."

Yondaime menghela napas. Sasuke memang keras kepala, dan ia tahu sekali soal itu.

"Kau tidak gagal, hanya salah perhitungan. Salah agent di lapangan juga karena tidak memberikan data yang akurat."

"Lalu sekarang apa? Aku dipecat?" tanya Sasuke serius.

"Sebaliknya, aku akan memerintahkanmu untuk liburan," jawab Yondaime.

Kening Sasuke berkerut. Agent mana yang gagal dalam misi justru disuruh liburan? Yondaime pasti bercanda. Selera humornya buruk sekali.

"Di mana pistolku? Aku ingin membunuhmu sekarang juga," balas Sasuke dengan sarkas.

Warna muka Yondaime tidak berubah. Ia benar-benar serius, tidak sedang bercanda.

"Liburan ini juga adalah sebuah misi. Ada seseorang yang perlu kau awasi di sana. Menurut informasi mata-mata kita di dalam organisasinya, ia tidak berani meninggalkan tempat itu karena khawatir akan dibunuh. Musuhnya banyak sekali di mana-mana. Tugasmu adalah mencari tahu dengan siapa saat ini ia bekerja sama."

"Lalu apa guna informan kita jika tidak bisa mengetahui apa yang dilakukan target?" tanya Sasuke yang mulai menanggapi dengan serius.

Yondaime menggeleng. "Dia sangat hati-hati sekali, tidak mudah percaya dengan orang lain bahkan tangan kanannya sendiri. Tugas ini mungkin akan menjadi misi tersulit bagimu. Karena biasanya kau mengandalkan kemampuan fisikmu untuk menyelesaikan misi, tapi kali ini murni kau hanya menggunakan otakmu. Tidak diizinkan untuk melakukan kekerasan jika tidak benar-benar dibutuhkan. Aku yakin kau pasti akan menemukan cara untuk mendekati target. Aku percaya dan yakin padamu, Sasuke."

"Aku kira kau akan membuangku. Ternyata kau justru memberikan misi yang lebih penting. Apa aku pantas? Bukankah anakmu sendiri lebih berhak untuk misi ini?"

"Ada satu hal yang dimiliki olehmu tapi tidak dimiliki oleh Kyuubi. Kesabaran. Aku khawatir dia akan langsung ketahuan bahkan sebelum memulai misinya mendekati target. Sudah kukatakan ini misi yang sulit. Agent terbaiklah yang akan melakukannya."

Sasuke tidak mendebat lagi. Sudah kewajibannya menerima segala jenis misi yang diberikan kepadanya. Tidak boleh menolak kecuali ada alasan yang benar-benar krusial.

"Kata dokter lukamu akan sembuh dalam beberapa pekan. Saat itu kau boleh beristirahat sampai tanganmu sembuh untuk kemudian memulai misi. Semua sudah dipersiapkan, bahkan tempat tinggalmu. Kau akan tinggal di sebuah kondomium di pusat kota."

Sasuke tampak terkejut. "Tidakkah itu terlalu mewah?"

"Target harus yakin kau orang yang punya banyak uang dan berpengaruh. Dia tidak mungkin mau dekat dengan sembarang orang. Kami sedang menyesuaikan profesi bayanganmu dengan bisnis yang ditekuni oleh target. Kau akan masuk melalui celah disitu. Semua detail akan dikirim kepadamu saat kau tiba di sana."

"Baiklah, aku mengerti."

"Semoga misi kali ini berhasil," kata Yondaime seraya berdiri dan berjalan menuju pintu keluar.

"Yondaime," panggil Sasuke.

Yondaime menghentikan langkahnya lalu berbalik, "Ya?"

"Terima kasih," ucap Sasuke tulus.

Yondaime hanya mengangguk sebagai jawaban lalu keluar dari kamar rawat.

Sasuke menatap langit-langit ruangan. Tidak biasanya Yondaime memanggil nama aslinya. Entah mengapa Sasuke merasa perbincangan tadi begitu intim dan dekat. Sepertinya ini memang bukan misi sembarangan. Yondaime ingin memberikan semangat secara tidak langsung dengan memperhatikan kondisi Sasuke, bahkan menyebut nama aslinya.

Tidak lumrah di lingkungan para agent untuk memanggil dengan nama asli. Beberapa dari mereka bahhan tidak diketahui nama aslinya karena semua data mereka sudah dihapus. Yang ada hanyalah nama julukan dan nama samaran saat menjalankan misi.

Contohnya saja Sasuke. Nama aslinya Uchiha Sasuke. Seingat Sasuke hanya Yondaime dan beberapa petinggi lain di Agensi yang mengetahui nama asli dan masa lalunya. Tidak ada orang lain yang tahu bahkan anak Yondaime sendiri, Kyuubi. Sasuke tidak tahu siapa nama asli Yondaime dan Kyuubi. Ia hanya tahu bahwa Kyuubi adalah anak dari Yondaime, itupun karena Yondaime sendiri yang mengumumkannya. Istri dari Yondaime juga bekerja di Agensi, tapi Sasuke tidak tahu siapa namanya dan bekerja sebagai apa. Apakah sebagai agent juga atau karyawan yang bekerja di belakang meja. Untuk yang satu ini Yondaime merahasiakannya.

Sasuke pertama kali direkrut untuk menjadi agent saat berusia tujuh tahun. Kakak laki-lakinya mengidap kelainan jiwa yang Sasuke sendiri tidak tahu apa namanya. Ia masih sangat kecil untuk mengetahui hal-hal seperti itu. Suatu malam ketika bulan purnama begitu bercahaya, rumah Sasuke justru penuh oleh darah. Kakaknya membantai seluruh anggota keluarga termasuk ayah dan ibu mereka, lalu kemudian bunuh diri.

Sasuke baru saja pulang bermain saat melihat adegan horor tersebut. Panik, ia kemudian berlari keluar dari rumah sambil menangis sesenggukan lalu hampir saja ditabrak oleh sebuah mobil yang melintas. Sasuke jatuh terduduk lalu memeluk kedua lututnya dan masih menangis. Seseorang keluar dari dalam mobil dan menanyakan keadaan Sasuke. Sasuke justru mengajak orang tersebut untuk ke rumahnya.

Orang itu adalah Yondaime. Sejak pertama bertemu ia sudah memperkenalkan dirinya sebagai Yondaime kepada Sasuke. Melihat apa yang terjadi di rumah Sasuke, Yondaime tidak tinggal diam. Ia menghubungi polisi setempat untuk melakukan penyelidikan. Namun Yondaime memberikan pernyataan palsu kepada polisi. Ia mengatakan bahwa semua anggota keluarga mati dan anak bungsu keluarga itu menghilang. Padahal, Yondaime lah yang mengadopsinya sejak saat itu.

Yondaime mengajarkan banyak hal kepada Sasuke. Bela diri, menembak, menyetir, menyamar, dan hal-hal berbahaya lainnya. Kemampuan Sasuke di atas rata-rata anak seusianya. Pada saat usianya lima belas tahun, ia sudah berhasil menyelesaikan misi penyamaran untuk mencuri data penting seorang politikus korup. Padahal anak-anak yang lain masih menjalani pelatihan di usia itu.

Sasuke tidak mengenal agent lain kecuali saat bekerja sama di lapangan. Kyuubi salah satunya. Setelah tiga kali berada di misi yang sama, barulah Sasuke mengetahui bahwa Kyuubi adalah anak kandung Yondaime. Sasuke kira Kyuubi berstatus sama dengannya, anak adopsi. Menurut kabar burung yang beredar di antara para agent lapangan, Yondaime memiliki beberapa anak adopsi yang ia latih untuk menjadi agent. Namun tidak ada satupun di antara mereka yang tinggal bersama Yondaime. Masing-masing dari mereka tinggal di sebuah rumah di pinggiran kota dengan seorang pengasuh. Itu sebabnya tidak ada yang tahu ada berapa banyak anak didik Yondaime yang berakhir menjadi agent di bawah naungannya.

Satu hal yang selalu ditekankan Yondaime, lupakan masa lalu. Banyak dari para agent didikan Yondaime akhirnya benar-benar lupa dengan nama aslinya karena selalu menggunakan nama samaran. Namun Sasuke tidak bisa lupa. Ia terus mengingat nama aslinya meski sudah bertahun-tahun lamanya ia dipanggil dengan nama Sharingan. Ia tidak tahu apa artinya, namun ia menurut saja saat Yondaime memberikan nama itu kepadanya.

Dalam tim Yondaime, Sasuke pernah mendengar beberapa nama lain dan terkadang bekerja sama dengan mereka. Kyuubi, Spring, Painter, Florist, Shadow, Chubby, Eyebrow, Soshoryuu, Doggo, Insect, dan lainnya. Namun hubungan mereka hanya sebatas misi saja, tidak ada hubungan pribadi. Atau mungkin hanya Sasuke yang begitu. Ia memang seorang introvert murni. Tidak terlalu suka bergaul dengan orang lain jika tidak terlalu penting atau mendesak.

Soal misi yang dikerjakan oleh Sasuke, hampir semuanya mempertaruhkan nyawa. Sharingan memang dikenal sebagai agent paling nekat jika dibandingkan dengan agent-agent lain. Entah mengapa memang tidak ada hal lain yang ditakuti olehnya setelah melihat keluarganya mati mengenaskan. Semua misi yang ia kerjakan ia anggap sebagai jalan untuk bertemu dan berkumpul kembali dengan keluarganya. Namun ternyata ia berumur panjang. Luka paling parah yang pernah dialaminya adalah patah tulang rusuk saat melompat dari mobil yang dipasangi bom untuk membunuh target misi mereka.

Kini Sasuke sudah berusia 28 tahun, dan misi yang ia terima semakin tidak masuk akal. Meski begitu, ini pertama kalinya ia gagal. Kalau saja tangannya tidak tertembak semua pasti akan baik-baik saja. Tapi semua memang sudah jalannya. Karena kejadian itulah sekarang ia mendapatkan misi yang jauh lebih penting. Tidak boleh menggunakan kekerasan jika tidak perlu. Berbanding terbalik dengan semua misi yang pernah ia kerjakan selama ini. Tapi mengingat yang memberi misi ini adalah Yondaime, Sasuke yakin ia adalah orang yang tepat untuk menjalankannya. Yondaime tidak mungkin salah memilih.

Masa lalu terus berkelindan dalam benak Sasuke sejauh perjalanannya dari Jepang menuju kota Reykjavik di Islandia. Perjalanan yang jauh, namun mata Sasuke sama sekali tidak dapat terpejam. Kepedihan dan ketakutan bercampur dan ia sendiri tak tahu mana yang lebih mendominasi. Seandainya saja ada di antara tim Yondaime yang bisa membantunya dalam misi ini, setidaknya ia punya teman di tempat yang jauh ini. Tidak pasti kapan misi akan berakhir. Sasuke akan berada di sana dalam waktu yang cukup lama, hanya itu yang ia ketahui.

"Terima kasih sudah menggunakan maskapai penerbangan kami," ucap seorang pramugari saat Sasuke melangkah keluar melalui pintu depan pesawat.

Sasuke hanya membalas dengan anggukan dan sedikit senyuman. Tangan kanannya belum sembuh sepenuhnya, namun ia masih bisa membawa barang-barangnya sendiri. Yondaime benar. Sudah ada orang yang menjemputnya di bandara dan mengurus segala keperluannya. Begitu tiba di kondominium ia langsung berisitirahat. Tanpa aba-aba, Sasuke langsung terlelap begitu tubuhnya menyentuh ranjang dan bantal.

-.-.-.-

Sudah tiga hari sejak Sasuke tiba di Reykjavik, dan ia masih betah di dalam kondominiumnya. Belum ada perintah untuk beraksi, namun Sasuke sudah menerima beberapa data yang akan membantunya dalam menyelesaikan misi.

Ia menggunakan nama aslinya dalam misi ini, Uchiha Sasuke. Sesuatu yang Sasuke rasa cukup menantang mengingat biasanya ia menggunakan nama-nama samaran. Ia memiliki bisnis resort di Semenanjung Seltjarnarnes, sebuah kota di Islandia dengan jumlah penduduk yang tidak sampai lima ribu jiwa. Negara Islandia merupakan salah satu tujuan wisata favorit dikarenakan jumlah penduduknya yang sedikit dengan objek wisata yang banyak, mulai dari Museum, Pantai, Gua Es, berburu Aurora, Pegunungan untuk didaki, dan sebagainya. Tidak ada polusi dan kemacetan, serta destinasi wisata yang sangat aman untuk para turis. Sasuke menjadi pendatang yang suskes di negara ini. Latar belakang yang sangat menjanjikan untuk mendekati target.

Sasuke memeriksa isi tasnya dan mengeluarkan beberapa tanda pengenal seperti paspor, KTP, dan SIM. Ia juga menghitung jumlah uang tunai yang ia bawa dari Jepang. Selebihnya jika membutuhkan uang ia cukup menariknya melalui mesin ATM. Selanjutnya ia melihat sebuah map yang berisikan data dari target misinya kali ini.

Yahiko, tanpa nama depan. Seorang pria campuran Jerman-Jepang. Bisa Sasuke lihat dari warna rambutnya yang sewarna senja. Masa lalunya tampaknya tidak lebih baik dari Sasuke. Ayah biologisnya adalah turis yang sedang berwisata ke Jepang dan menghamili seorang wanita Jepang. Bukannya bertanggung jawab, ayahnya kembali begitu saja ke Jerman. Itu sebabnya Yahiko tidak menggunakan nama depan apapun. Sasuke terus membaca sepak terjangnya sejak kecil yang memang sudah suka membuat onar di sekolah dan lingkungan tempat tinggalnya. Saking berbahayanya, ia kemudian dijuluki sebagai Pein. Diambil dari kata Pain, karena ia suka menyakiti orang lain.

Meski berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja, Pein berhasil mencuri hati bos-bos mafia besar di Jepang. Ia dipercaya untuk mengurusi segala bisnis haram mereka, membuat Pein belajar untuk menjalankan bisnisnya sendiri. Sejujurnya, Islandia hanyalah tempatnya untuk bersembunyi. Di sini ia juga menjalankan bisnis resort sehingga tidak mengundang kecurigaan pemerintah dan pihak berwajib setempat. Inilah yang harus Sasuke selidiki, bisnis apa yang dijalankan oleh Pein di luar tempat persembunyiannya. Bukan perkara gampang mengingat Pein tidak mudah percaya pada siapapun.

Hal ini membuat Sasuke berpikir, bukankah lebih mudah jika misi ini dilakukan oleh agent wanita? Karena kelemahan terbesar pria adalah seorang wanita. Spring, Florist, dan Soshoryuu adalah beberapa nama agent wanita dalam jajaran tim Yondaime. Kemampuan mereka tidak perlu diragukan lagi. Spring adalah agent yang hebat dalam perkelahian satu lawan satu tanpa senjata. Ia sering juga dijuluki Ratu Bogem Maut oleh agent lapangan yang lain. Florist adalah agent yang manipulatif. Ia ahli dalam mempengaruhi dan mendoktrin orang lain sehingga mau melakukan apa saja dan mau memberikan informasi apa saja untuknya. Jika Spring jago dalam perkelahian tanpa senjata, maka Soshoryuu justru sangat ahli dalam menggunakan senjata. Baik pisau, tongkat, pistol, bahkan pecahan kaca pun bisa ia gunakan sebagai senjata. Ketiganya mempunyai paras yang mampu mengalihkan dunia para pria. Namun entah mengapa, justru Sasuke yang dipercaya untuk menjalankan misi ini. Ia masih belum juga mengerti.

TOK TOK TOK

Sasuke menghentikan lamunannya ketika ia mendengar pintu kondominiumnya diketuk. Ia langsung bersiap siaga dengan mengambil sebuah pistol dari dalam laci meja di sudut ruangan. Ia tidak langsung membuka pintu, melainkan mengintip dari sebuah lubang kecil yang ada pada pintu untuk mengetahui siapa yang berada di depan pintunya. Sasuke mengeratkan pegangan pada pistol di tangannya.

Seorang wanita.

Sasuke tidak tahu itu siapa tapi sepertinya orang Asia juga seperti dirinya. Sekilas Sasuke berpikir mungkin ini salah satu aset yang akan membantu Sasuke menjalankan misi. Tapi Yondaime tidak mengatakan apapun soal wanita itu, membuat Sasuke menjadi curiga. Namun, ia tetap membuka pintu akhirnya.

Sasuke hanya menjulurkan kepalanya dari pintu yang ia buka sedikit saja. Tangan yang memegang pistol ia sembunyikan di balik punggungnya.

"Maaf, Anda orang Jepang?" tanya wanita itu dengan bahasa Jepang.

Sasuke mengerutkan dahi. Ia baru tiga hari tiba di Islandia dan sudah kedatangan seorang tamu, orang Jepang pula. Siapa wanita ini? Apakah dia aset? Tapi rasanya tidak mungkin.

"Ya?" jawab Sasuke yang sebenarnya bernada pertanyaan.

"Oh, syukurlah," ucap wanita itu dengan perasaan lega. "Aku tinggal satu lantai di bawahmu. Aku ada sedikit masalah lalu minta tolong ke resepsionis di bawah. Tapi mereka semua sedang sibuk sehingga tidak ada yang bisa menolongku. Kemudian salah satu resepsionis berkata bahwa ada satu penghuni baru di sini, seorang pria Jepang yang mungkin bisa membantuku," jelas wanita itu.

Sasuke meregangkan pegangannya pada pistol. Rakyat sipil ternyata.

"Apa yang bisa kubantu?" tanya Sasuke yang mencoba berbaik hati.

"Pipa ledeng wastafelku bocor. Aku tidak tahu cara memperbaikinya. Dan aku juga belum terlalu lancar berbahasa Islan. Aku takut tidak bisa menjelaskannya dengan baik ke tukang ledeng," jawab wanita itu.

Oke, Sasuke akui itu bukan pekerjaan yang sulit untuk seorang pria. Tapi ia harus berhati-hati sekali. Bukan bermaksud mencurigai, tapi pekerjaan Sasuke memang menuntut dirinya harus terus waspada dalam kondisi apapun.

"Turunlah dulu. Sepuluh menit lagi aku akan menyusulmu," kata Sasuke pada wanita itu.

Wanita itu tersenyum senang hingga kegirangan. "Baiklah, terima kasih. Aku akan menunggumu."

Ia kemudian berlari menuruni tangga. Cuma satu lantai, ia pasti tidak membutuhkan lift.

Sasuke menutup pintunya lalu memasukkan pistol kembali ke dalam laci. Ia berpikir sejenak. Sepertinya tidak ada yang mencurigakan dengan wanita tadi. Ia pasti hanya rakyat sipil biasa yang membutuhkan bantuan. Hanya itu, Sasuke. Pasti hanya itu.

Ia kemudian memutuskan untuk menyusul wanita itu ke kondominiumnya yang berada di lantai 6, satu lantai di bawah kondominium Sasuke. Ternyata wanita itu menunggunya di depan pintu. Katanya khawatir Sasuke segan untuk masuk. Saat masuk ke dalam kondominium wanita itu, sangat kontras dengan warna kondominium Sasuke yang didominasi warna biru tua. Ruangan ini seluruhnya berwarna pink pastel yang ramah dipandang mata. Begitu wanita.

Kondominium itu hanya berisi beberapa perabot, televisi, dan karpet. Seperti orang yang baru saja pindah. Tapi saat menuju ke dapur Sasuke terkejut dengan semua peralatan memasak yang ada di sana. Kabinet dapurnya juga sangat kompleks namun semua peralatan tersusun dengan rapi. Wanita itu memilih warna putih untuk kabinet dapurnya. Sasuke mulai membayangkan apa yang dimasak oleh wanita ini di dapurnya sehingga harus memiliki interior dapur semewah ini.

"Itu pipa yang bocor," tegur wanita itu pada Sasuke agar mengarahkan perhatiannya kepada cipratan air yang terus menetes dari pipa yang bocor.

Sasuke mengangguk, "Beri aku waktu."

Tidak banyak basa-basi, Sasuke menanyakan beberapa alat kepada wanita itu agar membawakannya untuk Sasuke. Begitu semua peralatan telah terkumpul, Sasuke mulai bekerja. Dan wanita itu pergi entah kemana. Saking fokusnya Sasuke sampai lupa bahwa itu bukanlah kondominiumnya. Setelah selesai memperbaiki pipa yang bocor, Sasuke baru teringat kemana wanita itu pergi.

Ia berjalan kembali ke dapur dan menemukan wanita itu sedang mengenakan celemek dan mempersiapkan sesuatu. Mungkin makanan ringan atau kudapan, Sasuke tak tahu pasti. Wanita itu menyadari kehadiran Sasuke.

"Ah, sudah selesai? Aku membuatkan teh dan beberapa kue kering."

Sasuke tidak boleh sembarangan memakan makanan dari orang asing yang tidak dikenalnya. Bisa saja makanan itu sudah diracuni. Tapi lagi-lagi Sasuke berpikir rasanya tidak mungkin. Itu pasti ucapan terima kasih wanita tersebut kepada Sasuke. Tidak sopan jika ia menolaknya.

"Astaga… aku sampai lupa! Kita belum berkenalan."

Apakah perlu? Pikir Sasuke dalam hati.

Wanita itu mengulurkan tangannya kepada Sasuke. "Hyuuga Hinata," katanya dengan senang.

Mau tak mau Sasuke menjabat tangan itu. Sasuke memikirkan beberapa nama samaran, namun yang terucap justru, "Uchiha Sasuke." Kini Sasuke mengumpat dalam hati.

"Wah… kau benar-benar asli Jepang. Aku kira kau blasteran. Ayo duduk dulu sambil minum teh!"

Sasuke menurut dan duduk di salah satu kursi makan Hinata.

"Jadi, kau sudah berapa lama di sini?" tanya Hinata setelah menuangkan teh ke dalam cangkir di depan Sasuke.

"Baru tiga hari." Sasuke kembali mengumpat dalam hati. Mengapa ia terus jujur saat berbicara dengan wanita ini?

"Baru pindah? Pantas aku tidak tahu tentangmu. Saat resepsionis bilang ada orang Jepang di sini aku hampir tidak percaya. Aku kira mereka mempermainkanku."

"Kau sudah lama tinggal di sini?" Kini Sasuke yang mulai ingin tahu.

"Baru beberapa bulan. Awalnya sih cuma ingin liburan. Waktu itu aku kehabisan uang sehingga tidak punya ongkos untuk pulang ke Jepang. Lalu aku meminjam dapur hotel tempatku menginap untuk membuat beberapa kudapan lalu kujual. Semuanya laku keras! Akhirnya aku tidak jadi pulang dan terus berjualan di sini. Ternyata orang Islandia sangat suka dengan kue buatanku," jelas Hinata dengan begitu gembira. Entah kenapa Sasuke merasa wanita ini memberikan vibe positif untuk orang-orang di sekitarnya.

"Kau menjadi kaya raya dengan hanya berjualan kue," komentar Sasuke.

"Tepat sekali. Biasanya aku menjual kue ini dengan harga yang mahal. Tapi karena kau sudah membantuku maka akan kuberikan gratis," kata Hinata seraya tersenyum. Mata kelabunya tertutup saat ia tersenyum seperti itu.

"Sangat baik hati," komentar Sasuke lagi.

Biasanya orang lain akan merasa tersinggung dengan perkataan Sasuke. Dia memang tidak begitu pandai berkomunikasi dengan baik, sehingga kata-kata yang ia ucapkan lebih sering bernada sarkastik. Namun anehnya Hinata sama sekali tidak terganggu. Ia menganggapnya biasa-biasa saja.

"Kalau tidak habis kau boleh membawanya pulang. Aku sengaja membuatnya agak banyak. Tapi kalau kau tidak suka kau boleh meninggalkannya."

Lagi-lagi, Sasuke merasa tidak enak jika menolak. Akhirnya Sasuke kembali ke kondominiumnya dengan membawa sebuah bungkusan di tangannya. Ia melihat bungkusan itu saat menaiki tangga lalu tersenyum. Ternyata berinteraksi dengan orang lain tidak buruk juga. Apalagi di sini Sasuke sama sekali tidak mempunyai teman. Bertemu dengan orang Jepang di negeri yang jauh ini membuat Sasuke sedikit merasa berada di rumah, di negaranya.

Saat masuk ke kondominiumnya, Sasuke mendengar laptopnya berdentang. Ada notifikasi masuk, sepertinya dari Agensi. Sasuke langsung mengeceknya dan ternyata memang pesan dari Yondaime. Ia membacanya dengan seksama dan memahaminya. Sasuke perlu mendekati Pein untuk mendapatkan kepercayaannya. Sejauh ini hanya itu yang diperintahkan. Sasuke akan diberi akses untuk bisa berkenalan dengan Pein. Melalui bisnis resort 'bayangan' milik Sasuke tentunya.

Keesokan harinya Sasuke mulai bersiap-siap. Ia memilih pakaian yang cocok untuk dikenakannya hari ini. Aktivitas Sasuke adalah mengunjungi resort miliknya di Semenanjung Seltjarnarnes. Konon berdasarkan informasi yang Sasuke terima, Pein juga akan ada di sana. Seorang aset yang bertugas sebagai supir pribadi Sasuke sudah menunggunya di bawah. Ia langsung memasuki mobil saat aset membukakan pintu untuknya lalu kemudian masuk ke kursi kemudi.

Dalam perjalanan aset kembali menjelaskan beberapa detail tugas yang akan dikerjakan Sasuke. Meski agak mustahil, namun Sasuke diharapkan bisa bertukar kontak dengan Pein. Sasuke tahu walaupun bukan hari ini, ia harus tetap bisa mendapatkan kontak untuk bisa menghubungi Pein. Benar-benar bukan tugas yang mudah.

Begitu sampai Sasuke disambut oleh aset lain yang menyamar sebagai pengelola resort. Si Pengelola membawa Sasuke berkeliling untuk melihat sekitar. Sasuke terpukau dengan pemandangan yang disajikan oleh Semenanjung Seltjarnarnes. Rasanya seperti berdiri di tepi busur raksasa. Pemandangan matahari terbenam bisa dilihat setiap hari selama musim semi. Saat musim panas matahari akan bersinar selama hampir 24 jam. Angin bertiup sedikit kencang namun menyenangkan. Tak heran banyak orang yang mulai melirik Islandia sebagai tujuan wisata mereka.

"Menikmati pemandangan?" tanya seseorang kepada Sasuke dalam bahasa Islan.

"Sudah bosan. Jika tidak demi uang mungkin aku tidak akan kemari," jawab Sasuke dengan nada datar tanpa melihat lawan bicaranya.

Sasuke kembali sibuk dengan pengelola resort, membahas berbagai macam hal. Mereka kembali berjalan dan Sasuke menyimak semua yang dikatakan oleh si Pengelola. Namun Sasuke bisa merasakan bahwa ia diikuti oleh orang yang berbicara kepadanya tadi. Ia kemudian berhenti melangkah dan berbalik menghadap orang tersebut.

"Oh, maaf. Tapi aku sangat suka dengan wilayah ini. Kau beruntung bisa membangun resort di sini," kata orang itu saat Sasuke menatapnya dengan pandangan tidak senang.

"Kalau kau suka kau bisa menginap di sini," tawar Sasuke.

Orang itu tertawa dengan elegan. "Aku juga punya beberapa resort di sekitar sini. Anggap saja aku menyesal tidak melakukan hal yang sama di daerah ini. Ternyata kau yang punya."

Sasuke berjalan mendekati orang tersebut dengan kedua tangan berada di dalam saku celananya. Lengan sweater yang ia kalungkan di bahunya berkibar-kibar tertiup angin.

"Aku benar-benar tidak paham kemana arah perbincangan ini," kata Sasuke.

Piercing yang dikenakan orang tersebut bersinar saat terkena cahaya matahari. Entah kenapa Sasuke yang merasa ngilu melihat begitu banyak piercing yang dikenakan orang itu dari wajah hingga telinganya. Sasuke bahkan tidak ingin ada satupun benda seperti itu di tubuhnya. Bahkan tato pun Sasuke tak punya.

"Kurasa tidak sopan jika aku bilang secara langsung kalau aku ingin membeli semua resort milikmu," jelas orang itu pada akhirnya.

"Maksudmu, kau ingin aku membuang ladang uangku?" tanya Sasuke sarkas. "Mungkin lain kali, tapi tidak hari ini."

Sasuke kemudian meninggalkan orang itu sendirian dan kembali menemui si Pengelola. Ia tidak tahu bagaimana respon orang tersebut diperlakukan seperti itu oleh Sasuke. Tapi tampaknya cara itu berhasil, karena setelah kembali ke kondominium Sasuke mendapat kabar dari si Pengelola bahwa orang tadi meninggalkan sebuah kontak yang bisa dihubungi untuk Sasuke.

Sasuke tersenyum. Pein, aku mendapatkanmu.

-.-.-.-

To be continued

-.-.-.-

So glad to be here again! Lama sekali vakum dan akhirnya bisa nulis lagi. Doakan yang sekali ini bisa selesai yaaa :') Ternyata obat patah hati terbaik adalah dengan menulis. Tapi semoga setelah patah hatinya sembuh tetap bisa aktif nulis. Saya tau udah ga sepopuler dulu (sok populer). Tapi kritik dan saran dari para pembaca tetap saya harapkan. Terima kasih ^_^