Jika kau memuji putihnya warna awan di angkasa, maka kau belum melihat seberapa putih kulit tubuhnya…
Jika kau mengagumi lembutnya bunga-bunga kecil Dandelion yang berterbangan menerpa wajah, maka kau belum merasakan bagaimana lembut kulitnya…
Jika kau meresapi merdunya suara alunan music klasik yang menentramkan jiwa, maka kau belum mendengar halus suaranya…
Jika engkau, wahai manusia yang tidak pernah melihat keindahan dan kesempurnaan ciptaan Tuhan, maka kau akan menemukan semuanya pada dirinya.
Choi Minho tidak pernah merangkai kata-kata indah dalam kepalanya. Bahkan selama 24 tahun masa hidupnya, ia tidak pernah memuji seseorang walau dengan kalimat mendayu yang membuat siapapun meleleh jika ia mengucapkannya. Namun Minho juga tidak pernah menyangka, bahwa dirinya―ah bukan, otaknya―telah berhasil merangkai kata-kata yang tidak pernah sekalipun ia bayangkan akan ia ciptakan dan rangkai sedemikian rupa, jauh di dalam hatinya saat melihat sosok namja yang berdiri di depannya.
Matanya… seperti boneka… sebulat dan seindah dua butir mutiara
Hidungnya… Bibirnya… Surainya… Lekuk tubuhnya…
Dirinya begitu terpana. Bahkan segelas air yang ada di tangannya hampir saja meluncur turun jika saja sebuah suara yang luar biasa merdu dan indah mengalun dan menerobos saraf pendengarannya.
"Annyeonghaseyo, kau pasti Choi Minho, kan?"
Namja muda yang berdiri di depannya itu menatapnya dan tersenyum. Senyum yang begitu manis dan menawan. Sangat―cantik, menurut Minho.
Oh sial! Di saat seperti ini, hanya saraf pendengaran dan penglihatannya saja yang berkerja―itupun tidak normal―dan jutaan saraf lain dalam tubuhnya seakan mati dan kehilangan fungsi.
Bahkan Minho sama sekali lupa apa yang ia lakukan di Minggu pagi ini dengan wajah bangun tidurnya, sebuah kaos V-Neck tipis dan celana training longgar yang dikenakannya, juga segelas air di tangannya.
"Ah, Minho-ah! Kau sudah bangun rupanya." Ucap sebuah suara bersamaan dengan munculnya sesosok pria paruh baya berbadan tegap dari balik pintu utama rumahnya. "Appaingin kau berkenalan dengan seseorang."
Sang Appa terlihat tersenyum lembut seraya menatap namja muda―yang berhasil menjungkir-balikkan dunia Minho pagi ini―di sampingnya. Lalu melingkarkan tangan besarnya mengelilingi pinggang ramping namja itu.
Membuat hati Minho mencelos seketika.
"Perkenalkan, dia adalah Choi Kyuhyun." Ucap sang Appa lagi, namja muda di sampingnya itu terlihat menunduk malu dan sungkan. "Dia adalah istri baru Appa dan ibu barumu mulai dari sekarang."
Dan bersamaan dengan itu, segelas air meluncur turun dari tangan Minho dan berakhir menjadi pecahan kecil di lantai keramik rumah mewah itu.
YOUNG MOTHER
Chapter 1: New 'Mother'
Genre: Romance, Drama
Rating: M (T for now)
Cast: Choi Siwon, Cho Kyuhyun, Kangin, Choi Minho, etc
Main Pair: WONKYU
Other Pair: to be announced
Warning: YAOI, BOYSLOVE, NC21+, OOC, TYPOS
DON'T LIKE DON'T READ
Emerald0705 presents
Keluarga Choi. Keluarga kaya raya yang sangat familiar di kalangan pebisnis di seluruh Korea Selatan. Sector bisnis mereka meliputi segala bidang. Induk perusahaan yang besar dan cabangnya yang tersebar di seluruh penjuru Macan Asia, membuat keluarga itu sempurna. Namun satu hal yang kurang dari keluarga itu.
Seorang ibu.
"Maaf jika Appa tidak memberitahu―"
"Sejak kapan?" sela Minho dengan kalimat yang-masih-sopan yang sudah menjadi ciri khasnya dalam berbicara kepada siapapun. "Sejak kapan kalian menikah?"
"Kemarin. Di Myeongdong." Jawab sang Appa. "Kyuhyun akan tinggal disini mulai hari ini."
Choi Youngwoon, orang yang Minho panggil Ayah, dan semua orang biasa menyapanya dengan panggilan Kangin. Namja paruh baya yang merupakan kepala keluarga Choi itu adalah sosok namja yang sempurna. Bukan hanya berwajah tampan di usianya yang sudah menjelang kelipatan 50 tahun, namun juga sifatnya yang begitu kharismatik. Membuatnya sangat disegani semua orang yang mengenalnya. Likes father likes Son, dan pepatah itu juga berlaku di keluarga Choi. Tak heran jika sifat sempurna ini juga diwariskan kepada putranya Choi Minho.
Minho menatap dingin namja muda rupawan―bukan! Ia tidak boleh memuji lagi―'ibu' barunya. Namja manis itu tampak takut dan terus menunduk sambil menyembunyikan tubuhnya semakin merapat di belakang Appa-nya. Kedua jemarinya saling bertaut dan meremas gugup.
"Appa tahu ini terlalu mengejutkan dan terburu-buru. Tapi semua ini sudah Appa pikirkan matang-matang demi kebaikan keluarga kita." Ucap Kangin lagi sambil menggenggam telapak tangan Kyuhyun di sampingnya. Berusaha membuat istri―muda―barunya itu untuk rileks.
Minho menghela nafas panjang masih menatap dua 'orang tuanya'. Namja tampan itu membungkuk sopan pada akhirnya. Membuat Kangin dan Kyuhyun sedikit terkejut melihatnya.
"Selamat datang di rumah kami―" ucapnya sopan seraya tersenyum kecil. "―Umma."
Cho Kyuhyun―maksudku, Choi Kyuhyun―juga tidak pernah menyangka akan menjadi bagian dari keluarga kaya raya ini. Bahkan memimpikannya barang sedetikpun ia tak pernah. Namun disinilah dia sekarang. Sedang duduk di 'kamar'nya―setidaknya ruangan luas ini bisa disebut kamar karena ada satu buah ranjang King-sized di bagian tengah dan beberapa perabot mewah lainnya. Ini adalah kamar utama di rumah ini―atau bisa disebut kamar Tuan dan Nyonya besar. Ya, ini kamarnya dan Kangin. Kini mereka adalah suami-istri, dan mereka akan menempati kamar yang sama, ranjang yang sama, tidur bersama―
Ceklek
Kyuhyun sukses berjengit kaget saat pintu kamar mandi terbuka. Menampilkan sosok Kangin yang topless dengan selembar handuk yang melingkari area pinggangnya hingga sebatas lutut.
Kyuhyun sontak berdiri dan mengalihkan pandangannya menuju ruangan lain yang merupakan lemari besar dan menyibukkan diri untuk mengambil selembar bathrope untuk suaminya dengan wajah bersemu merah. Beruntung Kangin sama sekali tidak menyadarinya, dan namja tampan paruh baya bertubuh bagus yang basah itu kini masih sibuk mengusap kepala dan rambutya yang basah.
"Bagaimana? Bukankah Minho anak yang baik?"
Kyuhyun menolehkan kepalanya dengan gugup dan mengangguk cepat seraya tersenyum. Namja manis itu berjalan perlahan kearah Kangin sambil membawa sebuah bathrope sutra hitam di tangannya.
"Minho memang anak yang baik, hanya saja ia susah untuk mengungkapkan kesan pertamanya kepada seseorang yang baru ia kenal." Ucap Kangin lagi seraya mengusap pelan lengan Kyuhyun di depannya. "Jadi jangan khawatir lagi, arrasseo?"
"A-arrasseo."
Kangin tersenyum gemas melihat wajah gugup istri barunya. Kepala keluarga Choi itu mengacak ringan surai madu di depannya sementara tangan yang lain mulai merayap ke arah pipi gemuk yang merona merah itu.
"Tidak heran mengapa Minho dengan mudah menerimamu." Bisik Kangin sambil mulai mendekatkan wajahnya yang masih basah ke wajah Kyuhyun yang nampak gugup di tempatnya.
"T-tuan Choi―"
"Karena kau sangat baik."
Kyuhyun mencengkeram bathrope yang masih ada di tangannya dengan erat seraya memundurkan tubuhnya. Namun Kangin malah memerangkap pinggangya dan membawanya mendekat.
"Dan juga, Choi Kyuhyun begitu cantik~"
Sekujur tubuh Kyuhyun menegang saat bisikan halus itu menyapu area telinga dan tengkuknya. Sementara Kangin kini mulai mengendus perpotongan leher putih pucat itu dengan penuh gairah. Namja tampan paruh baya itu tersenyum melihat wajah gugup dan panik istri mudanya, pipi merona dan mata boneka itu terlihat manis dan sukses membuat Kangin gemas hingga ia menangkup wajah rupawan itu lalu mendekatkan wajahnya sendiri. Dan tepat sebelum bibirnya menyentuh bibir merah itu―
Tok tok tok
Choi Minho menggigit bibirnya sendiri, kebiasaannya sejak kecil jika ia merasa gugup atau takut. Namja muda tampan itu sama sekali tidak mengira bahwa ia akan gugup dan takut di saat seperti sekarang. Saat ia akan mengetuk kamar ayahnya kandungnya sendiri. Aneh, padahal biasanya ia akan senang dan bersemangat jika harus melakukan hal ini.
Tapi sekarang di dalam ruangan yang baru saja diketuknya itu, ada orang lain. Seseorang yang mengubah semuanya mulai dari sekarang.
Ceklek
"Ada apa, Minho-ya?"
Pintu besar itu terbuka dan hal pertama yang terlihat di mata Minho adalah ayahnya yang masih topless hanya mengenakan selembar handuk di pinggangnya. Dan… tak jauh di belakang tubuh tegap sang Appa, berdiri disana, Umma barunya. Terlihat seperti sedang menghela nafas dan merapikan helaian surai madunya yang terlihat berantakan. Membuatnya terlihat semakin canti―
"Choi Minho!"
"Ah! Nde. Sekretaris Park ingin menemuimu di bawah, Appa." Sahut Minho gelagapan. Bisa-bisanya ia terpana melihat ibunya sendiri.
"Katakan padanya untuk menemuiku besok. Appa sedang sibuk." Ucap Kangin dengan nada yang kentara sekali bahwa ia merasa kesal dan terganggu.
Minho mengernyit saat mengetahui makna sebenarnya dibalik kata 'sibuk' yang dikatakan Kangin. Tak jauh di belakang Kangin, Kyuhyun berdiri sambil mencengkeram bathrope Kangin di depan dadanya sambil tersenyum kecil menatap putra tirinya.
Kangin mengikuti arah pandang Minho dan tersenyum kecil saat mendapati putranya menatap istri barunya dengan tatapan intens.
"Ya! Choi Minho, mengapa kau menatap Umma-mu sendiri dengan tatapan seperti itu. Aku tahu dia memang mempesona, Dasar anak nakal!" seru Kangin seraya melayangkan jitakan ke dahi putranya sambil tertawa kecil. "Kalau tidak ada yang lain la―"
"A-aniyo, Appa! Sekretaris Park bilang tamu dari Jepang sudah tiba dan rapat akan diadakan malam ini."
Pada akhirnya Kangin pergi malam itu dengan meninggalkan kecupan di pipi Kyuhyun sebagai permintaan maaf―walau sebenarnya seharusnya itu adalah ciuman bibir yang panas, namun Kyuhyun berusaha memalingkan wajahnya dan menjadikannya menjadi ciuman pipi biasa. Kangin memaklumi, mungkin istri muda-nya itu masih belum terlalu terbiasa.
Kyuhyun? Namja manis itu merasa lega luar biasa. Dan mengenai Kangin yang meninggalkannya sendirian, Kyuhyun sangat memaklumi hal itu. Suaminya itu merupakan pemilik perusahaan terbesar di Korea Selatan, mau bagaimana lagi. Lagi pula dengan perginya Kangin malam ini, setidaknya ia bisa terbebas dari yang namanya 'malam pertama'. Entah mengapa ia masih sangat tidak siap dengan itu.
Kini namja manis itu duduk sendirian di tepi ranjang besar miliknya dan Kangin. Sudah rapi dengan piyama tidurnya yang nyaman dan mungkin saja―mahal. Awalnya Kyuhyun terkejut mendapati deretan piyama dan pakaian lain seukuran tubuhnya yang sudah tersedia rapi di lemari―atau disini disebut ruang pakaian. Karena semua pakaian itu tidak disimpan dalam dalam sebuah kotak kayu dengan banyak gantungan yang biasa kita sebut lemari. Namun pakaian-pakaian disini disimpan dalam ruang tersendiri berukuran―tidak―kecil dengan rak-rak kaca mengelilingi ruangan itu.
Keluarga Choi memang sangat kaya dan berkelas. Kyuhyun mengakui semua itu sekarang.
Kyuhyun melirik jam digital di meja nakas. Masih pukul 7 malam. Terlalu awal untuk tidur, begitu pikir Kyuhyun. Maka, namja manis itu mengambil sebuah mantel sutra dan sebuah slipper tidur lalu bergerak keluar kamar.
Kamar utama ini berada di lantai dua mansion Choi. Sebuah Master Room mewah yang berbatasan langsung dengan kolam renang dan taman belakang yang indah. Sebuah ruang tunggal yang terletak di koridor panjang dengan gaya klasik yang mewah. Beberapa lukisan besar tertata rapi di sepanjang koridor. Kyuhyun tidak bisa mengira-ngira berapa harga lukisan-lukisan itu.
Setelah tiba di ujung koridor, ada sebuah ruang luas dengan perapian dan sofa-sofa yang nyaman. Sepertinya ini ruang keluarga, batin Kyuhyun. Begitu nyaman dan relaxed. Walau hanya perapian buatan, namun suasana disana tetap nyaman. Kyuhyun berhenti sebentar untuk menatap sebuah pigura besar diatas perapian itu. Disana terlihat sebuah foto keluarga. Kyuhyun yakin bahwa namja tampan yang tersenyum lebar itu adalah Kangin. Ia tampak lebih muda. Disamping kanan dan kirinya berdiri dua orang namja kecil. Keduanya memiliki wajah tampan yang hampir mirip, walau yang bertubuh lebih jangkung terlihat lebih dewasa.
"Umma?"
Kyuhyun sontak membalikkan badannya dan mendapati Minho sedang berdiri tak jauh di depannya. Sudah rapi dengan jaket sport dan tas olahraganya.
"Minho."
"Umma sedang apa? Apa kau perlu sesuatu?"
"Aniyo." Jawab Kyuhyun cepat-cepat. Ia tersenyum seraya mengeratkan mantelnya. "Kau mau pergi kemana?"
"Aku ada jadwal ke Gym." Ucap Minho sambil tersenyum dan mengacungkan tas olahraganya. "Umma perlu sesuatu? Bilang saja padaku jangan sungkan."
Kyuhyun tersenyum lagi dengan muka bersemu merah saat diperlakukan dengan begitu ramah oleh putra tiri-nya ini. Sedangkan Minho hanya bisa terpana―sekali lagi―melihat semburat merah muda mewarnai pipi pucat Kyuhyun. Manis sekali.
"Terima kasih. Aku―U-umma baik-baik saja." Kyuhyun sedikit kesusahan saat mengucapkan kata 'Umma' yang masih terasa begitu aneh di lidahnya.
Minho tersenyum lagi lalu berjalan mendekat. Baru menyadari bahwa tubuhnya jauh lebih tinggi dari ibu barunya. Ia kemudian mencondongkan wajahnya mendekat ke wajah Kyuhyun. Membuat namja manis itu sedikit mundur dengan gugup.
"Min-minho―"
"Uhm, teman-temanku selalu mendapat kecupan dari ibu mereka sebelum mereka pergi. Sekarang aku sudah punya Umma baru, jadi… boleh aku mendapat kecupan juga. Hehehe~"
Kyuhyun tersenyum lega sekaligus geli melihat wajah lucu Minho di depannya. Dengan gerakan kikuk, Kyuhyun memajukan wajahnya dan mendaratkan sebuah kecupan tipis di pipi Minho. Minho terlihat sangat senang dan pamit pada akhirnya.
Tok tok tok
Tok tok tok
Ceklek
Pintu putih itu terbuka. Hal pertama yang dapat dilihat Kyuhyun di ruangan itu adalah sebuah kamar luas yang gelap. Cahaya bulan sedikit memberi penerangan di ruangan itu, membuat mata Kyuhyun dapat melihat apa saja yang ada disana.
Kangin dan Minho sudah pergi sejak dua jam yang lalu. Dan sejak dua jam itu Kyuhyun menghabiskan waktunya dengan mengelilingi kediaman Choi. Hanya ia sendirian disini. Para pelayan sudah kembali ke kamar mereka masing-masing, membuatnya sama sekali sendirian. Dan kini ia berada di salah satu ruangan―atau lebih tepatnya sebuah kamar. Tepat di samping kamar Minho. Hanya saja kamar ini terletak di sudut pojok koridor.
Sebuah kamar yang membuatnya penasaran.
Setelah menyalakan saklar lampu, Kyuhyun sedikit terkesima melihat penataan dan desain ruangan ini. Begitu elegan dan khas seorang pria. Tanpa berpikir lama, Kyuhyun sudah bisa menebak bahwa kamar ini pastilah milik―
"Nuguya?"
Kyuhyun tersentak di tengah-tengah kegiatannya mengagumi interior ruangan tempatnya berdiri. Sebuah suara berat mengejutkannya, dan saat ia berbalik, disana, di ambang pintu yang masih terbuka lebar, berdiri seorang namja. Namja tinggi dengan wajah tampan yang tidak asing.
"Apa yang kau lakukan di kamarku?"
Kyuhyun buru-buru membungkuk sopan dengan sedikit tersenyum. Namja tinggi di depannya itu menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Seorang namja yang sangat Kyuhyun yakini sebagai―
"Choi Siwon―"
Tap
Tap
Tap
Choi Siwon melangkah maju, membuat kata-kata Kyuhyun tersendat dan namja manis itu sontak memundurkan langkahnya. Ditatap dengan mata tajam sekelam malam itu membuat Kyuhyun tidak bisa berkutik.
"Mengapa―" ucap Siwon pada akhirnya, saat jaraknya dengan Kyuhyun hanya dipisahkan 30 cm udara kosong dan namja manis di depannya itu sudah tidak bisa mundur lagi karena terhalang ranjang besar di belakangnya. "―mengapa ada seorang dewi cantik menyambutku di kamar setelah seharian aku lelah bekerja, hmm?"
Kyuhyun melebarkan matanya saat menyadari sesuatu. Bukan kata-kata Siwon yang menurutnya berbahaya, namun karena menghirup aroma alkohol yang menguar dari wajah Siwon yang semakin mendekat.
"Tuan Choi, aku terkesan dengan putramu. Dia telah melakukan tugasnya dengan sangat baik. Bahkan negosiasi dengan klien Jepang itu berjalan lancar berkat dia."
Kangin tersenyum puas mendengar pendapat salah satu jajaran Direksi Choi Corp. Rapat baru saja selesai dan para klien memberikan kabar gembira bahwa mereka menyetujui kerjasama perusahaan ini.
"Mau bagaimana lagi, Tuan Kim. Dia adalah putraku. Aku sudah mengajarkannya semua yang terbaik." Ucap Kangin. "Maka dari itu aku akan memberinya hadiah kejutan untuknya esok pagi saat ia pulang. Seorang ibu baru yang akan memberinya kasih sayang setelah sekian lama tidak dirasakannya."
"Ah, aku sampai lupa, Kangin-sshi. Selamat atas pernikahanmu. Kedua putramu pantas memperoleh kasih sayang seorang ibu."
"Ngomong-ngomong kapan kau akan mengundang kami untuk menemui Nyonya Choi?"
Kangin tersenyum salah tingkah, membuat beberapa rekan bisnisnya itu semakin gencar menggodanya.
"Tidak sekarang. Tunggu sampai anak-anak terbiasa dengan kehadiran ibu barunya." Sahut Kangin sambil menerawang lalu tersenyum. "Mudah bagi putra bungsuku untuk menerima orang baru, namun tidak untuk kakaknya, tidak untuk Siwon."
"Bicara tentang Siwon, putriku bilang dia melihat Siwon di salah satu tempat minum favoritnya. Kau tahu bahwa putriku sangat tergila-gila dengan putramu itu kan, Kangin-sshi? Hahaha." Ucap salah satu rekan bisnis Kangin. "Putriku bilang bahwa Siwon terlihat sedang mabuk."
"C-choi Siwon, aku adalah istri ayahmu."
"Ya benar. Dan aku adalah Choi Youngwoon sang penguasa Choi Corp. Apa itu berarti kau adalah istriku juga, hmm?"
Kyuhyun mencoba mendorong-dorong tubuh Siwon yang semakin menghimpitnya. Namun sepertinya 'putra sulung'nya ini terlihat bergeming sama sekali.
"Siwon, k-kau sedang mabuk! Kau harus memmmpphhhtt!"
Ucapan Kyuhyun terputus saat bibirnya dikunci oleh sebuah ciuman yang kasar dan menuntut. Namja manis itu membelalakkan matanya. Bukan karena bibirnya yang dikoyak dan dilumat secara kasar, tapi ciuman pertamanya yang seharusnya ia berikan kepada Kangin―suaminya―kini direnggut paksa oleh putra tirinya sendiri.
"Ssiwommphh―lemvaskammmpphh! Emmppphhh!"
Siwon semakin bernafsu mendengar suara rintihan dan desahan namja manis yang masih dikiranya sebagai dewi-cantik-yang-mendarat-dari-surga-dan-tersesat-di-kamarnya-untuk-memuaskannya.
Siwon melepaskan ciumannya saat pukulan-pukulan kecil di dadanya terasa semakin melemah. Namja tampan itu terdorong ke belakang saat sepasang tangan mendorongnya dengan cukup keras.
"CHOI SIWON! Apa yang kau lakukan?!" seru Kyuhyun dengan sedikit terengah. Namja manis itu mengusap bibirnya kasar dan air matanya meleleh. "Aku adalah istri ayahmu dan ibu barumu!"
Siwon tertawa di tempatnya, membuat Kyuhyun menatapnya tidak mengerti.
"Bibirmu manis sekali, Umma~~ HAHAHAHA!"
Kyuhyun tahu bahwa usahanya akan sia-sia. Namja di depannya ini mabuk dan semua yang dikatakannya akan percuma saja. Setelah merapikan mantel tidurnya yang sedikit berantakan, Kyuhyun sudah berniat keluar dari kamar itu namun―
BLAM
Klik
Tepat sebelum Kyuhyun mencapai pintu kamar, pintu itu tertutup dan dikunci dari dalam oleh sang pemilik kamar, Choi Siwon. Namja tampan yang masih dikuasai alkohol itu menyeringai menatapnya.
"Buka pintunya, Choi Siwon!" seru Kyuhyun sambil menggedor pintu yang tertutup rapat di depannya. "Buka pintu―"
Bruk
Siwon menarik dan membalik tubuh Kyuhyun dan menghimpitnya di depan pintu lalu kembali menciumnya ganas. Kali ini tangan putra sulung keluarga Choi itu tidak tinggal diam. Tangan-tangan besar itu mencoba membuka paksa mantel tidur Kyuhyun lalu membuangnya entah kemana.
"Emmmmhh! Kumohon, Choi Siwon. Aku ini ibumu. Kau sedang mabuk, kumohon sadarlah!" ucap Kyuhyun sekenanya begitu Siwon melepas ciumannya dan kini namja itu menjelajah lehernya sambil mulai membuka kancing piyamanya.
Siwon sama sekali tidak peduli dan tidak mendengar permohonan 'ibu' barunya. Namja tampan itu malah menarik Kyuhyun menuju ranjangnya dan membanting namja manis itu hingga jatuh telentang di sana.
Kyuhyun berusaha bangun dan lari dari ranjang itu, namun hal itu semakin membuat Siwon gelap mata dan kembali mendorong tubuh itu dengan lebih keras. Namja manis itu bisa merasakan kepalanya berputar dan bintang-bintang kecil berpendar di sekeliling kepalanya. Melihat korbannya sudah tak berdaya di depannya, Siwon tidak membuang waktu dan mulai menanggalkan pakaiannya sendiri sebelum akhirnya menerkam mangsa 'nikmat-tak-berdaya' di depannya.
Kyuhyun salah, malam pertama yang ia pikir akan ia lewatkan, kini pada akhirnya ia dapatkan. Namun dengan orang yang salah.
Kangin tiba di rumah pagi hari dengan wajah lelah. Sebenarnya rapat dengan klien dari Jepang sudah selesai sejak pukul 10 malam kemarin. Namun para rekan bisnisnya itu memaksanya untuk ikut merayakan keberhasilan Choi Corp. atas kerjasama yang mereka jalin dengan pihak investor Jepang hingga menjelang pagi. Hanya pesta kecil-kecilan dan minum biasa. Namun Kangin sama sekali tidak menyangka bahwa ia tertidur dan rekannya baru membangunkannya pagi buta tadi.
Kebiasaan itu hampir membuatnya lupa, bahwa ia sudah memiliki istri yang menunggunya di rumah.
"Appa?" Kangin yang baru saja akan mendudukkan dirinya di kursi meja makannya kini menoleh menatap putra bungsunya yang menuruni tangga, sudah rapi dengan kemeja casual dan sweater abu-abu dengan ransel di punggungnya. "Appa baru pulang?"
"Ada pesta kecil-kecilan dan Appa ketiduran." Jawab Kangin sekenanya. Ia merasa sangat lelah. "Umma-mu belum bangun?"
"Entahlah." Jawab Minho sambil meletakkan ranselnya di meja makan depan Kangin. "Appa jinjja ottoke? Appa punya istri baru yang manis dan Appa meninggalkannya sendirian di malam pertama kalian."
Kangin tergelak lalu tertawa geli melihat wajah lucu Minho yang cemberut kepadanya. "Mengapa kau begitu mengurusi malam pertama orang tuamu, Choi Minho?! Dasar anak nakal."
"Dia adalah Umma-ku dan tidak ada yang boleh membuat Umma-ku bersedih termasuk Appa."
"Ya! Kemari kau, anak nakal!"
Minho tertawa-tawa saat berhasil menggoda ayahnya hingga membuat ayahnya itu salah tingkah dan kesal. Kangin sudah akan melayangkan jitakannya ke dahi Minho tepat sebelum seseorang turun dari tangga hingga mengalihkan perhatiannya.
"Siwon-ah, kau sudah pulang?"
Siwon tidak menjawab. Wajah tampannya terlihat kusut khas bangun tidur. Sebuah bathrope merah gelap menutupi tubuh atletisnya. Namja itu melangkahkan kakinya melewati ayah dan adiknya begitu saja menuju meja makan dan mengambil segelas air putih lalu menenggaknya hingga habis. Kepalanya luar biasa pusing.
"Ck, kau mabuk lagi, Hyung?" sahut Minho sambil menatap malas kakaknya. "Tidak tahan dengan alkohol tapi masih sok-sok'an mabuk, aih~ Choi Siwon."
Siwon hanya memberikan tatapan mematikannya dan adiknya itu mengacungkan dua jarinya pertanda damai sambil tersenyum menyebalkan.
"Siwon-ah, Appa punya kejutan untukmu. Kau pasti suka." Ucap Kangin sambil melirik Minho dan mengedipkan sebelah matanya. Minho mengerti dan mengacungkan jempolnya.
"Apa?" tanya Siwon sekenanya. Kepalanya masih pusing dan pikirannya masih tidak pada tempatnya.
"Tunggu sebentar. Aku akan―"
"Biarkan aku yang membawanya kesini, Appa." Sela Minho saat melihat sang ayah mulai bangkit. Si bungsu berwajah tampan itu tersenyum lebar dan sudah akan beranjak menuju lantai dua rumahnya sebelum―
"Umma"./"Kyuhyun-ah."
Kangin dan Minho serentak memanggil seseorang yang kini menuruni tangga dengan perlahan. Minho tersenyum melihat ibu barunya begitu namja manis berpadu cantik itu tiba di sampingnya. Kangin segera berdiri menyambut istrinya yang tampak lebih cantik pagi ini. Dengan kemeja putih panjang yang menutupi kulit putih pucatnya dan surai madu lembutnya yang basah khas orang yang baru saja mandi. Aroma segar yang sangat memikat menguar dari tubuhnya.
"Nah, Siwon-ah. Aku ingin kau bertemu dengan Choi Kyuhyun." Ucap Kangin sambil menarik pinggang Kyuhyun mendekat.
"Kyuhyun-ah, ini putra sulungku Choi Siwon. Dan Siwon-ah, ini adalah Choi Kyuhyun istri baru Appa sekaligus ibu barumu."
Siwon tersedak air yang masih diminumnya begitu mendengar apa yang baru saja diucapkan sang ayah. Putra sulung keluarga Choi itu menatap tak percaya pada sepasang iris coklat karamel yang juga menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Choi Siwon dan Choi Kyuhyun, sama sekali tidak lupa apa yang terjadi semalam diantara mereka.
.
.
To be continued
.
.
―Emerald0705―
