Kuroko no Basuke (c) Tadatoshi Fujimaki

.

By Means of a Miracle

by Roux Marlet

Mystery/Crime, Friendship

Future Alternate Reality, Minor Original Characters, Characters' Death

.

Chapter 1: It All Began on the 7th Day of the Year

.


.

.

"Selamat pagi, Kagami-kun."

"Pagi, Aida-san," sahut pemuda berambut merah itu sembari bergegas melewati si petugas resepsionis. Dia terlalu terburu-buru untuk menyadari ada yang berbeda dari wanita muda berambut cokelat pendek itu. Wajahnya terlihat lebih bahagia dari biasanya.

"Ah. Sepuluh hari lagi—"

Taiga Kagami sudah melesat pergi menyusuri lorong sebelum perempuan berusia dua tahun lewat dari seperempat abad itu sempat menyelesaikan kalimatnya. Untuk seorang pria bertubuh tinggi besar, gerakan pemilik nama serupa cermin itu termasuk sangat gesit. Tak heran, karena semasa sekolah dahulu dia memang pemain basket.

"Bakagami. Lagi-lagi dia seperti itu," gerutu Riko Aida seraya mengetuk-ngetukkan kartu undangan berwarna putih itu ke meja. "Menjadi detektif sepertinya membuatnya mengabaikan hal-hal penting."

Pada kartu itu tertera tanggal 17 Januari, dan sepasang nama Riko-Junpei dengan tinta berwarna emas terpampang besar-besar.

Sementara itu, Kagami membuka buku kecil yang sedari tadi dipegangnya dan membaca sambil berjalan cepat. "Kenapa tidak dari awal aku menyadari ini. Bodoh sekali. Kuharap mereka semua ada pagi ini untuk investigasi—whoaa!"

Kagami menarik diri karena nyaris menabrak orang yang bertubuh lebih pendek darinya. Sebelum dia sempat berbuat apapun bahkan menarik napas, orang itu sudah minta maaf duluan.

"Maaf, saya minta maaf, saya sungguh-sungguh menyesal... maafkan saya... eh, Kagami-san..."

"Sakurai-san," sahut Kagami yang mengenali pemuda berambut cokelat hazel dalam seragam musim dingin kepolisian itu. "Sudahlah, tadi aku yang salah. Tepat sekali, aku sedang mencari divisi kalian."

Sepasang manik penglihatan Ryou Sakurai yang sewarna dengan rambutnya terlihat panik. "Jadi, kau sudah dengar?"

Kini Kagami mengerutkan alisnya yang bercabang. "Dengar apa...? Aku ke sini mau minta bantuan kalian untuk menyelidiki kasus hilangnya anjing milik Shinji Koganei yang ceroboh itu. Mana Aomine?"

Sakurai menelan ludah. "Lupakan kasus si Nigou dahulu, Kagami-san... Aomine-san sedang bertugas di perbatasan utara kota. Ada kecelakaan di sana semalam, dan kau tahu siapa yang meninggal...?"

.

.


.

.

Hari itu hari Minggu, tanggal tujuh di bulan pertama dalam setahun.

Seorang pemuda berambut biru langit tengah meniup-niup cairan kental berwarna putih dalam gelasnya—susu vanilla. Diliriknya layar ponsel sekilas, yang menampakkan sebuah pesan singkat dari seorang kawan lama.

"Tolong bawakan pesananku yang lalu saat kita bertemu nanti, Kuroko."

-dikirim pada pukul 00:01:47-

Figur berkulit putih itu menyesap minumannya yang sudah tidak terlalu panas sambil menghitung dalam hati, berapa detik lagi makanan dalam microwave-nya akan matang.

Ah, susu vanilla yang nikmat... Memang tidak sama dengan vanilla shake produksi Maji Burger yang sering dikunjunginya bersama teman SMA-nya, Kagami, namun tak ada yang bisa mengalahkan rasa manis dan hangatnya susu vanilla di musim dingin begini.

Pikiran Tetsuya Kuroko melayang sejenak ke rumah makan ala Barat di dekat rumahnya di pusat Tokyo itu sambil melanjutkan minum.

Susunya masih hangat, Kuroko menyukai ini. Selama hari-hari kerjanya di Taman Kanak-kanak, jarang sekali dia bisa minum susu hangat di pagi hari. Sekarang sedang masa liburan sekolah dan Kuroko sangat menikmatinya.

Hangat... begitu hangat...

Sebuah bunyi berdenting—alarm microwave—terdengar bersamaan dengan suara ketukan di pintu dan seruan seseorang di luar sana. Kuroko tersedak.

"Kuroko! Kau ada di dalam? Kuroko?!"

Terbatuk-batuk dan mencengkeram dadanya karena terkejut, pemilik nama depan Tetsuya itu bangkit dari kursinya.

"Uhuk—tunggu sebentar—uhuk... Kagami-kun..."

"Buka sekarang, Kuroko! Apa kau belum dengar? Hei, Kuroko?"

Kagami perlu belajar apa arti kata sabar, sepertinya. Dia terus menggedor pintu rumah Kuroko sementara pemiliknya mematikan microwave sambil melapkan serbet ke mulut dengan tergesa.

Ketika akhirnya Kuroko membuka pintu, tampang Kagami seperti habis merambah badai salju. Acak-acakan dan pucat.

"Kagami-kun..."

Tamu berisik itu meraih bahu Kuroko dan berkata dengan serius,

"Midorima meninggal. Kecelakaan mobil dini hari tadi."

.

.

.

to be continued.


.

Author's Note

.

Yosh! Salam kenal, minna-san... Roux pendatang baru di fandom Kurobasu, meski saya sudah pernah menulis fic AkaKuro sebelum ini :)

Tidak ada pairing utama karena genre utamanya bukan romance, meski ada sedikit Junpei/Riko dan Aomine/Momoi nantinya.

Awalan yang singkat, setelahnya akan lebih panjang. Cerita ini direncanakan akan tamat dalam tujuh chapter. Semoga pembaca bisa menikmati :D

Tanggapan pembaca akan membuat seorang penulis berkembang. Mohon kesediaannya menanggapi :)

Grazie~ terima kasih...