Call Me Baby

Cast(s): Park Chanyeol, Byun Baekhyun, Do Kyungsoo, Kim Jongdae, Kim Jongin, etc.

Pairing: Chanyeol/Baekhyun

Genre: Romance, humor gaje.


A/N: Hello, I'm back! Udah lama banget ga nulis, ini juga gatau apaan, tiba-tiba pingin publish FF gaje. terinsprirasi dari FTV (ga kok ga, bercanda)
Enjoy!


Jongin mengakhiri panggilan di ponselnya sambil cekikikan, wajahnya bersemu merah. Tidak, dia tidak sedang kasmaran atau baru saja menelepon kekasihnya. Dia hanya sedikit mabuk, dan yang baru saja diteleponnya itu adalah nomor telepon jasa laundry 24 jam tak jauh dari apartemen Kyungsoo.

"Kau gila!" Kyungsoo berseru, wajahnya merah padam meskipun ia tidak minum seteguk pun, "Itu laundry langgananku, tega-teganya kau mengerjainya, bagaimana jika mereka tahu aku terlibat? Bagaimana jika mereka tidak mau mencuci pakaianku lagi?"

"Salahkan Jongdae, dia yang memberikan dare itu," Jongin menjawab cepat, masih cekikikan.

Jongdae hanya menepuk tangannya heboh, tertawa dari sudut ruangan, "Sudahlah Kyungsoo, jangan lebay. Memangnya pelanggan mereka hanya kau seorang? Tidak mungkin mereka tahu."

Kyungsoo menghela napas, "Baiklah, tapi jika itu terjadi, Jongin harus harus mencuci, menyetrika, dan melipat rapi semua pakaianku."

Jongin cemberut, "Hyung.. Kau bahkan punya satu lemari pakaian yang semuanya berwarna hitam, tidak dicuci pun tidak ada yang tahu."

Jongdae tertawa makin keras, sebelum akhirnya Kyungsoo memelototinya, membuat isyarat mencekik dengan tangannya. "Kau juga, Jongdae."

Jongdae menelan ludah kaku, tubuh Kyungsoo memang mungil, tapi cekikannya tidak main-main, "Kyungsoo-ya, jangan membuat suasana jadi tidak enak. Ini kan ulang tahunmu, harusnya kita berpesta dan bersenang-senang."

"Pesta macam apa yang hanya dihadiri oleh tiga orang tolol, sama sekali tidak seperti pesta," Kyungsoo mulai mengomel. Bukannya Kyungsoo tidak bersyukur, sebaliknya, ia senang teman-temannya begitu menyayanginya dengan mengadakan pesta kejutan untuknya. Tapi ia ingin perayaan ulang tahun yang lebih normal dimana ia hanya perlu memesan tempat di restoran favoritnya, mengundang teman-temannya, memotong kue sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun, makan, membuka kado, dan yeay selesai, mereka bisa pulang ke rumah masing-masing dan tidur.

Tapi sayangnya, Kyungsoo hanya punya tiga orang teman dekat. Jongin, adik kelasnya saat SMA, yang saat ini masih berstatus mahasiswa, Jongdae, teman satu jurusannya yang kini bekerja di toko alat musik, dan terakhir Chanyeol, teman masa kecilnya yang pengangguran setelah lulus kuliah. Memesan sebuah restoran hanya untuk tiga teman idiotnya itu hanya akan buang-buang uang saja. Dan hasilnya, ia harus pasrah saat tiga orang temannya yang menjajah apartemennya begitu saja, membawa sedikit makanan, soju, dan sebuah cake. Seharusnya Kyungsoo bisa tidur seharian, tapi sekarang ia terjebak dalam permainan konyol Jongdae. Ia bahkan bisa membayangkan harus mengurus tiga pemabuk dan apartemennya yang berantakan saat "pesta" mereka berakhir. Huft, memikirkannya saja Kyungsoo sudah lelah.

"Teganya, kami bahkan membawakanmu cake," Chanyeol menunjuk kue yang sudah tidak utuh dengan kondisi menggenaskan, ulahnya dan jongin tentu saja, mereka tadi berebut tentang siapa yang akan mendapatkan potongan terbesar, "Lihat ini, cake Pororo, mirip denganmu."

Kyungsoo suka Pororo, tapi mereka tidak perlu tahu itu. Apalagi setelah ia bertanya perihal dua lilin yang berlainan satu sama lainnya, dan dijawab remeh oleh Jongdae, "Aku memesan cake-nya, aku bilang tuliskan 'Happy Birthday Do Kyungsoo' dan lilin berbentuk angka 24, tapi entah mengapa pegawai tokonya mengira aku salah menyebutkannya. Saat aku mengambil cake-nya ia hanya memberikan satu lilin angka empat. 'Kukira ini untuk anak umur 4 tahun' katanya."

"Jadi aku membeli lilin lainnya di minimarket dekat apartemenmu," Chanyeol menimpali.

'Mereka pasti sengaja,' batin Kyungsoo, 'Sialan'

"Sudahlah, lanjutkan saja permainan Truth or Dare kita," Jongdae menyeringai jahil, "Chanyeol, sekarang giliranmu."

"Truth," jawab Chanyeol.

"Yah! Chanyeol, kau bahkan sangat mudah dibaca seperti buku yang terbuka, apalagi yang harus kami tanyakan tentangmu? Jika kau seorang pria seharusnya kau menjawab 'dare' dengan lantang! Jongin saja lebih jantan darimu." Jongdae memprotes.

"Aish.. Baiklah, baiklah, aku pilih dare, puas?"

"Akulah yang berhak memberikanmu dare, hyung!" Jongin berseru, ia kemudian berpikir, cukup lama, hingga akhirnya pandangannya jatuh pada tulang ayam goreng kesukaannya. Ia segera merogoh saku celana jeans-nya dan mengeluarkan sebuah kartu nama restoran ayam goreng favoritnya, "Hyung! Telepon dan kerjailah toko ayam goreng di dekat rumahku! Cepatlah!"

"Yah! Batalkan! Kau meniru dare dariku, dasar tidak kreatif!" Jongdae hampir saja merebut kartu nama itu, sayang, sudah terlebih dulu direbut oleh Chanyeol.

"Tidak bisa dibatalkan, sudah aku terima," Chanyeol cepat cepat mengetik nomor telepon itu di ponselnya, menjulurkan lidahnya pada Jongdae.

Chanyeol menelponnya, sembari berpikir, apa yang harus ia lakukan? Haruskah ia memesan sesuatu dengan alamat fiktif? Ah tidak, tidak, itu terlalu kejam. Tiba-tiba saja nada deringnya berhenti, Chanyeol sudah menunggu suara ahjussi yang mengangkat teleponnya mengatakan halo akan tetapi yang didengarnya adalah…

"Selamat malam, xxx chicken, ada yang bisa kami bantu?"

Chanyeol menjauhkan teleponnya, memeriksa lagi apakah ia menghubungi nomor yang benar, karena yang ia dengar bukanlah suara ahjussi pemilik toko ayam goreng favorit Jongin, suaranya sedikit serak namun merdu, sangat enak didengar, Ya Tuhan… Apakah Chanyeol salah sambung? Tapi bukankah tadi ia menyebut xxx chicken? Berarti…

"Halo? Kau masih disana?" Suara merdu itu terdengar lagi, Chanyeol hanya mampu berkedip bodoh.

Suaranya… Astaga, suaranya…

"Halooo?" Kali ini lebih panjang, sepertinya ia mulai tidak sabaran.

Imut sekali, bagaimana bisa suara seseorang terdengar begitu imut?

"Apakah teleponnya bermasalah?" suara tersebut terdengar menjauh, sepertinya ia sedang bergumam sendiri, "Aneh sekali."

Astaga, apa yang aku lakukan? Chanyeol tersadar, Ia membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu—

—tut— tut.

Panggilannya diakhiri.

"Yah! Apa yang kau lakukan?" Jongdae menatapnya bingung, "Cepat telepon lagi!"

Tanpa Jongdae suruh pun, Chanyeol memang ingin melakukannya. Ia ingin mendengar suara itu lagi. Dengan tangan bergetar, ia kembali menekan ikon telepon berwarna hijau di ponselnya.

Kali ini tidak perlu menunggu lama, suara itu kembali terdengar, "Selamat malam, xxx chicken, ada yang bisa kami bantu?"

"I-iya…" Chanyeol tergagap, duh… Ia ingin mencubiti dirinya sendiri, untuk apa ia begitu gugup? Ini kan hanya percakapan lewat telepon. Chanyeol berdeham, "Aku ingin—"

Aduh… Ingin apa ya?

"—Ingin…" Chanyeol kembali mengulangnya, mendadak blank.

"Ingin apa, tuan?" suara itu bertanya, sepertinya tidak sabaran.

"A-aku—" Chanyeol makin bingung, tangannya berkeringat dingin.

Jongin tiba-tiba saja berdiri di hadapannya.

"Ayam goreng, hyung, ayam goreng." Jongin berbisik, sama tidak sabarannya.

"A-aku… Aku ayam goreng!" Chanyeol berseru lantang.

Chanyeol… mengapa kau begitu tolol?

Jantung Chanyeol hampir berhenti berdetak saat ia mendengar suara itu tertawa, astaga, bahkan tawanya pun merdu dan begitu menggemaskan…

"Maaf tuan, apa maksudmu, kau ingin ayam goreng?" Suara itu bertanya lagi.

"Iya, eh tidak, tidak.." Chanyeol menggeleng, percuma sebenarnya, orang itu kan tidak bisa melihatnya menggelengkan kepala.

"Oh, kami punya menu lainnya tuan, apa kau ingin burger?"

"Tidak!" Chanyeol berseru lagi "Aku ingin kau!"

Upss.. Harusnya Chanyeol tidak mengatakannya keras-keras.

"Apa?" Suara itu berseru tidak kalah kerasnya, "Kau bercanda tuan?"

"Tidak, tidak, eh iya." Chanyeol cepat-cepat menyanggah, "Maksudku, aku hanya ingin meneleponmu."

"… Kau memang sudah menelepon tuan—"

"Ma-maksudku, aku ingin nomor teleponmu," Chanyeol memohon, "Please?"

"Kau gila," Suara itu terdengar sangat kesal sekarang, "Tolong jangan pernah telepon lagi."

"Tung—"

—tut— tut.

Sebelum Chanyeol sempat melakukan apapun, Jongdae sudah menepuk pundak Chanyeol lalu berguling di lantai, tertawa dramatis.

"Kau merayunya?" Jongin tertawa hingga menitikkan air mata, "Astaga, hyung, aku tahu kau single tapi tidak kuduga kau se-jones itu hingga merayu ahjussi itu juga."

Bahkan Kyungsoo pun ikut tertawa, "Aku sungguh tidak menyangka, aktingmu bagus sekali Chanyeol, aku hampir berpikir kau benar-benar suka pada ahjussi itu."

"Tapi itu benar—"

"Maksudmu?"

Chanyeol melemparkan tubuh terlampau tingginya ke atas sofa Kyungsoo, ada sesuatu yang meletup-letup di dalam dadanya. Ia tidak sanggup menyembunyikan sebuah senyuman lebar yang menghiasi wajahnya.

"Kurasa, aku jatuh cinta."


-tbc-