Buku ke-1: Simpati Gravitasi (The Second Class)

.


.

DISCLAIMER:Love Live! School Idol Project is a Japanese multimedia project co-developed by ASCII Media Works' Dengeki G's Magazine, music label Lantis, and animation studio Sunrise. August 2010 / Original Words Idea by Yasushi Akimoto (AKB48/JKT48) - i only making a story. Copyright © DefSTAR Record. All rights reserved for fanfiction material.

Tag Notes: Love, Feels, Idol, Romance, Friendship, Yuri, OOC, AU, Spin-Off. Main Par: [Honoka & Kotori]

.


.


.

Bab 1: Hanikami Lolipop

.


.

Hari itu, musim semi baru yang keenam belas telah dimulai.

Impianku menjadi gadis remaja yang tumbuh mekar seperti bunga sakura yang berwarna merah muda ini telah tiba.

Menyambut suasana hati baru dimana aku juga ingin merasakan pengalaman cinta itu.

Perjalanan menuju sekolah yang dimulai dari tempat halte bis.

Sebuah bis sekolah,

Disanalah kisah cintaku dimulai

.


Part 1

"Tungg...guuu!"

Surai abu-abu kecoklatan itu terbang mengombak di tengah deruan angin lembut seiring dengan derap sepatu yang melangkah semakin cepat menuju tempat itu.

Itu adalah jam 7 pagi. Hiruk pikuk antrian orang yang menunggu di halte tersebut tidak terlalu padat. Bagaimanapun juga memang tidak mungkin untuk mengatakan bahwa tempat ini akan menjadi tenang dalam beberapa waktu ke depan. Hal yang mendukung pernyataan ini karena saat ini adalah waktu para siswa sekolah untuk menunggu bis sekolah untuk menjemput mereka menuju gedung sekolah yang sama.

Halte bis itu berada di daerah Koto-ku, terletak di sebelah timur kota Tokyo dekat dengan pelabuhan Tokyo. Sementara tempat sekolah mereka berada, SMA Otonokizaka terletak di daerah pusat kota, Chiyoda-ku, lebih tepatnya di pinggir daerah Akihabara, daerah Kanda. Ada jarak sekitar 10 KM dari kedua wilayah dalam kota ini. Karena itulah bepergian dengan menggunakan bis atau kereta merupakan pilihan utama.

Pagi ini seorang siswi yang tidak terbiasa untuk menggunakan fasilitas bis sekolah untuk pertama kalinya harus terpaksa mengejar antrian bis sekolahnya di halte khusus setelah dirinya mendapati berita di TV tentang gangguan fasilitas stasiun yang membuat jadwal keberangkatan kereta di jepang menjadi tertunda.

Jepang, negara yang sebagian besar alat transportasinya mengandalkan kereta untuk mengantar jutaan penduduknya menuju tempat aktivitas mereka menjadikan stasiun kereta sebagai tempat primadona dan kebanggaan kota. Hanya saja hal itu tidak berlaku untuk hari ini.

Gadis itu bergegas mencari buku panduan siswi miliknya di dalam kamarnya untuk menemukan karcis bus sekolah gratis miliknya. Setelah bergulat dengan tumpukan buku lainnya selama 30 menit pada akhirnya dia berhasil mendapatkan itu.

"Akhirnya aku bisa mengejar bus ini juga!" keluhnya saat menggapai tiang dalam bis yang hendak berangkat. Setelah menggesekkan karcisnya ke alat pemindai dia lalu bergegas mencari tempat duduk. Dia merasa sedikit merinding ketika mendapati pandangan asing ketika dirinya dari para penumpang bis yang sebaya dengan dirinya sedang menatapnya dengan pandangan dingin. Pandangan mereka yang seolah ingin mengatakan [Hei, makhluk asing dari planet mana ini?], padahal mereka itu satu sekolah dengannya.

Seolah tidak ingin ambil pusing, pandangan matanya menjelajah dari depan sampai ke belakang kursi bis namun tampaknya tidak ada seorangpun yang dikenalnya di dalam bis tersebut atau lebih tepatnya di juga tidak terlalu terbiasa untuk mengenal sistem tempat duduk di dalam bis ini jadi dia tidak terlalu memperhatikan wajah mereka. Sebenarnya dia ingin menyerah dan duduk dimana saja, hingga...

"Kotori, disini!" terdengar sebuah suara yang sedang menyapa dirinya. Itu berasal dari gadis berambut biru-hitam panjang yang duduk di kursi tengah. Itu adalah teman sekelasnya, mungkin satu-satunya orang yang dia kenal disana. Dengan pandangan tertunduk malu gadis itu melewati mata asing tersebut menuju sebelah bangku temannya. Setidaknya itulah yang seharusnya dia lakukan untuk sampai kesana namun ketika dia hendak sampai ke bangku kosong tersebut tiba-tiba pandangannya teralihkan, kelopak matanya seolah tercekat saat mengangkat mukanya, ada sebuah pemandangan berbeda yang berada di depannya.

Itu bukan berada tepat di depan, itu lebih tepatnya sesuatu yang jauh berada di depannya. Sebuah sudut pojok kursi belakang bis dimana seorang siswa lainnya tempaknya tidak terlalu terpengaruh dengan keributan barusan malahan memalingkan muka ke samping jendela. Wajahnya tenang, seolah tidak ingin diganggu oleh aktivitasnya yang sedang menatap arah luar jendela tersebut.

"Kotori?" gumam sahabatnya menarik punca tasnya untuk segera duduk. Bagaimanapun juga tidak baik seorang tetap berdiri di atas bis yang sedang berjalan. Pada akhirnya Kotori duduk namun sesuatu telah berubah. Ekspresi wajah khawatirnya telah sirna berganti dengan guratan senyum malu-malu yang merona oleh pipi yang semakin memerah.

Pada saat itu sahabat karibnya yang sama-sama merupakan murid kelas 2 mulai bercerita tentang keadaan dirinya hari ini maupun tentang dirinya yang merasa heran dengan kehadiran Kotori saat ini namun gadis itu tidak menjawabnya.

"Hei, jangan gugup! Aku tahu kamu tidak suka terlalu lama berada di keramaian semacam ini makanya kamu lebih memilih menaiki kereta cepat agar sampai ke sekolah. nih, aku kasih permen tapi jangan shock seperti ini, yah?"

"Ehh, U..Umi-chan?! Apakah aku hari ini bersikap aneh?" kata-kata itu terucap dalam suara agak kagok, lembut tapi hembusan nafasnya terasa berat. Sekilas kamu akan menebak bahwa gadis ini mungkin sedang deman dengan rona wajahnya yang semakin merah. Umi bukannya tidak mau menjawab itu namun dia memilih untuk mengelus poni rambut depannya seperti meredakan anak kecil yang baru saja berbuat salah.

Sembari memegang permen lolipop di kedua tangannya yang diberikan oleh temannya dia sukses nampak seperti anak usia 8 tahun yang baru saja selesai dibujuk agar tidak menangis lagi oleh kakaknya. Namun perasaan demam itu tidak langsung turun, tubuhnya tetap sedikit gemetar bersamaan dengan pergerakan bis ini terus berjalan tidak rata. Dengan selalu tertunduk menatap permen lolipop yang masih belum dibukanya dia berusaha keras untuk mengatupkan bibirnya agar tidak nampak tertawa.

"Apa yang membuat perasaan ini? mengapa degup jantungku berlangsung cepat? Apakah karena anak itu?"

Kembali dia menoleh ke belakang kursinya, kali ini kedua mata mereka sempat bertemu namun dengan cepat dia menarik wajahnya ke depan. Dan perasaan malu itu semakin membesar. Waktu yang masih tersisa dalam perjalanan ini membuat suasana semakin memanas. Itu hanya sepintas namun dia bisa terus terbayang-bayang dengan adegan sewaktu anak itu melamun ke luar jendela. Sisa perjalanan dari layar GPS menunjukkan jarak sekitar 1 KM lagi dan dia hanya bisa terdiam saja.

.

Part 2

Bis telah memasuki halaman sekolah SMA Otonokizaka. Umi dan Kotori turun melalui pintu belakang bis. Seharusnya dia bisa bertemu dengan siswi tersebut namun dia tidak mendapatinya. Ah, tentu saja dia sudah turun namun ada sesuatu asing yang masih tertinggal di sudut tempat dia berasal. Itu adalah tas miliknya. Tas berwarna biru yang tidak sengaja ditinggalkannya.

Kotori dengan segenap tenaga segera beralih mengambil alih tas tersebut dan mengejar pemiliknya yang masih belum jauh berada namun sesuatu mengalihkan pandangannya.

Rambut coklat ginger yang itu yang diikat oleh pita kuning miliknya berayun-ayun mengikuti aliran angin. Punggung itu. Sebuah sayap tak kasat mata tumbuh darinya seolah ingin menujukkan identitas aslinya. Tentu saja itu hanya imajinasi Kotori semata namun itu cukup membuat tubuhnya menggigil seolah kehilangan keberanian dan niat utamanya saat sampai kepada anak tersebut.

Gadis itu menoleh ke arah samping, seolah-olah dia mendengar bisikan angin yang tidak mampu diucapkan oleh hati orang di belakang punggungnya.

"Ah, itu tasku, yah? Maaf, aku telah merepotkanmu." ucapnya penuh penyesalan hingga menundukkan kepala.

Pada saat itu Kotori yang masih tercengang tetap tidak mampu mengolah pemikirannya menjadi kata-kata. Begitu juga ketika gadis itu hendak mengambil kembali tasnya dari genggamannya namun tas itu tetap tercekat pada dadanya seolah tangan Kotori tidak rela untuk melepasnya, butuh sedikit usaha ekstra yang cukup halus agar dia mau melepaskannya. Itu karena...

"Maa-af..." kata Umi yang menepuk punggung Kotori sehingga dia tersadar seolah melepaskan ilusi yang menjeratnya. "Kotori kau ini kenapa sih? Kok aneh banget hari ini?"

"Ah, maaf. Aku yang salah disini karena telah menyusahkan dia."

"Enggak-enggak, kamu tidak perlu merendah seperti itu. Eh, apakah kamu anak baru? Dari warna dasinya seharusnya kita berada di kelas yang sama, sih. Ah, perkenalkan namaku Umi Sonoda dan dia adalah Kotori Minami." Keduanya saling membungkukkan kepala untuk memberi salam hormat.

"Haik, aku memang baru hari ini memasuki sekolah ini. apakah kalian tahu letak ruang administrasi sekolah? aku harus mengurus formulir kepindahanku." katanya. Setelah itu Umi menjelaskan letaknya kepada gadis itu dengan cermat. Lalu,

"Ah iya, aku belum memperkenalkan diri, yah? namaku adalah Honoka Kousaka." Cuma itu saja perkataan yang diucapkannya saat menjabat tangan Kotori namun itu saja sudah membuatnya overheat dan tanpa dia sadari setelah itu pandangannya kabur dan menghitam.

Lolipop, permen batangan itu terjatuh dari genggaman tangannya. Permen kesukaan anak-anak itu mendadak terlepas dan mengikuti hukum gravitasi untuk turun ke tanah. Sebuah kehebohan di pagi hari. Sementara Umi menjadi sibuk untuk membawa tubuh Kotori menuju ruang UKS. Gadis itu lebih memilih untuk memungut permen tersebut sembari memiringkan kepalanya dan menuju ruang administrasi sekolah.

Pagi hari ini berakhir dengan penuh warna layaknya guratan gulali lolipop yang melingkar menuju porosnya tersebut.

.

Sementara itu Kotori yang separuh terbangun sudah bisa mengendalikan dirinya. Di ruang UKS tersebut dia berusaha membaringkan kepalanya tanpa beban. Dia tidak hendak memikirkan ini namun apakah mungkin dia mengalami gejala aneh?

Jadi perasaan kental apa ini?

Mengapa dia menjadi malu kepada orang yang baru dijumpainya?

Apakah itu berarti dia sedang sakit parah? Tentu saja tidak.

Jawabannya adalah sederhana.

Itu adalah perasaan cinta searah yang luar biasa.