"There is spring. Now, the flower bloomed and those all become pink, or what. Sometimes you feel cold but that was a warmness from spring."

~~~~ #####

A/n : Wuah, ini yang ketiga. Tentu harus jadi lebih spesial dari yang dulu. Yang Spesal dari ini: chapter terpisah. (Readers: *Sigh*) Ya udah deh, daripada cemberut mulu, mending langsung on the spot deh! Oh ya, sahabat saya yang super, kalau boleh direview, jangan diflame. Rating and Genres may change.

Title : Color of Seasons

Genre : General, Slice of Life, Romance, Friendship

Rating : Kayaknya T deh

Summary : Generally a life of a person who has became something special for someone... Better if we start now?

Warning : OCs, Racchi's POV, POV may change (or maybe not), I'm using Rune Factory calendar, and well... Say something before reading?

Rune Factory 4 XSEED Games

Racchi Dolgatari Present

Color of Seasons

Chapter I. Pink Spring

Musim semi...

Musim ini di mana kita memulai hal-hal baru, karena bertepatan dengan tahun baru. Di mana pula tanaman dan pohon-pohon mulai bersemi dan menumbuhkan bunga-bunganya...

Tahun baru kali ini (tanggal 1 Spring) adalah 18 hari aku bersamanya... Dolce, namun aku sekarang akrab memanggilnya dengan Ruucchi, karena Pico memanggilnya Ruu-chan aku panggil dia Rucchi.

Hari ini dimulai.. Ketika aku membuka mataku, sehabis tidur selama 5 jam... Karena tadi malam ada festival kembang api. Aku baru ingat, hari ini aku akan datang ke rumah Kiel untuk sekedar ngobrol bersama dan membuat harapan bersama...

Setelah sarapan dan mengganti PJs-ku dengan baju resmiku, aku pergi ke rumah Kiel. Karena hawa musim dingin waktu itu belum sepenuhnya hilang, aku menggunakan mantel bulu berwarna putihku.

"Pagi, Racchi!" Sapa Kiel begitu aku datang.

"Cih, masih hidup ya?" Kata Doug.

"Ya, aku masih bersyukur dikasih kesempatan masih hidup" Kataku kalem sambil melepas mantelku.

"Hahahahaha... maksudnya?" Kata Kiel linglung.

"Udahlah." Kataku menghentikan pembicaraan ini.

Kami pun mulai berbincang-bincang hingga setengah hari, kan wajar, hari itu hari libur. Memang, kadang setiap hari holiday kami selalu mengobrol seperti ini di rumah Kiel... Namun kasihan juga Kiel, Doug sering buang sampah sembarangan di kamar Kiel tanpa diketahui pemiliknya. Dan bukan sekedar sampah bungkus coklat, namun tumpukan sampah dari rumahnya (baca: Grocery Store).

Hari mulai sore, kami semua berencana untuk pulang dan bersiap-siap untuk bekerja besok.

"Kiel, aku mau pulang dulu ya. Kayaknya ada kerjaan di Mansion." Kata Vishnal.

"Iya, aku juga kayaknya dicariin nenekku." Kata Doug.

"Kalau gitu, kami pulang dulu ya, sayounara~!" Kataku.

"Iya, sayounara, pulang yang jauh!" Bentak Kiel.

"Kamu emosi ya..." Kata si kuda lumping- eh kuda hitam, Dylas.

"Hehehe... Bercanda. Sayounara!"

Kami semua pun pulang, namun sepertinya Dolce, yang selalu bersama Xiao Pai atau kadang Forte, masih suka pulang agak telat, kadang mereka bisa pulang jam 8 malam. Emang mereka ngobrolin apa coba?

Daripada memendam jutaan rasa khawatir, aku menghampiri mereka yang selalu berada di Plaza (atau apalah namanya). Di perjalanan, aku menghampiri Pangeran dan Putri Selfia waktu itu, yang sedang jalan berdua. Cie.

"Racchi! Konbanwa!" Sapa Lest, si Pangeran.

"Konbanwa... Kalian dari mana?" Tanyaku

"Dari hatimu~" Canda Frey.

"Eh yang bener... Tapi yang lebih penting kalian lihat Dolce gak?"

"Gak tau. Tapi tadi aku lihat siang hari dia keluar dari Obsidian Manor, terus gak tau dia bawa apa dari sana, terus dia pergi ke Blacksmith." Jelas Lest.

"Terus sekarang?"

"Meneketehe, sejak kapan juga gue, Lest, the Prince of Selfia, jadi stalker Dolce?" Kata Lest genit.

"Emangnya kenapa? Kalian udah GF-BF ya? (Girl Friend- Boy Friend, istilah lain dari pacaran, karena kata pacaran terlalu murahan)" Kata Frey sembarangan, padahal itu kenyataan.

"BIsa jadi!" Ungkap Lest.

"Hewan!"

"Ya!"

"Menggonggong!"

"YA!"

"Kucing!"

"Bodohnya dirimu!"

"Hahaha... Ya udah deh aku duluan ya. Sayounara." Kataku mengakhiri permainan murahan bernama Selfia Pintar...

"Yuk, Sayounara."

Aku pun mencarinya hingga sampai di Plaza, dan ternyata..!

Mereka lagi ngobrol dengan semua perkumpulan Bachelorretes Selfia! Apa yang mereka lakukan?

"Racchan!" Kata Pico sambil langsung memelukku.

"Dasar, siapa yang memberi nama kayak gituan?"

"Aku sendiri, niisan!" Kata Pico.

"Ah, sudahlah, namanya lumayanlah..."

Mereka semua tertawa.

"Kalian ini ngapain sih?" Tanyaku.

"Nyari jodoh." Kata Amber kalem.

"Iya, liat deh ini. Biro jodoh dari Selfia!" Kata Margareth norak.

"Dafuq. Kalau mau BF harus tunggu laki-lakinya ungkapin perasaan!" Jelasku.

"Haha.. Racchi-kun bisa aja!" Kata Xiao Pai.

"Kamu sendiri ngapain di sini?" Tanya Forte.

"Em... Pinjam Dolce sebentar boleh?" Kataku sambil menarik Dolce keluar Plaza.

"Ada apa Racchi?" Tanya Dolce.

"Yah, nggak kenapa-napa sih, pulang jam berapa?"

"Kira-kira jam delapan. Oh iya, nanti malem ketemu aku yuk di depan Obsidian Manor." Ajak Dolce.

"Ngapain?" Tanyaku.

"Ada deh..."

"Ya udah, aku mau pulang duluan. Sayounara, jaga diri ya.."

"Iya, nanti jam sepuluh ya!"

Aku pun langsung pulang ke rumah, dan sesampainya di rumah aku membuat teh gandum dan meminumnya... Sambil menghirup angin malam di Balkon rumah. Dan untuk menghilang rasa bosan yang amat-sangat, aku memainkan sebuah instrumen musik yang sangat kusukai dengan biolaku...

Terasa sangat hangat ketika memainkan biola itu... Dan itu mengingatkanku akan karirku sebagai pemain biola handal... Sambil pula aku memikirkan, kenapa Dolce merahasiakan sesuatu dariku.

Ah, tampaknya aku pun harus memberinya hadiah... Tapi apa ya... Aku tak tahu apa barang yang cocok untuk dia yang berpenampilan penyihir...

Setelah cukup lama berpikir, hasilnya adalah: Sebuah bros berbentuk topi yang mirip dengan miliknya.

Aku mencoba membuatnya sendiri, ya kan ini untuk someone special, jadi membuatnya juga harus spesial juga. Ya gak?

Setelah hampir satu jam, aku selesai membuat bros itu dan hasilnya memuaskan. Aku lihat jam sakuku, dan ternyata sudah menunjukkan jam 21.50. Aku harus cepat pergi ke sana. Dengan cepat aku mengambil dan mengenakan mantel buluku, mengenakan sepatu yang mirip dengan sepatu boots berwarna putih, dan aku meninggalkan rumah.

Tidak seperti biasanya, hawa kali ini sedikit menghangat, entah kenapa. Mungkin... Akan ada sesuatu yang baik terjadi...

~~~~ #####

Sesampainya di halaman depan Obsidian Manor, seperti biasa, aku merasa canggung kalau harus bertemu -tatap mata- dengan gadis itu. Kali ini aku lebih duluan datang, dan Dolce baru datang beberapa menit kemudian. Kulihat jam sakuku, jam itu menunjukkan angka 20.07.18

"Hehehe... Maaf aku telat!"

"Nggak apa-apa sih, aku nggak begitu kedinginan kok!"

Lalu dia tampak mencari-cari sesuatu, dan setelah dia menemukannya, barang itu disembunyikan di punggungnya.

"Ada apa kau memanggilku di sini? Tidak biasanya."

"Tutup matamu!"

Aku pun menutup mataku, dan tampaknya dia memasangkan sebuah kain berwarna putih untuk menutup mataku, lalu, aku merasa dia meraba telingaku dan-

"AAUUUUWWWW!"

"Selesai!"

Setelah aku teriak dari rasa sakit yang amat sangat di telingaku, dia melepaskan penutup mata dan aku lihat mukanya tersenyum dan aku merasa juga ada yang menempel di telingaku...

"Bagus kan? Meski kau laki-laki aku ingin kau punya anting!"

"Hmmm..."

Aku meraba dan menarik telinga itu sampai aku bisa melihat anting macam apa yang dipasang oleh Dolce. Rupanya itu adalah anting berbentuk balok yang panjang-lebar-tingginya kira-kira 1cm-3mm-2mm. Dan sepertinya terbuat dari Sapphire berwarna merah muda...

"Agak keperempuanan sih Rucchi... Tapi kenyataannya aku suka kok! Dari mana kau tahu aku suka Sapphire?"

"Seorang GF harus tahu apa yang disukai oleh BF-nya. Kau bukannya pernah cerita, kalau kau suka Sapphire?"

"Ah, iya juga..."

Rupanya gadis itu mengingat hari itu. Hari di mana kita saling bertukar pengalaman, ilmu, informasi, kesukaan, hobi, dan seterusnya...

"Ini kan tahun baru! Apalagi sekarang bunga-bunga mulai mekar! Dan juga warnanya merah muda Sapphire loh.." Kata Dolce dengan genitnya. Tampaknya dia tidak memasang watak aslinya kalau ada aku.

"Aku juga sebenarnya ingin memberimu ini... Original Racchi loh." Kataku sambil memberikan kotak itu. Dia tampak canggung dan akhirnya dia membukanya.

"Whoa... Keren Racchi! Arigatou!" Kata Dolce dengan senyum lebarnya dan aku membalas dengan senyuman dengan mata tertutup.

"Jadi... Ada apa lagi?"

"Yah, setidaknya ini malam ke-18 kita..."

"Hahaha... Angka kelahiranmu..."

"Yap!"

"Hah, kau ingin kita membuat hal spesial kepada Pico seperti malam ke-7 itu?"

"Dua juta rupiah!"

"Hm!"

Setelah itu kami pergi ke rumahku untuk membuat apa yang disukai Pico... Ceritanya waktu itu aku, Dolce, Pico belum serumah. Setelah beberapa kali berbincang-bincang, kami memutuskan untuk membuat Pancake Madu.

Dan kini Pancake itu tersaji, dan pula, malam itu kami tidak tidur, dan Pico datang ke rumahku. Kami langsung menyajikan Pancake itu kepada Pico, dan alhasil Pico meminta kami untuk membuatnya 18 kali dengan 7 tumpukkan. Sial. Aku mengerti maksudnya.

Dan kini 18 piring dengan 7 tumpukkan Pancake Madu ada di atas meja makan. Dasar rakus, dia menghabiskan 17 piring. Dan tersisalah satu piring lagi di atas meja.

"Ayo! Satu piring lagi!" Kataku memberi dukungan.

"Hmmm... Aku kenyang..." Kata Pico sambil memegang perutnya. Raut mukanya tidak mengespresikan apa yang seharusnya dia ekspresikan. Dia malah senyum-senyum.

"Ayolah, yang satu ini dikasih tambahan Maple Syrup deh!" Kata Dolce dan dia langsung memberi Pancake itu ekstra Maple Syrup. Semua orang yang waras pasti sadar betapa manis (Sundanese reads: 'Giung') Pancake itu. Kalau orangnya nggak waras, pasti bakal bilang Pancake itu pedas atau renyah.

"Nggak ah, buat Ruu-chan sama Racchan ajah." Katanya dengan logat anak-manja-yang-ngasih-sisa-permen.

"Hmph. Apa boleh buat." Kataku.

Kami pun terperangkap Pico, dan akhirnya kami memakan Pancake itu. Setelah tersisa dua suap lagi, Pico mulai beraksi.

"Hmmm... Coba deh kalian saling suap." Kata Pico yang tidak sopan memanggil kami dengan sebutan 'kalian'. Kami pun cuma nginyem, dan yak. Padahal ini batasku untuk memakan makanan super manis kayak gini.

"Nyam."

"Happy Eighteen!"

Benar apa yang kupikirkan itu. Aku memang melewati batas mengonsumsi makanan manis kayak gini, namun kalau kayak gini gak apa-apa sih.

Kami semua tersenyum bersama dan Pico tertawa gak karuan sampai terguling-guling. Hal yang aku lanjutkan berikutnya adalah: Menyemprot satu botol Maple Syrup yang mahalnya bikin aku ngais-ngais tempat sampah buat makan kalau mau beli. Alhasil, badan Pico semuanya lengket, biar tau gimana lengketnya dan manisnya Maple Syrup. Biar tau rasa sekalian! Mang enak.

Hmmm... Aku terpikir kembali perkataan Dolce, "Apalagi sekarang bunga-bunga mulai mekar! Dan juga warnanya merah muda Sapphire loh.."

Musim semi ini membuatku banyak berpikir. Dunia ini menjadi merah muda. Hadiah, warna pakaiannya, merah muda. Cinta? Itu pun merah muda.

Tampaknya aku membuat 'Pinky Spring' tahun ini, karena ada anting Sapphire, dan cinta. Benar, cinta merah muda. Kalau cinta warna hijau itu apel terbalik.

Dan aku harap semua kebahagiaan ini bisa berlangsung selamanya...

~To Be Continued!~

Keep online, who knows the 2nd Chapter is published. See the credits on The Final Chapter. Arigatou for the time for reading!