.
.
.
Crush? What.
.
Cast :
Byun Baekhyun
Park Chanyeol
Other Cast :
Do Kyungsoo
Park Luhan—marga diganti sesuai kebutuhan
And other.
Genre :
Romance, Friendship
Summary :
Baekhyun tidak tahu bagaimana crush-nya bersama orang tuanya mendatangi rumahnya, dengan alasan orang tua crush-nya itu merupakan besan orang tuanya. "Aku ingin tidur di sini..." "Oh, kalau be—" "—tapi bersamamu."
.
.
.
.
.
Happy Reading!
Pagi hari yang damai, di sebuah rumah yang tidak terlalu besar namun nampak kemewahan di sana...
DOK DOK DOK
"BYUN BAEKHYUN! MAU SAMPAI KAPAN TIDUR, HAH? BANGUN!"
"NGGHHH IYA SABAR EOMMAAA!"
Ugh, yeah, damai.
Sebuah gumpalan besar di atas ranjang yang tertutupi selimut itu mulai bergerak-gerak dan perlahan muncul wajah imut, manis namun berantakan dari bawah selimut. Matanya yang sipit mengerjap-kerjap perlahan, berusaha memfokuskan dirinya.
Berhasil menyeimbangkan dirinya sehabis berdiri, ia langsung melangkah terseok-seok menuju kamar mandi. Tangannya menyambar asal-asalan sebuah bathrobe berwarna putih berbintik biru pada gantungan yang terdapat di sebelah pintu kamar mandi.
Tidak butuh waktu lama bagi Baekhyun untuk mandi pagi, mengingat jam weker kesayangannya yang jarumnya sudah menunjukkan pukul setengah tujuh dan menandakan ia hanya mempunyai 30 menit tersisa. Lalu salahkan pada jarak sekolahnya yang lumayan jauh, membutuhkan 20 menit untuk sampai sekolah jika menaiki bus. Oke, semangat.
Begitu keluar kamar mandi, Baekhyun bergegas mengambil baju seragamnya, lalu mengecek tas dan atribut lainnya. Merasa semua sudah siap—Baekhyun berdoa ia tidak melupakan apapun, tubuh kecilnya mulai bergerak cepat. Ia menutup pintu dengan kasar (dan membuat appa-nya yang sedang meminum kopi paginya itu menyemburkan kopinya), lalu menuruni tangga cepat-cepat.
"Ya Tuhan Byun Baekhyun, apa ada yang salah dengan spremaku dulu—appa Baekhyun menoleh ke arah eomma Baekhyun yang diam-diam menahan tawanya—sampai-sampai melahirkan anak bandel sepertimu, hah?" Ucap appa Baekhyun tapi Baekhyun sama sekali tidak mempermasalahkannya. Ia hanya memutar bola matanya malas, lalu menyambar roti panggang dari piring di samping appa-nya. Lantas setelah itu, ia dengan kurang ajarnya mengucapkan salam dengan ogah-ogahan, menyambar sepatu dari raknya dengan cepat dan pergi begitu saja. Mengabaikan eomma-nya yang berteriak memanggil namanya, dan appa-nya yang menggelengkan kepalanya.
Ia berjalan dengan sedikit terburu-buru sambil menggeram kesal, mengutuk kaki pendeknya yang benar-benar menjadi masalah di saat-saat seperti ini. Ya tentu saja karena kaki pendeknya itu menyebabkan ia tidak dapat melangkah lebih lebar agar cepat sampai di halte yang sudah nampak di depan mata.
Pantat Baekhyun dengan sukses menyentuh kursi begitu ia telah sampai di halte. Tangan kirinya mengusap peluh yang mengalir dari pelipisnya, sedangkan tangan kanannya masih setia membawa roti panggang yang tinggal separuh itu.
Tiba-tiba suara klakson berbunyi menandakan bus sudah datang. Baekhyun tanpa basa-basi memasuki bus yang pintunya sudah terbuka itu. Tatapan Baekhyun berkelana melihat bus, sampai tatapannya jatuh pada sebuah kursi kosong yang berada di pojok belakang, tepat di samping jendela. Tempat yang menurut Baekhyun paling sempurna, dan memang kebetulan hanya itu saja kursi yang tersisa. Maka dari itu, Baekhyun tanpa ragu melangkah mendekati kursi itu. Begitu Baekhyun duduk di kursi tersebut, tatapannya masih melihat kesana kemari, mencari-cari sesuatu yang menarik untuk dipandang.
Dan Baekhyun menemukannya.
Hal yang paling menarik untuk dipandang.
Sosok tinggi dengan rambut berwarna hitam yang berada sedikit jauh dari tempatnya, namun dapat dilihat jelas jika dari tempat Baekhyun meskipun orang yang dipandangi itu dalam posisi membelakanginya. Dan, ya, Baekhyun mengenal sosok itu. Tentu saja. Seragam yang sama.
Teman satu sekolah, satu kelas, bahkan satu bangku. Park Chanyeol.
Namja paling menjengkelkan namun mengasyikkan. Namja yang berisik namun manis. Imut tapi tampan. Mengerikan tapi menarik. Dan Baekhyun memang, diam-diam mencintai namja satu itu.
Chanyeol itu, sempurna bagi Baekhyun. Ya, abaikan saja sifat cerewet, manja, menjengkelkan dan berisik yang hinggap di kepribadian namja tinggi itu. Bahkan dengan sikap-sikap menggelikan itu, Baekhyun masih tidak tahu mengapa ia jatuh cinta pada makhluk itu. Dan ngomong-ngomong, Baekhyun benar-benar tidak ada niatan untuk menyapa namja itu.
Tanpa sadar Baekhyun melamun memikirkan namja jangkung itu, sampai-sampai ia tidak sadar telah sampai di tujuannya. Ketika kondektur bus meneriakkan tempat halte yang akan jadi pemberhentian selanjutnya, Baekhyun baru benar-benar tersadar. Namun ia memilih bangkit terakhir, tidak ingin Chanyeol mengetahui keberadaannya.
Begitu bus berhenti dan Chanyeol beranjak menuruni bus, Baekhyun baru bangkit dari tempat duduknya dan melangkah mendekati pintu bus untuk keluar. Begitu ia hendak melangkah untuk menuju sekolah yang berada di dekat halte ini, tiba-tiba sebuah suara terdengar, mengejutkan Baekhyun.
"Hei, Baekhyun." Suara berat itu terdengar familiar di telinga Baekhyun, dan Baekhyun tahu dengan jelas itu suara milik siapa; Park Chanyeol. Pfft, rencana menghindar yang gagal, Byun Baekhyun.
Baekhyun memilih menoleh menghadap Chanyeol, malas-malasan. Tapi Chanyeol menyambutnya dengan senyuman lebar di bibirnya, membuat Baekhyun sendiri tak tega untuk mengetusinya. Yah, itulah Baekhyun. Ia bukan tipe orang yang menunjukkan benar-benar perasaannya di depan orang yang dia sukai. Bahkan sikapnya bisa berubah menjengkelkan di depan orang yang ia sukai. Atau bersikap konyol seperti dirinya yang asli. Pokoknya tanpa kepura-puraan, tidak seperti Kai sahabatnya yang bersikap manis-manisan di hadapan Kyungsoo, sahabat Baekhyun lainnya dan paling dekat dengan Baekhyun.
Yeah, kembali kepada Baekhyun. Kini ia sedang menatap Chanyeol, ogah. Dan ia sedikit terlonjak ketika Chanyeol menggandeng tangannya—sangat tidak erat—mengajak Baekhyun untuk melangkah bersama menuju sekolah. Tapi Baekhyun dengan perlahan melepaskan genggaman Chanyeol meskipun ia tetap berjalan beriringan dengan Chanyeol. Sebenarnya bukan apa-apa, tapi Baekhyun tidak bisa menahan detak jantungnya yang menggila ketika tangan Chanyeol menyentuh lembut tangannya. Dan untung saja Chanyeol tidak nampak mempermasalahkannya ketika ia melepaskan genggamannya. Ya mungkin bagi Chanyeol, yang penting Baekhyun tetap berjalan di sampingnya.
"Kau tidak bersama Kai dan Kris di depan? Tumben sekali mau berjalan denganku." Ucap Baekhyun, datar tanpa ekspresi. Chanyeol hanya mengendikkan bahunya. "Kita baru kali ini berada di dalam satu bus, kan. Jadi tidak ada salahnya."
Baekhyun masih penasaran tapi ia memilih mengabaikannya. Mereka masih berjalan bersama hingga masuk ke kelas mereka, tepat saat bel berbunyi. Baekhyun menghela nafas lega dan menaruh tasnya di bangkunya, diikuti Chanyeol yang menaruh tas di kursi yang berada di samping Baekhyun. Mereka memang teman sebangku, kuingatkan lagi. Dan mereka berdua menduduki bangku itu bersama.
Dalam hati Baekhyun benar-benar bersyukur karena Chanyeol termasuk sejenisnya. Bukan, bukan dalam artian cinta sesama jenisnya, tapi dalam kepribadiannya. Sama-sama bandel, sama-sama kepedean, sama-sama bodoh—tapi menurut Baekhyun Chanyeol masih jauh dibawahnya, sama-sama menjengkelkan, sama-sama mengasyikkan, dan banyak lagi hal yang mereka sama-sama sukai.
Tanpa Baekhyun sadari Baekhyun melamun sedari tadi.
Ah, ya, ngomong-ngomong, banyak gosip mengatakan bahwa Chanyeol itu tertarik pada Dara, gadis yang termasuk paling cantik di kelas. Ia sudah tahu itu lama sekali, tapi ia tidak mencoa menanyakan hal itu pada Chanyeol meskipun mereka adalah—Baekhyun benci mengakuinya tapi inilah kebenarannya—teman baik. Teman baik, bukan sahabat.
Karena mereka akrab, begitu katanya.
Mungkin Baekhyun patah hati, ugh, sangat. Tapi ya tidak lucu juga jika ia benar-benar menunjukkannya, bukan? Itu pasti akan menggelikan bagi teman-temannya yang menyaksikan, bahkan untuk Chanyeol sendiri yang sepertinya seorang straight.
Lagi asyik-asyiknya memikirkan Chanyeol, tiba-tiba Chanyeol memekik membuat Baekhyun berjengit dan refleks menoleh ke arah Chanyeol. Sedetik, Baekhyun mencoba menoleh ke arah meja guru untuk memastikan apakah guru mungkin sudah masuk dan untungnya belum. Ia kembali menoleh ke arah Chanyeol yang sedang menampakkan ekspresi bodoh sambil menatap Baekhyun. Baekhyun mati-matian menahan untuk mencubit pipi Chanyeol karena gemas, dan akhirnya Baekhyun memilih membuka mulut untuk bertanya. "Hm? Wae, Yeol?"
"Aku lupa... sial, Baekhyun, kau sudah mengerjakan PR matematika?" Tanya Chanyeol takut-takut dan Baekhyun mengangguk dengan polosnya. "Sudah. Dan aku yakin kau belum, lalu ingin mencontek PR-ku."
Hal tersebut sudah dapat ditebak karena hampir terjadi setiap ada pelajaran yang terdapat PR, dan Baekhyun tanpa sadar mendesah lelah ketika Chanyeol mengangguk pelan. Tapi Baekhyun tetap menarik resleting tasnya dan memilah buku tulis miliknya, sampai ia menemukan buku matematika miliknya dan ia menyodorkannya pada Chanyeol. Chanyeol menerima buku tulis Baekhyun dengan senang hati, tapi belum sempat Baekhyun menoleh ke arah lain, Chanyeol kembali bersuara. "Ehm... Baekhyun, bisakah kau ajari aku juga? Aku takut nanti dipilih guru killer itu untuk maju mengerjakan soal."
Lagi-lagi Baekhyun mendesah, tapi ia tetap mengangguk. Ia mulai merapatkan dirinya dengan Chanyeol, mencoba ikut melihat buku tulisnya yang sudah dibuka oleh Chanyeol. Setelah memahami soalnya, ia mengambil bolpoin dan kertas kosong sebagai oret-oretan yang sudah disiapkan Chanyeol. Pertama-tama, Baekhyun kembali menulis soalnya di kertas kosong tersebut, lalu menjelaskan cara mengerjakannya pada Chanyeol. Mencekcoki Chanyeol dengan berbagai rumus yang harus dipahami. Chanyeol memerhatikan dengan seksama—Baekhyun sempat meliriknya beberapa kali.
Kemudian Chanyeol mencoba mengerjakan soal nomor dua dan seterusnya dengan serius. Baekhyun diam-diam memperhatikan wajah serius Chanyeol yang terlihat menarik, namun entah mengapa tak semenarik ketika Chanyeol menunjukkan wajah bodoh dan konyolnya—yang sebenarnya di saat itu sikapnya benar-benar menjengkelkan. Tapi sungguh, wajah seriusnya saat ini tetap membuat jantungnya berdetak tak karuan. Yah, mungkin bagi Chanyeol ia terlihat lebih akrab dengan orang lain, Kyungsoo contohnya. Atau mungkin Jongin? Sehun? Bahkan Kris, si ice prince di kelas—atau sesekolahan? Sebenarnya itu bukan karena ia tidak akrab dengan Chanyeol. Sudah dibuktikan, kalau mereka itu sangat akrab, bukan? Tapi, hanya Baekhyun yang jadi masalah. Entahlah, Baekhyun terlampau gugup ketika di samping Chanyeol, jadi ia meskipun menunjukkan sikap konyolnya, namun nampak kegugupan di sana.
Baekhyun selalu tidak sadar, memikirkan Chanyeol selalu membuatnya melamun. Ia bahkan tidak mendengar suara melengking Suho yang memberitahukan bahwa jam ini pelajaran kosong karena guru sedang mengadakan rapat mendadak entah rapat apalah itu. Lalu Baekhyun berjengit terkejut dan memekik pelan ketika seseorang mengguncang tubuhnya. Ia menoleh tiba-tiba dan mendapati Kyungsoo yang sudah berdiri di sampingnya. Tidak mengherankan untuk Kyungsoo karena Kyungsoo tahu, semuanya. Kebiasaan Baekhyun yang sering kali melamun, sebenarnya karena namja jangkung si Park Chanyeol itu.
Dahi Baekhyun berkerut menatap heran ke arah Kyungsoo yang menatapnya dengan serius. Kyungsoo mendekatkan mulutnya ke telinga Baekhyun, membisikinya untuk keluar kelas. Baekhyun mengangguk keheranan, lalu menyusul Kyungsoo yang sudah melangkah keluar kelas duluan setelah meminta ijin pada Chanyeol, menyuruh Chanyeol mencoba mengerjakan soalnya hingga terakhir. Chanyeol sendiri hanya mengangguk tanpa bertanya lebih lanjut.
Sesampai di luar kelas, Baekhyun mendapati Kyungsoo yang langsung memeluk tubuhnya. Baekhyun tidak mengerti ada apa, tapi ia hanya membalas pelukan Kyungsoo dan bergumam 'tenanglah' berkali-kali. Sampai akhirnya Kyungsoo melepaskan pelukannya dan menatap Baekhyun sendu. "Baekhyun, aku ingin mengatakan sesuatu padamu, tapi jangan coba-coba bersedih atau menangis setelah mendengarnya atau aku akan membunuh yang bersangkutan."
"Hah?" Tanya Baekhyun tak mengerti. Ia ingin menganggap Kyungsoo bercanda, tapi ia mendapati keseriusan berlebihan yang terdapat pada diri Kyungsoo, hanya dengan menatap mata bulat Kyungsoo. Meskipun ia tahu bahwa Kyungsoo pastinya tidak mungkin membunuh siapapun. "Baiklah, kuusahakan tergantung apa yang akan kau katakan. Memang ada apa?"
Beberapa detik penuh keheningan membuat rasa takut tiba-tiba menjalari hati Baekhyun. Ia mulai mendapat feeling bahwa ini tidak bagus. Terlebih ketika Kyungsoo nampak memantapkan dirinya untuk bicara, membuka mulutnya meski nampak keraguan di sana. "Kau harus melupakan Chanyeol, Baekhyun. Dia—"
"Dia apa?" Tanya Baekhyun cepat, tahu bahwa ucapan Kyungsoo selanjutnya menginfokan sesuatu yang benar-benar buruk. Sialnya, ini menyangkut perasaannya dan Chanyeol. Kyungsoo menghirup nafasnya dengan gugup, sebelum akhirnya melanjutkannya dengan suara tercekat. "Dia—berpacaran dengan Luhan. Kakak kelas kita dan teman satu ekstra kulikuler kita, ingat?"
DEG!
Tubuh Baekhyun membeku, seiring dengan matanya yang terasa lembab dan memburam. Tidak, ia tidak pernah menangis karena cinta, sebenarnya. Mungkin tidak akan pernah karena—percayalah, perasaan Baekhyun sebenarnya tidak selemah itu. Hanya suaranya saja yang berubah sangat menyedihkan, namun ia tidak pernah—atau sebenarnya jarang—sampai menangis. "Ap-apa? Kau..." Ujar Baekhyun, menghela nafas dan melanjutkan kalimatnya. "...tahu dari mana?"
Kyungsoo mengalihkan pandangannya, menatap kemanapun asal jangan langsung ke mata Baekhyun. "Satu angkatan membicarakan itu, Baek. Kau tahu sendiri kan, Luhan itu anak OSIS dan Chanyeol sendiri cukup—sangat—populer karena ia adalah ketua tim basket. Memang sih, Luhan dan Chanyeol belum mengakuinya dan seharusnya aku-pun tidak boleh mempercayainya. Tapi, yah, selama teori belum ditentukan salah, ada kemungkinan itu benar, kan? Aku sebagai sahabatmu hanya tidak ingin kau terluka..."
"Ehm, kau tahu Kyung? Ini terlalu dramatis." Gumam Baekhyun, dan Kyungsoo mendelik. Kyungsoo benar-benar berpikir bahwa Baekhyun ini benar-benar tidak bisa dibuat sedih. Bahkan jika Kyungsoo berada di posisi Baekhyun, mungkin ia sudah menjerit dan terisak-isak keras memalukan sambil menjambak rambut Baekhyun—abaikan yang terakhir. Jangan pikir karena Kyungsoo terlihat pendiam di luar, lalu ia kalem, begitu? Yang Baekhyun tahu, Kyungsoo sendiri cerewet, menjengkelkan, dan berlebihan. Butuh contoh? Ya saat ini. (Atau sebenarnya Baekhyun-lah yang terlalu cuek, entahlah.)
Dan entah untuk keberapa kalinya, Kyungsoo benar-benar dibuat sweatdrop oleh Baekhyun. Yah, Kyungsoo pikir Baekhyun akan bersedih dan butuh sandaran. Tapi yang terjadi adalah—
"—Kyung, kudengar ada film The Conjuring yang baru, bagaimana kalau kita nonton sepulang sekolah?"
Kyungsoo benar-benar meninggalkan Baekhyun dari depan kelas, memasuki kelas bahkan tanpa segan membanting pintu di depan muka Baekhyun. Meninggalkan Baekhyun yang nampak terkejut dan polos bersamaan, dengan mata membulat dan mulut yang menganga. Lalu yang terjadi selanjutnya adalah Baekhyun yang berteriak membuka pintu kelas, memanggil nama Kyungsoo dengan sebal sambil merengek-rengek.
Sebenarnya Kyungsoo sudah tahu hal seperti ini akan terjadi. Dan saat ini, Kyungsoo baru saja mengobrol dengan Sehun yang duduk tepat di belakang Chanyeol (Chanyeol baru saja menyelesaikan tugasnya dan mengobrol dengan Yoona yang duduk di depan bangkunya), lalu mendapati Baekhyun yang menarik-narik tangannya sambil memohon-mohon. "Ayolah Kyung, temani aku nonton, hitung-hitung hiburan untukku yang sedang patah hati... Lagipula, apa kau tidak kasihan denganku? Crush-ku baru saja digosipkan berpacaran dengan Luhan!"
Ups, damn.
Chanyeol tidak jauh dari mereka, bukan? Dan suara Baekhyun yang terlampau keras seperti perempuan—Baekhyun terkadang mengamuk sendiri di depan eomma-nya karena memberikan suara mirip perempuan padanya padahal ia benar-benar namja tulen—itu, otomatis didengar Chanyeol. Dan seluruh ruangan, hingga sudut-sudutnya. Pfft. Kyungsoo menepuk jidatnya dan Baekhyun mendelik sendiri, sadar dengan kesadaran fatal yang ia lakukan.
Sudah dikatakan, siapa sih yang tidak tahu bahan gosip hari ini? Satu angkatan tahu. Termasuk sang empu-nya yang digosipkan, Park Chanyeol. Satu kelas juga tahu. Dan, ugh, siapa yang tidak tahu Luhan sedang digosipkan dengan siapa. Tentu saja Park Chanyeol, jadi—
"—crush? Digosipkan dengan Luhan? Baek, sepertinya aku tahu siapa—" Ucapan Chen terdengar keras sekali dari ujung kelas karena memang, kelasnya sudah hening sejak Baekhyun keceplosan berbicara tadi. Tatapan Chen jatuh ke arah Chanyeol yang memandang ke arah Baekhyun dengan tatapan yang sulit di artikan, lalu seluruh kelas mulai memandang Chanyeol, dan ke Baekhyun secara bergantian.
Tiba-tiba, seorang Byun Baekhyun merasa ingin mati sekarang juga, oh Tuhan.
Lihat saja wajahnya yang sudah memerah sampai ke telinga. Belum sempat Baekhyun membuka mulutnya untuk berbicara, sudah terdengar suit-suit dari Kai. Diikuti yang lain seperti Hyukjae, Changmin, Kyuhyun, lalu hingga Victoria, Sulli, bahkan Dara dan langsung merambat hingga satu kelas mulai berteriak-teriak mengatakan Baekhyun yang menyukai Chanyeol. Baekhyun melirik Kyungsoo meminta pertolongan, namun Kyungsoo dengan santainya malah melangkah pergi sambil bersiul-siul menuju bangkunya, di samping Suho sang ketua kelas. Mengeluarkan geraman marah, Baekhyun berteriak. "Yah! Do Kyungsoo sialan!"
Kyungsoo tertawa dari bangkunya dan Baekhyun masih tidak menyadari sepasang mata yang menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan, menatap Baekhyun dari belakang dengan tatapan menusuk tapi lembut.
Bukan, bukan Oh Sehun—salah satu teman baik Baekhyun (jangan salahkan Baekhyun yang punya banyak teman)—yang tadi berbincang dengan Kyungsoo. Bukan juga Yoona yang tadi berbicara dengan Chanyeol. Apalagi Kai, cuih, bahkan satu sekolah tahu kalau dia cinta mati kepada Kyungsoo—yang sayangnya tidak ditanggapi baik dengan Kyungsoo.
Tebak saja sendiri, siapa yang menatap Byun Baekhyun saat ini.
Kembali ke Baekhyun, Baekhyun menghentak-hentakkan kakinya kesal, menduduki kursinya dan menelungkupkan wajahnya malas di mejanya. Melupakan fakta bahwa Chanyeol masih sebangku dengannya, masih duduk di sampingnya, masih menatapnya—yeah, yang menatap Baekhyun itu Chanyeol. Tidak lama sampai akhirnya Baekhyun mengangkat kepalanya sedikit, menoleh ke arah Chanyeol dan tatapannya bertemu dengan Chanyeol. Baekhyun tiba-tiba merasa gugup, tapi ia berpikir bahwa gugup tidak lebih penting daripada meluruskan hal bodoh yang baru saja ia lakukan.
"Chan, dengar, aku tidak menyukai—"
"—terserah kau saja." Potong Chanyeol, yang kemudian mengeluarkan ponsel dari saku seragamnya dan mulai meluncur ke dunia maya. Mengabaikan Baekhyun yang membeku dengan segala pikirannya. Yeah, sial. Aku berani bertaruh seratus persen kalau seorang Park Chanyeol sudah membenciku, yang dengan kurang ajarnya mengatakan cinta tidak langsung bahkan setelah aku tahu bahwa ia telah memiliki pacar. Damn.
Baekhyun kembali menelungkupkan wajahnya ke atas meja, nelangsa.
.
.
.
TBC
.
.
.
...dengan tidak elitnya...
Cha! Saya datang dengan fanfic baru yang naudzubilah-_-
Terinspirasi waktu ngelamun di kamar sambil dengerin lagunya Nicki Minaj – Anaconda (ganyambung)
Saya tahu akan bertebaran silent readers, ah wtf capek ngingetin doh :"
Mungkin saya akan lanjut kalo review-nya... Bisa lebih dari sepuluh ga? Ngehehe
WANNA GIVE ME REVIEW?
