Pagi Ini Dingin Ya -awesumbohemian2015

Naruto dkk punya Om Masashi yang katanya mau berhenti ngegambar.

warn: nejiten, oneshot, short(banget), ide mendadak, semoga ga typo semoga ga ooc

.

.

\

Suatu pagi di bulan Februari.

Tenten baru saja keluar dari rumahnya ketika melihat sosok pemuda berambut panjang berjalan beberapa meter di depannya.

"Neji!" panggil Tenten riang, berlari-lari kecil menghampiri Neji. Yang dipanggil menoleh, lalu menghentikan langkahnya, menunggu sampai Tenten sampai di sebelahnya. "Selamat pagi," sapa Tenten sambil nyengir begitu ia sampai di sebelah Neji.

"Pagi," balas Neji. Kemudian melangkahkan lagi kakinya, diikuti Tenten.

"Pagi ini dingin, ya." Tenten menghembuskan napasnya, matanya menikmati putaran putih napasnya.

"Hm," balas Neji. "Tidak terlalu,"

Tenten mendelik sebal. "Ya iyalah. Kamu pakai syal dan jaketmu setebal itu," Tenten menarik dan mengangkat lengan baju Neji (tentu saja tangan Neji ikut terangkat juga), lalu langsung menjatuhkannya lagi.

"A-"

"Apalagi rambutmu panjang begitu. Pasti kamu sekarang sehangat kucing," dengus Tenten meledek.

Alis Neji berkedut mendengar kalimat ledekan Tenten. "Salahmu juga sekarang kamu merasa kedinginan. Jaketmu tipis, tidak pakai syal, dan rambut pandamu itu juga pasti membuatmu kedinginan,"

Tenten manyun. "Aku tidak kedinginan!" kilahnya. Padahal saat itu ia benar-benar kedinginan. Tenten memang salah. Jaket tebal yang biasa ia pakai kemarin ketumpahan kuah ramen dan masih berada di keranjang baju kotor dan syalnya terselip entah di mana-pokoknya Tenten sudah mencarinya sejak pagi tadi dan tidak menemukan syalnya itu.

Neji cuek. "Kamu boleh memakai syalku kalau mau,"

Sebenarnya Tenten mau menerima dengan senang hati ketika Neji menawarkan syalnya. Tapi gengsi wanitanya mengalahkan keinginan kuatnya. "Tidak, terima kasih, Tuan Tampan Baik Hati! Sudah kubilang, aku tidak kedinginan, sama sekali!"

Neji mengangkat alisnya, menoleh dan menatap gadis yang berjalan di sebelahnya. "Tapi hidungmu memerah,"

Tenten balas menatap dengan garang. "Pokoknya aku tidak kedinginan!"

Neji kembali menatap lurus ke depan. "Kamu boleh memakai syalku, kalau mau," Neji mengulang tawarannya.

Tenten mendengus sombong. "Sudah kubilang tid-" Tenten terpotong kalimatnya dan terhenti langkahnya ketika tiba-tiba sebuah syal putih melingkari lehernya. Tenten menoleh kaget begitu sadar syal yang menyentuh hidungnya adalah syal yang dipakai Neji-syal milik Neji.

Neji masih datar wajahnya. "Kamu boleh mencampakkannya ke tanah atau membuangnya ke tempat sampah kalau mau," katanya. Setelah menepuk dahi Tenten, ia berjalan lagi, meninggalkan Tenten yang masih terpaku di tempatnya berdiri sekarang.

Tenten tidak bisa berkata-kata. Pipinya terasa panas. Kemudian ia berseru, "Ma-mana bisa aku membuangnya!"

Neji menoleh, lalu tersenyum tipis. "Kalau begitu-"

"Aku akan menyimpannya!"

"-kembalikan pulang sekola... hah?"

Tenten nyengir lebar. Buru-buru kembali menyusul Neji yang bengong.

Neji merutuk. Bagus, pikirnya. Syal milikku satu-satunya tidak akan kembali padaku lagi. Terpaksa aku beli yang baru.

Tenten, di sebelah Neji, tidak menyadari kegelisahan pemuda itu. Tersenyum senang sambil menghirup dalam-dalam wangi khas yang tertempel di syal putih itu.

Neji menatap Tenten. Lalu tersenyum. Bukan senyum tipis seperti sebelumnya. Tapi sebuah senyum.

Ah, sudahlah.

.

.

tamat yeay