Title : "Accept Me!"

Author : Vadya Rhandissa a.k.a SAY-TaoRisReal a.k.a kyeopanda

Cast : - Huang Zi Tao / Tao

Wu Yi Fan / Kris

Byun Baekhyun / Baekhyun

Park Chanyeol / Chanyeol

Dll..

Main Pair : TAORIS !

Sub Pair : ChanBaek ^^

Rating : T

Genre : Anda bisa tentukan sendiri, pokoknya masih ROMANCE & YAOI ^^

Summary : "I lost my roommate, that's mean, i find my love!" | Datangnya 3 anak baru di sekolah Tao ternyata sedikit berpengaruh padanya. Ia menyangka orang bernama Kris itu sangat dewasa dan cool, tapi ternyata sangatlah menyebalkan. Akan ada banyak perseteruan di antara mereka. Tapi, bagaimana akhir dari keduanya?

Disclaimer : FF ini murni, asli dari pikiran saya. Tidak ada niat untuk menjiplak atau apapun itu. Cast hanyalah saya culik dari EXO Planet nun jauh disana XD

WARN! This is YAOI, BoyxBoy, Alur yang gak jelas, banyak Typo(s) mungkin...

So, if you not like YAOI or me or my FF,

DON'T READ!

ENJOOYYY ~~

.

.

Hai, namaku Huang Zi Tao. Umurku 16 tahun dan sekarang menduduki bangku kelas 2 Sekolah Menengah Atas. Aku menjabat sebagai Ketua OSIS di sekolah ini. Itulah kenapa aku sekarang tengah duduk di kursi ini sambil meringkas beberapa dokumen. Yahh… Semuanya sudah pulang, hanya tinggal aku disini yang diminta untuk menyusun data tentang tiga anak baru yang akan datang ke sekolahku besok. Salah satunya adalah siswa kelas 3. Aku melihat-lihat biodata formulir pendaftaran siswa-siswa itu. Ternyata, seseorang bernama Kris Wu pindahan dari China juga. Berarti dia sama halnya denganku. Aku juga asli China, dan aku pindah ke negeri ginseng Korea ini sejak kelas enam SD. Sudah cukup lama memang.

Draapp… Draapp… Draappp

Sekilas aku melihat seseorang melesat lari melewati ruang OSIS. Baru saja aku mau bangkit dari duduk lamaku dan memeriksa ada siapa diluar, seseorang memunculkan kepalanya dari balik pintu OSIS. Aku menghentikan gerakanku dan fokus melihat kepala yang baru muncul itu.

"Pe—permisi…" kata orang itu sambil membuka lebih lebar pintu ruangan dan menampakkan postur tubuh tingginya.

"Apa ada yang bisa kubantu?" tanyaku saat melihat raut sedikit memohon dari wajah orang itu. Ia pun menggaruk tengkuknya.

"Boleh kau tunjukkan dimana toilet disini? Kumohon…" pintanya sambil sedikit tersenyum canggung. Aku pun mengangguk dan segera memasukkan dokumen-dokumen yang baru saja menjadi pekerjaanku hari ini ke dalam laci dan mengajak orang itu keluar.

"Mari… Akan aku tunjukkan jalannya," aku pun berjalan lebih dulu dari orang tinggi itu. Tunggu, sepertinya wajahnya taka sing lagi bagiku. Aku sempat berpikir sejenak sampai akhirnya aku menyadari kalau orang itu adalah siswa baru sekolahku yang akan masuk besok. Kris Wu. Tapi, apa yang ia lakukan disini?

Akhirnya beberapa menit kemudian, kami pun sampai didepan sebuah pintu yang diatasnya bergantung papan bertulisan "Toilet – Male". Aku pun member jalan untuk orang tadi.

"Silahkan, gege… Ini toiletnya," kataku dengan bahasa China yang sedikit fasih. Orang itu melongo heran.

"Kau bisa bahasa China?" tanyanya sambil memasang raut bingung. Aku terkekeh pelan.

"Aku Ketua OSIS yang baru saja mendata dokumen anak baru yang akan resmi masuk sekolah ini besok… Kau bernama Kris Wu, pindahan dari China dan umurmu lebih tua setahun dariku, gege. Dan kebetulan, aku juga penduduk pindahan dari China sejak dari kelas 6 SD," jelasku sambil sedikit memamerkan senyum dari bibirku. Orang yang tak lain memang bernama Kris itu mengangguk mengerti.

"Ah, begitu rupanya. Eh, baiklah kalau begitu, aku masuk dulu. Terimakasih atas bantuannya," katanya seraya menekan kenop pintu toilet itu dan masuk ke dalam. Aku pun tersenyum dan mengangguk lalu berdiri sendiri lagi di depan toilet itu. Kemudian aku melangkahkan kakiku menuju ruang OSIS kembali dan mengambil tasku untuk segera kubawa pulang ke asrama.

××××TAORIS××××

Hari ini adalah hari datangnya ketiga siswa baru itu, termasuk Kris gege. Aku bersiap di depan gerbang bersama kepala sekolah untuk menyambut kedatangan ketiga siswa baru tersebut. Dua orang sudah datang dan berdiri di antara kami. Tinggal menunggu satu lagi, dan itu adalah Kris gege.

Tak lama dari itu, sebuah mobil yang kutahu adalah jenis keluaran terbaru tahun 2012 itu terparkir di depan gerbang. Warnanya merah mengkilat dan mungkin aku bisa berkaca di badan mobil mewah itu. Astaga, Kris ge orang kaya rupanya.

Kemudian, keluarlah seorang pria dengan seragam sekolah yang sama dengan yang kupakai. Ia keluar dengan gagahnya lalu tersenyum ke arah kami. Aku dan kepala sekolah membungkuk memberikan ucapan selamat datang. Kris ge kemudian menatap ke arahku dan tersenyum. Aku hanya membalasnya dengan tundukkan kepala sebentar lalu tersenyum ke arahnya. Setelah ketiga siswa baru itu sudah lengkap, kami segera berjalan untuk menunjukkan kelas dari masing-masing siswa-siswa itu. Hanya Kris gege yang duduk di kelas 3 SMA. Yang dua lagi, namanya Byun Baekhyun dan Park Chanyeol seumuran denganku. Apalagi Baekhyun sekelas denganku.

"Baiklah, Kris-ah, ini kelasmu... Kelas 12-2. Kau ingat, 'kan? Jangan sampai kau salah masuk kelas, hahaha," kata kepala sekolah sambil menunjukkan kelasnya. Kris gege lagi-lagi menunjukkan senyum khasnya.

"Tentu saja, Pak... Gamsahamnida," katanya sambil membungkuk hormat. Kepala sekolah pun mengangguk dan mempersilahkan Kris ge untuk masuk ke dalam kelasnya.

.

.

Semua siswa baru itu sudah ditempatkan di kelas mereka masing-masing. Aku pun sudah mulai mengikuti pelajaranku seperti biasa di kelas dengan tambahan siswa baru, Baekhyun. Lelah memang menjadi Ketua OSIS. Apalagi, di jam istirahat pertama nanti, aku diutus untuk mengajak ketiga siswa baru itu mengelilingi sekolah. Mau tidak mau, aku harus ikut berkeliling ke pelosok-pelosok sekolah ini yang sudah puluhan kali kukunjungi.

RINGGG ~~ RINNGG ~~

Bel istirahat berdering sudah. Aku memasukkan buku-bukuku ke dalam tas dan berbincang dengan Baekhyun.

"Hey, ayo kita berkeliling sekolah. Kurasa kau dan dua siswa baru tadi perlu mengetahui segala isi sekolah ini," kataku membuka pembicaraan selagi Baekhyun membereskan peralatan tulisnya.

"Tentu saja, ayoo..." ujar Baekhyun. Aku pun membimbingnya keluar kelas dan menghampiri Chanyeol yang berada di kelas sebelah dan Kris gege di kelasnya. Akhirnya, kami berempat sudah berkumpul bersama.

"Pertama adalah kantin. Ini adalah kantin sekolah kita. Jika kau merasa ingin mengisi perut, kau bisa memesan beberapa cemilan dan makanan cepat saji disini," jelasku sambil menunjukkan letak kantinnya. Lalu kami berjalan lagi.

"Baiklah. Selanjutnya, perpustakaan. Kurasa, sebagai siswa kalian memerlukkan banyak reverensi untuk belajar. Perpustakaan di sekolah ini menampung banyak buku bacaan yang tentu akan kalian perlukan sewaktu-waktu. Ingat jalannya," kataku lagi. Lalu kami berjalan dan terus berjalan sampai akhirnya kami mencapai sudut terakhir sekolah, yaitu toilet.

"Ini toiletnya. Aku rasa, kalian tahu mana toilet untuk wanita dan untuk pria. Hahaha... Baiklah. Aku harap kalian bisa mengingat jalan yang telah kuberitahu. Jika kalian memerlukkan bantuan, katakan saja padaku. Di waktu istirahat, aku lebih sering berada di ruang OSIS atau di ruang Wushu. Kau ingat 'kan jalannya?" kataku. Mereka bertiga yang ada dihadapanku mengangguk mengerti.

"Senang berkenalan denganmu, Tao-sshi," ujar Chanyeol. Aku tersenyum.

"Aku juga," kataku. Chanyeol dan Baekhyun pun meninggalkan tempat terlebih dahulu. Tinggalah aku dan Kris gege berdiri disitu.

"Ayo ke kantin dulu. Jam istirahat masih 30 menit lagi, 'kan?" ajak Kris gege. Aku pun tak menolak. Akhirnya, kami kembali menuju kantin.

Kami duduk berhadapan di kursi panjang itu. Kantin agak ramai. Untung saja masih tersisa beberapa kursi kosong yang masih bisa di tempati.

"Sebaiknya aku pesan apa?" tanya Kris gege sambil menerawang pandangannya ke pelosok kantin.

"Itu terserah padamu," ujarku. Kris gege pun mengernyitkan dahinya.

"Huh? Kau bahkan belum memberitahuku tentang makanan disini… Apakah aku harus memesan beberapa dimsum buatan ibuku?" ujar Kris gege. Aku berpikir sejenak. Benar juga, aku belum memberitahu tentang makanan yang sering dipesan disini.

"Kalau begitu kau bisa membeli roti atau memesan paket makan siang untuk hari ini," kataku sambil beranjak dari kursiku. Kris gege yang menyadari kebangkitan(?)ku dari kursi, ikut berdiri.

"Mau kemana?" tanya Kris gege.

"Kita pesan paket makan siang saja. Aku lapar. Ikut aku," kataku sambil berjalan menuju sisi kantin tempat orang biasa mengambil paket makan siangnya. Aku pun merasa kalau Kris ge sudah membuntutiku. Kami akhirnya sampai ke sebuah kios yang menyediakan paket makan siang untuk sekolah.

"Bu, aku mau pesan paket makan siangku," pintaku kepada penjaga kantin.

"Nado, ahjumeonnim," ujar Kris gege. Ibu-ibu penjaga kantin itu pun segera mengambil nampan beserta beberapa mangkok dan sendok dan sumpitnya. Ia menaruh beberapa jenis menu yang memang dihidangkan untuk paket hari ini. Bayam rebus dan sup jagung. Tak lupa nasinya dan segelas jus jeruk. Paket makanan-ku sudah siap. Begitu juga dengan milik Kris gege. Kami pun kembali ke tempat duduk semula.

"Kris gege…" panggilku pada Kris gege yang tengah melahap makanannya. Ia mendongak dan melihat ke arahku.

"Hm?" responnya.

"Apa yang kau lakukan di sekolah kemarin?" tanyaku.

"Oh, itu. Tidak, aku hanya ingin melihat-lihat sekolah baruku. Sebenarnya, disaat kau menjadi pemandu sekolah, aku sudah tahu semua letak ruangan disini. Hehehe," jawab Kris gege.

"Oh, begitu rupanya. Ternyata, kau memang berniat untuk bersekolah disini, ya?" kataku sambil menyuapi sesumpit bayam ke dalam mulutku.

"Ya, begitulah... Karena yang kutahu, sekolah ini cukup terkenal. Benar, 'kan?" kata Kris gege. Aku mengangguk pada kebenaran. Tapi, tidak terlalu terkenal dibandingkan sekolah di Seoul lainnya. Hanya sekolah ini mempunyai cukup banyak prestasi yang diraih.

"Ehhmm, aku kenyang," ujar Kris gege sambil mengelus-elus perutnya.

"Kalau begitu ayo kembali ke kelas… Kelasmu dan kelasku searah, 'kan?" aku pun ikut menyudahi kegiatan memakanku dan meletakkan sendok yang tadi kugunakan di atas nampan.

"Hey, habiskan dulu makananmu…" kata Kris gege sambil menahan diriku yang baru saja mau berdiri. Mau tak mau aku terduduk lagi.

"Habiskan dulu…" katanya lagi. Tapi, aku juga memang tak mau memakannya lagi. Akhirnya aku kembali berdiri.

"Anni. Aku juga sudah kenyang. Ahh, sebentar lagi pelajaran selanjutnya akan dimulai. Lebih baik kita ke kelas. Untuk jam istirahat selanjutnya, lebih baik kita melihat-lihat asrama. Istirahat kedua punya waktu luang yang lebih banyak. Kau mau?" ujarku.

"Baiklah, terserah padamu. Kajja,"

Setelah itu, aku dan Kris pun menuju kelas masing-masing.

TAO POV's END

AUTHOR POV

Sudah tiga jam lamanya mereka melanjutkan pelajaran, akhirnya sekolah membunyikan bel istirahat untuk yang kedua kalinya. Tao meringkas buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. Lalu ia mengajak Baekhyun untuk mengelilingi asrama bersama Chanyeol juga Kris.

"Ah, aku mau ikut denganmu, tapi maaf, aku harus bertemu dengan Chanyeol di kantin. Kami sudah ada janji. Lagipula, guru pengawas asrama akan memberi tahu keadaan asrama dan kamar mana yang akan kami tempati nanti. Maafkan aku, Tao-sshi," ujar Baekhyun dengan wajah menyesalnya. Tao pun tak keberatan.

"Ne, gwaenchanha. Aku bisa pergi bersama Kris hyung saja," kata Tao. Baekhyun pun permisi meninggalkan Tao duluan. Tao menghela nafasnya dan ikut keluar menuju kelas Kris.

"Ah, Tao-sshi. Dimana Baekhyun dan Chanyeol?" tanya Kris saat ia keluar dari kelasnya dan mendapati Tao sedang menunggu dirinya di depan kelasnya.

"Ah, mereka tidak ikut kita. Mereka mempunyai janji satu sama lain untuk bertemu. Jadi, kita hanya ke asrama berdua saja," kata Tao.

"Huh? Apakah mereka berpacaran?"

"Kau gila! Tsk... Sudahlah, ayoo..." ketus Tao.

Akhirnya Tao jalan lebih dulu dan memberi isyarat agar Kris berjalan mengikuti langkahnya menuju asrama sekolah. Sebelumnya, mereka harus ke tempat parkir terdahulu untuk mengambil sepeda Tao. Sebenarnya, asrama tidak terlalu jauh dari sekolah. Ditempuh dengan berjalan kaki juga tidak membutuhkan waktu yang lama. Tapi, Tao lebih memilih untuk membawa sepedanya.

"Kau kesini menggunakan sepeda?" tanya Kris. Tao mengangguk sembari mengeluarkan sepedanya.

"Eoh... Jaraknya juga tidak terlalu jauh. Tadinya, kalau ada Chanyeol dan Baekhyun, aku mau mengajak kalian untuk berjalan kaki kesana bersama-sama. Tapi, berhubung mereka berhalangan ikut, jadi kita naik sepedaku saja agar cepat sampai. Aku akan memboncengmu," jelas Tao.

"Apa?! Kenapa tidak berjalan kaki saja?" ujar Kris yang beranggapan kalau ia sampai dibonceng, harga dirinya sebagai lelaki sejati akan luntur sudah. Apalagi dia putra bangsawan. Sebenarnya, tidak ada masalah bukan kalau ia dibonceng?

"Tsk! Apa kau mau menghabiskan waktu istirahat kita, huh? Lebih baik kita memakai sepeda agar cepat sampai pergi dan pulang. Cepat naik," perintah Tao saat dirinya sudah siap untuk membonceng Kris. Kris menelan ludahnya.

"Ppaliwa ppali!" perintah Tao lagi karena ia belum mendapat respon dari Kris. Akhirnya, Kris mengusap wajahnya dengan tangannya.

"Begini saja. Kau turun, dan aku akan memboncengmu, kau mau?" ujar Kris.

"Kenapa tiba-tiba kau meminta untuk memboncengku? Aaa.. Kau takut harga dirimu luntur karena dibonceng olehku, eoh? Ckckck... Dasar orang kaya," sindir Tao sambil menarik salah satu ujung bibirnya. Kris menahan nafasnya.

"Su—sudahlah, kau turun saja. Kau pasti akan kelelahan kalau harus membonceng tubuhku yang besar ini sampai ke asrama. Lebih baik aku memboncengmu. Aku lebih kuat darimu. Ayo turun," ujar Kris.

"Ckckck... Kau sombong sekali. Baiklah kalau itu yang kau mau," Tao akhirnya mengalah dan turun dari jok sepedanya. Ia memberikan sepeda itu kepada Kris dan Kris yang langsung menaikinya.

"Naiklah," ujar Kris. Tao pun tanpa disuruh dua kali lagi, ia langsung menurut pada kata-kata Kris dan segera menaiki jok sepeda yang dibelakang. Kris mulai mengayuh pedal sepedanya keluar gerbang sekolah.

Sepanjang perjalanan mereka hanya diam dan menikmati angin sepoi yang berhembus ke arah wajah mereka berdua. Tao hanya menggenggam sisi seragam Kris untuk menjaga-jaga dirinya selama di perjalanan.

"Hey, tunjukkan aku arahnya," pinta Kris.

"Ah, iya... Jika kita bertemu persimpangan tiga yang ada kursi tamannya, kita ambil arah yang ke kanan, arraseo?" ujar Tao.

"Arraseoyo," Kris tetap mengayuh pedalnya sampai ia menemukan persimpangan tiga yang Tao maksud dan segera berbelok ke kanan.

"Setelah ini?" tanya Kris.

"Oh, asramanya sudah tidak terlalu jauh. Kau lihat gedung tinggi itu? Itu asrama kita," jawab Tao sambil menunjuk asrama sekolahnya yang sudah berjarak dekat dengan mereka. Kris mengangguk dan segera mengayuh dengan cepat sepedanya menuju asrama sekolah.

"Parkirkan saja disitu," kata Tao. Kris menyanggupinya dan memarkirkan sepedanya ke tempat yang Tao maksud. Mereka pun turun dari sepeda dan masuk ke asrama.

"Ini adalah asrama putra. Bangunan yang kau lihat di seberang adalah asrama putri. Ayo, kutunjukkan hal-hal yang perlu kau tahu di asrama ini," ujar Tao sambil menarik lengan baju Kris untuk membuntutinya.

"Pertama, ini adalah ruang bersama. Di ruang bersama, kita bisa berkumpul bersama untuk mengobrol di sela-sela waktu kosong atau melakukan apa saja dengan santai," ujar Tao. Kris mengangguk. Lalu, Tao mengajak Kris ke tempat lain.

"Nah, ini adalah kamar penjaga asrama. Jangan mencoba-coba untuk menjahilinya, atau kau akan tidur di luar asrama, arraseo?" ujar Tao.

"Ne, arra,"

Selanjutnya, Tao menunjukkan tempat yang lainnya.

"Ini dapur dan di lorong itu adalah toilet umum. Sedangkan kamar mandi untuk kita sendiri sudah tersedia di kamar kita. Toilet itu biasanya digunakan oleh siswa yang terburu-buru ingin menggunakan toilet dan sedang berada di luar kamar. Dan, di dapur ini kau bisa memasak makanan apa saja," kata Tao dan mengalihkan matanya dari dapur ke objek manusia yang berada di hadapannya.

"Arrasseo?" tanya Tao. Kris mengangguk.

"Kau berbicara sangat cepat dan lancar. Kau memang cocok untuk menjadi ketua OSIS," kata Kris yang entah hanya pendapat atau pujian. Tao tersipu dan mengalihkan pandangannya lalu kembali berjalan. Kris pun terkekeh dan mengikuti langkah kaki adik kelasnya itu lagi.

"Dan terakhir, untuk sekedar kau tahu saja, ini kamarku. Selama ini, belum ada yang menjadi roommate-ku setelah roommate lamaku, Sehun, pindah ke China. Aku tinggal sendiri di kamar ini. Hehehe," kata Tao sambil menunjukkan sebuah pintu dengan papan bernomor "12" yang menempel di badan pintu itu.

"Hooh, begitu. Heem… Apa disini masih ada kamar kosong?" tanya Kris sambil menerawang keadaan asrama yang sepi itu. Tao mengendikkan bahunya sambil menggeleng.

"Mollayo. Haah… Lagipula, diantara kalian bertiga, pasti akan ada yang diutus untuk menjadi roommate-ku. Mereka tidak mungkin menempatkan salah satu dari kalian di kamar kosong sendirian," kata Tao. Kris mengangguk mengerti. Lalu Tao melirik jam tangannya.

"Heem… Setengah jam lagi kita masuk. Kalau begitu, ayo kita kembali ke sekolah," Tao pun mengisyaratkan Kris untuk mengikutinya lagi. Mereka berdua kembali ke sekolah.

××××TAORIS××××

Bel pulang telah bersenandung. Seakan mendapat kabar berita di rumah, para siswa dengan semangatnya keluar dari kelas. Tao saja sampai terdorong-dorong oleh tubuh-tubuh manusia yang saling berdempet di koridor sempit itu.

"Yaiish!" keluhnya sambil melibas-libas jas seragamnya dengan kedua tangannya.

"Tao-sshi!" panggil Baekhyun yang baru keluar dari kelas. Tao pun menoleh ke arah Baekhyun.

"Tunggu... Kita ke asrama bersama. Apa kau mau?" tanya Baekhyun. Tao pun tak bisa berkata tidak.

"Tentu saja. Kita harus bertemu dengan Chanyeol dan Kris hyung dulu. Kajja!" mereka pun berjalan untuk menemui kedua insan bertubuh tinggi tersebut.

.

.

"Waaa... Kau membawa sepeda, eoh?" Chanyeol berdecak kagum melihat Tao sedang mengeluarkan sepedanya.

"Aku suka bersepeda. Tapi, karena kita berempat yang ke asrama, aku tidak akan menaikinya. Aku hanya akan mendorongnya sampai ke asrama," kata Tao yang sudah siap dengan kedua tangannya yang mengepal di kedua stang sepedanya.

"Kau yakin?" tanya Baekhyun. "Kkokkcheongma!" ujar Tao yakin. Kris pun mendekat ke arah Tao sambil mengeluarkan telapak tangannya yang sedari tadi minta dihangatkan di kantong celananya.

"Biar aku saja yang membawanya," tawar Kris sambil merebut sepeda Tao.

"Wae? Aku bisa membawanya sendiri," kata Tao mengambil alih stang sepedanya lagi. Namun, Kris masih bersikeras untuk membawanya.

"Tidak usah, aku akan membawanya... Kau ini aneh, ya? Orang menawar untuk memberi pertolongan, tapi kau malah menolaknya," gerutu Kris. Tao memutar bola matanya malas.

"Terserah. Kalau begitu, bawa ini. Chanyeol-ah, Baekhyun-ah, ayo kita duluan," kata Tao sambil berjalan lebih dulu dari Kris. Kris pun mengeret sepeda Tao sambil mengikuti ketiga manusia yang sedang berjalan di depannya.

"Ssstt... Apakah ketua OSIS memerintahkan anak baru tampan itu untuk membawa sepedanya?"

"Entahlah, tapi sepertinya iya. Dia 'kan ketua OSIS. Mungkin, dengan jabatannya itu, dia bisa menyuruh orang semena-menanya,"

"Ah, mungkin saja. Tapi, aku kasihan dengan Kris oppa,"

"Ne, nado"

"Eoh, aku juga,"

Namun, sialnya, Tao sama sekali tidak tahu kalau beberapa gadis di sekitar mereka memandang Tao dengan tatapan aneh dan membicarakannya. Malangnya dirimu, Huang Zi Tao.

××××TAORIS××××

Mereka sudah sampai di asrama. Setelah Kris memarkirkan sepeda Tao dengan sempurna, mereka berempat melangkah masuk ke gedung bertingkat delapan itu. Saat mereka sudah masuk dengan sempurna, seorang wanita dengan dandanan sedikit menor telah siap berdiri di hadapan mereka.

"Halo, ketua OSIS dan ahh... Tiga anak baru itu, ya?" sapa wanita itu. Kris, Chanyeol, dan Baekhyun mengangguk sambil memberi salam. Wanita ber-lipstick merah tebal mengkilat itu mengangguk.

"Oh, apakah mereka belum tahu dimana kamarnya?" tanya wanita itu pada Tao.

"Be—belum, seonsaengnim," jawab Tao. Wanita itu mengangguk.

"Baiklah, untuk kalian bertiga, ayo ikut aku. Dan kau Tao, kau bisa kembali ke kamarmu," ujar wanita itu tanpa senyum sedikitpun. Tao mengangguk mengerti. Lalu, Kris, Chanyeol dan Baekhyun tanpa disuruh dua kali, segera mengikuti jejak sepatu high heels wanita tadi. Guru penjaga asrama.

.

.

"Chanyeol, Baekhyun, ini kunci kamar kalian. Kalian berdua adalah roommate dengan nomor kamar, nomor 20. Kamar itu kebetulan kosong, jadi kalian yang menempatinya. Dan, kau… Ng…"

"Kris, seonsaengnim," sambar Kris yang sadar kalau wanita penjaga asrama itu lupa akan namanya.

"…Ah, ya, Kris, kalau kau, kau bisa ambil kunci ini. Kamarmu nomor 12,"

"12?"

Kalian ingat angka itu?

"Ya, Tao belum lama ini baru saja ditinggal oleh Sehun yang merupakan roommate-nya. Dia pindah ke China. Sayang sekali, padahal dia anak yang lumayan rajin, giat, pandai dan yah… Kuakui dia tampan. Lagipula, aku tak akan membiarkan anak baru seperti dirimu harus menetap di kamar baru. Tapi, kurasa kau lebih tampan dari Sehun, hm?" wanita itu mulai menunjukkan sisi genitnya sambil menatap Kris dari atas sampai bawah. Lalu membetulkan kacamatanya.

"Right, aku memang tidak salah lihat. Hahaha, aku bercanda. Baiklah, kalian semua segera kembali ke kamar masing-masing. Lalu, kalian diperbolehkan untuk pulang ke rumah untuk meringkas barang-barang juga pakaian kalian. Lalu, kembalilah ke asrama sebelum pukul delapan malam, mengerti?" perintah wanita itu.

"Algaesseumnida, seonsaengnim," jawab mereka bertiga.

.

.

"Waahh… Akhirnya aku bisa berbaring setelah beberapa jam duduk tegak di kursi itu. Euugh… Hey, Baekhyun!" Chanyeol merebahkan dirinya di kasur bagian bawah dari kasur bertingkat itu.

"Eoh?" Baekhyun menyahut. Ia yang sedang melepas dasinya berjalan menghampiri Chanyeol.

"Yaaa… Bolehkah aku minta bantuanmu sedikit?" tanya Chanyeol.

"Mwoya?" tanya Baekhyun. Chanyeol pun mengangkat tubuhnya untuk mengambil posisi duduk.

"Aah, aku sangat berterimakasih padamu jika kau bersedia untuk memijat bahuku sebentar. Yaya? Hanya sebentar," pinta Chanyeol sambil mengelus-elus bahunya yang terasa pegal hari itu.

"Mwo?" Baekhyun memasang wajah jengkelnya. Chanyeol malah memasang wajah memelasnya sekali lagi.

"Jebalyo. Hanya sebentar. Aku janji!" pinta Chanyeol lagi. Akhirnya, Baekhyun pun mengalah dan menggantung dasinya.

"Baiklah. Hanya sebentar," Lalu, lelaki mungil itu berjalan menuju Chanyeol dan memijat bahu milik Chanyeol yang ukurannya lebih besar dan lebih lebar dari miliknya.

"Ah, ternyata kau baik dalam hal seperti ini," puji Chanyeol. Baekhyun terkikik.

"Anniya. Aku sering disuruh oleh ibuku untuk memijat bahunya dan kakinya. Dia tipe wanita pekerja keras. Dia selalu pulang malam dan aku selalu menunggunya dirumah. Kau tahu? Kadang, aku sendiri menunggunya di rumah besar itu selama 10 jam. Tapi, aku akan selalu menunggunya, lalu memijat bahunya," jelas Baekhyun sambil tersenyum tulus, mengingat ibunya.

"Ah, geuraeyo? Lalu, kenapa kau pindah kesini? Kapan kau akan memijatnya lagi?" tanya Chanyeol. Baekhyun tersenyum miris.

"Ibuku sedang di rumah sakit. Dia menderita penyakit kanker payudara. Aku seharusnya berada disana untuk terus memijatnya sampai ia sembuh, tapi aku juga butuh teman dan sekolah. Aku juga tidak mungkin sendirian berada di rumah seharian. Jadi, aku putuskan untuk masuk asrama agar aku tidak merasa kesepian. Kau tahu? Aku benci kesepian," kata Baekhyun sambil terus memijat bahu Chanyeol.

"Ah, maafkan aku. Eehm, kalau begitu, apa kau mau aku mengantarmu ke rumahmu setelah ini? Aku akan menemanimu mengunjungi ibumu di rumah sakit, sebelum kita meringkas barang-barangmu dan kembali ke asrama. Kau mau?" tawar Chanyeol sambil memutar balikan tubuhnya, membiarkan tangan Baekhyun lepas dari bahunya.

"Haruskah?"

"Tentu saja. Aku tidak keberatan,"

"Baiklah. Gomawo,"

.

.

TOK… TOK… TOK…

Lelaki berperawakan tinggi itu terus mengetuk badan pintu tak bersalah itu. Sudah 15 menit ia berdiri disitu, belum ada sedikitpun suara dari dalam yang meresponnya.

"Aiish, apa anak itu tidur? Cepat sekali," umpat Kris—lelaki tinggi itu—sembari melanjutkan aksi ketuk-mengetuknya.

"Tao!? Huang Zi Tao!" pekik Kris dengan suara berat khas-nya. Ya, ia sedang mengetuk pintu berpapan nomor "12" itu. Ia memang sudah memegang kuncinya, tapi, kalau ia langsung masuk saja, kesannya sedikit tidak sopan. Siapa tahu Tao memang sedang tidur? Atau, sedang berganti pakaian, atau kegiatan-kegiatan privasi lainnya yang belum Kris ketahui.

"Aissh, Tao! Ta—"

CLEK!

"Mwoy—Kris gege?" seorang lelaki berkulit putih mulus dan rambut hitam pekatnya muncul dari balik pintu itu. Ia terkejut melihat lelaki tinggi berambut sedikit blonde kecoklatan sedang berdiri menatap dirinya.

"H—hay, Tao," sapa Kris sambil tersenyum canggung.

"Apa yang gege lakukan disini?" tanya Tao. Kris pun mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya.

"Ini. Kau lihat? Nomor 12," kata Kris. Tao sedikit membulatkan matanya sambil menatap benda yang Kris tunjukkan di depan matanya. Sebuah kunci asrama bernomor "12".

"Kau—roommate baruku?" kata Tao sambil beralih menatap Kris. Lalu, Kris memasukkan kembali benda berwarna perak itu ke dalam kantongnya.

"Sepertinya begitu. Kalau begitu, bolehkah aku masuk? Aku butuh istirahat, ketua OSIS,"

"Tsk! Yasudah, masuklah," Tao melebarkan daun pintunya dan memberi lapang agar kris bisa masuk ke kamarnya. Setelah Kris sudah menginjak lantai kamarnya dengan sempurna, Tao kembali menutup pintu.

"Heemm... Kau tidur dimana?" tanya Kris sambil melihat ke arah ranjang bertingkat itu.

"Oh, bukannya kau tahu aku sendirian disini? Aku bisa tidur di kasur yang mana saja. Harusnya aku yang bertanya padamu, kau mau tidur dimana?" jawab Tao sembari berbalik tanya.

"Ah, iya, benar. Kalau begitu aku mau tidur di atas," kata Kris sambil menunjuk kasur bagian atas.

"Terserah," lalu Tao menduduki sisi ranjang bagian bawah.

"Hmm... Ternyata suasana di kamar ini nyaman juga. Apa kau menyemprotkan pewangi ruangan?" tanya Kris.

"Tidak. Memangnya kau mencium wangi apa?" tanya Tao sambil mengendus-endus hidungnya ke segala arah di sekitarnya.

"Benarkah? Tapi, rasanya aku mencium sesuatu. Dan, aromanya sangat..." Kris juga mengendus-endus hidungnya sambil mencari sumber wangi itu. Ia berjalan menuju kasur Tao secara perlahan.

"...Segar dan..." Kris masih memejamkan matanya dan terus mengendus hidungnya.

"...Sangat wangi," hidung Kris berhenti di dekat bahu Tao. Tao yang melihat kegiatan Kris merinding seketika. Ia tidak bisa berbuat apa-apa sambil menatap geli wajah Kris. Kris membuka matanya.

"Tao?" gumamnya.

"Yakk!" akhirnya Tao sedikit berteriak. Kemudian Kris sadar dan menjauhkan dirinya dari bahu Tao.

"Astaga, kau memakai parfum apa sampai wangi-nya menyebar kemana-mana? Ckckck... Apa kau baru saja mencoba untuk menggoda seseorang? Apa kau mengundang pacarmu untuk kesini? Atau siswa putri di asrama seberang yang akan kau jemput mengendap-endap?" ujar Kris santai namun sedikit tegas sambil melipat tangannya di dada lalu menatap Tao lekat. Ya, sepertinya ia memang ingin bercanda, tapi rautnya terlihat bukan seperti ingin bercanda.

"Yak, apa kau sudah gila?! Aku ketua OSIS, dan tidak akan pernah melakukan hal konyol seperti itu! Aku hanya memakai parfum favoritku setelah aku mandi tadi. Dasar!" gerutu Tao sambil mengerucutkan sedikit bibirnya lalu membaringkan tubuhnya. Ia menarik selimutnya dan memungungi Kris.

"Ckckck, hey, memangnya kau tidak punya pacar?" tanya Kris tiba-tiba sambil meletakkan tasnya di dekat meja belajar.

"Kenapa kau bertanya seperti itu, bodoh!?" pekik Tao tanpa berbalik arah menatap Kris.

"Aku hanya bertanya. Kau ini cepat sekali marah, ya?"

"Aku tidak punya," jawab Tao singkat dan dingin.

"Ishishish... Benar juga. Wajah manis dan terkesan sedikit cantik, mana ada perempuan yang mau menjadi pacarmu? Benar 'kan?" cibir Kris sambil membuka jasnya dan melepas dasinya.

"Yakk! Jaga mulut bodohmu itu, Wu Yi Fan! Eugh, eugh! Lebih baik aku sendirian disini daripada aku punya roommate secerewet dirimu! Euugh!" jerit Tao marah pada Kris sambil melemparkan bantal dan gulingnya serta beberapa boneka panda yang sengaja ia koleksi dan ia taruh di samping bantalnya ke arah Kris yang sedang berusaha melindungi dirinya dari serangan Tao.

"Hey! Yak! Yak! Hentikan!" pinta Kris.

"Tidak sebelum kau berusaha memperbaikki mulut bodohmu! Tak kusangka, aku kira Kris yang kukenal selama ini orang yang dewasa, bijaksana, dan ramah. Ternyata, semuanya benar-benar salah! Eugh!" Tao masih menggerutu sambil melempari Kris dengan bonekanya.

"Yakk! Hentikan!" pekik Kris.

"Tidak akan!"

"Y—yak!"

"Wleeee! ~"

"Hentikan atau aku akan memberimu pelajaran sekarang! Huang Zi Tao!" entah kapan Tao bertanya-tanya, Kris sudah menggenggam dengan erat dan kasar tangannya yang baru saja ingin melempari Kris dengan boneka terakhirnya. Kris menatap kesal mata Tao, namun Tao membalas dnegan mata yang seolah-olah bertanya, "ada-apa?".

"Hentikan, atau aku akan memberimu satu pelajaran!" kata Kris lagi. Tao memutar kedua bola matanya dengan malas dan melempar boneka itu dengan asal.

"Menjauhlah. Aku sudah banyak diberi pelajaran oleh guruku tadi. Sekarang kau menyingkir dan aku mau tidur. Hush!" Tao mendorong kening Kris dengan satu jarinya agar Kris menjauh. Setelah Kris sudah sedikit menjauh dengan wajah bodohnya, Tao kemudian kembali membaringkan tubuhnya di kasur tanpa bantal itu memasukkan dirinya ke dalam selimut yang hangat.

"M—mwo? Tsk! Sopan sekali dia, padahal aku lebih tua darinya," gerutu Kris sambil menatap Tao kesal.

"Hanya beda satu tahun tepatnya," Kris mendengar Tao menggumamkan sesuatu. Ternayat Tao masih mendnegar ucapannya.

"Cih! Tidur saja kau!" bentak Kris kesal.

"Tsk!"

.

.

.

.

TBC...

or

END?

Annyeoong, readers ^^

This is my first FF for TaoRis _

Jadi saya butuh sedikit review dan kritik/sarannya ~ ^^

Dan, saya akan melanjutkan next chapter jika saya benar-benar menerima REVIEW hangat yang banyak ^_^

FINALLY,

Mind to Review? Gomawooo ~~