Title : Run Away [Chapter 1]

Cast : ChanSoo, KaiSoo

Sub-cast : EXO other member

Author : Chang

Genre : AU, Romance, etc.

Length : Chaptered/Series Fic

Rating : NC+17

Disclaimer : FF ini asli buatan saya, hasil pemikiran saya dan tidak menjiplak hasil karya orang lain. Kejadian di cerita adalah AU. FF ini mengandung unsur Male Slash Fic/YAOI/Boy x Boy/Shounen-ai. Gak suka jangan dibaca XD

Chapter 1…..

Rumah yang terkesan megah itu terlihat tidak seperti biasanya. Beberapa kuli angkat barang sibuk mengeluarkan beberapa properti dari rumah itu untuk dinaikkan ke truk yang terparkir di depan. Sedangkan si pemilik rumah hampir tidak pernah berhenti mengoceh memberikan beberapa instruksi kepada kuli tersebut mengenai barang-barang yang akan diangkut ke rumah barunya. Hingga getaran ponsel memaksanya berhenti mengoceh dan memilih mengangkat panggilan tersebut.

"Yeoboseyo…appa"

"Ne, sedikit lagi akan beres, appa. Tidak perlu khawatir"

"Ah….dia….mungkin sedang dikamarnya"

"Baiklah. Appa juga baik-baik disana, ne? Ne…annyeong appa"

PIIPP

Panggilan itu pun terputus. Ia pun melangkahkan kakinya memasuki rumah dan berjalan menuju sebuah kamar yang berada dilantai dua. Perlahan dibukanya pintu tersebut dan mencari seseorang yang sedari tadi belum menampakkan wajahnya semenjak ia sibuk mengurusi kepindahan mereka. Matanya menelusuri setiap sudut kamar. Akhirnya ia mendapati orang yang dicarinya itu sedang duduk di sebuah bangku kayu dengan posisi kaki lurus dengan kedua tumitnya menumpu di lantai keramik. Pandangannya sepenuhnya mengarah keluar jendela yang persis ada disebelahnya. Menikmati pemandangan luar yang langsung menampakkan lapangan rumput nan luas tempat ia biasanya menghabiskan waktu senggang. Entah itu jalan-jalan sore, membaca komik kesukaannya atau menikmati matahari sore bersama kekasihnya. Namun, mungkin juga tatapan itu hanya berarti kosong.

"Jongin-ah….."

"…."

Tak ada jawaban. Mungkin namja yang dipanggil Jongin itu masih sibuk melamun sampai-sampai ia tak menyadari ada yang memanggilnya. Merasa Kai tidak merespon ucapannya, ia pun melangkah mendekat.

"Apa semua barang-barangmu sudah beres?" mengalihkan matanya menelusuri barang-barang milik Kai yang masih beserakan.

"….."

"Yak! Kenapa pakaiamu belum kau masukkan kedalam koper? Aisshhh….dasar pemalas"

Baru saja ia akan membereskan pakaian-pakaian milik Kai, sebuah tangan menariknya. Kai menarik tangan namja yang merupakan hyung tirinya tersebut.

TES

Satu tetes air mata sukses terjatuh dari mata Kai. Ia menangis namun tidak terisak. Perlahan Kai menolehkan wajahnya kearah hyungnya itu. Menatap mata besarnya lalu tidak beberapa lama kemudian ia pun menundukkan kepalanya lagi.

"Sudahlah Jongin….kau harus melupakan dia. Kau sudah berjanji, eoh? Aku sudah memenuhi permintaanmu untuk pindah dari sini agar kau bisa segera melupakan dia" ucap namja kecil yang ternyata bernama Kyungsoo. Ia tahu rumah ini terlalu banyak menyimpan kenangan antara Kai dan kekasihnya dulu.

Kyungsoo menatap iba dongsaengnya itu. Jongin kini memegangi dadanya yang terasa sakit. Tidak tega melihat pemandangan di depannya, Kyungsoo pun memeluk Kai.

"Kau harus bisa menerima kepergiannya, Jongin-ah. Biarkan dia tenang di sana. Kau tidak mau membuat dia bersedih di sana, eoh?" ucap Kyungsoo sambil mengusap sayang punggung Kai yang memeluk erat tubuhnya.

"Andai saat itu aku melarangnya pergi pasti dia tidak akan meninggal dalam kecelakaan itu, hyung…." ucap Kai dengan suara lirihnya.

"Ayolah…Jongin, ini memang sudah takdir. Kita tidak bisa berbuat apa-apa dengan takdir. Kita hanya bisa menerimanya dengan lapang dada. Ingat, ini bukan salahmu. Hyung tidak mau dengar kau menyalahkan dirimu sendiri lagi, ne?" nasihat Kyungsoo.

"Ne, aku janji, hyung. Tapi berjanjilah juga padaku akan selalu berada disisiku untuk melupakan ini semua" ucap Kai mendongakkan kepalanya memandang wajah Kyungsoo.

Kyungsoo tersenyum sambil tangannya bergerak ke wajah Kai untuk menghapus air mata yang membasahi wajah Tan itu. Kontras dengan kulitnya yang seputih susu. Wajar. Karena memang mereka bukan saudara kandung. Ibunya menikah lagi dengan ayahnya Kai beberapa tahun lalu. Namun, Kyungsoo harus bisa menerima kenyataan kalau ibunya harus pergi selamanya karena kecelakaan yang merengut nyawanya bersama kekasih Kai, Min Hyo Rin.

KREEET

Mendengar suara pintu dibuka, membuat Kyungsoo dan Kai melepas pelukan satu sama lain.

"Eoh, Channie….."

"Mian, aku terlambat datang membantu kepindahan kalian. Tadi aku ada urusan sebentar" kata Chanyeol berjalan mendekati Kyungsoo dan Kai.

"Tidak apa-apa, Channie" balas Kyungsoo tersenyum manis pada kekasihnya tersebut.

"Baiklah, apa yang bisa kubantu?"

"Ayo bantu aku membereskan barang-barang. Jongin-ah, kau bisa bereskan sendiri barang-barangmu, kan?" kata Kyungsoo menarik tangan Chanyeol keluar dari kamar. Kai hanya menatap sendu kedua punggung itu keluar dari kamarnya lalu bergerak membereskan barang-barang miliknya untuk dipindahkan.

"Apa Kai menangis lagi?" Tanya Chanyeol di sela-sela kegiatan mereka mengepack barang-barang milik Kyungsoo ke dalam kardus, tentu saja di kamar Kyungsoo sendiri.

"Ne, dia sepertinya belum bisa merelakan Hyo Rin. Kasihan dia…"

"Ck, kenapa dia cengeng sekali. Lagi pula bukan hanya dia saja yang merasa kehilangan. Kau juga kehilangan eomma-mu, Kyunggie…" Chanyeol sebenarnya mulai jengkel atas sikap Kai yang menurutnya berlebihan.

"Wajar saja, Channie….Dia sangat mencintai Hyo Rin. Bahkan appa dan e…eomma menyukai merestui dia dan yeoja itu." suara Kyungsoo tercekat saat mengucapkan eomma-nya.

"Tapi menurutku yang harusnya lebih bersedih itu kau, Kyunggie. Karena kau kehilangan orang tuamu dalam kecelakaan itu. Sedangkan Kai bisa mencari pengganti Hyo Rin lagi."

"…."

Kyungsoo hanya menunduk dan tidak merespon kata-kata Chanyeol. Sebenarnya Ia agak membenarkan ucapan kekasihnya itu. Perasaannya hancur saat mendengar kabar bahwa eomma-nya meninggal dalam kecelakaan mobil sebulan yang lalu. Namun ia harus kuat saat melihat kesedihan Kai kala itu. Sebagai hyung, ia bertanggung jawab dengan keadaan dongsaengnya tersebut.

Tanpa disadarinya, air mata sudah membasahi kedua pipi chubbynya. Namun ia berusaha seolah tidak ada apa-apa dan tetap melanjutkan pekerjaannya. Menyadari kekasihnya itu menangis, Chanyeol menghentikan kegiatannya sejenak dan mendekati tubuh mungil itu. Menarik tangan kecil itu agar berhenti sejenak dari kegiatannya. Sedangkan Kyungsoo hanya pasrah saat tubuhnya direngkuh pada tubuh namja tiang listrik tersebut.

"Mungkin kau ingin bersikap sebagai hyung yang kuat di depannya. Tapi kau juga manusia, Kyunggie. Kau butuh pelampiasan emosimu, seperti menangis contohnya."

"Maaf karena aku mengatakan ini….mianhae, kyunggie….tapi ini karena aku menyayangi" lanjut Chanyeol.

"Hiks…hikss…" Kyungsoo hanya menggeleng bermaksud mengatakan tidak apa-apa sambil terisak.

"Menangislah sayang. Kau butuh itu sekarang."

Chanyeol mengecup puncak kepala Kyungsoo. Menutup matanya menikmati aroma manis dari wangi rambut Kyungsoo. Demi apapun, Chanyeol langsung mengalihkan wajahnya menghindari rambut Kyungsoo. Ia benar-benar tidak bisa menahan dirinya kalau mencium aroma Kyungsoo. Tetapi perkiraannya salah. Ia malah semakin tidak bisa menahan dirinya saat beralih menyurukkan kepalanya di leher Kyungsoo. Aroma tubuh itu terlalu menggoda bagi Chanyeol. Aroma yang sudah menjadi candu untuknya selama menjalin hubungan dengan namja mungilnya itu.

"Mhhhh…Channiehhh…." sebuah lenguhan lolos dari mulut Kyungsoo saat merasakan Chanyeol menyesap lehernya.

Chanyeol semakin semangat mengerjai leher mulus itu saat mendengar lenguhan Kyungsoo yang menurutnya sangat seksi. Tak mempedulikan lagi kalau Kyungsoo tadinya menangis dan membutuhkannya sebagai sandaran. Ia tetap menyesap kuat leher Kyungsoo sampai meninggalkan beberapa bekas kemerahan.

"Chanyeollihhh….berhentihhh…." Kyungsoo berusaha mendorong tubuh Chanyeol dengan kedua tangannya di dada namja tinggi itu.

Berhasil. Chanyeol berusaha keras melepas ciumannya pada leher Kyungsoo saat mendengar kalau kekasihnya itu memintanya berhenti. Ia sadar ini bukan saat yang tepat untuk bermesraan dengan Kyungsoo.

"Mian kyunggie….aku…." ucap Chanyeol gantung. "Aku tidak bisa menahan diri kalau menghirup aroma manismu itu" batin Chanyeol.

"Gwenchana…aku mau melanjutkan ini" ucap Kyungsoo kembali berkutat dengan barang-barang dan kardus besar di dekatnya.

"Tunggu!"

CUP

"Sekarang kita mulai bekerja…." ucap Chanyeol sambil terkekeh dan berbalik ke tempatnya semula mengurusi kegiatan yang tadinya sempat berhenti.

Sedangkan Kyungsoo terdiam di tempat dengan mata melebar saat dengan tiba-tiba Chanyeol menarik wajahnya dan mengecupnya kilat.

"Manis" Kyungsoo tersenyum meski agar tersamar.

Semua barang-barang yang menurut Kyungsoo berguna untuk tempat baru mereka sudah di angkut dan sekarang rumah itu sudah kosong. Sekali lagi Kyungsoo menatap nanar rumah yang sudah ditempatinya selama lima tahun terakhir sejak eomma-nya menikah dengan ayah Kai. Meskipun hanya lima tahun, namun sudah meninggalkan kenangan indah bagi Kyungsoo. Sekarang ia harus meninggalkan rumah itu. Ia belum tahu apakah rumah tersebut akan dijual atau tidak karena hal ini akan ditangani setelah kepulangan ayahnya dari Amerika beberapa bulan lagi.

SRETT

Tubuh mungil itu kaget saat sebuah tangan menariknya tiba-tiba. Ia mendapati Kai menatapnya dengan wajah datar.

"Mau sampai kapan hyung memandangi rumah ini. Lupakan segala tentang rumah ini. Ayo pergi…" kata Kai datar menarik paksa tubuh Kyungsoo memasuki mobil.

"Jongin-ah…kau bisa menyetir sendiri, kan? Aku naik mobil Chanyeol saja" kata Kyungsoo melepas pegangan tangan Kai di lengannya.

"Kenapa kalau denganku, hyung?" balas Kai kini tak lagi memasang wajah datarnya.

"Aku sudah janji tadi akan bersamanya kesana. Lagi pula kau sudah tahu alamat apartemen kita, kan? Chanyeol belum tahu, jadi aku bisa menunjukkan jalan padanya." kata Kyungsoo memberi alasan.

"Dia bisa mengikuti mobil kita kalau memang dia belum tahu alamatnya. Sudah….."

"Kyunggie, ayo berangkat…." Chanyeol tiba-tiba keluar dari dalam mobilnya.

"Ah…ne! Hati-hati menyetir, Jongin" Kyungsoo sejenak melambaikan tangannya kepada Kai dan masuk ke dalam mobil Chanyeol yang dibukakan oleh kekasihnya itu sendiri.

"Pakai seat-belt-mu, chagi"

CUP

Chanyeol mencium kilat kening Kyungsoo sembari memasangkan sabuk pengaman pada Kyungsoo. Lalu menutup pintu mobilnya dan berjalan ke sisi satunya untuk menyetir. Saat itulah matanya beradu dengan mata Kai yang memandang tak suka padanya. Namun, Chanyeol berusaha mengabaikannya.

"Kamsahamnida….kamsahamnisa….kamsahamnida….." ucap Kyungsoo sambil menunduk hormat berkali-kali kepada beberapa kuli angkat yang sudah membantu mereka mengangkat barang-barang ke apartemen mereka yang berada dilantai dua puluh enam. Setelah membayar semua gaji atas jasa kuli angkat tersebut, Kyungsoo pun masuk dan menutup pintu apartemen.

"Haaaah….saatnya beres-beres" ucapnya bersemangat memandangi barang-barang yang berserak di lantai.

"Channie?" kata Kyungsoo saat melihat Chanyeol keluar tergesa-gesa dari arah dapur.

"Kyunggie, maaf aku tidak bisa menemanimu membereskan apartemen ini sekarang. Eomma menyuruhku menjemput hyungku ke bandara. Tidak apa kutinggal, kan?" kata Chanyeol tidak enak hati. Pasalnya, hari ini dia berjanji akan menemani kekasihnya itu membenahi rumah barunya. Namun, apa daya saat rencana itu gagal hanya karena kedatangan hyungnya yang tiba-tiba.

"Aku bisa sendiri, Channie. Lagi pula ada Kai untuk membantu. Kau bilang hyungmu? Kau tidak pernah menceritakannya?"

"Dia sebenarnya sepupuku. Hanya dia lebih tua dua tahun di atasku. Jadi aku memanggilnya hyung. Baiklah, aku harus buru-buru chagi. Hubungi aku kalau ada apa-apa, ne?"

Chanyeol mencium sekilas bibir pulm Kyungsoo sebelum benar-benar menghilang dibalik pintu. Kyungsoo tersenyum manis melihat tingkah kekasihnya tersebut.

"Baguslah kalau tiang listrik itu sudah pergi…."

Kyungsoo mengalihkan wajahnya ke sumber suara. Siapa lagi kalau bukan Kai yang baru saja menampakkan dirinya setelah dari tadi mengurung diri dikamar barunya.

"Panggil dia hyung, Jongin-ah. Kau benar-benar tidak sopan."

"Cih…Apa peduliku?" balas Kai acuh tak acuh dan membereskan barang-barang dilantai.

Namja mungil itu hanya geleng-geleng kepala mendengar ucapan Kai. Ia tahu kalau Kai memang tak pernah menyukai Chanyeol sejak pertama kali Kyungsoo mengenalkannya sebagai pacarnya. Saat ditanyai apa alasannya, hanya berakhir dengan tatapan datar dari namja Tan itu. Kyungsoo berusaha mengabaikan tatapan Kai yang menusuk pada Chanyeol apabila membawa namja itu kerumah.

Segera Kyungsoo mengembalikan pikirannya semenjak dari tadi melamunkan Chanyeol dan Kai. Ia mulai mengikuti Kai yang sudah dari tadi membereskan barang-barang. Dilihat dari perawakannya, Kai-lah yang bertugas mengangkat beban yang berat dan menggeser properti-properti besar agar tersusun rapi di apartemen tersebut. sedangkan Kyungsoo yang berbadan mungil, hanya bertugas menata setiap ruangan agar terlihat indah.

Beruntung karena mereka tidak perlu membawa property yang terlalu besar seperti, sofa, meja, lemari, kulkas, dan spring-bed karena memang sudah tersedia di apartemen mewah milik mereka. Ayah mereka sengaja merekomendasikan apartemen tersebut untuk kenyamanan anak-anaknya.

Tiga jam berlalu sampai akhirnya semua ruangan terlihat normal seperti biasanya. Tidak ada lagi barang-barang yang berserakan dilantai. Kyungsoo melihat jam yang sudah menunjukkan pukul enam sore dan sudah waktunya dia memasak makan malam untuk dia dan Kai. Ia berjalan ke arah dapur sedangkan Kai mendudukan dirinya di sofa ruangan depan untuk sekedar melepas rasa lelah karena sedari tadi membereskan apartemen ini. Kai merasakan dadanya sesak karena kelelahan, nafasnya tersengal seperti baru habis berlari. Ia merebahkan tubuhnya dengan kepala yang disandarkan pada sofa. Memejamkan matanya yang mungkin sebentar lagi akan tertidur. Namun, sesak yang dirasanya tak kunjung hilang. Tangannya terangkat dan meremas dadanya. Sesekali memukul-mukul pelan dadanya berharap rasa sesaknya berkurang.

"Haahh..haaa…."

Dia sadar kalau ini menandakan asmanya kambuh. Cepat-cepat ia menoleh ke kanan dan kiri berharap alat bantu pernapasan yang biasa ia gunakan ada di dekatnya. Tetapi alat itu tidak terlihat.

"H…hy…hyung…hahhh…haahh…."

Dadanya semakin sesak. Dia membutuhkan bantuan sesegera mungkin.

"JONGIN"

Kyungsoo melepas celemeknya terburu-buru dan berlari mendekati Kai.

"Yak! Asmamu kambuh lagi?" tanyanya namun dengan mata yang tidak fokus ke arah Kai. Ia berusaha mencari nebulizer milik Kai yang terletak entah dimana.

"Dimana kau taruh, eoh?" ucap Kyungsoo pelan berusaha tidak panik.

Ia memang sudah biasa dalam situasi seperti ini. Kai tanpa henti memukul-mukul dadanya untuk mengalihkan rasa sesaknya.

"H…hyung lakukan…ce…cepathhh….hahhh" Kai menarik kuat tangan Kyungsoo ke arahnya dengan tangan yang satunya.

Kyungsoo mengerti apa yang dimaksudkan oleh Kai. Ia pun naik ke sofa dan menumpukkan berat badannya pada lututnya sendiri. Lalu tanpa menunggu lagi, Kyungsoo memberikan Kai nafas buatan. Menangkup wajah Kai dan memasokan udara dari mulutnya ke mulut Kai. Kegiatan itu berlangsung beberapa menit sampai Kyungsoo merasa kalau Kai sudah merasa tenang. Ia pun menyudahi kegiatan tersebut dan memperhatikan wajah Kai yang pucat. Bukan hanya sekali dua kali Kyungsoo memberikan Kai nafas buatan kalau keadaan seperti ini. Baginya ini sudah menjadi kebiasaan. Namun, yang mengetahui hal ini hanya mereka berdua. Tidak mungkin Kyungsoo melakukannya di depan orang-orang yang akan membuat kesalahpahaman.

"Lain kali, jangan meletakkan nebulizermu jauh-jauh. Kau letakkan dimana, eoh?"

"Sudahlah, hyung….aku lelah…" kata Kai lemah.

"Kajja. Kau harus istirahat…." Kyungsoo menarik tangan Kai dan membawanya masuk ke kamar milik Kai. Dibantunya namja Tan itu merebahkan dirinya di tempat tidur dan menyelimutinya.

"Istirahatlah….aku akan membangunkanmu kalau makan malam sudah siap." ucap Kyungsoo mengusap sayang dahi Kai. Namja Tan itu hanya menjawab dengan gumaman.

Dua namja itu baru saja menaiki lift. Namja yang lebih kecil menekan tombol angka 26 yang akan membawa mereka ke apartemen miliknya. Baru saja ia akan menurunkan tangannya, namja yang jauh lebih tinggi darinya lebih dulu menarik tangan itu dan memeluknya dan menciumnya tiba-tiba. Namja tinggi itu melumat bibir namja mungil itu dengan gerakan menuntut. Tak lama kemudian, senyumnya terkembang karena namja mungil itu membalas ciumannya. Ia biarkan sebentar namja mungil itu mendominasi aktifitas tersebut. beberapa menit sudah ciuman itu berlangsung.

PLUP

Bunyi kecipak menandakan berakhirnya ciuman itu. Raut kecewa tergambar jelas di wajah namja tinggi tersebut.

"Aku tidak ingin orang memergoki kita sedang berciuman disini, Channie" kata Kyungsoo beralasan lalu mengambil posisi berdiri disamping namja bernama Chanyeol itu.

Chanyeol tertawa pelan dengan mata yang terus memandang ke arah sudut atas tabung lift. Memandang CCTV lift tersebut.

"Ne, tapi sampai di apartemenmu aku akan menyerangmu, chagi. Hari ini kau sangat menyebalkan sehingga harus diberi sedikit hukuman, hm?" ucap Chanyeol menggoda namja mungil yang menjadi kekasihnya tersebut.

Pintu lift terbuka dan kedua namja itu berjalan ke arah kamar nomor 4202 yang merupakan apartemen milik namja mungil itu.

"Aisshhh….kenapa pintunya tidak mau terbuka"

"Kai kemana?" Tanya Chanyeol

"Dia bilang akan pulang malam hari ini karena ada kuliah tambahan"

"Coba telepon dia. Mungkin Kai sudah mengganti password pintu ini"

"Baiklah"

Kyungsoo pun menelepon Kai. Tak butuh waktu lama saat Kai mengangkat panggilan tersebut.

"Jongin-ah, aku butuh password apartemen" kata Kyungsoo to the point.

"Ne?" Kyungsoo mengira ia salah dengar dengan ucapan Kai.

"Ne, gomawo"

Kyungsoo mengakhiri panggilan tersebut. ia tidak langsung membuka pintu meskipun Kai sudah memberitahukan kata sandinya. Wajahnya berubah kesal namun di detik berikutnya berubah menjadi sedih.

"Chagi….gwenchana?" Chanyeol menyentuh bahu Kyungsoo.

"Ah! Gwe…gwenchana…." Kyungsoo tersadar dari lamunannya.

"Yak! Kenapa menangis, eoh?" panik Chanyeol saat melihat mata Kyungsoo mulai berair dan memerah.

"Hiks…hikss…"

Chanyeol menoleh ke kanan dan kiri berharap tidak ada yang memergoki mereka. Ia tidak mau dituduh membuat seseorang menangis. Ia bingung kenapa kekasihnya ini tiba-tiba menangis.

"Apa sandinya? Kita harus segera masuk" ucap Chanyeol akhirnya.

BUGH

Bukannya menjawab pertanyaan Chanyeol, namja mungil itu malah memeluk Chanyeol dan membenamkan wajahnya pada dada bidang milik Chanyeol.

"1403….hikss…"

Chanyeol terlihat bingung, namun beberapa saat langsung mengerti maksud ucapan Kyungsoo. Ia juga tahu apa yang membuat kekasihnya ini menangis. Ia menekan angka yang disebutkan tadi dan berhasil. Pintu itu terbuka. Ia langsung membawa Kyungsoo masuk dan mendudukkannya pada sofa.

"Aku ambil minum dulu. Sudah jangan menangis lagi" Chanyeol berjalan ke dapur untuk mengambil minuman.

Drrttt….Drrtttt….

Getaran pada i-phonenya, memaksa Kyungsoo menghapus air matanya dan mengambil ponselnya yang diletakkan Chanyeol di atas meja.

Jonginie calling….

PRAAANG

"KYUNGGIE!"

Chanyeol terlalu kaget saat melihat Kyungsoo melempar i-phonenya ke arah lemari kaca di depannya. Ia juga bisa melihat tangis Kyungsoo semakin kencang.

"Jangan seperti ini, chagi….jebal" Chanyeol menangkup wajah Kyungsoo dan menghapus air mata yang kian mengalir deras dengan kedua ibu jarinya.

"Jongin…dia…..aku benci padanya….hikss…di..dia…dia sudah berjanji padaku Chanyeolli…hiksss"

"Kau harus mengerti dirinya, kyunggie. Tidak mudah melupakan seseorang yang sudah sangat dicintai"

"TAPI DIA SUDAH BERJANJI CHANNIE! DIA SUDAH BERJANJI AKAN MELUPAKANNYA SEGERA ASAL AKU MENYETUJUI KEINGINANNYA UNTUK PINDAH DARI RUMAH ITU. TA….tapi….hiksss…kenapa dia membuat sandi apartemen ini ada hubungannya dengan Hyo Rin…." ucap Kyungsoo melemah diakhir kalimat.

"Kita bisa menggantinya nanti…."

"Aku mau sekarang…" Kyungsoo beranjak dari sofa namun segera ditahan Chanyeol.

"Hmmpptttt…." Chanyeol keburu melumat bibir pulm itu dengan kasar. Mengabaikan gerakan Kyungsoo yang minta dilepaskan.

"Channiehh…lepaskan….hmmpptt…."

"Aku tahu kau sedang emosi, chagi. Maaf….."

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Chanyeol kembali meraup kembali bibir Kyungsoo. Ya, ia harus mengalihkan perhatian Kyungsoo yang sedang emosi. Chanyeol tahu apa akibatnya kalau membiarkan kekasihnya itu dalam emosi. Kyungsoo bisa melukai dirinya sendiri.

Secara perlahan, Chanyeol membuka kancing kemeja milik Kyungsoo tanpa sekalipun melepas pagutannya pada bibir Kyungsoo. Ia bisa merasakan asin dalam ciuman itu akibat air mata Kyungsoo yang terus mengalir.

Kyungsoo melenguh saat merasakan tangan dingin Chanyeol memainkan nipplenya. Tubuhnya mulai menegang saat tangan Chanyeol yang lain memanjakan daerah sensitifnya dibawah sana. Mau tak mau ia semakin larut dalam permainan ini. Sadar atau tidak, Chanyeol merasakan kalau Kyungsoo membalas ciumannya dengan nafsu. Di menit berikutnya, Kyungsoo sudah full naked sedangkan tubuh Chanyeol masih half naked.

Chanyeol melepaskan pagutan tersebut dan menatap dalam mata Kyungsoo. Namja mungil itu sudah berhenti menangis dan hanya meninggalkan jejak-jejak air mata di kedua pipinya.

"Jangan tatap aku seperti itu, Channie" kata Kyungsoo dengan malu-malu. Menarik leher Chanyeol sehingga wajah namja tinggi itu berada di ceruk lehernya. Hal ini sengaja ia lakukan agar kekasihnya itu berhenti menatapnya.

"Kau malu, eoh? Hahaha….kau sangat cantik dengan pipi memerahmu itu" goda Chanyeol.

"AHK!"

Chanyeol berteriak kesakitan saat Kyungsoo menggigit lehernya. Tidak terlalu keras namun berhasil membuatnya berteriak kaget.

"Rasakan" desis Kyungsoo tersenyum penuh kemenangan.

"Sekarang rasakan balasan atas kenakalamu…" balas Chanyeol penuh penekanan.

"Argghhh….Channiehhh…mmhhh….."

Chanyeol meremas junior Kyungsoo dan membuat namja mungil itu melengkungkan tubuhnya menikmati sensasi aneh pada dirinya. Pemandangan ini membuat Chanyeol tidak tahan lagi untuk membuka seluruh pakaian bawahnya yang sedari tadi masih melekat. Sekali lagi, ia meraup bibir yang kini mulai membengkak dan menyesapnya penuh nafsu. Tautan bibir itu berhasil membuat saliva mereka mengalir. Tangan Chanyeol tak henti-hentinya memanjakan junior milik Kyungsoo hingga namja itu mengalami klimaks untuk pertama kalinya.

Chanyeol selalu suka melihat ekspresi Kyungsoo saat mengalami klimaksnya. Itulah sebabnya ia suka bercinta dengan Kyungsoo di awali dengan pemanasan seperti ini. Setelah kekasihnya itu mengalami klimaks pertamanya, barulah ia memanjakan miliknya di lubang hangat Kyungsoo.

Menit berlalu menjadi jam. Chanyeol pun mulai merasakan juniornya berkedut. Segera ia percepat tempo in-out-nya dilubang Kyungsoo. Hingga akhirnya gerakan berantakan itu menandakan ia sampai pada puncaknya. Sebelum mengeluarkan junior miliknya dari hole Kyungsoo, ia terlebih dahulu mencium punggung Kyungsoo. Menarik wajah manis itu menghadap ke arahnya dan menciumnya penuh sayang. Kali ini tanpa rasa nafsu. Nafsunya sudah terpuaskan dan kini ia ingin mengucapkan terima kasihnya pada Kyungsoo melalui ciuman ini.

Kyungsoo selalu menyukai saat seperti ini. Saat Chanyeol menciumnya sehabis bercinta. Rasanya beda saat Chanyeol menciumnya sebelum melakukan ini. Ia membuka matanya saat merasakan ciuman itu berakhir.

"Enngghhh…" lenguh Kyungsoo saat Chanyeol mengeluarkan miliknya.

"Sekarang kau harus mandi, sayang" Chanyeol mengangkat tubuh kecil Kyungsoo ke dalam kamar.

"Ani. Aku ingin istirahat saja, Channie. Aku lelah…." ucap Kyungsoo memasukan wajahnya di perpotongan leher Chanyeol.

"Baiklah…."

Chanyeol memandangi wajah Kyungsoo yang sudah diselimuti itu. Sebenarnya ia ingin memakaikan Kyungsoo baju sebelum menidurkan namja mungil itu namun tidak jadi karena melihat Kyungsoo sudah terlelap di pangkuannya. Sebelum melangkah keluar, Chanyeol mencium bibir mungil itu. Ia harus membereskan kekacauan mereka tadi sebelum Kai sampai di apartemen.

KLIK

Suara pintu yang terbuka membuat Chanyeol menghentikan kegiatannya dengan i-pad miliknya. Ia melihat Kai masuk dan tatapan mereka bertemu.

"Kau sudah pulang?" tanya Chanyeol sambil melihat jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

"Dimana Kyungsoo hyung?" kata Kai mengabaikan pertanyaan Chanyeol.

"Baguslah kau sudah pulang. Aku kira kau berencana tidur diluar makanya tadi aku berniat menginap disini. Tapi tidak jadi….." kata Chanyeol yang juga mengabaikan pertanyaan Kai.

"Kalau begitu aku pulang dulu…." Chanyeol dengan santainya melewati Kai dan mengabaikan tatapan membunuh namja Tan itu.

Setelah Chanyeol keluar, Kai langsung berjalan menuju kamar Kyungsoo untuk memastikan keberadaan hyungnya itu. Gotcha! ia langsung disambut wajah damai Kyungsoo yang tidur lelap. Perlahan ia mendekati Kyungsoo. Wajahnya yang sempat marah saat berhadapan dengan Chanyeol tadi sedikit demi sedikit tergantikan senyuman. Tangannya terangkat mengusap dahi namja yang tertidur itu.

"Hyung, kau tahu….aku sering beda pendapat dengan Hyo Rin. Tapi dalam menilai dirimu, kami selalu memiliki pendapat yang sama. Hyo Rin bilang saat melihatmu tidur, wajahmu sangat polos dan damai. Siapapun yang melihatnya akan tersenyum. Aku setuju dengan Hyo Rin." ucap Kai pelan takut mengganggu tidur Kyungsoo.

Kyungsoo melakukan pergerakan kecil saat merasa ada yang mengganggu tidurnya. Saat itulah Kai bisa melihat dengan jelas tanda-tanda kemerahan di leher Kyungsoo. tangan yang sedari tadi berada di dahi Kyungsoo kini sudah beralih menggenggam lengan kecil itu. Kai mungkin tidak sadar kalau genggaman tangannya terlalu kuat hingga membangunkan Kyungsoo dari tidurnya.

"Jongin-ah…." suara Kyungsoo yang baru bangun terdengar parau.

Kyungsoo melepaskan tangan Kai yang menggenggamnya dan melihat bekas merah yang ditinggalkannya. Antara sadar atau masih di awang-awang, Kyungsoo menyandarkan tubuhnya di sandaran tempat tidur. Hal itu membuat selimut yang menutupi tubuh atasnya turun dan menanmpakkan tubuh mungilnya yang telanjang. Kai bisa melihat tanda-tanda merah itu lagi mewarnai dada putih Kyungsoo. Sedangkan namja yang merasa dirinya jadi tontonan aneh Kai mulai tersadar dan kaget. Segera ia mengambil selimut untuk menutupi badannya.

"Jo…jongin…."

PLAK

Kyungsoo bisa merasakan panas di sebelah pipi kanannya yang terkena tamparan Kai. Ia mendongakkan wajahnya menatap marah pada adik tirinya itu.

"Wae? Kenapa kau menamparku? WAE?!"

.

.

.

.

.

.

.

.

Tbc