Disclaimer :

Demi neptunus naruto bukan punya saya, punya masashi sensei. sasuke punya saya *dibantai masashi sensei dan sakura*

Warning :

OOC, TYPO tingkat akut, AU, OOT, EYD berantakan, flame tidak diijinkan. Di larang mengcopy tanpa seijin author.

.

Catatan :

Fic ini terinspirasi dari anime movie tahun 2012, judulnya fuse teppo musume no torimonocho, meskipun alurnya akan sangat berbeda

.

Peringatan...!

Fic ini hanyalah cerita fiksi belaka yang tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan seseorang, sedikit mengambil sudut pandang dan selebihnya di karang-karang oleh author, tidak menyinggung suku, ras, agama dan apapun, hanya merupakan fic untuk menghibur semata, author pun tidak akan mengambil keuntungan apapun selain kepuasan membaca dari reader.

.

Enjoy for read

.

But

.

Don't like Don't Read

.

.

[Memoirs of the Hunter ]

~ Chapter 1 ~

.

.

Jaman dahulu kala, dimana kerajaan masih berjaya, ada 5 kerajaan terbesar dan masing-masing memiliki kelebihannya, kemudian terjadilah perang besar-besaran antar 4 negara itu, mereka menginginkan apa yang di miliki setiap kerajaan, perang besar terjadi cukup lama, namun tak ada satu pun yang benar-benar berhasil mengambil wilayah yang mereka inginkan, sisa-sisa dari perang hanya membuat beberapa wilayah mereka hancur, orang-orang tak bersalah mati dan kesengsaraan untuk mereka, dari semua itu mereka mulai mengadakan perjanjian perdamaian dengan syarat bekerja sama yang saling menguntungkan.

Hanya 4 kerajaan yang memulai perang kecuali sebuah kerajaan yang memilih perdamaian lebih awal, namun itu bukan sebuah fakta yang terjadi, kerajaan itu sangat sulit untuk di lumpuhkan dan tak ada yang berani melawan, kerajaan itu tak memiliki bahan pangan yang melimpah, atau bahan tambang yang melimpah, melainkan orang-orang yang berada di wilayah kerajaan itu memiliki otak yang jenius, hampir 80% orang-orang di sana adalah pelajar, mereka memiliki banyak ide untuk sebuah rencana strategi perang dan membuat banyak kerajaan lain yang tak bisa melawan mereka hingga memilih mundur.

Bertahun-tahun kemudian dan penerus setiap kerajaan itu mulai melanjutkan apa yang di tinggalkan raja terdahulu mereka, dengan adanya perjanjian perdamaian yang bersyarat, seluruh kerajaan mematuhinya meskipun kadang masih ada beberapa orang yang selalu ingin menghasut salah satu pendiri dari ke-5 kerajaan itu.

Terdiri dari kerajaan Konoha yang di pimpin oleh raja Hashirama Senju, kerajaan Suna di pimpin oleh raja Akusuna Rasa, kerajaan Iwa di pimpin oleh raja Onoki, kerajaan Kiri di pimpin oleh raja Byakuren, dan terakhir kerajaan Kumo dengan seorang raja yang terkenal sangat kejam, raja Haruno Kizashi.

Kerajaan Kumo adalah kerajaan yang tak ikut berperang, kabar tentang orang-orang dari sana pun sudah menyebar luas, tak sembarang orang akan mudah memasuki wilayah itu yang memiliki tingkat keamanan yang sangat tinggi di bandingkan kerajaan lain, hukumannya pun tak macam-macam, mereka akan di penggal begitu saja tanpa mendengar alasan apapun, raja Kizashi terdengar tegas dan hal itu sudah di turunkan dari leluhur sebelumnya, meskipun kejam, raja Kizashi sangat di hormati oleh seluruh warganya, mereka beruntung tinggal dan hidup di wilayah Kumo, mereka tak perlu merasakan sulitnya saat masa perang.

Seiring berjalannya waktu peraturan dari kerajaan Kumo mulai sedikit menurun, banyak orang dari berbagai wilayah akan mengunjungi wilayah kerajaan itu dan sebuah berita lainnya tentang satu-satunya putri dari kerajaan Kumo, katanya dia putri yang sangat cantik, sejak kecil hal itu terlihat darinya, mata yang indah, rambut softpink panjang yang menawan, sikapnya yang ramah dan dia memiliki banyak bakat untuk seorang putri, tak ada yang akan bisa menandingi putri dari kerajaan Kumo ini.

Namun, tak banyak yang pernah melihatnya secara langsung, katanya dia akan terus berada di dalam istana dan sangat sulit untuk bertemu dengannya, jika pun dia akan keluar dan menemui tamu penting ayahnya, putri itu akan menutupi wajahnya, hanya tangan ramping yang putih mulus akan terlihat darinya.

Para dayang yang melayaninya akan mengatakan hal yang sama seperti yang beredar di luar istana, mereka sudah bersama sang putri untuk waktu yang lama namun tak ada yang benar-benar mengetahui bagaimana putri itu sendiri.

.

.

.

.

Sebelum sang putri mahkota lahir.

Saat itu sedang musim semi di wilayah kerajaan Kumo, seorang permaisuri sedang berusaha untuk menahan sakit yang di deritanya, para dayang pun membantunya untuk tetap sekuat tenaga mendorong bayi yang sebentar lagi akan keluar, tak beberapa lama dari kamar sang permaisuri, terdengarlah sebuah tangisan bayi.

"Aku ingin segera melihat anakku!" Ucap sang raja, dia sudah tak sabar dan sejak mendengar sang permaisuri berteriak kesakitan, sang raja hanya mondar-mandir tak tenang menunggu kelahiran anaknya, dia sangat takut untuk hal-hal yang kemungkinan terjadi pada sang permaisuri yang di cintainya selama masa persalinan berlangsung.

"Selamat Yang mulia, seorang putri mahkota yang sangat cantik, rambut dari Yang mulia raja dan wajah dari Yang mulia permaisuri." Ucap dayang yang membantu persalinan.

"Berikan padaku, biarkan aku melihatnya." Ucap sang raja, wajahnya terlihat sangat senang.

Sebelumnya seorang putra mahkota pertama telah lahir, dan sekarang sudah berumur 10 tahun.

Sang putri tumbuh menjadi gadis yang penuh dengan didikan dari seluruh pengajar terbaik yang ada di kerajaan Kumo, sang raja dan permaisuri ingin menjadikannya sebagai putri terbaik di negara ini.

Sang putra mahkota pun mendapatkan hal yang sama, saat berumur 7 tahun dia sudah menjadi anak yang begitu pandai dan cukup di sanjung oleh banyak pengajar dengan kepintarannya dan otaknya yang jenius.

"Apa yang kau lakukan di kamarku?" Ucap putra mahkota saat melihat adiknya bersembunyi di dalam kamarnya, sekarang putra mahkota memasuki umur 15 tahun, wajahnya terlihat cukup tampan meskipun dia masih sangat muda dan rambut ayahnya pun turun padanya.

"Aku tidak mau belajar hari ini." Ucap sang adik dengan wajah cemberut, putri mahkota yang sekarang berumur 5 tahun, dia mulai sedikit mengeluh untuk masalah pelajaran.

"Belajar itu penting, kerajaan Kumo terkenal dengan orang-orang jenius, kenapa tak ingin belajar?" Ucap Haruno Serra, nama dari putra mahkota.

"Aku tidak suka belajar." Ucap Haruno Sakura, putri mahkota.

"Lalu apa yang ingin kau lakukan jika tidak belajar? Ayahanda akan sangat marah besar jika tahu hal ini, apalagi ibunda."

"Aku ingin belajar bela diri, aku ingin ikut berburu, aku juga ingin belajar menggunakan senjata." Tegas sang putri kecil.

Sebuah senyum di wajah putra mahkota, dia tidak pernah memiliki pemikiran seperti itu saat umurnya masih 5 tahun, namun adiknya sangat berbeda.

"Kemarilah." Ucap Serra.

Gadis kecil itu berdiri dari tempat persembunyiannya, berlari memeluk kakaknya, saat ini dia hanya bisa berlindung pada kakaknya, para dayang pun sangat tegas padanya, semua itu adalah perintah dari permaisuri.

"Bagaimana kau bisa berpikir seperti itu? Bukannya itu semua hal berbahaya? Dan lagi kau seorang putri mahkota, ibunda akan sangat khawatir jika melihatmu melakukan itu."

"Biasanya saat berjalan-jalan bersama para dayang, aku melihat beberapa prajurit dan paman pertama berlatih, mereka terlihat sangat hebat dan aku sangat ingin melakukannya."

"Hentikan itu, jadilah putri mahkota sebagai mana mestinya."

"Kakak juga tidak peduli padaku?" Ucap Sakura, matanya mulai terlihat berkaca-kaca, hal ini cukup sulit bagi serra yang sangat menyayangi adiknya itu.

"Kau masih sangat kecil, mungkin belum saatnya, bukannya aku tidak peduli padamu, aku akan mendukung apapun, tapi kau harus berhenti saat kau mendapat kesulitan."

"Aku menyayangi kakak!" Ucap Sakura dan kembali memeluk erat kakaknya, wajahnya terlihat senang.

"Sekarang, kembali sebelum para pengajar melapor pada ibunda."

.

.

.

.

Sakura pov.

"Seorang putri akan bangun tepat jam 7 pagi, bangun dan bergegas." Ucap Haruno Mebuki, seorang permaisuri sekaligus ibuku. Pagi-pagi sekali dia akan membuka seluruh jendela dan pintu geser, membuatku kesulitan tidur di pagi hari dengan cahaya matahari yang menyilaukan.

"Aku masih mengantuk." Ucapku.

"Dimana sikapmu sebagai seorang putri mahkota, cepat-cepat." Tegur ibunda.

Semua hal di lakukan oleh ibunda, meskipun memerintahkan para dayang, tetap saja ibunda akan turun tangan dalam mengurusku, dulunya para dayang mulai melapor jika aku sering kabur saat waktu belajar, ibunda jadi lebih tegas padaku.

Bangun tepat jam 7 pagi, aku tak melakukan banyak hal, para dayang akan menyediakan air mandi untukku, memakaikan yukata dengan simpul pada obi yang rumit, menyisir rambutku yang semakin hari semakin panjang dan sangat menyusahkan bagiku, ibunda melarangku memotong sehelai rambut pun, dia ingin rambutku ini tetap panjang dan akan di rawat oleh para dayang.

Setelahnya, sarapan bersama di ruang makan, sekarang aku sudah berumur 17 tahun dan semakin hari kegiatan belajar membosankan itu semakin membuatku muak, menatap kakakku, seorang putra mahkota, aku tidak tahu bagaimana kakak sangat santai menghadapi semua hal itu, dia akan menjadi pangeran yang tak punya kekuatan, hanya belajar dengan buku-buku menyebalkan itu, apa gunanya mengasah otak jika fisikmu tak pernah di asah, aku bahkan jauh lebih kuat dari kakak.

"Putri mahkota, jangan lupa sebentar akan belajar tentang sastra dan menulis huruf kanji." Ucap seorang kepala dayang yang di utus untuk selalu bersamaku, tapi aku beranggapan jika dia hanyalah mata-mata ibunda, jika aku belajar dengan tidak benar, dia akan melapor dan ibunda akan segera menghukumku.

"Iya-iya, aku sudah tahu, jangan katakan lagi." Ucapku dengan nada kesalku, apa dia tidak bisa membiarkanku makan dengan tenang?

"Putri Sakura, jaga sikapmu, bagaimana mungkin kau berbicara tidak sopan seperti itu pada kepala dayang?" Ucap Ibunda, haa..~ dia akan mulai mengomel.

"Apa kau sudah belajar tentang tata krama memperlakukan seorang yang lebih tua darimu putri?" Kali ini ayahanda yang menegurku.

"Ma-maaf, aku salah kepala dayang, aku minta maaf." Ucapku, melirik ke arah kakak dan dia hanya tenang-tenang saja tanpa membantuku, aku rasa kakak pun semakin hari semakin dingin terhadapku, aku pikir dia akan tetap peduli padaku.

Aku hanya berpikir, jika selama ini kakak terus mengikuti ucapan ayahanda dan ibunda, sekarang dia sedang berstatus seorang pangeran, kelak dia akan menjadi seorang raja, kakak pun memukul beban yang cukup banyak nantinya, jadi orang kerajaan itu repot, aku sangat ingin menjadi orang biasa tanpa adanya peraturan yang banyak untuk menjerat kakiku dan membuatku sulit kemanapun yang aku sukai.

Saat masih berumur 5 tahun, ibunda membuatku harus belajar banyak hal, berbicara lebih sopan, lakukan seperti ibunda, lakukan seperti ini, lakukan seperti itu, bersikaplah lebih anggun, makanlah dengan tenang, perhatikan langkah dan penampilanmu, belajar tentang ini, belajar tentang itu, ibunda ingin aku menjadi putri yang cerdas dan pandai, aku sudah cukup muak.

Membaringkan kepalaku di sebuah meja, di sini adalah area yang sangat nyaman di gunakan untuk belajar, sejuk dan ada kolam ikan, namun aku tidak ingin belajar apapun sekarang, aku ingin kembali belajar pedang, memanah, berkuda, bertarung dan melakukan hal-hal lain selain duduk hingga kakiku keram untuk membaca dan belajar tentang sastra dan pelajaran lainnya.

"Putri mahkota, sebaiknya anda cepat belajar tentang sastra ini sebelum saya mengetes anda lagi." Ucap kepala dayang.

"Biarkan aku berpikir sejenak, dan jangan menggangguku." Ucapku.

"Putri mahkota, jaga sikapmu!" Dia akan menegurku seperti ibunda, tentu saja, dia punya hak penuh untuk melakukan itu padaku meskipun aku putri mahkota yang memiliki kedudukan jauh lebih tinggi darinya.

"Tetap saja keras kepala. Aku ingin berbicara dengannya sebentar, kalian pergilah dulu." Ucap seseorang. Mengangkat kepalaku dan dia meminta para dayang untuk pergi sejenak dari tempat ini, membuang mukaku dan aku tidak ingin menatapnya, dia sudah mulai tidak melindungiku lagi.

"Baik pangeran." Ucap kepala dayang, pamit dan mengajak dayang lainnya untuk meninggalkan kami berdua.

"Ada apa dengan wajahmu itu?" Tanyanya dengan memasang senyum itu, apa dia senang aku seperti ini?

"Aku tidak mau melihatmu, pergi sana." Kesalku.

"Putri mahkota harus bersikap lemah lembut dan tidak mengusir seorang pangeran seperti itu."

"Aku marah padamu kakak! Katanya kau akan melindungiku dan mendukungku, sekarang apa? Kakak bahkan larut dalam dunia belajar itu."

"Maaf putri, aku tak bermaksud tidak mendukungmu, hanya saja aku mulai sulit untuk membelamu mengingat posisiku cukup buruk, ayahanda terkenal dengan sikap tegasnya, kau ingin aku berakhir menjadi seorang pangeran yang di anggap membangkang?"

"Aku tidak berpikiran seperti itu, tapi di saat aku tak punya pendukung, aku harap kakak bisa menjadi orang pertama yang bisa melakukannya untukku." Ucapku. Aku pun tak bisa menyalahkan kakak.

"Kemarilah." Ucapnya, berjalan ke arah kakak dan dia akan memelukku, kakak sangat menyayangiku dan beberapa dayang yang sering curi pandang terhadap kakak sangat iri, aku yakin di antara mereka sangat berharap menjadi pendamping kakak, meskipun hanya berstatus selir, kakak sudah sangat terkenal saat dia masih berumur 10 tahun, pangeran tampan dan jenius, beberapa putri pun ingin dekat dengannya namun hingga sekarang dia belum menetapkan seorang permaisuri untuknya, mungkin saja dia akan di jodohkan dengan putri dari kerajaan lain, biasanya seperti itu akan terjadi di kerajaan-kerajaan.

"Jadi apa yang akan kau lakukan di saat waktu senggang?" Tanyanya.

Aku mulai menceritakan apa yang aku lakukan selama waktu bebasku, tak hanya belajar setiap harinya, aku pun punya waktu bebas dan aku gunakan untuk.

"Hati-hati putri mahkota!" Ucap para pengawal, mereka akan mengawasiku selama latihan di sebuah hutan yang tak jauh dari istana, aku tak bisa berlatih apapun di area istana, ibunda akan sangat marah jika melihatku.

"Cerewet! Jika ada yang bisa mengalahkanku akan aku beri hadiah emas untuk kalian." Tegasku.

Tak ada satu pun yang bisa menandingi kecepatanku dalam berkuda, keahlianku dalam memanah dan menggunakan pedang, dan juga tak ada mampu menjatuhkanku, aku sudah melakukan semuanya secara sembunyi-sembunyi, kecuali.

"Berdiri! Aku tidak akan setengah-setengah melatihmu meskipun kau keponakanku dan juga seorang putri mahkota." Ucap paman kedua, selama ini aku di latih olehnya dengan syarat aku harus semakin kuat, jika tidak dia akan mengaduh pada ibunda tentang apa yang selama ini aku lakukan, aku jadi harus menutup mulut banyak prajurit yang melihatku dan terus berlatih keras.

"Luka apa ini? Kenapa kau tidak menjaga tubuhmu?" Ucap ibunda, dia akan marah setelah melihat beberapa luka lecet di tubuhku, itu hanya sebuah luka dari latihan yang di ajarkan oleh paman kedua, aku jadi terus berbohong jika jatuh.

Aku jadi harus belajar apapun, dari hal yang tak ku sukai hingga hal yang aku sukai, aku mendengar beberapa rumor tentangku dari luar istana jika putri dari kerajaan Kumo sangat di kagumi karena kesempurnaannya, iiiyuuuh...~ aku tak pernah merasakan jika aku putri seperti itu, lagi pula tak banyak orang yang bisa melihatku di luar jika aku akan terus menggunakan penutup wajah, bahkan saat berlatih dengan paman kedua, aku akan menggunakan baju selayaknya seorang ninja agar tidak banyak yang tahu jika aku adalah seorang putri mahkota, sangat sulit jika akan menggunakan yukata dan harus bertarung.

Aku benar-benar tumbuh seperti apa yang aku harapkan meskipun melalui banyak hal yang sulit.

.

.

TBC

.

.


halo-halo.

new fic, ini fic pelarian yang baru lagi, tapi sebelumnya author pernah katakan pengen buat fic tentang jaman kerajaan gitu dan akhirnya dapat ide dari sebuah anime movie tahun 2012, berharap fic ini akan tetap menghibur, updatenya mungkin akan lambat seperti halnya fic lain yang cukup lambat di up., author fokus pada pekerjaan dan berbisnis, dampaknya beberapa hobby hampir di lupakan XD.

jangan cari kerajaan Uchiha, di sini tak ada XD author tak cantumin, hehehe nanti dia muncul kok, tapi belum.

ah author sampai lupa, karena terlalu sibuk, tanggal 28-maret kemarin-kemarin adalah ulang tahun Sakura dan tak sempat buatin fic hadiah, jadinya ini aja deh, dan tanggal 31-maret itu adalah ultah sarada.

pokok happy birthday buat kalian berdua, author sayang kalian dan juga papa sasu dong..~ XD

.

.

See you next chap!