Min Yoongi itu vampire.

Lebih tepatnya, vampire tanpa mate.

Yoongi pikir dia akan menghabiskan seluruh waktu hidupnya (yang tidak pernah habis) tanpa bertemu matenya. Kaumnya bilang bahwa untuk menemukan mate, kau akan mencium harum darah paling wangi yang pernah ada. Harum darah yang membuat indra pengecap berliur karena nafsu.

Itulah yang dilakukan Yoongi; mencari matenya kesana kemari, menelusuri banyak kota dan negara untuk mencari harum darah yang membuatnya tergugah. Tapi lebih dari dua puluh dekade berlalu dan Yoongi belum juga menemukan bau darah yang membuat indra pengecapnya berliur penuh nafsu.

Baginya, bau darah itu sama―hanya memuaskan dahaga.

Usaha yang sia-sia membuat Yoongi lambat laun menyerah dengan urusan mate ini. Sejak pencarian mate yang telah dia akhiri delapan tahun yang lalu, Yoongi memutuskan untuk mendedikasikan lima tahun terakhir untuk tidur.

Ya, tidur.

Tidur di peti mati.

Yoongi pikir dia akan menghabiskan tahun keenamnya di peti mati dengan damai. Tapi di tahun keenam, kerabat vampirnya yang bernama Kim Taehyung; mendepaknya secara paksa dari peti mati kesayangannya untuk berpindah menetap di tempat baru―Korea Selatan.

Dan Yoongi tidak menebak sama sekali bahwa di Korea Selatanlah dia mencium bau darah paling wangi seumur dia hidup.

Harum manis vanilla dan kayu.

Bau darah takdirnya―

Bau darah mate Min Yoongi.

.


Fang and Fur

Yoonmin Fanfiction

© celestaeal


.

Terkejut dan bingung.

Dua kata yang paling pas untuk menggambarkan keadaan Yoongi sekarang ini. Bagaimana tidak? Sejak dia turun dari pesawat dan menginjakkan kaki di airport, Yoongi tiba-tiba saja mencium bau yang terlampau harum meski samar-samar. Tidak susah baginya untuk menebak bahwa harum ini adalah harum darah. Yoongi nyaris mengerang di tempat saat indra penciumannya mencium wangi vanilla dan kayu.

Bau harum darah entah milik siapa ini mau tidak mau membuat Yoongi otomatis terlonjak kaget.

Mate?

Yoongi mengerjap, terdiam bengong untuk beberapa saat. Pria itu yakin hidungnya tidak membohonginya. (hey―hidung vampire seribu kali lipat lebih bagus dari penciuman anjing pelacak, tahu!)

Tapi dia tidak percaya saja kalau yang dia cium itu benar bau darah matenya atau bukan. Pria pucat itu terdiam mematung di tempat sampai-sampai Taehyung harus menariknya untuk cepat-cepat bergegas―mengambil koper dan masuk ke mobil.

Selama perjalanan, Yoongi seolah dalam kondisi tidak sadar. Vampire pucat itu duduk termenung diam dengan pandangan kosong. Kondisi aneh Yoongi tentu mengundang tatapan heran dari Taehyung dan pasangan mate-nya―Jungkook.

Mereka ingin bertanya, tapi Yoongi yang terlihat tidak sadar membuat mereka bungkam, enggan membuka mulut untuk bertanya.

Tanpa mereka tahu, pikiran Yoongi berkecamuk memikirkan soal mate.

Bukan, bukannya Yoongi tidak senang akhirnya menemukan mate. Tapi, Yoongi heran. Kenapa dari semua tempat, matenya harus berasal dari Korea Selatan? (Korea Selatan itu tempat asal Yoongi, ngomong-ngomong. Jadi Yoongi lumayan shock mengetahui calon matenya berasal dari tempat yang sama) Dan, yang lebih mengherankannya lagi, harum matenya semakin tercium jelas sekarang di hidung Yoongi. Padahal sekarang mobil yang ditumpangi Yoongi menuju kawasan pinggir Seoul, dimana terdapat hutan yang cukup lebat dan Yoongi yakin bahwa sebelumnya Taehyung bilang kawasan hutan itu steril. Tidak ada vampire di daerah sana selain mereka.

Kalau bukan vampire yang tinggal disana, kemudian siapa?

Manusia?

Cih, Yoongi yakin seratus persen tidak ada manusia yang cukup gila untuk tinggal di hutan belantara pinggir kota.

Vampire? Bukan. Manusia? Bukan.

Kalau begitu… siapa?

.


.

"Hyung!"

Yoongi terperanjat dari lamunannya, "H―huh? Apa?!"

Taehyung memutar bola mata, posisinya yang semula sedikit menunduk di pintu mobil yang terbuka beralih berdiri, memberi celah hingga Yoongi kini bisa melihat rumah modern di sampingnya.

"Sampai kapan mau di mobil? Ayo keluar."

Ajakan Taehyung mmebuat Yoongi mengernyit, kemudian vampire pucat itu mengibas tangan, memberi tanda bagi Taehyung untuk menyingkir dari pintu. Taehyung bergeser dan Yoongi keluar dari mobil dengan kening berkerut. "Apa ini?"

Taehyung berujar ceria, "Rumah kita!"

Kerutan kening Yoongi bertambah dalam. Tapi dia tidak berkomentar apapun. Pria itu terdiam di luar, mengabaikan Taehyung dan matenya yang mendahului memasuki rumah baru.

Yoongi menngendus udara. Bau vanilla terus-terusan tercium. Yoongi melirik sekitarnya, yakin sekal dengan keberadaan matenya yang sangat dekat. Tapi tidak ada siapapun dalam jarak pandangnya. (Jangan lupa kalau Yoongi memiliki penglihatan super ala vampirenya.)

"Hyung, ayo!" Teriakan Taehyung tepat di samping Yoongi membuat Yoongi lagi-lagi terperanjat. Taehyung menarik lengan Yoongi, menyadarkan si vampire pucat.

Taehyung menyeret Yoongi ke depan pintu bercat putih yang membuat Yoongi menautkan alis. Wajah Yoongi berubah masam saat memindai rumah di depannya―tipikal rumah modern minimalis dengan jendela di sana sini yang memungkinkan sinar matahari masuk ke dalam rumah ini berbanding terbalik dengan rumah lamanya. Rumah yang sebelumnya mereka tempati adalah kastil tua di pedalaman Norwegia, tempat yang cukup lembab tapi Yoongi sangat menyukainya karena minim sinar matahari.

Tidak seperti Yoongi, Taehyung dan Jungkook―mate Taehyung terlihat menyukai rumah baru mereka. Pasangan vampire itu membuka pintu rumah baru mereka dan seketika harum lemon dari dalam rumah memasuki indra penciuman Yoongi. Wajah vampire itu keruh. Wangi lemon yang menyeruak itu terlalu menusuk hidungnya yang sensitive.

Tapi Yoongi tidak banyak protes, vampire itu bukanlah tipe yang blak-blakan. Dia lebih banyak diam dan ikut saja diseret Taehyung memasuki rumah mereka.

"Tadaa!" Taehyung merentangkan tangan lebar-lebar, tersenyum gembira dengan Jungkook bertepuk tangan senang.

Yoongi mendengus, melewati pasangan vampire yang kini berciuman dan asik melumat bibir di ruang depan. Vampire pucat itu melangkahkan kaki memasuki rumah.

Benar seperti dugaan Yoongi, rumah ini terlalu modern dan terlalu banyak sinar matahari baginya. Yoongi total mengernyit melihat ruang tengah yang dia asumsikan sebagai ruang keluarga itu separuh dindingnya digantikan oleh jendela, sehingga sinar matahari berlomba-lomba menyinari ruang dengan sofa-sofa berwarna putih.

Yoongi masuk, melihat lebih dalam tempat tinggal barunya. Sejauh ini tidak ada yang menarik, selain piano besar berwarna hitam mengkilat di salah satu ruangan di lantai dua (Yoongi memutuskan ini akan jadi kamarnya)

Yoongi berputar-putar di dalam kamar barunya, memikirkan tempat yang cocok untuk meletakkan peti matinya hingga kakinya melangkah menuju jendela kamar super besar yang tertutupi kelambu putih.

Yoongi menyibak kelambu, dan refleks menaikkan sebelah alis menyadari bahwa itu bukan jendela, tapi pintu kaca yang terhubung ke balkon.

Hal yang selanjutnya Yoongi lakukan adalah memutar kenop pintu, melangkahkan kaki di balkon, mengendus udara dan merasakan bau harum vanilla yang memudar.

Yoongi terdiam, memandang area hutan yang mengelilingi rumah mereka, berusaha melihat dengan mata vampire-nya siapapun yang berada di dekat mereka.

Tapi nihil, Yoongi tidak menemukan apapun selain bau vanilla pudar yang tertinggal di udara.

Tanpa sadar tangan Yoongi memegang besi pembatas balkon, menggenggamnya erat sambil melihat jauh ke dalam hutan. Yoongi tidak tahu siapa yang memiliki bau harum ini, tapi cepat atau lambat Yoongi pasti akan bertemu dengannya.

Benar, kan?

.


.

Seminggu di rumah baru tidak ada yang Yoongi lakukan selain tidur.

Hal ini membuat Taehyung cukup sebal, karena dia pikir pindah ke Seoul membuat hyung-nya itu sedikit merubah kebiasaan tidurnya.

Yoongi memang tidur. Tapi tanpa diketahui Taehyung tiap malam dia menyelinap keluar, mencari matenya.

Yoongi menghabiskan seluruh waktu siangnya untuk tidur karena dia enggan terkena sinar matahari. Barulah saat matahari tenggelam dia menyelinap melalui balkon dan berlari tak tahu arah. Mencari-cari harum vanilla yang tidak pernah Yoongi cium lagi sejak hari kedatangannya ke Korea.

Harum vanilla itu hanya sempat Yoongi cium di hari pertama, hari-hari setelahnya tidak ada bau lagi. Dalam hatinya Yoongi kesal dengan dirinya sendiri. Harusnya dia tidak pengecut dan keluar berlari saat itu juga mencari matenya. Sayangnya, Yoongi terlalu pengecut.

Dalam hatinya Yoongi kecewa dan takut.

Kecewa karena bau matenya sudah tidak tercium lagi dan takut kalau itu hanya perasaannya saja mencium bau mate. Yoongi takut, kalau-kalau dia mulai berhalusinasi mencium bau mate padahal itu hanya bau biasa. (Well, jangan salahkan Yoongi, hidup beratus-ratus tahun untuk mencari mate dan berakhir dengan tanpa hasil membuat vampire pucat itu takut kalau dia kembali menerima harapan kosong.)

Biasanya, menjelang subuh Yoongi kembali ke rumah mereka, mengendap lewat teras belakang. Namun kali ini saat memasuki rumah lewat teras belakang, Yoongi dikejutkan dengan keberadaan Jungkook di pantry dapur.

"Tidak ketemu lagi, hyung?"

Pertanyaan singkat dari Jungkook membuat Yoongi mengerutkan alis. Melewati pemuda yang mengetuk-ngetukkan jemari asal.

"Maksudmu?" Yoongi bertanya, pura-pura tidak mengerti dengan wajah datar.

Jungkook berdecak, mengamati Yoongi yang mengambil sekantung darah dari persedian darah mereka di kulkas. Vampire pucat itu tidak repot-repot menuangnya dalam gelas, memilih menyesap langsung.

"Jangan pura-pura bodoh, hyung. Mate-mu."

Yoongi mengangkat kedua alis, menghisap rakus kantung darah di mulutnya. "Aku tidak tahu apa maksudmu." Ujarnya kalem.

Jungkook mendengus, tersenyum miring menatap Yoongi. "Baiklah, terserah Yoongi hyung."

Yoongi mengedikkan bahu tak peduli, mengabaikan Jungkook yang lekat mengamatinya kemudian membuang bekas kantung ke tempat sampah sambil menepuk-nepuk perutnya puas.

"Aku tidak seperti Taehyung, hyung. Menyelinap tiap malam dan kembali saat subuh. Aku tidak bisa kau bodohi."

Ucapan Jungkook membuat Yoongi terkekeh, dia mendekati vampire muda itu, mengusak rambutnya. "Terserah kau sajalah, kiddo."

Jungkook memutar bola mata jengah, membiarkan rambutnya berantakan oleh ulah Yoongi. Yoongi menepuk bahunya pelan dan berlalu meninggalkan Jungkook, menuju kamarnya di lantai dua.

.


.

Untuk pertama kalinya setelah delapan malam mengurung diri di kamarnya, Yoongi keluar dari kamar di malam kesembilan.

Yoongi yang terlihat menuruni tangga membuat Taehyung nyengir lebar. Yoongi menarik senyum tipis, mengusak rambut Taehyung pelan dan duduk di sofa. Kepalanya bersandar di sofa sambil melihat ke jendela besar yang menampakkan pemandangan hutan yang tidak segelap biasanya malam ini.

Malam ini adalah bulan purnama.

Yoongi cukup tahu diri untuk tidak berkeliaran di malam purnama. Sudah bukan rahasia umum di antara kaum vampire, bahwa haram hukumnya bagi mereka berkeliaran di bulan purnama. Karena khusus dalam satu malam ini adalah waktu bagi werewolf untuk berburu.

Yoongi menggigiti kuku ibu jarinya, kepalanya memutar kilas balik saat di Norwegia, sesaat sebelum keberangkatannya ke Korea dimana Seokjin mewanti-wanti Yoongi, Taehyung dan Jungkook tentang keberadaan pack werewolf di seberang sisi hutan yang mereka tinggali.

Seokjin bagian dari keluarga kecil mereka, ngomong-ngomong. Tapi vampire tampan yang berasal dari keluarga bangsawan itu harus menuntaskan urusan di Norwegia sebelum menyusul ke Korea.

"Ini, hyung." Suara jernih Jungkook membuyarkan lamunan Yoongi, vampire itu tersenyum tipis dan mengucapkan terima kasih saat Jungkook menyodorkan mug berisi darah.

Ketiga vampire itu menyesap darah mereka dalam hening. Yoongi yang menggulung diri di sofa singlenya sementara Jungkook yang duduk di pangkuan Taehyung. Ketiganya terjaga, menunggu hingga waktu berburu werewolf dimulai.

Hampir tengah malam saat lolongan serigala pertama terdengar. Yoongi mengeryitkan kening, suara lolongannya terdengar terlalu keras. Yoongi jadi teringat lagi oleh perkataan Seokjin tentang pack werewolf di seberang hutan, sedikit banyak Yoongi tidak yakin dengan letak mereka yang di seberang hutan. Kenapa suara lolongan mereka terdengar sangat dekat?

"Yoongi hyung, Seokjin hyung bilang dia akan telat sampai kesini."

Suara Taehyung membuat Yoongi, dia mengangguk kecil. "Oke, ada masalah?"

Taehyung mengangkat bahu tak mengerti, "Seokjin hyung bilang dia harus ke desa perbatasan. Urusan delegasi dan semacamnya." terangnya.

Yoongi ber-oh kecil. Cukup mengerti tugas Seokjin sebagai bangsawan yang membereskan hal-hal seperti itu.

"Oh ya, apa ada vampire lain selain kita disini?" Tanya Yoongi, teringat dengan urusan mate yang membuatnya gundah gulana beberapa hari ini.

Taehyung mengangguk, mengeratkan pelukannya di pinggang Jungkook. "Ada. Keluarga Jung di Seoul dan Keluarga Park di Ilsan."

Yoongi menaikkan sebelah alis tertarik, memutar-mutar mug di genggaman tangannya. "Oh, keluarga besar?"

Taehyung lagi-lagi mengangguk, menghabiskan sisa darah dari mugnya cepat. "Iya, setauku keluarga Jung dan Park itu keluarga besar. Keluarga Jung ada tujuh orang dan Keluarga Park ada tiga belas orang."

Yoongi mengangguk-angguk, mencermati baik-baik informasi dari Taehyung. Bisa jadi matenya berada di keluarga Jung atau keluarga Park. Apalagi jumlah mereka ganjil, mungkin saja kan?

Mungkin besok Yoongi akan berkunjung ke sana.

"Kenapa, hyung? Tumben sekali kau bertanya seperti ini?" tanya Taehyung.

Yoongi berkedip-kedip, kebingungan hendak menjawab apa. "Uh―tidak, tidak apa-apa."

Taehyung menatap Yoongi tertarik, matanya berbinar semangat. "Masa sih? Tidak mungkin. Hyung kenap―umph!"

Taehyung urung melanjutkan pertanyaannya, karena Jungkook terlebih dahulu mencekal lehernya kemudian mencium bibirnya. Yoongi sedikit banyak bersyukur dan berterima kasih kepada Jungkook. Karena―astaga, Taehyung itu tipe vampire yang gampang penasaran akan sesuatu, Yoongi yakin vampire Kim itu tidak berhenti bertanya sampai dia mendapatkan jawaban yang memuaskan. Yah, untung saja Jungkook terlebih dahulu mengalihkan perhatiannya, meski Yoongi harus memutar bola mata malas melihat pasangan mate yang berciuman panas tidak tahu tempat itu.

Pasangan mate itu masih asik berciuman saat lolongan kedua terdengar. Yoongi refleks menoleh ke jendela besar. Suara lolongan serigala terdengar keras sekali.

Harusnya itu bukan hal yang besar, tapi entah kenapa Yoongi merasa tidak tenang mendengarnya.

Yoongi memejamkan mata, menggeleng-gelengkan kepala mengusir berbagai perasaan tidak menyenangkan di dadanya.

Yoongi kemudian berdiri, berniat untuk kembali ke peti matinya dan tidur menggulung diri. Baru saja dia meletakkan mugnya di meja, harum vanilla tiba-tiba menguar menusuk hidung.

Yoongi tercekat. Jantungnya yang sudah mati serasa mencelos dalam dadanya. Mug yang belum sepenuhnya diletakkan di meja, jatuh. Dan tiba-tiba, semuanya berjalan begitu cepat. Taehyung dan Jungkook yang terlonjak kaget, Yoongi yang diam mematung namun sedetik kemudian berlari keluar, juga teriakan Taehyung tentang larangan vampire keluar di malam bulan purnama.

Tapi semua itu terabaikan.

Yoongi melesat keluar di malam bulan purnama, mengabaikan larangan yang mungkin saja akan membuat Yoongi terbunuh untuk kedua kalinya.

Karena bukan bau matenya saja yang membuat Yoongi bertindak gegabah seperti ini.

Tapi bau darah.

Bau darah segar yang bercampur dengan harum manis vanilla.

Dan Yoongi bukan orang tolol untuk tidak mengerti bahwa matenya dalam bahaya.

.


.

Jantung Yoongi bergemuruh hebat

Iya, jantungnya memang sudah mati, tapi Yoongi bisa merasakan jantungnya berdentum-dentum dalam dada.

Yoongi itu tidak pernah bertindak gegabah. Semua yang dia lakukan itu sudah diperhitungkan baik-baik. Mereka yang mengenal Yoongi beranggapan bahwa vampire terlalu pucat itu pemalas, tapi sebenarnya Yoongi hanya bertindak sesuai perhitungannya.

Tapi untuk kali ini Yoongi bersikap sembrono. Yoongi tahu bahwa larangan untuk tidak keluar di malam bulan purnama oleh dewan vampire bisa membuatnya dipenggal. Tapi ini soal mate―astaga!

Yoongi tidak mau berakhir kecewa kepada dirinya sendiri karena bertindak pengecut seperti kemarin. Dia tidak akan mengulanginya lagi.

Tidak akan.

Jadi, yang Yoongi lakukan adalah berlari secepat mungkin. Vampire pucat itu sudah berlari kira-kira tigabelas mil, hingga matanya menangkap pergerakan di depan sana. Yoongi menambah laju larinya, berlari dan berhenti tepat waktu di depan beruang besar yang meraung.

Yoongi menendang rahang si beruang besar, membuat beruang itu terpelanting ke samping dengan bunyi gedebuk keras. Yoongi melirik melewati ekor mata, melihat sekilas sosok manusia dengan harum vanilla pekat yang menguar.

Perut Yoongi refleks bergemuruh lapar, air liurnya mendadak mengumpul di pangkal tenggorokan dan badannya terasa panas.

Yoongi menggeleng-gelengkan kepala menyadarkan diri. Bukan waktu yang tepat untuk bernafsu, Yoongi! Matemu hampir mati diincar beruang brengsek.

Beruang itu meraung geram dan tak butuh waktu lama untuk bergerak menyerang Yoongi. Alhasil, pergumulan antara keduanya tidak dapat dielakkan lagi. Yoongi tidak suka bertarung dengan beruang, mereka adalah kaum bar-bar yang berisik. Sukanya meraung keras dengan mengayun-ayunkan tangan besar kesana kemari.

Benar saja, tangan besar berbulu itu mengayun, merobek sepanjang bahu dan dada hingga baju Yoongi robek. Yoongi tidak terluka karena dia vampire, tapi tetap saja dia geram.

Vampire terlalu pucat itu menendang keras perut beruang hingga hewan itu terhuyung, kemudian Yoongi meloncat, mematahkan leher besar si beruang dengan tangan kosong sebelum beruang itu meraung lagi.

Tidak butuh waktu lama bagi Yoongi untuk membuat beruang itu mati, karena pada dasarnya beruang bukanlah lawan yang seimbang untuknya. Yoongi jauh di atas itu.

Yoongi mendecih lirih lalu berbalik, melihat sosok manusia yang bau harum darahnya membuat Yoongi kelabakan.

Tepat saat matanya dengan mata manusia itu bertemu, Yoongi membeku. Detik itu juga Yoongi tahu bahwa dia dalam masalah besar―atau setidaknya, matenya adalah masalah besar itu.

Karena manusia dengan harum vanilla pekat memabukkan di hadapannya ini memiliki sepasang kuping coklat dan ekor berbulu.

Werewolf―musuh abadi kaumnya.

.

.

.

TBC