Declaimer: BoBoiBoy milik animonsta dan saya Cuma pinjem charanya. Dan bila Halilintar mau diberikan kepada saya, saya akan dengan senang hati menerimanya. #Plakk

Warning: Abal, Gaje (kayak yang nulis), OOC, OC (lumayan banyak), typo(s), alur kecepetan dan berbagai kesalahan lainnya...

.

.

.

1 Masa lalu Halilintar dan Seorang teman?

.

.

.

.

Setiap kali aku menutup mataku. Aku selalu melihat hal yang sama. Senyum dari keluarga baruku, suara mereka, hingga...

Aku bisa melihat bagaimana para iblis itu mencabik tubuh mereka satu persatu dihadapanku. Aku tak bisa lari. Akane, Rin, Sora, Akira, dan Sakura. Mereka mati satu per satu dihadapanku, menyisakan aku dan Mika yang menatap mereka ketakutan. Bisa kulihat iblis itu menyeringai senang melihat ketakutan kami berdua. Tubuhku bergetar tapi otakku berusaha melawan rasa takut ini. Aku hanya bisa membeku ketika sang iblis mendekat pada kami dengan tangannya yang dapat dengan mudah mengoyak dan memenggal kepala kami.

"Hali, dengar." Ucap Mika anak yang seumuran denganku, memiliki surai perak yang berantakan dan iris mata berwarna biru langit, yang berjalan mendekatiku dan memegang bahuku untuk menenangkanku . "Kita adalah keluarga kan?" ucap Mika lagi. Aku tak bisa menjawabnya. Aku terlalu takut. Tanganku yang memegang pistol hanya bisa bergetar melihatnya. Hingga Mika merebut pistol ku dan menyerang iblis itu. Iblis berwujud manusia itu hanya menyeringai dan menusuk dada Mika. Begitu pula tangan Mika yang terpotong ketika ia akan menembak sang iblis.

"Mi-Mika.." Ucapku pelan. Tenggorokkanku tercekat dan air mataku mengalir ketika melihat tubuh sahabatku tercabik didepanku. Bisa kulihat pistol yang digunakan Mika terlempar bersama dengan tangannya. Aku tersadar dari ketakutanku dan berlari mengambil pistol itu.

"Matilah." Ucapku pelan dan menembakkan pistol itu ke kepala sang iblis.

OooooO

Meski 4 tahun telah berlalu, aku tetap tak bisa meghilangkan bayangan kematian dari mereka. Tak bisa kupungkiri aku merindukan mereka. Tapi yang bisa kulakukan hanyalah membalaskan dendam mereka dengan menghancurkan para iblis itu. Dan sejak mereka memberitahuku bahwa aku adalah satu-satunya yang bisa membunuh raja iblis, aku telah bertekad akan membunuhnya dengan tanganku sendiri.

Seperti biasa, dunia yang rusak karena kemunculan para iblis, diserang kembali oleh para monster. Dengan pedang dan seragam prajurit yang aku kenakan, aku mengelilingi kota ini. Kembali satu wilayah hancur karena serangan monster. Meski aku hanya prajurit kelas 1, aku bisa membunuh mereka meskipun...

"Prajurit kelas 1, Halilintar. Kenapa kau masih disini semua prajurit kelas satu sudah dievakuasi dari wilayah ini?"

Itu bukanlah tanggung jawabku. Kami para prajurit dibedakan menjadi beberapa kelas. Dan monster-monster itu hanya bisa dikalahkan oleh prajurit kelas 2 keatas. Meski aku tak peduli dengan itu semua.

"Hah.. evakuasi? Aku akan membunuh semua iblis di dunia ini. Dan bila aku tak bisa mengalahkan monster ini, aku takkan mampu melakukannya." Ucapku sambil menerjang monster itu.

"Dia mengabaikan perintah lagi." ucap salah seorang yang memintaku pergi tadi. Pedang kuayunkan kearah monter berwarna hitam menjijikan didepanku itu. Kulihat monster itu mengayunkan tangannya padaku yang dengan cepat kutebas hingga putus dan terjatuh didepanku. Monster raksasa didepanku memang besar namun sangat lemah. Dengan cepat aku berlari sembari menebas tubuh monster itu dari bawah hingga kekepalanya. Tubuh monster berbentuk aneh didepanku memuncrat kan banyak darah akibat tebasan pedangku. Sebelum monster itu tumbang, aku segera melompat dan mendarat mulus dengan pedangku yang bersimbah darah.

End Halilintar POV

OooooooooooooooO

"Aah.. membosankan. Padahal aku menghabisi monster itu. Tapi kenapa aku malah dihukum karena mengabaikan perintah? Dan bagaimana bisa seorang prajurit sepertiku dihukum untuk bersekolah di sekolah membosankan seperti ini?" gumam pemuda yang bertopi hitam merah sembari mendesah malas.

"Halilintar. Apa yang kau gumamkan sejak tadi? Pelajaran masih berlangsung." Tegur guru yang mengajar dikelas itu.

Halilintar yang ditegur hanya menatap gurunya dengan pandangan datar, lalu mengalihkan pandangannya kearah luar kelas.

"Hmph.."

"Hei apa apaan dengan dengan sikapmu itu. Jika kau tetap bersikap seperti itu. Aku bisa menskorsmu." Ucap gurunya kesal. Mendengar itu ia langsung berdiri dan berkata dengan santainya,

"Kau bisa menskorsku? Aku malah berharap kau benar benar melakukannya." Ucapnya dingin.

"Kau.. kau mempermainkan gurumu ya?" ucap Guru itu marah dan melempar buku yang dibawanya.

Halilintar tetap menatap luar sekolah datar, tanpa niatan untuk menatap sang guru apalagi meminta maaf. Hingga seseorang menarik-narik jaket merah hitamnya. Halilintar yang merasa ditarik-tarik jaketnya menghadap belakang, dan mendapati seorang gadis berkerudung pink memanggilnya.

"Ada apa?" tanya Halilintar dingin. "Selain itu, kau ini siapa?" tanya Halilintar datar.

"Duduk!" perintah sang guru namun sama sekali tak dihiraukan oleh Halilintar.

Ia melihat sang gadis menulis sesuatu dibukunya. Lalu menunjukkannya pada Halilintar.

'Namaku Yaya. Aku adalah seorang pengawas militer.' Halilintar yang melihat itu hanya mengerutkan dahinya bingung.

"Hah?" ucap Halilintar bingung dan mendudukkan dirinya menghadap sang gadis.

Sang gadis yang menyebut dirinya Yaya, kembali menuliskan sesuatu.

'Jika kau masih tak bisa menaati peraturan, aku akan melaporkannya pada kolonel dan hukumanmu akan ditambah.'

"Jika kau masih tak bisa menaati peraturan, aku akan melaporkannya pada kolonel dan hukumanmu akan ditambah." Gumam Halilintar membaca tulisan dari gadis itu.

"Hah? Apa maksudnya itu?" teriak Halilintar kesal sembari berdiri. Semua murid menatap Halilintar heran.

"Halilintar! jika kau masih tetap berisik di jam pelajaranku maka..." tegur gurunya semakin marah.

"Hahhh... sialan." Teriak Halilintar kesal.

"Sialan?" Teriak guru itu sangat marah dan membanting spidol yang digunakannya untuk menulis.

Halilintar menatap guru dan teman-temannya bingung.

"Kau harus menaati peraturan." Ucap Yaya kembali. Halilintar hanya menatap gadis itu, sebelum mendengus kesal dan mendudukkan dirinya kasar.

"Saya lanjutkan pelajarannya." Ucap sang guru kembali melanjutkan pelajaran. Seluruh murid menatap guru mereka yang menjelaskan materi pelajaran. Sementara Halilintar kembali menatap luar kelas dengan pandangan bosan.

"Selain itu. Hukumanmu akan tetap berjalan sampai kau mendapatkan seorang teman."

"Hah? Apa apaan itu?" tanya Halilintar semakin bingung.

"Semangat untuk mendapatkan seorang teman." Ucap Yaya.

Halilintar yang mendengar itu hanya mendengus dan merebahkan kepalanya dilipatan tangannya.

Meski 4 tahun telah berlalu, ia masih bisa mengingat pertemuannya dengan Fang. Ketika ia berhasil melarikan diri dari para iblis yang membunuh keluarganya. Ia masih mengingat dengan jelas ketika Fang yang sudah menjadi kolonel diusianya yang ke 14. Dibawah langit malam yang menurunkan salju ia bertemu dengan Fang dan yang berjanji akan memberikan kekuatan padanya untuk membunuh para iblis.

Flashback..

Halilintar POV

Lelah aku berlari dan berteriak setelah aku bisa kabur dari tempat para iblis itu menyekap kami. Meninggalkan teman-temanku yang sudah tak bernyawa, aku terus berlari melewati dinginnya salju. Tempat terasa sepi karena manusia yang berumur diatas 13 tahun telah musnah karena virus. Aku tak tahu apa yang akan kulakukan setelah ini. Karena aku hanya anak berusia 12 tahun yang tak mengerti caranya hidup sendiri. Selama ini aku tinggal dipanti asuhan bersama dengan Mika dan yang lain. Namun saat penyebaran virus itu, ibu panti yang merawat kami menjadi korban.

Aku tak bisa menerima ini. Pertama ibu tewas dibunuh oleh ayahku setahun yang lalu. Dan ketika aku bisa mendapatkan keluarga lagi. Keluargaku di bunuh oleh para iblis itu.

"AAAAAAAAAAAAKKKKHHHH..."

Sepanjang jalan aku berteriak mencoba menenangkan diri. Hingga aku tak tahu ada batu didepanku yang membuatku tersandug dan berguling dari atas gundukan salju yang cukup tinggi. Aku segera berdiri dan kembali berlari. Sampai aku melihat sebuah desa yang tertutup salju.

"Ternyata mereka benar, manusia telah musnah. Apa yang harus kulakukan sekarang?" ucapku putus asa.

"Manusia telah musnah? Apa itu yang dikatakan para iblis padamu?" ucap seseorang dibelakangku. Reflek aku berbalik dan mendapati pemuda bersurai ungu yang kelihatan lebih tua darinya. Pemuda yang menggunakan kacamata berwarna nila dengan jubah berwarna hitam. Serta dua orang gadis yang ditutupi oleh jubah yang menutupi wajahnya, hingga aku tak bisa melihat bagaimana rupa kedua gadis itu.

"Memang benar tiga puluh persen dari seluruh umat manusia sudah tewas karena virus dan monster serta iblis yang menyerang. Namun umat manusia tidaklah mudah menyerah, ada beberapa manusia yang mendapat kekuatan karena dampak dari munculnya iblis didunia. Dan tanda dari orang yang memiliki kekuatan itu adalah.." ucap pemuda itu sembari membuka sarung tangannya dan menunjukkan tanda simbol bayangan berwarna hitam di punggung tangannya.

"Kau juga memilikinya. Dan kau adalah satu-satunya orang yang bisa membunuh raja iblis, nanti." Ucap pemuda itu lagi. aku langsung menatap punggung tanganku. Memang samar-samar aku bisa melihat tanda kemerahan yang berbentuk sambaran kilat disana. Tapi sejak kapan simbol ini ada ditanganku?

"Ahh iya, namaku Fang. Jika kau mau iku dengan kami. Simbol itu akan muncul lebih jelas dan kau bisa melakukan ini." ucap pemuda itu sembarim menunjukkan tangannya padaku. Awalnya aku bingung dengan apa yang dilakukan pemuda yang bernama Fangitu. Namun aku bisa melihat tangannya dikelilingi bayangan dan terbentuklah sebilah pedang panjang yang berwarna hitam.

"Ini namanya pedang bayang Iblis atau black shadow sword. Hanya aku yang bisa menggunakannya sekarang. Pedang ini juga aku dapat setelah aku membuka segel tanda ini. Dan jika kau mau membunuh para iblis itu, kami akan membuka segelmu dan mengajarimu cara mengalahkan iblis itu. Kau sangat membenci para iblis itu kan?" ucap Fang sembari melepas jubah yang dikenakannya, setelah ia menghilangkan pedang hitamnya tadi. Aku hanya menatap tanganku yang penuh darah Mika.

"Ya." ucapku tegas.

"Pakaikan ini padanya." Ucap Fang yang memberikan jubahnya pada salah seorang didekatnya. Dan orang itu langsung memasangkan jaket Fang padaku.

"Aku akan memberikan kekuatan yang kau butuhkan.." ucap Fang sembari mengarahkan tangannya padaku.

Halilintar POV end.

Flashback end.

Bel tanda jam sekolah telah berakhir berbunyi nyaring. Halilintar hanya menatap langit sembari menggerutu pelan.

"Bilangnya begitu, tapi si bodoh Fang tak melakukan apa-apa selama 4 tahun ini padaku. Apa maksudnya itu?" gerutu Halilintar sembari meletakkan kepalanya pada lipatan sikunya.

"Waktunya kegiatan club." Kata salah seorang murid dikelas itu.

"Nee.. aku ingin makan es krim." Ucap seorang gadis yang berlari kecil dibelakang murid yang menggerutu tadi.

Halilintar hanya melihat mereka berdua dengan tatapan malas dan sama sekali takberniat beranjak dari tempat duduknya.

"'Tunggu.. aku juga menyukai es krim.' Jadi, kenapa kau tak bilang begitu pada mereka?" ucap Yaya sembari berdiri di depan Halilintar.

"Kau itu kenapa sih? Sok akrab denganku" gerutu Halilintar kesal.

"Letnan kolonel Fang memberi tahuku. Bahwa keluargamu dibunuh oleh para iblis saat kau berusia 12 tahun. Dan sejak itu kau memiliki masalah dalam bersosialisasi. Karena kau takut, kau akan kehilangan mereka lagi saat kau akrab dengan mereka. Oleh karena itu kau sangat ketakutan sampai kau tak ingin mencari teman apalagi kekasih." Ucap Yaya.

Halilintar yang mendengar itu, langsung berdiri dan memegang pundak Yaya marah.

"Jangan bicara asal tentangku!" Geram Halilintar marah.

"Aku tidak asal." Ucap Yaya tenang.

"Berhenti bicara omong kosong itu, dan katakan pada si bodoh Fang itu. Untuk segera membiarkanku bergabung dengan pasukan pembasmi iblis. Aku sudah cukup kuat untuk membunuh mereka." Ucap Halilintar geram. Yaya hanya menatap si lawan bicara tenang dan mengambil surat yang dititipkan letnan kepadanya.

"Huh?"

"Ini. Letnan sudah menduga kau akan bicara begitu, jadi dia menyuruhku untuk memberikan ini untukmu." Ucap Yaya tenang sembari memberikan kertas itu kepada Halilintar.

"Apa-apaan itu?! Jadi dia sudah tahu ya?!" ucap Halilintar dengan senyum dingin mengambil surat itu dan membacanya cepat.

"Kami tak butuh pecundang yang tak tahu caranya berteman, bekerja sama, dan cinta. Carilah teman meski hanya satu dan kenalkan padaku..." baca Halilintar pelan. Dan bagai sebuah khayalan, dia bisa melihat Fang yang tersenyum meremehkan padanya sembari mengacungkan ibu jarinya kebawah saat berkata.

"Yahh.. meskipun aku tahu kau takkan mungkin bisa melakukannya."

Halilintar yang membaca itu meremas kertasnya dengan kesal dan melemparnya kebawah. Dia langsung mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Yaya.

"Apa apaan dia itu?! Dia yang tidak bisa berteman, menyuruhku untuk mencari teman? Mereka semua mengejekku!" Ucapnya marah sembari membanting pintu kelas.

OoooooO

Disinilah mereka, di sebuah loker yang biasa mereka tempati. Berdirilah Halilintar yang diikuti oleh Yaya.

"Apa yang kau lakukan? Mau sampai kapan kau mengikutiku? Bukankah ini cukup?" ucapnya kesal pada gadis berhijab pink yang asyik bermain dengan telepon genggamnya.

"Aku tak bisa melakukannya. Karena aku adalah pengawasmu." Ucap Yaya menghadap ke Halilintar.

"Cih.." decih Halilintar kesal dan berbalik.

"Setiap pasukan yang melanggar akan dilaporkan pada letnan kolonel." Ucap Yaya sembari berjalan mendekati Halilintar. Halilintar langsung berbalik ketika mendengar suara seseorang dari balik loker.

"Hoy... hoy... hentikan." Ucap pemuda yang berjalan mundur dari balik almari loker. Seorang pemuda dengan jaket berwarna biru dan topi yang dihadapkan kesamping hanya berjalan kebelakang tanpa melakukan perlawanan.

"Hah.. hentikan? Bukankah kau yang ingin berteman dengan kami?" ucap seserorang yang mendorong pemuda itu. namun pemuda itu hanya mundur dan tanpa ada niatan untuk melawan.

Tiga orang murid yang berjalan angkuh mendekati pemuda berjaket biru itu dan menendang keras perutnya sampai ia terjatuh.

"Tempat yang damai, ya? Kalau begitu aku pulang saja." Ucap Halilintar malas dan berjalan untuk pulang. Ia memasukkan tangan kanannya ke saku celana dan salah satu tangannya membawa tasnya dan menyampirkannya di pundak.

Yaya masih menatap orang itu. Dan menggerakkan kepalanya kearah Halilintar ketika ia beranjak pergi.

"Jika reaksimu seperti itu, kau takkan mendapat teman dalam waktu dekat." Ucap Yaya sembari menutup matanya bingung. Akan memakan waktu lama untuknya dalam mengawasi pemuda temperamental ini.

"Hei... hei... kau harus membelikan kami minum untuk menjadi teman kami."

"Hei! Kau pikir kau siapa memintaku membelikanmu minum?" ucap Taufan menantang.

"Kau?! " geram orang itu dan langsung memukul pipi pemuda itu keras.

"Dasar hewan ternak." Ucap Pemuda itu kesal. Halilintar yang mendengar itu langsung berhenti dan berbalik.

"Hoy... hoy... hentikan, bodoh!" Ucap Halilintar dingin.

"Lohh.. ternyata kau orang baik juga." ucap Yaya sembari mendekat pada Halilintar yang berdiri dihadapan para murid berandalan itu. Halilintar hanya menatap Yaya malas sekilas dan kembali menatap tajam para berandalan itu, ketika mereka mendekat kearahnya.

Yaya yang melihat salah satu berandalan itu mendekat kearah mereka, mundur kebelakang dan melihat Halilintar.

"Hoy... hoy... kau mau menjadi pahlawan kesiangan kah?"

"Apa ini? Apa kau mau menjadi pembela kebenaran?"

"Apa kau mau menantang kami?" ucap mereka bertiga bergantian. Halilintar hanya menatap mereka dingin. Sebelum sebuah seringaian meremehkan, menghiasi wajahnya.

"Hee... aku senang sekali jika kalian bisa cepat mengerti. Oke... kau mau berkelahi?" ucap Halilintar dingin.

"Hahh?" ucap berandalan itu marah.

"Oh. Aku lupa mengatakan bahwa, jika kau menyakiti warga sipil. Hukumanmu akan ditambah." Ucap Yaya tenang.

"Haaa?" ucap Halilintar kaget. Dan sebuah pukulan mendarat dipipinya.

OoooooO

"Kenapa peraturan mereka menyebalkan sekali?!" geram Halilintar marah. Sembari membawa beberapa kaleng minuman ditangannya.

"Ah.. hahaha... ma-maf... hahaha." Ucap pemuda yang tadi dipukuli sambil tertawa kecil karena melihat tingkah orang yang ada didepannya itu.

"Hoy Yaya, kau seharusnya membantuku." Ucap Halilintar kesal.

"Hahaha... lawakanmu lucu juga.." ucap Yaya sembari memalingkan wajahnya.

"Hehehe... maaf ya.. hahaha.." ucap pemuda itu lagi.

"Hoyy.. kau kenapa kau dari tadi tertawa dan meminta maaf?" tanya Halilintar yang sudah sangat kesal.

"Hahaha... karena kau tak perlu melakukannya tadi. Dan itu tadi salahku juga" ucap pemuda itu sambil terkekeh geli.

"Haa?" ucap Halilintar bingung. "Itu tak penting. Tapi kenapa kau mau ditindas?"

"Ohh.. sudah kuduga kau akan berpikiran seperti itu. Aku tidak ditindas kok. Aku hanya meminta mereka untuk membantuku masuk kedalam kemiliteran." Ucap pemuda itu sembari tertawa.

"Haa? Mereka?" tanya Halilintar semakin bingung.

"Katanya Yamanaka masuk kedalam kemiliteran. Makanya aku mencoba mendekatinya agar aku dapat koneksi untuk masuk ke militeran." Jelas pemuda itu lagi.

"Yamanaka? Hoi Yaya, Yamanaka itu siapa?" tanya Halilintar pada Yaya.

"Aku mengerti. Ternyata kau memiliki otak udang." Ucap Yaya mengejek. Halilintar yang sudah kesal dari tadi mengambil salah satu kalengnya dan ingin melemparkannya sekuat tenaga pada Yaya.

"Hihihi.. Yamanaka itu yang memukulimu tadi. Katanya dia masuk kedalam pasukan pembasmi iblis." Ucap pemuda itu sambil terkekeh geli.

"Mereka? Aku saja tak bisa masuk dalam kelompok itu." ucap Halilintar tersentak kaget dan membiarkan kaleng-kaleng yang dibawanya berjatuhan di lantai.

"Arggg... awas kau Fang.. kubunuh kau!" Geram Halilintar marah.

"Hehehe... ohh.. iya namaku Taufan." Ucap pemuda itu memperkenalkan diri.

"Oh... aku Halilintar.. si menyebalkan itu Yaya." Ucap Halilintar sembari menunjuk Yaya yang sedari tadi hanya berdiri menatap mereka. "Ngomong-ngomong kenapa kau ingin bergabung dalam kemiliteran?"

"Aku hanya ingin membalaskan dendam kakakku yang dibunuh oleh iblis 4 tahun yang lalu. Dulu aku tak bisa melindunginya karena aku sangat ketakutan. Oleh karena itu sekarang aku ingin membalaskan dendam kakakku dengan membunuh iblis yang membunuh kakakku dulu. Alasan yang aneh ya? Hahahaha..." jelas Taufan.

Halilintar yang mendengar itu mengambil kaleng minuman yang jatuh tadi dan melemparkannya tepat di kepala Taufan.

"Aduh... sakit tahu!"

"Alasan yang bodoh. Jika kau ingin bergabung. Langsung saja. Kau memiliki tanda itu di punggung tanganmu, aku yakin kau akan diterima."

"Hahh? Tanda?" ucap Taufan bingung. dan langsung memeriksa punggung tangannya.

"Warga sipil tak tahu tentang tanda itu. Seharusnya kau tahu itu otak udang." Ucap Yaya mengejek kebodohan Halilintar. Yang diejek kembali mengambil kaleng minum dan melemparnya kearah Yaya, yang dengan segera menghindar.

"Jangan memanggilku otak udang, bodoh!" geram Halilintar marah.

Namun perkelahian mereka harus terhenti oleh sebuah ledakan yang berasal dari bangunan yang ada di sekolah itu. Reflek Halilintar, Yaya, dan Taufan menatap bangunan itu.

"Iblis." Ucap mereka bersamaan.

To Be Continued

Dan TBC dengan tidak elitnya..

Haiii… adakah yang merindukan cerita-cerita saya? Nggak ada? Ya sudah aku pulang(?) hahahaha

Yeeyyyyy… saya datang dengan fic baru :3

Ada yang tahu ini saya ambil dari anime apa... tapi Cuma ini sihh.. lainnya cerita saya sendiri. ngehahahahaha...

Ini cerita supernatural dan action(mungkin). Halilintar disini saya bikin pemarah. Tapi lumayan suka ngomong(?). Tapi Air mungkin yang bakalan pendiem banget. Tapi nggak tahu juga sihh... dan Taufan mau aja ditindas.. well.. nggak juga sihh... dia masih mau ngelawan. Dia itu Cuma pura-pura kok...

Nah.. untuk cerita ini.. agak panjang mungkin. Tapi saya usahakan singkat kok...

Well... chapter 1 complete... ada yang tertarik dengan fic ini?

Maaf saya harus hiatus. Soalnya ada sesuatu yang mengganggu.. #gubrakkk…

Ini saya update sekarang.. Maaf untuk yang lain saya belum bias lanjutin. Sekali lagi maaf…

Terimakasih telah membaca dan review please...

Thanks for Aiko Chiharu untuk 'Beta'nya