UNTITLED CONFLICT

By : heavensake

Pairing : Sanada/Yanagi (for some reasons, I love this pairing)

Summary : ya pokoknya mereka berdua ini ada masalah lah…(*kabur sebelum dihajar sama penggemar Sanada dan Yanagi*) gak bisa bikin summary yang bagus, apalagi bikin judul. maklum baru pertama kali nulis. Intinya, apa pun yang terjadi di sini berdasarkan kemauan otak saya…not based on true story (heleeh…emangnya film?)

Disclaimer : I don't own anythingg here. All characters belong to Konomi-sensei…got it?

Warning : Bloodshed in thoughts, Yanagi lagi agak2 sadis di sini…I'm using Yanagi's POV


Chapter 1

Aku tidak mengira pertandingan doubles ini akan menjadi sangat mengerikan. Kirihara terpancing amarah setelah dia tidak sengaja terkena pukulan dari Kaidoh. Kemudian dia secara membabibuta mengarahkan segala pukulan kerasnya ke Inui. Aku berusaha mencegah, tetapi dia tidak bisa dihentikan. Dan akhirnya aku pun membiarkan dia bermain sesuai dengan gaya permainannya. Yang terlihat dalam pandanganku sekarang bahwa aku melihat Sanada dalam tampilan Inui. Aku membiarkan Kirihara menyerangnya, setetes darah dari Inui akan menjadi sama untuk Sanada.

Aku ingin darah itu keluar dari tubuh Sanada Geniichirou…

Aku mendengar Sanada dan Yukimura sudah berseru pada kami untuk menghentikan saja permainan ini. Aku tidak mendengar, aku tidak mempedulikannya.

Akhirnya Inui pun pingsan karena sudah banyak luka di tubuhnya. Darah bercucuran dari hidung dan matanya. Aku terobsesi melihat darah segar seperti ini. Aku bisa melihat dalam bayanganku, bahwa Sanadalah yang sedang digotong keluar dari lapangan dalam keadaan bersimbah darah.

Sanada yang digotong keluar, bukan Inui Sadaharu…

Kirihara pun akhirnya ditarik keluar dari lapangan setelah ditenangkan oleh Yukimura. Tidak sulit sebenarnya menenangkan anak satu ini. Apalagi Yukimura sudah terbiasa menghadapi masalah macam ini lapangan tenis di sekolah. (Laah…dikira si Yukimura ini pawang hewan buas?)

"Mengapa kau tidak mencegahnya berbuat lebih dari itu, Renji?"

Mataku spontan terbuka dan melempar pandangan tajam kepada Sanada saat dia berkata begitu dari tribune. Ini pun mengejutkannya, karena aku tidak hanya melempar pandanganku saja. Aku mengarahkan raketku padanya, dan mengatakan sesuatu yang secara tidak langsung kutujukan padanya.

"Akaya, targetmu selanjutnya adalah wakil kaptenmu sendiri. Kalau kau ingin lebih ditakuti dari ini, maka kalahkanlah dia."

"Whoa, kowai ne…"

Aku tidak lagi mendengar kata-kata dari Kirihara. BeKedua mataku tertutup lagi, lalu kembali naik ke tribune. Teman-temanku memberi selamat padaku karena sudah memenangkan pertandingan meski pihak Seigaku harus resign karena Inui sudah terluka parah. Setelah insiden ini, aku lebih banyak diam dan agak malas mengomentari pertandingan selanjutnya. Sampai pada pertandingan terakhir…

Rikkai akhirnya harus kalah di pertandingan terakhir. Echizen memukau semua orang dengan membuka pintu ketiga dari Muga No Kyouchi. Yukimura tampaknya tidak bisa berbuat apa-apa, dia malah terjebak dalam perangkapnya sendiri. Awalnya dia yang mendapat banyak sorotan karena sudah membuat Echizen semacam mati suri di lapangan. Dan sekarang, kekalahannya ini membuka sejarah baru bagi Rikkai. Bahwa yang selama ini selalu menjadi nomer satu, sekarang tersingkir menjadi nomer dua. Tidak ada yang merasa terpukul setelah kekalahan ini. Kami bisa menikmatinya, sekali-kali menjadi nomer dua tidak ada buruknya juga. Rikkai mempunyai penerus yang bisa dipercaya untuk melanjutkan perjuangan para seniornya.

Upacara penyerahan piala dan medali telah berakhir. Saatnya bersiap untuk pulang ke Tokyo. Perjalanan dari sini akan terasa sangat jauh, apalagi kami menggunakan bis. Teman-temanku berencana untuk makan malam bersama demi menghapus rasa kecewa kami. Tetapi jika ikut mereka, maka ini akan memaksaku untuk berhadapan dengan Sanada lebih lama lagi.

Aku masih tidak bisa melupakannya…

Dua minggu yang lalu, dan sampai sekarang, aku masih belum bisa memaafkannya…

Aku yang menyuruh Kirihara bermain lebih liar dari biasanya. Sanada dan Yukimura, bahkan semua orang tidak ada yang tahu…

Di perjalanan pulang ini, aku duduk dengan Sanada. Aku tidak banyak bicara. Aku pikir tadi dia akan duduk dengan Yukimura. Aku agak melengos ketika dia tiba-tiba duduk di sebelahku.

"Kau lapar, Renji?"

"Tidak."

"Sebelum pulang, bagaimana kalau kita makan dulu? Hanya kau dan aku."

"Aku tidak mau."

"Hanya kau dan aku."

"Kalau aku bilang tidak mau, aku ingin kau tidak memaksaku lagi, Geniichirou."

"Mengapa kau begitu dingin padaku belakangan ini, Renji?"

Aku harap tidak ada yang mendengar percakapan ini. Tidak ada suara lagi, aku yakin semuanya sudah terlelap dalam perjalanan ini. Aku tidak menyangka ini akan menjadi kesempatan bagiku untuk berbicara dengan Sanada. Apa dia sengaja ingin duduk denganku supaya bisa berbicara?

"Aku tidak ingin mendengarkanmu lagi, Geniichirou."

"Kau aneh sekali belakangan ini, Renji."

"Oh ya? Kalau kau menilai aku aneh, lalu bagaimana denganmu?"

"Kau berani menaikkan suaramu padaku, Renji…!

"Marahlah! Aku tidak takut padamu!"

Akhirnya kami bertengkar di dalam bis dan ini membangunkan yang lain. Aku dan Sanada sampai berdiri karena kami tidak tahan lagi menahan amarah ini. Yukimura dan Jackal mencoba menahan Sanada, sementara aku ditahan oleh Niou dan Yagyuu. Kami sudah tidak tahu kata-kata kasar apa lagi yang keluar dari mulut kami. Yang jelas, ini mengejutkan semuanya, termasuk para junior.

"Aku hanya ingin kau menjawab pertanyaanku, Renji. Dua minggu ini kau jarang terlihat di lapangan untuk latihan. Kau ada di mana?"

"Apa pedulimu?"

"Justru aku bertanya demikian karena aku khawatir padamu!"

"Khawatir padaku? Bukankah selama ini ada yang lebih kau khawatirkan daripada aku?"

"Jangan pernah sangkutkan orang lain dalam masalah kita, Renji!"

"Kita? Kau egois! Aku sudah tidak tahan lagi denganmu, Geniichirou!"

"Aku tidak ingin menamparmu lagi, Renji! Jangan pancing aku!"

"Baik, kalau begitu aku yang akan menamparmu sekarang!"

Aku kelepasan dan akhirnya bisa menampar wajah Sanada cukup keras. Hidungnya berdarah, jadi aku tidak menampar melainkan memukulnya cukup keras. Niou menjauhkanku dari Sanada dan membiarkan Yagyuu menarikku duduk dengannya. Sementara aku ditenangkan oleh Yagyuu, aku mendengar Niou berbicara pada Sanada.

"Kau dengar kata-katanya tadi khan, Sanada? Dia sudah tidak tahan lagi denganmu. Maka kau tidak boleh berurusan lagi dengannya."

"Ini urusanku dengan Renji, bukan urusanmu, Niou!"

"Seharusnya aku tidak mencegahnya memukulmu tadi. Itu akan menjadi pembalasan terburuk untukmu, Sanada. Satu pesanku, aku ingin kau menyesali perbuatanmu 2 minggu yang lalu."

"Sungguh, ini bukan urusanmu, Niou!"

Yukimura lalu berhasil menengahi mereka. Aku duduk di dekat jendela, ditemani Yagyuu. Kedua mataku sepertinya tidak ingin dibuka kembali. Aku melihat darah Sanada keluar dari hidungnya.

Darah itu keluar, begitu segar…

Dari hidung seorang Sanada Geniichirou…

To be continue…


Apalah ini ceritanya? Saya juga ndak ngerti! Tapi masih ada kelanjutannya. Kenapa kira2 si Yanagi ini marah2 ma Sanada? Ada apa dengan kejadian 2 minggu sebelum pertandingan final ini?

Pembaca : Eh, gila! Kenapa Sanada jadi kena hantam sama master plan-nya?

Penulis : Tanya aja sama Yanagi-nya…(jeng jeng….! Gak banget deh jawabannya!)

Pembaca : Bodor loe! Kagak bisa nulis yee?

Penulis : Khan saya amatiran, Mas. Baca aja di next chapter yak! Segera ditulis neh! Mau comment ato review, lewat email aja yak…

Pembaca : *sewot sambil lempar sepatu dan sandal ke penulis*