Allow Minna…Luna balik lagi dengan membawa fic ke 2 saia. Untuk para readers yang menunggu updatetan Fic saia yg judul na I Think I Love You tidak usah khawatir, nanti pasti akan Luna usahakan bwt updet secepatnya. Doakan saja agar WB yang sedang melanda saia bisa cepet ilang.

Key, ga usah banyak cincong lagi. Dengan bangga akan saia persembahkan fic ke 2 saia ini…*nebar bunga*

Title : Whises Come True

Disclaimer : Bleach tidak akn pernah jadi milik saia. Bleach hanya milik bang Tite Kubo seorang.

Selamat Membaca

CHAPTER 1

Sebuah mobil sedan berwarna hitam tengah melaju dengan kecepatan 60km/jam menelusuri jalan setapak yang berkelok-kelok. Matahari sudah meredupkan sinarnya dan digantikan oleh cahaya bulan yang terus mengikuti kemana arah mobil tersebut melaju. Disamping kiri dan kanan jalan hanya terlihat pohon-pohon besar menjulang tinggi ke langit.

Dari dalam mobil terlihat sesosok pria tampan yang berumur antara 27 sampai 28 tahun duduk di depan sedang menyetir sambil sesekali melirik dan tersenyum samar ke arah seorang gadis kecil berumur 9 tahun yang duduk tepat di sebelahnya.

"Rukia, apa kau senang hari ini?" Tanya pria itu sambil menoleh ke arah gadis kecil yang bernama Rukia Kuchiki.

"Tentu saja aku sangat senang! Sudah lama aku ingin berlibur seperti hari ini dengan ayah. Terima kasih, ayah sudah mau meluangkan waktu ayah untuk mengajakku liburan ke taman bermain dan membelikanku hadiah chappy yang sudah lama aku idam-idamkan! Aku senang sekali!" seru Rukia sambil memeluk chappy dengan senang.

Sungguh! Tak pernah ia rasakan kebahagiaan seperti hari ini sejak kematian Hisana ibunya. Ayahnya Byakuya Kuchiki selalu sibuk dengan urusan bisnis sampai-sampai tidak sempat memberikan perhatian dan kasih sayangnya pada putri semata wayangnya. "Aku pikir ayah sudah tidak sayang lagi padaku?"

"Kau ini bicara apa? Mana ada ayah yang tidak sayang pada putrinya? Apalagi putri ayah ini punya sifat yang sangat mirip dengan ayah!" ucap Byakuya lembut sementara tangan kirinya mengacak-acak rambut Rukia.

Wajah Rukia langsung cemberut, "Tidak! Aku sama sekali tidak mirip dengan ayah! Aku ini sangat mirip dengan ibu. Dulu ibu sendiri yang bilang seperti itu padaku!"

Byakuya hanya bisa tersenyum geli melihat muka putrinya memerah tanda ia sedang menahan kesal. Tiba-tiba terdengar suara Hp berdering mengeluarkan ringtone lagu Sakura Biyori dari dalam saku kemeja hitam milik Byakuya.

Dilihatnya nama yang tertera dari layar Hp tersebut bertuliskan Ukitake. Dia merupakan orang kepercayaan Byakuya di perusahaan.

Byakuya Kuchiki. Seorang business man sukses yang terkenal tidak hanya di dalam negeri tapi juga dalam taraf internasional. Memang pantas di akui, mengingat dimana usianya yang masih muda Byakuya sudah berhasil mengelolah dan mendirikan perusahaan dengan nama Kuchiki Company dari hasil keringatnya sendiri. Tentu saja dia berhasil dikarenakan mendapat dukungan dan semangat baik dari keluarga maupun teman-temannya yang juga seorang pembisnis. Tapi alasan yang paling utama adalah dari kehadiran Hisana disisinya. Bagi Byakuya, Hisana adalah cahaya matahari yang akan selalu menerangi hidupnya. Hisana bukan saja seorang istri tapi juga merupakan sosok seorang ibu yang selalu setia menjaganya, menemaninya, dan mencintainya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Sejak menikah dengan Hisana kehidupan Byakuya begitu gemilang. Setelah 1 tahun terhitung dari hari pernikahannya, mereka dikaruniai seorang putri yang cantik dan karir yang sukses. Kehidupannya bisa dibilang hampir sempurna. Tapi sayangnya hal itu tidak bertahan lama karena Hisana di vonis oleh dokter bahwa dia positif menderita penyakit Leukimia. Hati Byakuya serasa hancur mendengar tidak ada harapan bagi istrinya untuk tetap hidup meskipun di operasi sekalipun. Tiap detik hatinya terasa tercabik-cabik melihat penyakit mematikan itu terus menggerogoti tubuh Hisana. Sampai akhirnya Hisana pun meninggal tepat pada hari dimana Rukia berulang tahun yang ke-5.

"Halo! Bagaimana? Apa sudah ada informasi?" Tanya Byakuya kepada orang yang ada di seberang sana.

"…"

"APA? Jadi dia pelakunya!" wajah byakuya terlihat begitu kaget, tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Tubuhnya langsung lemas seketika. Rukia yang sedari tadi asyik bermain dengan chappy barunya kaget dan menoleh ke arah ayahnya. Gadis kecil itu heran melihat sikap dan ekspresi ayahnya yang berubah 180 derajat seperti orang yang sedang menahan amarah yang begitu dasyat. Rukia melirik ke arah tangan kiri Byakuya yang sedang memegang Hp dan menempelkan ketelinga kirinya dengan sangat kuat. Seperti ingin meremas dan menghancurkan Hp tersebut.

"Baiklah, jangan beritahukan kabar ini pada siapapun! Ingat, jangan sampai bocor apalagi sampai diketahui oleh para pemegang saham yang lain! Biar aku yang akan mengatasinya!"

"…"

"Iya tenang saja aku pasti akan langsung mengeluarkannya dari perusahaan!" Byakuya memutus sambungan telpon tersebut dan menaruhnya kembali ke saku kemejanya. Wajahnya terlihat begitu kesal masih tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Sementara itu Rukia yang sedari tadi mengawasi ayahnya dengan heran hanya bisa diam. Dia terlalu takut menanyakan apa yang sedang terjadi barusan. Dan tanpa disadari syal yang melilit di boneka Chappy miliknya terbang keluar jendela terbawa oleh angin.

"Ah, tidak! Ayah, syal milik chappy terbang keluar!" Byakuya yang tersadar dari lamunannya segera menghentikan mobil bermaksud untuk mengambilnya. Tapi apa yang terjadi?

'Kenapa ini? Kenapa remnya blong? Sial!' batinnya sambil terus menginjak rem berusaha untuk menghentikan mobil yang terus melaju.

"Ayah, cepat hentikan mobil dan ambil syal chappy!" ucap Rukia heran karena Byakuya yang tidak juga kunjung menghentikan mobil.

'Celaka! Tidak bisa! Kalau begini…'butiran keringat mengalir di dahinya, "Rukia, cepat lompat dari mobil!"

Rukia yang kaget dengan ucapan Byakuya hanya bisa terdiam tak berkutit. Pandangan matanya terus menatap mata ayahnya meminta kejelasan. "Cepat lompat!"

"Tapi kenapa ayah? Apa yang terjadi?" Tanya Rukia panik hingga tubuh mungilnya gemetaran.

"Remnya blong! Ayah tidak bisa menghentikan mobil ini! Cepat lompat!" Byakuya membelalakkan matanya dan jantungnya berdesir kuat ketika melihat mobil yang dikendarainya menuju ke arah jurang. Tanpa pikir panjang lagi dia membuka pintu di sebelah Rukia dan mendorong tubuh mungil putrinya dengan kuat. Rukia terdorong keluar dan jatuh ketumpukan rumput liar yang empuk. Sehingga hanya luka lecet biasa dan kesadarannya pun masih normal. Dia langsung menoleh ke arah Byakuya dan samar-samar melihat senyum terakhir ayahnya. Sementara mobil terus mendekati jurang maut yang siap menelan apa saja yang mendekatinya. Butiran air mata tanpa sadar sudah mengucur deras membasahi pipi Rukia. Mobil itu semakin dekat dan dekat. Sampai akhirnya menembus palang pembatas jalan dan terbang menuju jurang kematian.

"AYAH!" teriak Rukia sekeras-kerasnya.

"AYAH TIDAAAK.!" Jerit Rukia terbangun dari mimpi masa lalunya. Keringat dingin membasahi piyama tidurnya. Nafasnya memburu tidak karuan. Isakan tangis mulai terdengar dan sebentar saja air mata beningnya sudah berjatuhan seperti hujan lebat yang turun membasahi bumi. Entah kenapa selama 15 tahun sejak kecelakaan mengerikan yang merenggut nyawa ayahnya itu selalu hadir dan terbayang-bayang dalam mimpi Rukia.

Pintu kamarnya terbuka dengan tiba-tiba dan muncullah seorang pelayan wanita berpakaian mermaid berwarna hitam di padu dengan putih masuk dengan ekspresi cemas.

"Nona Rukia, anda baik-baik saja? Apa anda bermimpi buruk lagi?"

"…"

Rukia terus saja menangis tanpa sepatah kata pun menjawab.

"Ada apa ini?" Tanya seorang laki-laki yang mempunyai rambut coklat yang tiba-tiba saja masuk ke kamar pribadi Rukia.

"Tuan, sepertinya nona Rukia bermimpi buruk lagi." Jawab pelayan itu mencoba menjelaskan. Kemudian laki-laki itu menyuruh pelayan itu keluar meninggalkan dirinya dan Rukia berdua.

"Apa kau baik-baik saja? Kau bermimpi buruk lagi ya?"

"…"

Tidak ada jawaban apapun dari Rukia. Tapi itu saja sudah cukup untuk menjawab pertanyaan bodoh yang berkali-kali ia lontarkan pada keponakannya yang malang itu.

"Sudahlah, sebaiknya kau siap-siap ke kantor. Kau ingatkan, siang ini kita ada rapat penting. Kau tidak boleh terlambat!" dengan santainya pria itu berjalan keluar kamar tanpa peduli bagaimana perasaan Rukia saat ini.

"Paman Aizen!"

Pria yang bernama Aizen Sousuke tersebut agak sedikit kaget kemudian membalikkan badannya menghadap Rukia.

"Terima kasih. Aku benar-benar berterima kasih pada paman karena sudah mau menjagaku selama ini." Ucap Rukia dengan pandangan nanar diselingi tetesan air matanya yang sejak tadi mengucur deras.

"Sudah berapa kali kukatakan. Tidak perlu mengucapkan terima kasih. Lagi pula sudah menjadi kewajibanku untuk menjagamu kan?" jawab Aizen disertai seringai yang licik.

Rukia sudah sampai di depan Kuchiki Company. Supir pribadinya yang bernama Kira segera turun dan membukakan pintu untuknya. Rukia turun dari mobil mewahnya yang berwarna hitam. Hari ini dia memakai jas berwarna ungu yang di selaraskan dengan dalaman berwarna pink serta rok ketat yang hanya sampai selutut. Rambut hitam sebahunya dibiarkan terurai. Dikedua pasang telinganya dihiasi anting menjuntai pendek yang ujungnya terdapat sebuah mutiara bening berukuran kecil yang membuatnya semakin cantik. Pergelangan tangan kirinya memakai jam tangan berwarna perak yang baru di belinya dari New York. Sedangkan tangan kanannya menenteng tas hitam dengan aksen emas yang nampak berkilau. Sungguh membuatnya terlihat cantik dan elegan hari ini.

Hal ini sukses membuat semua pandangan orang-orang yang ada di Kuchiki Company tidak bisa lepas dari pesona yang Rukia tampilkan hari ini. Spontan mereka semua memberi ucapan salam dan hanya di jawab senyum kecil oleh Rukia. Dia berjalan menuju lift untuk mencapai lantai 8 menuju ruang rapat. Setelah kematian ayahnya, Rukia lah yang menjadi direktur dari Kuchiki Company. Semua saham yang dimiliki Byakuya seutuhnya diwariskan kepada Rukia. Awalnya dia sangat enggan untuk menerima tanggung jawab tersebut. Tapi mau tidak mau ia harus menerima tugas itu sekaligus menepati janji terakhirnya kepada ayahnya untuk selalu memajukan perusahaan itu dengan segenap jiwa dan kemampuan yang ia miliki.

Sementara itu, Aizen dan beberapa anggota rapat pemegang saham yang lain sudah berkumpul menunggu kedatangan Rukia.

"Aizen, apakah semuanya akan berjalan lancer hari ini?" Tanya seorang pria berambut putih pendek yang selalu menunjukkan senyum rubahnya.

"Kau tenang saja, Gin. Aku sudah membereskan semuanya. Kau tidak perlu khawatir." Aizen meminum tehnya dengan santai sambil menatap licik pria paruh baya yang saat ini duduk tepat di hadapannya.

"Ya, aku juga berpikir begitu. Tapi bagaimana dengan Kuchiki?"

"Huh, kalau masalah itu tidak perlu dikhawatirkan. Seperti biasanya dia pasti mempercayaiku."

Ishin Kurosaki. Pria yang tengah menjadi perbincangan hangat di antara Aizaen dan Gin tersebut terus memperhatikan gerak-gerik pria di hadapannya. Dia memang salah satu pemegang saham yang baru bergabung di Kuchiki Company sekitar 1 tahun yang lalu. "Kali ini akan kupastikan kau tidak akan bisa lari lagi, Aizen Sousuke!" batin Ishin yakin.

Pintu ruang rapat yang berwarna coklat dengan ukiran-ukiran rumit terbuka menampakkan sosok Rukia yang masuk kedalam ruangan itu. Semua orang spontan berdiri dan menundukkan kepala memberi hormat. Rukia membalasnya dan mempersilahkan duduk kembali. Ia duduk di depan kursi tempat seorang di rektur.

"Baiklah, kita mulai saja rapat untuk hari ini. General manajer Sousuke, silahkan! Anda bisa memulainya." ucap Rukia berwibawa.

"Hari ini saya akan mempresentasikan laporan yang saya peroleh pada anda sekalian bahwa perusahaan minuman yang berada dikawasan Seretei yang merupakan salah satu anak cabang kita mengalami masa krisis. Produk yang di hasilkan jauh di bawah rata-rata. Persediaan baik itu bahan baku maupun mesin-mesin selalu kurang. Para buruh dan pekerja mogok kerja. Tanpa sebab yang jelas mereka meminta kenaikan gaji. Operasi pun tidak jalan sehingga mengakibatkan penjualan menurun drastis. Nah, untuk data-data yang lebih terperinci lagi silahkan melihat laporan yang sudah saya siapkan si depan anda sekalian." Rukia membaca dan membolak-balikkan laporan yang di pegangnya di ikuti oleh yang lain. Sejenak ruangan rapat tersebut hening.

"Jadi apa yang sebaiknya kita lakukan?" gumam Rukia tetap pada posisi menghadap laporan dengan serius.

"Saya rasa kita harus dengan secepatnya menutup perusahaan tersebut!" jawab Aizen mantap.

Mata Ishin terbelalak kaget, "Tunggu! Aya tidak sependapat!"

"Anda punya pendapat Kurosaki-san?" tanya Rukia dijawab anggukan dari Ishin.

"Saya rasa sangat tidak tepat kalau kita dengan begitu saja menutup perusahaan itu. Dengan adanya situasi sulit seperti sekarang, seharusnya kita berusaha mempertahankan dan mencari kenapa perusahaan tersebut bisa selalu merugi dan mengalam kekurangan bahan baku. Padahal faktanya, transaksi import di perusahaan kita selalu stabil. Bukankah ini sangat aneh?" Samar-samar terdengar suara kesetujuan. "Ditambah lagi para pekerja sangat bergantung pada perusahaan ini. Bagaimana jadinya nasib mereka selanjutnya jika sampai mereka di PHK? Bukankah ini sangat tidak adil bagi mereka?" tambahnya sambil melirik ke arah Aizen dengan puas.

"Rukia berpikir sebentar kemudian menghela nafas, "Aku rasa itu memang ada benarnya. Tapi Kurosaki-san, apa masih ada kemungkinan bahwa perusahaan itu bisa bangkit lagi? Anda tahu sendirikan bagaimana situasinya saat ini?"

"Saya rasa tidak ada hal yang tidak mungkin, direktur! Bagaimana kalau kita memberikan tambahan investasi dan menaikkan sedikit gaji pekerja? Dengan begitu kita bisa memulai operasi dari awal?" kata Ishin penuh keyakinan.

"Saya keberatan!" sanggah Aizen cepat, "Jika itu kita lakukan, maka itu hanya akan merugikan perusahaan!"

Ishin mengernyitkan kening,"Maksud anda?"

"Hal itu hanya akan membuang waktu kita dengan sia-sia. Jika kita menuruti kemauan para pekerja, maka mereka akan semakin melunjak. Dan reputasi perusahaan kita akan di nilai lemah. Keuangan perusahaan akan turun karena pengeluaran investasi yang besar, sehingga target yang sudah di rencanakan sejak awal akan berantakan!" Aizen membantah dengan tegas sementara Gin yang duduk di sebelahnya hanya tersenyum seperti biasa.

"Tapi bukankah para pekerja juga sangat berjasa bagi perusahaan?" ucap Ishin tidak mau kalah.

"Sangat tidak professional apabila kita mementingkan urusan pribadiyang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan perusahaan. Bukankah sejak awal bukan para pekerja yang menjadi prioritas utama perusahaan? Bukankah begitu, direktur?" Aizen melirik Rukia yang sejak tadi menyimak perdebatan seru mereka.

Rukia terdiam, namun dalam pikirannya berusaha menemukan titik temu dan jalan terbaik bagi permasalahan ini. Dia menutup mata sebentar lalu angkat bicara, "Baiklah, sudah kuputuskan untuk menutup perusahaan minuman di Sereitei!"

Aizen tersenyum puas mendengar keputusan Rukia. Sementara Ishin sangat terkejut dan tidak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan, "Tapi direktur…"

"Benar kata manajer, kita harus mementingkan target dan prioritas perusahaan!" potong Rukia cepat, "Untuk rapat hari ini saya rasa cukup sekian!"

Rukia berdiri dan berjalan keluar ruangan. Sementara Ishin hanya bisa menatap kesal kea rah Aizen dan Gin yang saat ini sedang tersenyum penuh kemenangan sedari tadi. Pergelangan tangan Ishin mengepal kuat-kuat.

"Sayang sekali ya? Kau gagal lagi kali ini!" kata Aizen dengan wajah meremehkan.

Ishin menatap kesal kea rah Aizen. "Maaf saja, aku rasa direktur hanya terlalu percaya padamu! Aku yakin, suatu hari nanti aku pasti bisa membuktikan segala kejahatanmu!"

"Fufufu…Sepertinya kau senang bermimpi disiang bolong!" Aizen pun menyingkir meninggalkan Ishin di ikuti Gin di belakangnya.

"Sial!"

Hp Ishin bergetar. Matanya membulat ketika melihat nama yang tertera di layer hp nya. "Ichigo?"

"Anakku, kenapa kau tidak memberi tahu dulu kalau mau pulang? Ayah kan bisa menyiapkan pesta penyambutan untukmu." Tanya Ishin saat mereka ada di dalam mobil setelah menjemput anak laki-laki nya di bandara.

Ichigo Kurosaki. Cowok berwajah tampan dengan mata coklat, rambut orange mencolok dan bentuk badan yang atletis. Dengan perpaduan celana jins, kaos putih, dan jaket biru langit yang ia pakai memang terlihat biasa saja. Namun tetap saja bagi orang-orang yang melihatnya khususnya para cewek tidak henti-hentinya berdecak kagum melihat penampilannya.

"Hah, sudahlah! Aku kan bukan anak kecil lagi!" jawab Ichigo dengan malas dan cuek.

"Kau tidak akan kembali ke London kan? Sebaiknya kau tinggal saja disini sambil membantu ayah di perusahaan!"

Ichigo hanya diam. Tatapannya tertuju pada pertokoan yang berdiri berjajar rapi di sekeliling jalan. Sementara rambut orange nya terkibas-kibas oleh angina yang masuk dari jendela mobil di sampingnya yang terbuka.

TBC

Wuee…gmn minna? Jelekkah? Gajekah? Maap di chap ini ga ada IchRuki nya. Kan maci chap 1, jadi na prolog dulu kuan? Tapi tenang aja, IchiRuki pasti muncul di chap next ntr. Tapi itupun kalau para minna mau fic ini lanjut. Kalau ga mau fic ini lanjut karena jelek jg ga apa-apa kok..saya dengan iklas menghentikan fic ini. Terserah para minna aja…!

Silahkan Repyu!

Klik tombol di bawah ini dengan semangat!

Ayo semangat nekannya..! Ganbatte…!