Remember

Ada beberapa kisah yang tak pernah bisa disampaikan. Kata-kata yang terikat rantai dalam kepala dan hanya terdiam di sana, tanpa pernah bisa diungkapkan, hanya tuatan memori yang terus mengulang dalam kesepian.


Kuroko no Basuke (c) Fujimaki Tadatoshi

Akashi Seijuuro x Kise Ryouta

Drabble Collection


Akashi tidak akan pernah lupa dengan wajah itu, sebuah senyum manis yang sering menyambut paginya dan mengantarnya tidur sebelum matahari terbit kembali. Lalu suara, nyanyian dan lantunan mendayu yang terkadang menidurkan monster dalam dirinya. Akashi tidak akan pernah lupa itu.

Bahkan ketika saat ini dia termenung dengan punggung menyender ke dinginnya dinding, ingatan itu melekat. Kisah tentang Ryouta yang adalah matahari dalam hidupnya, dulu.

Pemuda itu meninggalkannya sendiri dalam beku sekarang. Di sebuah tempat yang tidak ada dalam peta, di relung paling kecil dalam hatinya. Memerangkapnya dalam jutaan pertanyaan dan ingatan.

"Aku lelah Akashi! How long will you keep suffocating me?"

Akashi tidak akan pernah lupa jejak air bening yang melintangi pipi Ryouta. Saat kata-kata itu keluar dari bibir tipisnya setelah jejak tangan si pirang tertanam di pipinya. Akashi selalu ingat sorot mata nyalak di dalam dua mata emas itu. Mata emas yang selalu diingatnya hangat, malam itu berubah. Es paling membekukan yang pernah dilihat Akashi. Sorot mata dendam dan kalut yang menusuk hati yang mulai merasa. Pemuda merah itu termenung dalam diamnya.

Dalam kepalanya ia memandangi sosok Ryouta, mata yang mati adalh refleksi dari dirinya yang kehilangan cahaya. Tapi, untuk kali ini Akashi hanya diam, memandang jauh tanpa arah, membiarkan Ryouta-nya jauh dari jangkauan.

Karena dia juga lelah, untuk mengekang sang kekasih yang terus menyakitinya.


Ada sesuatu yang hilang diantara mereka. Kise Ryouta membuang pandangnya ke jendela sembari menyanggahkan pipi pada kaca lembap di sampinganya. Di luar hujan deras, tidak ada secercah titik mentari bisa menembus awan hitam yang membawa badai.

"Apa kau tidak pernah mengerti perkataanku? Kau harus di sini dan bukan di sana dengan orang lain, tidak peduli apapun alasannya!"

Akashi tidak pernah sepemaksa itu dulu. Walaupun si emperor suka memerintahnya, Akashi tidak pernah mengekangnya seperti itu dulu. Kise menggigit bibir bawahnya kesal dan menutup matanya erat, bayangan itu muncul lekat dalam benang memorinya. Mata merah yang lurus diarahkan padanya. Akashi yang tidak ia kenal.

Hubungan mereka hancur.

"Seperti yang kau katakan Akashicchi, tidak semua orang akan bersamamu selamanya... sekarang kau juga pergi." Gumam si pirang disela lamunannya, helai pirang rambutnya jatuh menutupi mata; dengan jeli menyembunyikan air mata yang sudah bersarang di ujung matanya.

Ryouta menatap uap kopi yang keluar dari cangkirnya, dan dia tersenyum. Menyelamati kehilangan yang dirasakan hatinya, dan kebebasan yang kini diraihnya.

Dadanya nyeri... kebebasan kah?

Ia tatap langit yang masih menangis, menggantikn air matanya yang sudah lelah keluar. Ryouta lalu melirik handphone-nya. Aomine mengiriminya beberapa pesan, ajakan kencan dan beberapa kata penyemangat yang khas dengan gaya ogah-ogahan si hitam itu.

Ryouta menghela nafas. Seluruh pikirannya selalu tertuju pada Akashi, bahkan setelah mereka berpisah. Walaupun sisi egoisnya tidak pernah mampu membuatnya mengatakan maaf. Ryouta merindukan Akashi, dan selalu mencintai sosok yang pernah merebut seluruh hidupnya itu.


"I'll always keep you in my heart"

To be continued


a/n: Ini akan jadi drabble tentang kenangan-kenangan Akashi akan Ryouta, dan sebaliknya :")

Hello saya veteran kembali o/ wish I can write more for this fandom again /love love/