AKHIRNYA BISA BIKIN FF HANCHUL LAGI =_=

SETELAH LAPTOP HILANG, DUNIA BERASA IKUT ILANG (OKE INI LEBAY)

DASAR JAMBRET LAKNAT! MATI AJA LU KELINDES KERETA!

HAHAHAHA~

OKE INI FF ADAPTASI

JADI KOMEN YA~

YOSH MAKASIH

ANE MAU NGANU DULU SAMA JUNHUI

EMAK BAPAKNYA GA DAPET, ANAKNYA PUN JADI~

########################################################################

FIRE & WATER

Cast

- Kim Heechul

- HanGeng

Othercast

- SJ member

(real story belong to LadyVampAsia)

Summary

Dapatkah Hangeng mampu menjinakkan api Heechul? Hangeng selalu memiliki hubungan dengan air dan selalu menjadi daya tarik bagi api. Dua elemen yang takkan pernah bisa disatukan. Tapi ketika mereka melakukannya, takkan ada yang bisa menyangkal keindahan yang mereka buat.

########################################################################


########################################################################

Hangeng selalu mencintai laut. Ia menggunakan waktunya berjam-jam menatap laut, berjalan di sepanjang pantai dan menenggelamkan dirinya ke dalam air, seolah-olah lautan memanggilnya, menyerukan namanya dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam lautan samudera. Tapi sayang, satu-satunya masalah dia adalah, dia tidak bisa berenang. Lautan itu indah tapi juga berbahaya. Hangeng tahu persis akan hal ini. Ayahnya seorang perenang yang handal, tetapi lau telah merenggut nyawanya, meninggalkan dirinya dan ibunya yang kini tengah sakit-sakitan.

Kematian ayahnya menghantuinya dan mengantarnya menjauh dari laut yang ia cintai. Baginya sekarang, lautan itu jahat, berbahaya, gelap dan dingin. Laut telah mengambil sesuatu yang sangat berharga baginya dan ia tak bisa memaafkannya. Meskipun kini Hangeng membenci laut, tapi setiap tahun pada hari kematian ayahnya, ia selalu datang ke lautan dan menatap ombak. Dan hari ini adalah peringatan kematian ayahnya, ia sudah berdiri di pinggir pantai selama berjam-jam, menatap lurus ke tengah lautan luas, susah payah ia tahan air mata yang ingin mengalir diwajahnya.

Setiap melihat lautan, Hangeng selalu berpikiran untuk menenggelamkan dirinya disana dan bergabung dengan ayahnya, tapi setiap kali dia memikirkan hal itu, ia mencoba mengalihkannya dengan sesuatu yang hangat. Ia mengambil sebuah korek api dari saku celananya dan menyalakannya. Hawa panasnya selalu membantu meringankan pikirannya.

"Mengapa aku disini?" Hangeng bertanya pada dirinya sendiri dengan keras. "Ayah mencintai laut, aku juga mencintai laut. Mengapa kalian merenggut semuanya dariku?"

Tiba-tiba api kecil yang dinyalakan oleh Hangeng mulai tumbuh besar dan bersinar terang, api berhembus hampir membakar jari Hangeng, Hangeng tersentak dan menjatuhkan korek api nya.

"Akh~ sial..." umpat Hangeng kesal yang melihat korek apinya kini terbawa arus pantai.

Hangeng berjalan mendekati laut, ia hendak mengambil korek apinya yang terapung diatas air. Saat ia ingin mengambilnya tiba-tiba api menyala dari korek dan mulai membesar, membakar air. Hangeng terlihat bingung dan kagum, bagaimana bisa api tidak padam di air. Tiba-tiba ombak besar datang dan langsung menyeret Hangeng ke lautan.

Panik, Hangeng membuka matanya, air asin mengaburkan pandangannya. Dia takut tenggelam, air terlalu dalam untuk berdiri dan kemampuan renangnya terbatas. Dia pasti tenggelam. Hangeng berusaha melawan ombak, paru-parunya sesak kekurangan oksigen.

Hangeng merasa ia sudah saatnya mati, lalu cahaya hangat menarik perhatiannya. Menuju ke arahnya dan menjadi sosok bercahaya, seperti api. Hangeng mencoba untuk fokus pada penglihatannya, dan sekarang tampak seperti orang dari api. Api itu mengulurkan tangannya dan meraih tangan Hangeng lalu menariknya ke permukaan. Hangeng mencoba menatap sosok disampingnya, rambut merah terang dan mata merah menyala dengan wajahnya yang sangat putih.

"Idiot!" pria itu mengumpat, suaranya nyaris tak terdengar di lautan. "Apa yang kau pikirkan? Apa kau bisa berenang?!"

Hangeng tidak tahu harus bagaimana menanggapi umpatan pria aneh itu, ia terlalu sibuk terengah-engah di pinggir pantai. Hangeng hanya bisa menatap orang asing itu diam-diam. Memiliki rambut merah tua, mata besar seperti kucing, dengan iris bersinar merah. Wajahnya pucat dan benar-benar basah kuyup oleh air. Bagi Hangeng itu adalah pemandangan yang indah, tidak pernah dalam hidupnya ia bertemu dengan seorang pria seperti ini.

"Siapa kau?" tanya Hangeng, setelah dia menarik nafas panjang.

"Bukan siapa-siapa," ucap pria itu sambil berdiri. "Pulanglah dan lupakan bahwa kau pernah melihatku."

"Tapi, siapa namamu? Aku perlu tahu siapa yang telah menyelamatkanku."

"Apa yang salah denganmu?"

"Apa maksudmu?" Han mengerutkan keningnya.

"Pulanglah, dan jauhi lautan." Pria itu mengingatkan Hangeng dengan mata merah menyala. "Sial~ Leeteuk tidak akan menyukai ini..."

"Siapa Leeteuk?"

Pria itu tidak menjawab, ia memunggungi Hangeng dan mencoba mengeringkan rambutnya dengan tangannya, dan aroma menggoda mulai tercium. Hangeng menghampirinya dan mencoba menyentuh pria didepannya, ia menyentuh rambut merah pria itu dan menghirup aromanya.

"Kau wangi, seperti kelopak bunga," bisik Hangeng, menyebabkan pria itu tersentak dan menjauh darinya.

"Sial," umpat pria itu dengan gumaman, "Aku minta maaf. Tutup matamu dan tahan nafas, aku harus membuatmu melupakan kejadian hari ini."

"Bagaimana jika aku tidak ingin melupakannya?"

"Kau harus."

Pria itu mengeluarkan api dari telapak tangannya dan mengarahkannya ke wajah Hangeng membuat Hangeng tersentak dan memalingkan mukanya dari api. Setelah panas mereda, ia menemukan api telah hilang dan pria itu juga. Hanya aroma kelopak bunga yang tersisa.

########################################################################


########################################################################

Rumahnya tenang ketika Hangeng masuk. Ibunya mungkin telah tidur. Setidaknya ia tidak menangis. Semenjak ayah Hangeng meninggal, ibu nya sering menangis. Sekarang, satu-satunya hak yang ia pikirkan adalah pria indah yang telah menyelamatkan dirinya.

"Tapi, dia bukan manusia." Hangeng mengacak-ngacak rambutnya dan berjalan melewati ruang tamu. "Rasanya ia dari api. Mata merahnya tidak alami dan dia menghilang begitu saja. Aku bisa gila."

"Hangeng," suara ibunya memanggilnya dari arah dapur. "Apakah itu kau?"

"Ya, ibu~" Hangeng berjalan ke dapur dan melihat ibunya tengah memasak nasi goreng kesukaannya.

"Hangeng~ kau basah kuyup!" ibunya panik, setelah berbalik dan melihat pakaian Hangeng basah kuyup juga rambutnya. "Apa yang terjadi?"

"A-aku terseret ombak di pantai," jawab Hangeng takut. "Tapi aku bisa kembali, aku hanya terseret di pinggirannya saja."

"Ibu sudah bilang kan, jauhi lautan! Laut itu berbahaya." Ibunya memarahinya dan air mata mengalir diwajahnya. "Bagaimana jika kau tadi tenggelam? Aku tak mau kehilanganmu juga."

"Jangan menangis ibu," Hangeng cemberut. "Aku baik-baik saja."

"Pergi ke kamarmu dan ganti bajumu. Dan setelah itu makanlah,"

"Iya ibu," Hangeng mengangguk dan memberikan ciuman di pipi ibunya sebelum meninggalkan dapur.

########################################################################


########################################################################

Setelah mengganti pakaiannya, Hangeng berbaring di tempat tidurnya. Ia melirik korek api di meja samping tempat tidurnya. Ia berhasil mengambil kembali korek apinya, ia kemudian mengambilnya dan menyalakannya. Hangeng menghela nafasnya, ia mematikan korek api nya dan kemudian bersiap untuk tidur. Ia tak lapar, ia butuh tidur untuk menjernihkan pikirannya. Tak berselang lama ia tertidur, ia bermimpi. Dia melihat wajah penyelamatnya di air, mata nya bersinar merah. Dia bermimpi pria itu menyentuh wajahnya dan ia bahkan bisa menghirup aroma kelopak bunga. Suara api di dalam mimpinya, bau asap dan suara pria memanggil namanya, semua tampak nyata.

"Bangun!" Hangeng mendengar orang berteriak dan ia melihat pria yang tadi menyelamatkannya ada dihadapannya. "Bangun! Kau mau mati?!"

Hangeng merasakan hawa panas dan ia terkejut melihat api ada dimana-mana, api membakar rumahnya.

"Apa yang terjadi?" tanya Hangeng

"Bangunlah! Rumahmu terbakar!" teriak pria itu dan ia meraih tangan Hangeng lalu membawanya keluar rumah.

"Bagaimana ibuku?!"

"Tenanglah!"

"Aku harus mencari ibuku!"

"Tunggu diluar!" perintah pria itu ketika mereka sampai di luar rumah. "Aku akan menemukan ibumu,"

"Kau akan terluka kalau kau masuk ke dalam," Hangeng menarik tangan pria itu. "Dia ibuku, aku harus mencarinya."

"Aku akan baik-baik saja,"

Pria itu berhasil membawa ibu nya Hangeng keluar dari rumah yang penuh api.

"Maafkan aku," pria itu meminta maaf sambil menggendong wanita dalam pelukannya. "Aku tak tahu kenapa, api itu menghalangiku, api itu tidak mengijinkanku masuk,"

"Tidak! Dia baik-baik saja!" Hangeng memeluk ibu nya yang terbaring di tanah

"Argh! Sial api ini!" pria itu kesakitan, api berwarna biru membakar punggungnya. "Punggungku~ sakit..."

Hangeng ingin membantu pria itu tapi pria itu melarangnya.

"Aku tahu bagaimana api ini, ini bukan api biasa."

"Apa yang kau bicarakan? Tentu saja itu api."

"Dia sudah pergi Hangeng." Bisik pria itu, sambil melepas bajunya yang terbakar tadi, "Maafkan aku..."

"Kau baik-baik saja?" tanya Hangeng saat dia melihat punggung pria itu memerah.

"Kita harus pergi," pria itu menarik Hangeng menjauh dari ibunya. Api di dalam rumah perlahan mulai mendekati mereka, memang bukan api biasa. Api itu seolah memang menargetkan mereka.

"Jangan menengok ke belakang!" perintah pria itu

"Aku tidak mengerti, kenapa api itu mengejar kita?" Hangeng terus berlari mengikuti pria didepannya, mereka berlari menuju laut.

"Bisakah kau berhenti bicara?" bentak pria itu, suaranya bergetar, seperti ketakutan.

Mereka akhirnya sampai di tepi pantai. Sekilas Hangeng melihat punggung pria itu makin memerah dan wajahnya memucat.

"Pegang tanganku, kita harus berenang ke lautan,"

"Apakah kau gila? Aku tidak bisa berenang!"

Tiba-tiba saja api dengan cepat menghampiri pria yang berdiri disamping Hangeng, api itu membakar tubuh pria itu, api yang sama, api berwarna biru. Tubuh Hangeng penuh dengan kemarahan, api itu membakar ibunya dan kini melukai pria yang sudah menyelamatkan nyawanya. Hangeng tidak tahu apa yang harus dia lakukan, tiba-tiba saja air laut meninggi dan menerjang api yang kini membakar penyelamatnya.

"Han..geng..." pria itu berjalan lemas ke arah Hangeng

Hangeng terkejut dengan apa yang baru saja ia saksikan. Apakah ia melakukan hal itu?

"Kau tak apa-apa?" tanya Hangeng khawatir melihat keadaan pria itu, seluruh tubuhnya memerah dan wajahnya semakin pucat.

"Kita harus berenang ke lautan,"

"Kenapa?" hangeng menarik tangan pria itu dan memegangnya erat.

"Aku tidak punya waktu untuk menjelaskan,"

"Kau tahu namaku, kau berada dirumahku...apa maksud semua ini?"

"Aku akan menjawabnya setelah kita aman." Pria itu mendekatkan tubuhnya ke Hangeng. "Kau siap untuk berenang?"

"Tapi..."

Tiba-tiba saja ombak besar menerjang mereka dan Hangeng menutup matanya menunggu terjangan air. tapi, saat itu tidak datang. Sebaliknya ia diselimuti api merah menyala dan aroma kelopak bunga. Ia tak bisa berpikir dan ia tak sadarkan diri.

########################################################################


########################################################################

TO BE CONTINUED...