Summary: "Korea", negara kecil yang terpisah menjadi dua bagian. Selatan dan Utara. Keduanya akan melakukan perang besar. Perdamaian merupakan hal mewah di negara ini. Begitu pula Itachi dan Sasuke, saudara yang saling menyayangi dipisahkan oleh takdir. Sasuke merupakan agen khusus Jepang yang ditugaskan sebagai mata-mata untuk membantu Korea Selatan. Sakura juga mata-mata pihak Korea Utara. Sedangkan Itachi terjebak di tengah pertarungan adiknya yang mempertahankan tugasnya masing-masing. Ketiga bersaudara ini sebenarnya sama-sama membenci perang, oleh karenanya mereka bersatu berusaha mencari kedamaian untuk Korea.

.

"Step Sister"

.

Desclaimer: Masashi Kishimoto

.

Selamat membaca

.

Pyongnyang, Korea Utara.

Saat ini.

Buk

Buk

Buk

Kepalan tangan memukul kuat samsak berisi pasir yang tergantung di depannya.

Buk

Semakin kuat pukulan dilayangkan.

Buk

"Hiyaaaaat!" Satu tendangan pamungkas.

Seerrrrrr

Samsak yang menjadi pelampiasan emosi itu bocor menjatuhkan pasir di dalamnya.

"Saki-chan"

"Hm?"

Pemuda berambut hitam panjang yang dikuncir rendah itu tersenyum, membuat kerutan di sekitar matanya semakin jelas.

"Aku tidak masalah Saki-chan... Tenanglah!"

"Huft!" Sang gadis mendengus.

Tidak terima bila sang Kakak yang ia sayangi dihina di depan matanya. 'Haruno Itachi' kakak baik hati yang sangat pas buat 'Haruno Sakura'. Satu-satunya orang yang gadis musim semi ini mau dengan senang hati menuruti ucapannya. Satu jam yang lalu diadakan pertemuan di rumahnya antara 'Komandan Tertinggi' departemen militer 'Korea Utara' dan ayahnya 'Haruno Park' selaku 'Pemimpin Tertinggi Tentara Rakyat' di Republik Demokratik tersebut. Mereka membahas tentang Uranium dan Plutonium, yang Sakura yakini sebagai bahan baku pembuatan bom atom dan strategi melawan 'Korea Selatan'. Meskipun suara mereka terlampau pelan dan terhalang pintu di depan ruang kerja sang ayah, namun berkat kelebihan indera pendengarnya Sakura bisa mengetahui isi pembicaraan para petinggi tersebut. Baru satu langkah menjauh, pintu kayu jati terbuka penampilkan pemuda gagah berkulit kuning langsat dengan baju khas militer 'Korut' berjalan mendekati kedua bersaudara tersebut. Mata hitamnya menatap Itachi remeh sembari tersenyum miring. Lalu berpaling kepada Sakura untuk berbasa-basi memuji kecantikannya. Bukan rahasia lagi bila si sulung Haruno mengidap 'Jantung Lemah' semenjak lahir, oleh karena itu Itachi tidak dikenai wajib militer. Dan bukan sekali ini saja pandangan itu disaksikan si bungsu yang berusaha menahan emosinya dengan mengepalkan tangan di saku rok. Sakura ingin sekali meninju wajah blagu di hadapannya. Sebagai adik, gadis cantik ini tidak terima seseorang menghina sang kakak, bahkan Menteri sekalipun. Namun berkat lirikan mata Itachi, Sakura mati-matian menahannya. Sakura mengerti arti lirikan tersebut, Itachi tidak mau bila dirinya terkena masalah sebagai akibat meninju perwakilan militer itu. Seperti beberapa minggu yang lalu saat diadakan jamuan makan malam di rumahnya. Sakura tidak dapat membendung emosinya saat pak tua gendut nan botak 'Menteri Kebudayaan' melontarkan kalimat yang menyiratkan hinaan untuk Itachi. Hasilnya Sakura mendekam di penjara satu malam karena tuntutan dari pengacara pak tua. Namun sebagai anak dari Pemimpin Tertinggi, Sakura dibebaskan bersyarat. Dan sebagai akar permasalahan berhubungan dengan Itachi, makanya pemuda tampan ini ditugaskan mengawasi tindak-tanduk Sakura selama masa bebas bersyarat itu berlaku. Demi apapun Sakura sangat menyayangi Kakaknya. Begitu pula Itachi, ia amat menyayangi Sakura. Dan mereka sama tahu bila mereka bukanlah saudara kandung. Beda ayah satu ibu.

.

.

.

.

.

Tokyo, Jepang.

Tujuh belas tahun yang lalu.

Prank

Duk

Prank

Suara bantingan benda maupun jedukan sesuatu memenuhi sebuah kamar di lantai satu rumah tradisional di pinggiran kota Tokyo, Jepang. Tidak ada yang berani menginterupsi karena takut akan kemarahan penghuni kamar tersebut.

"Ampun, Fugaku-kun...," rintihan terdengar dari seorang nyonya yang tergeletak di lantai berlapis karpet merah. Di dahinya terdapat darah mengalir akibat sobekan dan penuh legam di sekitar wajahnya. Dan juga bercak darah di dinding putih di dekatnya. Tak cuma sekali ini sang nyonya rumah merasakan kebengisan suami yang menghajarnya. Bahkan akhir-akhir ini intensitasnya semakin banyak.

Plak

Tamparan dan jambakanlah yang menjadi jawaban.

"Dasar istri tidak berguna. Jika sampai besok aku melihatmu masih dirumah ini, ku bunuh. Bawa juga anak penyakitan itu bersamamu."

Diambang kesadaran, mata kelam Mikoto melihat Fugaku keluar kamar sambil membanting pintu dengan keras. Beberapa menit kemudian terdengar deru mesin mobil menjauhi rumah. Lalu semuanya menjadi gelap.

Di lantai atas dalam kamar, kedua bersaudara itu saling berpelukan.

"Tenanglah Sasuke, kakak akan menjagamu!" ucap Itachi menenangkan Sasuke. Bocah tiga tahun ini bergetar ketakutan mendengar keributan di rumahnya. Meski masih kecil Sasuke pernah merasakan pukulan dari tangan sang ayah. Sedangkan Itachi, jangan tanya lagi...hampir setiap hari menjadi pelampiasan emosi sang ayah. Kakak beradik ini tidak berani keluar kamar. Mereka saling mendekap berbagi ketenangan.

.

.

.

Pagi hari yang cerah di kota Tokyo. Mikoto mengerjapkan matanya guna menyesuaikan cahaya matahari. Kepalanya teramat pening, sebagai akibat jedukan kepalanya dengan tembok. Mikoto tersentak. Buru-buru dia bangun setelah semalam pingsan di lantai.

"Dasar istri tidak berguna. Jika sampai besok aku melihatmu masih dirumah ini, ku bunuh. Bawa juga anak penyakitan itu bersamamu."

Memorinya mengingat ucapan Fugaku semalam. Meski tubuhnya terluka dimanapun, tetapi Mikoto berusaha secepat mungkin keluar dari rumah ini. Dia akan membawa serta kedua putranya. Tak peduli apapun yang terjadi ia tidak akan meninggalkan Sasuke. Keduanya sangat berharga. Mikoto menaiki tangga menuju lantai dua di mana kamar kedua putranya berada.

Ceklek

Dengan pelan sang nyonya membuka pintu. Terlihat di atas kasur kedua putranya berpelukan. Masih jelas sisa-sisa jejak air mata di pipi mereka. Mikoto tersenyum miris.

"Itachi..., bangun..!" ucapnya pelan seraya mengelus rambut hitam nan panjang milik putra sulungnya.

Mata itu perlahan menampilkan mutiara hitamnya.

"Hm?" gumam Itachi.

"Cepat bangunkan Sasuke, kita pergi!"

Satu anggukan dari Itachi sebagai jawaban. Anak remaja berusia sepuluh tahun ini tidak bertanya macam-macam. Ia mengerti bahwa sang ibu menanggung beban yang berat, makanya Itachi tidak akan menambahkan.

"Kemasi sedikit saja pakaianmu dan Sasuke, cepatlah!" ucap sang ibu kemudian keluar kamar. Sang nyonya juga harus bersiap. Sepuluh menit berlalu mereka sudah siap. Sang nyonya menggendong Sasuke sedangkan Itachi membawa satu ransel berisi pakaian miliknya dan Sasuke. Mereka berjalan cepat menuju gerbang depan. Itulah satu-satunya pintu yang akan membebaskan mereka dari neraka di belakangnya.

"Buka gerbangnya!" ucap Mikoto kepada tentara yang bertugas.

"Maaf nyonya, tapi tuan muda Sasuke harus tinggal!" ucap tentara tegas.

"Apa katamu, mana bisa aku meninggalkannya. Dia anakku!" ucap Mikoto ketus.

"Tapi nyonya, tuan Fugaku memberi perintah untuk menahan Sasuke tetap di rumah!"

"Menahan... Apa dia melakukan kejahatan?! Sasuke masih kecil dia butuh aku ibunya!" suara Mikoto bergetar menahan amarah.

"Maafkan saya nyonya, ini sudah tugas saya!" ucap sang tentara membungkuk. Sebenarnya pemuda tampan bermata sipit ini tidak tega memisahkan ibu dan anak dihadapannya. Apalagi usia tuan muda yang terbilang masih bocah, 100% ia yakin masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu. Tapi apalah daya jika dia membangkang, kepala menjadi taruhannya. Bukan hanya kepalanya saja, tapi seluruh sanak saudara yang ia punya akan bernasib sama. Dipenggal. Mengerikan hukuman yang akan ia dapatkan dari Pemimpin Tertinggi Militer di negara Jepang ini. Kebengisan Fugaku Uchiha bahkan melebihi pemimpin tertinggi Nazi 'Hitler'.

Mikoto bukannya tidak mengetahui hukuman apa yang akan didapatkan tentara di depannya ini, tapi Sasuke adalah putranya. Sang ibu tidak akan menyerahkan Sasuke kepada siapapun. Mikoto bisa meprediksikan bagaimana nasib Sasuke bila hidup bersama ayahnya yang kejam.

"Tolonglah tuan, izinkan kami keluar!" ucap Mikoto melunak.

"..." Tidak ada jawaban.

Mikoto memandang Itachi memberi isyarat untuk membawa kabur Sasuke. Itachi paham, langsung melesat keluar gerbang dengan menggendong Sasuke. Berlari secepat yang kaki mungilnya bisa, Itachi melesat jauh kedepan. Meninggalkan sang ibu yang memegangi baju tentara di belakang.

"Cepat Itachi...!" teriak Mikoto yang tersungkur akibat hempasan tangan sang tentara. Pemuda bermata sipit inipun mengejar Itachi cepat. Meskipun jarak mereka cukup jauh, pelan tapi pasti tentara berhasil menyusul. Itachi tidak akan melepaskan Sasuke, begitupun tentara sudah memegang Sasuke kuat. Terjadi adu tarik-menarik memperebutkan bocah tiga tahun ini.

"Oni-chan sakit!" ucap Sasuke kepada Itachi yang menarik tubuh bagian atasnya.

"L lepaskan..Sasu..om, s sakit hiks!" kata Sasuke pada tentara yang mencengkeram kaki mungilnya. Sasuke menggerakkan kakinya, menendang dada tentara frontal.

Mikoto berlari menuju kearahnya.

"Tolong lepaskan tuan, kau menyakiti anakku!"

Tentara masih bergeming mempertahankan posisi tarikannya. Sang ibu berusaha membongkar tangan tentara yang memegang Sasuke.

Sret

Sial bagi Mikoto. Nyatanya ia dan Itachi terjatuh setelah sentakan tangan tentara tersebut menjangkau tubuh mungil Sasuke. Tentara mendorong tubuh Itachi dengan tangan yang bebas, lalu menendang Mikoto menggunakan kaki kanannya. Berusaha sebisa mungkin tidak terlalu keras menendang sang nyonya. Selanjutnya tentara tersebut berlari menuju gerbang. Mikoto mengejar, Itachi pun juga. Jarak mereka semakin menipis, sedikit lagi tangannya akan menggapai tubuh putranya. Namun dari dalam muncul dua tentara lagi yang menghalaunya. Kedua tentara tersebut memegang tangannya dan Itachi. Lalu menyeretnya menjauhi gerbang.

"Lepaskan Sasuke, S sasukeeee!" teriak Itachi memberontak.

"Tolong.. Hiks lepask kan Sas hiks Sasu ke t tuan!" ucap Mikoto lirih. Tenaganya mulai lemah, semalam ia dihajar sang suami kemudian paginya harus adu otot dengan para tentara penjaga rumahnya.

"Ka-chan... hiks.. Tolongin Sasu...!" teriak Sasuke memberontak dan menangis keras dalam dekapan erat tentara. "Lepasin Sasu om, lepaskan!"

Tak ada respon dari orang yang menggendongnya. Detik selanjutnya Sasuke tidak bisa melihat wajah Ibu serta sang kakak karena terhalang pintu gerbang yang sudah ditutup.

"Tidaaaaaak..K ka-chan..hiks.. Oni-chaaa aaan hiks..hiks!" teriak Sasuke makin kencang lalu pingsan karena kehabisan tenaga. Kemudian tentara tersebut membawa Sasuke menuju ke kamarnya, dan membaringkan bocah malang ini di kasur.

"Maaf, maafkan aku!" ucap sang tentara memandang miris bocah yang pingsan dihadapannya.

.

.

.

.

Makan malam di keluarga Haruno berlangsung dalam diam.

"Aku sudah selesai, aku ke kamar dulu Appa!" ucap Sakura tanpa menghiraukan kehadiran sang kakak. Nyatanya remaja cantik ini masih kesal kepadanya. Sedangkan pemuda yang merasa diacuhkan hanya mengulas senyum tipis. Sudah terbiasa akan sikap adik kesayangan bila sedang merajuk.

"Ada apa dengannya?" ucap sang kepala keluarga. Tak biasanya Sakura makan sedikit. Meski tubuh gadis itu mungil tapi nafsu makannya besar. Layaknya tentara yang seminggu berperang tanpa makanan, a.k.a 'kelaparan'.

"Hanya masalah kecil Appa, paling besok juga sudah kembali seperti semula. Appa kayak tidak tahu bagaimana Sakura saja." jawab sang sulung.

"Um.. Appa bolehkah besok aku mengunjungi Ka-chan?"

"Hm?" tanya Mr. Haruno ambigu.

"Sudah lama aku tidak ke makamnya, sekalian aku ajak Sakura!" jawab Itachi.

"Hm! Kembalilah sebelum makan siang!"

"Aa, terima kasih Appa."

.

.

Setelah Mikoto pergi meninggalkan kediaman Uchiha, tujuannya hanya satu Korea Utara. Di mana keluarga dan kerabatnya berada. Mikoto memang berasal dari Korut. Wanita ini merupakan putri politisi Korut. Ia mengenal Fugaku saat sang ayah di undang dalam acara perayaan di syahkan nya perjanjian damai antara Korsel dan Korut. Mereka hanya menyertai sang ayah. Mikoto terpesona sosok Fugaku yang pendiam. Terlihat misterius. Akhirnya sang ayah memperkenalkan mereka. Fugaku. berbeda dari pria lainnya yang selalu mengejarnya. Mulai dari situ mereka saling bertukar nomor handphone. Saling berkirim email dan foto masing-masing di berbagai tempat. Sebulan kemudian Mikoto harus merasakan apa yang namanya syok jantung. Seseorang mengetuk pintu rumahnya. Setelah dibuka ternyata Fugaku beserta rombongan besar keluarga Uchiha. Dan lebih mengejutkan lagi tujuan mereka' meminangnya'. Semua berlalu begitu cepat, Mikoto akhirnya menerima pinangan Fugaku. Dan tepat sebulan kemudian mereka menikah. Kebahagiaan yang Mikoto rasakan tidak berlangsung lama, tepat setelah kelahiran putra pertama, Fugaku mulai menghindarinya. Sang suami beralasan tidak bisa menerima keadaan putra yang dilahirkan dari rahimnya. 'Itachi' nama putranya di vonis memiliki jantung yang lemah. Diperkirakan tidak sampai lima tahun usianya.

Empat tahun kemudian Mikoto melahirkan putra keduanya dalam keadaan sehat. Dengan mata hitam dan rambut hitam yang menjadi ciri khas seorang Uchiha. Serta tubuh yang lebih berisi. 'Sasuke' namanya. Mikoto bersyukur dengan kelahiran Sasuke, Fugaku mulai dekat dengannya lagi. Sampai dua tahun kemudian Korut membatalkan perjanjian damai dengan menyerang Korsel. Dan itu memengaruhi hubungannya dengan sang suami. Jepang merupakan sekutu Korsel sedangkan dirinya berasal dari Korut. Apalagi pelantikan Fugaku sebagai 'Panglima Tertinggi Militer' baru saja berlangsung. Seminggu setelah perjanjian damai dibatalkan, Fugaku pulang dalam keadaan mabuk. Pria ini langsung menghajar Mikoto yang saat itu baru mengompres Itachi. Berawal dari tangannya yang ditarik kasar keluar dari kamar putranya. Lalu diseret ke kamar utama, detik berikutnya tamparan mendarat di pipi mulusnya. Tak sampai di situ saja, rambut panjang nan berkilau miliknya di jambak Fugaku bahkan ada beberapa helai yang rontok di tangan kasar sang suami. Serta makian dan hinaan yang di ucapkan Fugaku. Mulai saat itu Mikoto merasa rumah Uchiha yang ia tinggali berubah menjadi neraka.

.

.

.

.

Sesampainya Mikoto di tanah air, dua tahun kemudian dijodohkan sang ayah dengan anak dari 'Pemimpin Tertinggi Tentara Rakyat' saat itu 'Haruno Park'. Mikoto yang memang sudah kebas akan takdir yang ia jalani hanya menurut. Haruno Park merupakan teman semasa kecilnya. Seminggu kemudian ia menikah dan berganti marga menjadi 'Haruno', begitu pula Itachi. Saat itu juga surat perceraian dari Jepang ia terima. Dari pernikahan dengan suaminya saat ini lahirlah gadis mungil secantik musim semi 'Haruno Sakura'.

"Oooeeee."

"Oooeeee."

Tangisan kencang pertanda kehidupan baru dilahirkan. Tidak seperti Fugaku yang membenci Itachi, nyatanya Haruno Park sangat menyayangi putra tirinya ini. Terbukti Itachi yang saat ini berusia 11th digandeng erat menuju ke ruang bersalin.

Setelah pintu dibuka dan mereka mendekat, terlihat disana sang ibu sedang menyusui adiknya. Rambut berwarna merah jambu secantik bunga Sakura, dan tangan mungil yang mencengkeram jari telunjuk sang ibu. Mengemaskan.

"Selamat datang Sakura!" sambut Itachi yang dibalas senyum lebar dari Sakura, memperlihatkan gusi-gusi merah jambu nan ompongnya.

"Selamat sayang, Sakura secantik dirimu!" ucap sang kepala keluarga sembari menyeka keringat di kening istrinya lalu mendaratkan ciuman dengan penuh kasih sayang.

Ah...betapa sempurna hidup Mikoto saat ini, suami yang menyayanginya serta kedua anaknya yang saling mengasihi. Terlihat jelas bahwa Itachi sangat menyayangi Sakura. Tiap hari sang kakak selalu berceloteh mengenai apapun, menceritakan yang ia alami di sekolah dan di jawab Sakura dengan celotehan tak jelas khas balita berusia 1th. Sedih juga bila ia rindu Sasuke yang saat ini hidup bersama mantan suami. Apa Sasuke sehat selalu? Apa masih menangis seperti saat ia tinggalkan dulu? Apa makannya teratur? Itulah pertanyaan yang selalu ada dibenak Mikoto setiap mengingat Sasuke.

Tak terasa dua tahun kini usia Sakura. Bangun pagi seperti biasanya, Mikoto menuruni tangga bermaksud membuatkan sarapan. Sejak semalam ia merasakan sakit diperutnya. Bahkan saat bangun tidur, ia merasa seperti di pelintir lalu ditusuk-tusuk ribuan jarum pas di perutnya.

"Uhg.. T toloooong!" Mikoto tak dapat menahan sakit terjatuh saat mencuci piring.

Prank

"Astaga nyonya!" pekik pengurus kebunnya saat melintasi dapur.

"Sadarlah nyonya, toloooong!" teriak bibi Chi.

Tak sampai lima menit tentara yang menjaga rumah datang melihat keadaan. Lalu memanggil ambulans untuk membawa sang nyonya ke rumah sakit. Kanker Rahim. Begitulah vonis dokter. Penyebabnya pembersihan kandungan sewaktu melahirkan Sakura tidak benar-benar bersih sehingga gumpalan darah yang masih tersisa menempel pada dinding rahim dan membusuk. Hari ke hari keadaan Mikoto semakin lemah. Kanker rahim hampir menyebar ke seluruh organ reproduksi. Tidak memungkinkan bila dilakukan operasi. Sang dokter hanya minta kepada seluruh keluarga untuk tabah menerima kemungkinan terburuk. Tepat 10 hari Mikoto koma, ia dinyatakan telah meninggal dunia. Meninggalkan balita cantik berusia dua tahun dan juga Itachi untuk dirawat sang suami.

Hari berikutnya pemakaman dihadiri para politisi Korut. Sakura yang saat itu tidak tahu apapun hanya diam. Meski ia bingung kenapa orang-orang memakai pakaian serba hitam serta ayah dan kakaknya menangisi sang ibu yang tertidur dalam kotak putih.

"Ne Oppa, kenapa menangis?" tanyanya dengan suara cadel.

"S sakura,hiks... Oppa janji akan menjaga dan melindungimu.. A apapun yang terjadi!" ucap Itachi sambil memeluk tubuh Sakura erat. Sakura hanya patuh mengangguk dan memeluk balik kakaknya.

.

.

.

Itachi bangun dengan kenangan seputar pemakaman sang ibu. Ingatannya kembali kepada janji yang ia ucapkan untuk Sakura, adik yang bisa ia peluk dan sayangi sepenuhnya. Walaupun di Jepang juga terdapat adiknya yang lain, namun tak bisa ia lihat dan peluk. Ah...betapa rindu dirinya pada Sasuke kecil yang selalu mengikutinya kemanapun ia pergi.

"Otoutou, bagaimana kabarmu?"

.

.

"Yosh Oppa... Ayo berangkat jenguk Omma!" teriak Sakura dari lantai satu. Sedangkan Itachi yang bersiap-siap di lantai atas mendengus mendengar suara cempreng membahana milik Sakura. Dasar.. Meski adiknya yang bawel itu sudah mendapatkan pelajaran etika kalangan atas namun masih suka se enaknya. Meski perempuan namun Sakura tak punya kelembutan dalam sikapnya. Itachi selalu berpikir Sakura ditakdirkan kelebihan semangat.

.

.

.

Tbc

Author

Nih fic baru ku, waktu mendengar berita tentang perang Korsel - Korut tiba-tiba ide bikin fic ini muncul. Moga berkenan pada para pembaca. Dan ku tunggu review nya, sebagai gambaran fic ini layak tak lanjut apa tidak.

Terimakasih.

Jangan lupa review ya...

Daaaaa…