Disclaimer:

Vocaloid yang bukan punya saya

Tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya bukan punya saya

Ceritanya punya saya, selalu


Warning:

OOC, OOT, bahasa gak baku, alur kecepetan, gajelas, typo, ancur, de el el


Bisa dibilang ini juga sequel-nya "Shiro-nyan", tapi beda pemeran.

Biarlah Rin dan Len menjalani kisah cinta mereka sendiri~

Sekarang Rey mau bikin kisah cinta lain

Supaya... yang bahagia gak cuma mereka

Sekaligus memenuhi request-nya Kagamine Laras~

Selamat membaca! XD


Winner of My Heart

A KaitoxMiku story

by reynyah

Chapter I – Miss Vocaloid


Miku POV


Hari Senin lagi.

Kenapa harus ada hari Senin, sih? Kenapa harus ada hari di mana liburan berakhir dan manusia kembali beraktivitas di sekolah, kantor, kantin, pom bensin, rumah orang lain, atau bahkan jalanan. Kenapa aku harus jadi manusia yang bersekolah? Boleh kan, aku di rumah saja dan menikmati dinginnya AC rumah yang gak sama dengan AC sekolah.

Duh, kalo udah hari Senin dan aku udah di sekolah, rasanya aku homesick banget.

Tapi aku udah telat ke sekolah... daripada dimarahin ibu, lebih baik aku cepat-cepat ke sekolah.

Aku sadar kalau aku sampai terlalu pagi di sekolah. Yah, lebih baik aku menunggu di bawah pohon sakura tempatku, Rin, dan Neru biasa duduk-duduk, deh. Lagian, sebentar lagi juga Rin datang. Semoga dia cepat datang, soalnya aku malas berlama-lama di sini, sendiri pula. Tapi aku bakal lebih malas lagi sendirian di kelas yang konon katanya berhantu.

Tuh kan, menyebut kata hantu sekali saja tubuhku langsung bergidik.

Aku emang penakut banget. Oke, aku akui aku penakut banget. Lebih penakut daripada Neru yang notabene udah jerit-jerit kalau liat topeng Barbie. Aku gak ngerti apa menyeramkannya topeng begitu, tapi aku maklum saja, deh. Banyak kok, yang takut sama topeng.

Selain penakut, aku ini playgirl. Hehehe, aku juga mengakui fakta yang satu itu. Emang banyak yang bilang kalo aku ini cewek paling cantik di sekolah, dan aku juga mengakuinya (hehehe). Tapi ada juga yang bilang kalo aku cuma cewek paling cantik di kelas sebelas, bukan sekolah. Banyak yang bilang kalo Luka-senpai atau Meiko-senpai itu lebih cantik daripada aku. Hmm... melihat tingkat kejombloan mereka yang jarang banget itu... mau gak mau aku harus bilang iya. Eh, pokoknya yang jelas, aku gak kalah cantik, kok.

Ah, itu dia Rin datang.

Bersama Len, tentu saja.

Eh... mereka udah jadian belum, sih?

Kok, mesra banget, ya?

"Rin-chan!" seruku sambil berlari-lari menghampirinya.

Rin dan Len kompak menoleh. Uh, aku iri sekali dengan pasangan ini. Mirip dan kompak. Aku juga kan, ingin begitu...

"Kenapa, Mik?" tanyanya padaku. Hmh, dasar cewek cuek.

"Baru dateng? Sama Len-san?" balasku dengan nada menggoda. Hmm... melihat mereka berdua datang ke sekolah bersama, pasti ada apa-apanya. Hihihi.

Len tersenyum. "Iya, kita emang berangkat bareng," jawab Len. "Rin-chan, aku ke kelas dulu, ya."

Chu~

Len mengecup pipi kanan Rin. Rin hanya tersenyum kecil sambil melambai pada Len. Aku yang melihat adegan singkat namun manis itu langsung menyikut Rin pelan.

"Duh, kalo terbang jangan ketinggian, Rin!" godaku sambil terkikik geli.

Rin hanya tersenyum malu sambil menundukkan kepalanya. Berani sumpah, wajahnya pasti sudah lebih merah dari tomat! "Ada apa, Mik?" tanya Rin setelah berhasil menguasai diri.

Aku memerhatikan wajah Rin lekat-lekat. "Kayaknya... ada yang beda dari elo."

"Apa?"

"Lo kayaknya lebih kalem."

Rin tertawa. "Gue kan, emang gini."

"Lo itu rusuh!"

Rin tertawa lagi. "Itu elo, Mik, bukan gue."

"Oke, oke, gue emang rusuh," ujarku sebal. "Tapi elo juga sama rusuhnya kayak gue! Kita kan, sobat, Rin! Masa kita beda?"

"Yah, sobat gak harus sama, kan?"

Sial, dia benar juga. "Iya deh," balasku menyerah. "Ngomong-ngomong, lo udah jadian belum sih, sama dia?"

Padahal aku cuma nanya hal sepele, HAL SEPELE, tapi wajah Rin langsung merah kayak tomat baru direbus gitu. "Oke, kayaknya lo maksa banget gue buat cerita, ya?" ucap Rin sambil menatapku geli. "Yap, gue udah jadian."

Dan saat itu dunia rasanya runtuh. Eits, bukan runtuh dalam artian aku patah hati atau hancur, ya. Justru sebaliknya, dunia runtuh karena aku kelewat bahagia. Dua detik setelah empat kata yap-gue-udah-jadian dari Rin, aku berseru, "SERIUS LOOO?!"

Rin terkekeh pelan sambil merapikan poninya dengan gugup. "Lo ngerasa aneh ya, denger gue jadian?"

Aku buru-buru mengibaskan tanganku. "Jangan mikir gitu dong, Rin," ujarku sok bijak. Yap, aku emang cewek yang sok. "Gue justru bahagia banget denger kabar lo bisa jadian sama bocah tajir itu. Akhirnya sobat gue yang anti-cowok ini jadian juga! Oh my god, Rin! Siapa yang gak seneng?" ujarku menggebu-gebu. "Gue cuma sedih aja gara-gara setelah sekian lama menjomblo berdua, akhirnya gue tinggal sendiri..."

Rin tertawa. "Masih ada Neru, kok."

"Neru?" Aku mendengus. "Anak itu mana mau jadian sama cowok manapun di SMA ini?"

Rin mengerutkan dahinya, bingung mungkin. "Emangnya kenapa?"

"Hah? Lo gak tau?" balasku heran. "Kata dia, cowok SMA ini jelek semua."

Rin terkikik. "Ah, kita ngomongnya jadi ngelantur," ujar Rin masih sambil tertawa. "Ya udah, jalan ke kelas, yuk?"

Aku menyambut ajakan Rin dengan gembira.


Oke, kadang aku lupa kalau aku gak sekelas dengan Rin tapi dengan pacar barunya, Kagamine Len itu. Aku benci tidak sekelas dengan kedua sohibku. Kenapa? Kalian ingin tahu kenapa? Kenapa kalian kepo banget, sih? Mau tau banget atau mau tau aja?
(Miku mulai OOC)

Oke, jadi, buatku berada di kelas sendiri itu menyebalkan. Kenapa? Soalnya aku gak punya teman gosip! Asal tahu saja ya, aku ini biangnya gosip di dalam geng kami, aku, Rin, dan Neru, yang sebenarnya gak punya nama dan bukan geng, kami cuma bersahabat. Di antara mereka, aku memang yang paling update. Bukannya bermaksud mengatai mereka out-of-date (walau kenyataannya begitu, terutama Rin), tapi itu memang kenyataan.

Makanya, aku sedih karena gak punya teman ngobrol.

Temanku di kelas cuma Kamine Lenka, cewek yang anehnya, mirip banget sama Kagamine Len, pacar Rin yang sejak tadi aku sebut-sebut. Beda dengan Neru yang rusuh nan lemot serta Rin yang suka kalem dan ribet di saat yang tidak tepat, Lenka ini kalem. Kaleeeeem banget sampai air danau aja kalah tenang sama dia. Dia gak akan ngomong kalau gak disuruh, tapi dia itu temen curhat paling baik sedunia. Kenapa? Soalnya dia gak pernah menyela ucapanku dan selalu mendengarkan sampai ceritaku selesai. Kalau aku udah selesai, nanti aku harus bilang "udah" atau dia bakalan terus memerhatikanku sampai bel pulang berbunyi. Cewek ini emang ajaib.

"Lenkaaaa~!" sapaku begitu memasuki kelas. "Ogenki desuka?"

Orang yang ditanya hanya tersenyum kecil lalu membalas. "Genki desu."

Oh my god, cewek ini dingin banget. Walau dingin, dia tetap cute walau kalah cute denganku. Hohoho. "Pelajaran pertama apa, nih?" tanyaku sambil duduk di sampingnya. Aku kan, teman sebangkunya.

"Fisika."

Aku tersentak. "FISIKA?!" seruku terkejut. "Kamui-sensei?! AAAAAAH!"

Lenka hanya mengangguk sebagai jawaban.

Bel masuk berbunyi. Aah~ aku tidak mau belajar dengan Kamui-senseeeeii...

Kemudian, pintu kelas terbuka dan masuklah... eh, bukan Kamui-sensei... Kamui-sensei gak mungkin mengecat rambut jadi biru, terus memotongnya sampai pendek, terus mengganti gaya berpakaiannya jadi jas putih panjang disertai syal biru yang panjangnya kelewatan. Kamui-sensei emang tinggi, tapi seingatku, Kamui-sensei lebih tinggi, dan hobi pakai kacamata. Ini, sih Kaito-senpai~

.

.

.

.

.

Tunggu dulu.

.

Tunggu.

.

.

.

.

.

.

.

KAITO-SENPAI?!

Ngapain itu senpai pagi-pagi ke sini?

"Mohon perhatian semuanya," ujar Kaito-senpai dengan gagahnya. Tak lupa, senyum mematikan yang bikin cewek sekelas—kecuali Lenka dan aku, hihi—pingsan dan cowok sekelas—kecuali Len—sweatdrop seketika. Sumpah, ini senpai GANTENG PAKE BANGET PANGKAT SERATUS~! Tapi reaksiku tentunya gak selebay cewek-cewek lain. Gini-gini aku masih punya harga diri, lah.

"Maaf mengganggu pembelajaran kalian," lanjut Kaito-senpai tanpa menghiraukan kerusuhan cewek sekelas. Wuih, keren juga gayanya. "OSIS ada pengumuman penting. Ketua OSIS lah yang harus menyampaikan pengumuman ini. Karena saya ketua OSIS, mau gak mau saya harus menyampaikan ini."

Jujur, gak penting. Tapi aku gak ngerti kenapa cewek-cewek lain—kecuali Lenka pastinya—bisa nge-fly berat sampai mulutnya menganga tapi mereka gak sadar. Aku, untungnya, masih punya gaya yang lebih keren daripada mereka. Baguslah, seenggaknya Kaito-senpai gak akan ngelirik orang-orang yang bikin malu kayak gitu.

"Sekolah seberang, SMA Loid, mengadakan lomba yang belum jelas apa lombanya," Kaito-senpai masiiih aja nyerocos. "Syarat utama lomba ini adalah cewek kelas dua. Kami dari pihak OSIS akan mengirimkan satu atau dua orang dari tiap kelas sebagai perwakilan SMA Voca. Nah, dari kelas ini, gadis beruntung itu adalah Hatsune Miku."

Aku celingukan, kanan, kiri, sampai Lenka menyodok lengan atasku dan menunjuk Kaito-senpai. Aku menatap Lenka bingung lalu bertanya, "Gue dipanggil buat apaan?"

"Maju," jawab Lenka.

"Hatsune Miku ada? Atau absen?" tanya Kaito-senpai sambil celingukan kanan kiri.

"A-ada, Senpai!" seruku sambil beranjak dari dudukku. Aku berjalan ke depan dengan agak gugup. Aneh, Hatsune Miku yang biasanya bukan kayak ini. Tapi biarlah, Rin bilang aku emang gampang salting kok, apalagi kalau ada Kaito-senpai di depanku.

BRAK!

Kakiku terantuk meja yang tepat berada di depan Kaito-senpai. Otomatis aku terjatuh dan bukannya berusaha menjaga keseimbangan, aku justru membiarkan tubuhku jatuh. Tiba-tiba badanku berhenti bergerak. Rambut panjangku yang dikucir dua jatuh, tapi tidak dengan badanku. Aku mendongak dan menemukan wajah Kaito-senpai yang... OH MY GOD, GANTEEEENG!

"Hati-hati, dong," ucapnya dengan nada jenaka. Dia mengangkat tubuhku dan membuatku berdiri. "Ya sudah, kalau begitu saya culik dulu teman kalian ini, ya. Selamat belajar. Kamui-sensei akan datang sebentar lagi."

Seisi kelas mengeluh—kecuali Lenka dan Len, tentu saja—ketika Kamui-sensei berjalan masuk kelas. Aku tersenyum penuh kemenangan ketika Kaito-senpai menyapa Kamui-sensei lalu berkata, "Sensei, aku pinjam Hatsune Miku-san, ya."

Kamui-sensei mengangguk. "Silakan."

Kaito-senpai membawaku keluar kelas, menyusuri koridor, dan memasuki ruang OSIS. Di dalam ruangan itu, aku melihat hanya ada Rin dan Luka-senpai.

"Oh, kamu cuma bawa Hatsune-san, Kaito-san?" tanya Luka-senpai pada Kaito-senpai. "Kupikir kamu akan membawa Kamine-san juga."

Aku mengerutkan dahi. Tadi dia bilang, hanya aku gadis yang beruntung. Dasar cowok aneh.

Tapi ganteng, sih.

"Ah, satu juga cukup," balas Kaito-senpai santai. "Kamine-san terlalu diam, Luka-san. Dia gak akan mau ikut lomba ini, bahkan setelah tahu hadiahnya."

"Memang apa hadiahnya?" tanyaku penasaran.

"Enam ratus ribu yen."

AH! SERAHKAN PADAKUUUU~~

"Sepertinya kamu tertarik ya, Hatsune-san," ucap Luka-senpai sambil tertawa kecil. "Baiklah, Kagami-san, Hatsune-san, silakan duduk."

"Senpai, tolong," ucap Rin pada Luka-senpai. "Panggil aku Rin saja."

"Dan panggil aku Miku saja."

"Oke, Rin-san, Miku-san, silakan duduk," ulang Luka-senpai sambil duduk di kursi yang sudah ada. "Kau juga, Kaito-san."

Setelah semua duduk, Kaito-senpai berkata, "Jadi, kalian berdua kami kumpulkan di sini untuk mengikuti lomba. Kalian tentunya tahu, lomba ini diadakan oleh SMA Loid, SMA khusus cewek. Dan kalian pasti tahu lomba apa yang diselenggarakan."

"Miss Vocaloid," ucapku tanpa sadar.

Kaito-senpai menatapku heran. "Kamu tahu?"

Aku mengerjapkan mata. "Yah, aku tahu."

"Baguslah kalau sudah ada yang tahu," Luka-senpai angkat bicara. "Berarti, kita tidak perlu menjelaskan detail lagi. Rin-san sudah tahu soal ini?"

"Sedikit," jawab Rin sopan. "Tapi aku bisa tanya Miku-chan."

"Oke, kita lanjutkan," lanjut Luka-senpai tanpa memedulikan seringai bingung Rin yang duduk di sampingnya. Duh, dasar senpai tidak peka. "Intinya, kalian akan jadi perwakilan sekolah. Lomba ini akan diadakan satu bulan lagi, jadi kalian punya waktu berlatih. Sekarang, kalian boleh ngobrol berdua dulu di sini. Aku dan Kaito akan ke dalam sebentar, mengambil formulir yang wajib kalian isi. Oh ya, kalau kalian ada rekomendasi orang yang dapat diikutsertakan, kalian boleh beri tahu kami, nanti kami akan panggil orang itu ke sini. Mengerti?"

Aku dan Rin mengangguk.

"Ya udah, Kaito-san, kita ke dalam," ujar Luka-senpai.

Luka-senpai dan Kaito-senpai beranjak dari duduk mereka lalu masuk ke dalam ruangan lain yang masih ada di dalam ruang OSIS. Aku mendekati Rin lalu bertanya, "Lo beneran tau Miss Vocaloid atau lo cuma iya-iya aja?"

Rin nyengir kecil. "Iya-iya aja," jawabnya tanpa nada berdosa. "Lo kan, tau kalo gue gak update, mana mungkin gue tau soal gituan?"

"Iya sih, makanya gue heran juga," timpalku. "Lo beneran mau ikut ini?"

Rin memiringkan kepalanya. "Emang ini lomba apa?"

"Fashion show!"

Dua kata yang cukup untuk membuat Rin sweatdrop di tempat. "Serius?!"

"Yap, tapi gue tau soal itu sejak lama dan emang berniat ikutan," ujarku santai. "Kalo lo mau ikutan, gue bakal latih lo jadi lebih baik lagi. Kalo lo mau, kita bisa ajak Neru sama Lenka, kok."

"Lenka?"

"Kamine Lenka, temen sebangku gue," jawabku sekaligus menjelaskan. "Gue kenal sama dia sejak masuk kelas sebelas. Dia cewek super diem, tapi super baik! Lo gak akan nyesel kenalan sama dia!" seruku semangat. "Oh, satu lagi, muka dia PERSIS kayak Len!"

Rin tertawa. "Wah, ternyata bisa gitu. Oke deh, gue mau dilatih sama lo."

"Lenka sama Neru?"

"Ajak aja," jawab Rin. "Gue mau kenalan sama Lenka."

"Oke," anggukku. "Oh ya, Rin, lomba ini harus diikuti dengan baju yang belum pernah dipakai sama lo. Dengan kata lain, lo gak boleh pake baju yang ada di lemari lo."

Dua kalimat yang cukup untuk membuat Rin sweatdrop di tempat. "Gila! Masa gue harus beli baju baru?!"

"Serahkan soal baju sama gue," ujarku sambil menepuk bahu sebelah kiri dengan tangan kananku. "Kalo gitu, kita harus lapor sama Kaito-senpai dan Luka-senpai, ya!"

"Ada yang manggil namaku?" tanya Kaito-senpai yang baru keluar dari ruangan tadi. Eh, aku jadi salah tingkah lagi, kan...

"Miku, Senpai!" jawab Rin semangat. Aduh, dasar anak itu. "Menurut kami, Senpai harus mengundang Kamine Lenka dan Akita Neru!"

Kaito-senpai manggut-manggut. "Oke, berarti kandidat dari sekolah kita ada lima orang."

"Lima?" selaku heran. "Bukannya cuma empat ya, Senpai?"

"Barusan Luka mengusulkan nama Megpoid Gumi dan semua anggota OSIS setuju," jelas Kaito-senpai. "Ditambah usul kalian, berarti akan ada lima kandidat."

Wah, saingan baru.


Bersambung...


HAI! Rey kembali dengan cerita vocaloid~~~ :3

Cerita ini Rey buat untuk memenuhi request-nya Kagamine Laras, KaitoxMiku. Di sini emang belum begitu keliatan, tapi Rey akan berusaha sebaik mungkin di chapter selanjutnya!

Review please, Rey pingin tau banget pendapat kalian x)

Arigatou!