Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rate : T (mungkin)

Pair : Gaanaru slice NaruHina

Warning: Yaoi, BL, garing, mungkin menyebalkan pokoknya DON'T LIKE DON'T READ!

Aku, uzumaki naruto…

17 tahun, seorang mahasiswa yang tengah berbahagia… harusnya. sampai saat itu, aku tidak tahu harus memulainya dari mana sampai aku berhasil ke titik sekarang. Aku terlalu bingung untuk memulainya…

Aku dibesarkan dengan keluarga yang penuh kasih sayang, ayah dan ibu selalu memberikanku perhatiannya meski mereka sibuk dengan urusannya. Aku tak pernah tau arti cinta walau sudah banyak orang yang berpacaran denganku, aku bahkan belum pernah sesakit ini walaupun pasanganku selalu kubuat menangis ketika kita bermasalah.

Sampai saat itu, dia membuat hidupku berwarna dengan tingkah lakunya. Hingga aku tak pernah bisa melupakannya sampai kapanpun, aku tetap mencintainya sampai sekarang, dan itu tetap berkembang tanpa kendali. Meski sebenarnya kami sudah berpisah sejak lama. Ya, sejak lama sekali. Dan itu membuatku nyaris menggila karena rasa cintaku melebihi cinta ke siapapun yang pernah ku kenal yang pernah berlabuh di hatiku.

FLASHBACK

"sayang, sepertinya aku bakal sibuk untuk sementara waktu. Kamu mau kan menungguku sampai saat aku selesai?" ucapnya manja ditengah kencan kami.

Dia mulai memelukku manja sambil menyandarkan kepalanya kedadaku. Ya, seorang gadis manja yang berstatus "pacar"-ku, aku sayang sekali padanya karena dia berbeda dengan wanita lain yang pernah kukenal. Wanita rajin dengan wajah manis, sikap tenang dan berkharisma dan lemah lembut. Benar2 sosok wanita anggun yang pernah kumiliki. Hyuga Hinata, itulah namanya. Aku sangat menyukainya, sangat sangat suka. Dan kamipun berpacaran setelah aku memberanikan diri untuk menembaknya 3 bulan lalu.

Kami sangat bahagia menjalani hari dengan cinta yang kami punya, makin hari makin aku mencintainya.

"Eh? Jangan lama2 dong, aku kesepian tanpamu. Tau sendirikan aku nggak punya kerjaan lain selain bersamamu?" aku mengerutkan dahiku tanda tidak setuju.

"Tapi sayang, untuk minggu-minggu kedepannya aku akan sibuk dengan kuliahku. Lagipula kamu kan bisa pergi dengan teman-temanmu." Dia tersenyum menanggapiku yang egois ini. Itulah yang kusuka darinya, dia punya sifat sabar yang tak pernah dimiliki siapapun yang pernah kucintai.

"Iya deh. Aku sabar nungguin kamu" jawabku memelukku sambil tersenyum nakal ,"aku akan sangat merindukanmu, sayang." Ucapnya kemudian. Hari itu hari terakhir kami bersama karena dia menjalani kesibukannya juga sebagai seorang pelajar.

Aku yang hanya bisa malas-malasan untuk menuggunya selesai dari kesibukannya mencoba untuk menyibukkan diri.

Iseng-iseng aku bermain-main disebuah taman yang asing menurutku, aku duduk di bangku taman itu sambil menyandarkan kepala kepohon yang ada dibelakangnya. Kutatap langit biru yang tengah memancarkan keindahannya, aku tersenyum sampai aku tidak sadar aku tertidur dibangku itu.

Ketika aku terbangun, aku merasa sedikit pusing dan diam sejenak untuk mengembalikan kesadaranku sepenuhnya. Suasana taman itu sudah sepi, hanya ada orang-orang yang lewat pulang kerja. Tiba-tiba pandanganku tertuju pada seseorang yang sedang berdiri agak jauh dari bangku yang kududuki. Dia menengadahkan kepalanya ke langit sambil memejamkan matanya menikmati hembusan angin sore.

Aku tidak begitu menanggapinya saat itu, aku hanya memandangnya sejenak lalu pergi dari tempat dudukku berjalan kearah toko dan membeli minuman favorite-ku. Saat kusodorkan uang ke penjaganya kulihat dia berjalan kearah tempatku membeli minuman. Lalu dia mengambil sebuah kaleng minuman dan sedikit cemilan. Kuperhatikan baik-baik gerak geriknya.

"Namaku Gaara" ucapnya sambil berlalu pergi setelah dia membayar barang-barang belanjaannya. Aku hanya terheran-heran dengannya. Tiba-tiba saja dia memperkenalkan dirinya tanpa kutanya. Orang yang aneh pikirku.

Yah sudahlah, akupun tidak terlalu mempedulikan sikapnya itu. Aku berjalan pulang sambil memegang minuman yang isinya telah kuminum beberapa saat lalu. Tiba-tiba aku terpikir untuk menghubungi pacarku sejenak. Lalu kuambil handphone yang berada disakuku. Kucari nama kontak pacarku, tetapi sesaat kemudian aku urungkan karena aku takut mengganggu kesibukannya. Hanya bisa menghela nafas menahan rasa rindu pada Hinata, ku lempar asal-asalan minuman yang telah kuhabiskan isinya itu lalu berjalan pulang.

Hari kedua tanpa kabar dari Hinata, aku semakin putus asa karenanya. Ayolah, hubungi aku saying…. Tak taukah kau aku menggila karena merindukanmu. Argh! Ku tendang bangku yang ada disebelahku untuk menyalurkan kekesalanku. Ku pandangi Handphone yang sedari kemarin kutunggui pesan bahkan deringan telephone darinya. Hinata! Hinata! Aku menggila karenamu!

Dosen yang berceramah didepan kelaspun tak kudengarkan saking aku kacau karenamu.

Jam pulang yang selalu kutunggu-tunggu untuk bertemu denganmupun sekarang tak pernah kuharapkan lagi. Dengan malas-malasan aku berjalan tak tentu arah, aku berjalan memutar agar tidak terlalu cepat sampai rumah, Karena dirumahpun aku tak tahu harus melakukan apa. Tiba-tiba didepanku ada seorang anak yang berpakaian seragam sekolah yang tak kukenal berdiri menghalangi jalanku. Rambut merahnya yang mencolok, kulitnya yang putih pucat, lingkar hitam matanya yang tebal, dandanannya yang sebenarnya keren ini membuatku terpaku dan keheranan. Aku dengan segera belok kearah sampingnya untuk berjalan karena tidak mau dianggap tidak sopan dengan memandangi orang sembarangan, karena mungkin saja dia sedang menunggui seseorang. Aku tertawa sedikit. Anak zaman sekarang sih pikirku.

Tapi tiba-tiba rasanya tanganku berasa ada yang memegang menghentikan langkahku, aku menoleh. Dan hei apa yang kutemukan? Si anak tadi menatapku datar sambil memegang tanganku lumayan erat.

"Maaf…" kataku sambil agak tersenyum.

Dia hanya menatapku datar, ayolah katakan sesuatu… dan ada apa dengan tanganmu? Apa tanganku sebegitu menggodanya untuk dipegang?

Ayolah… ayolah. Aku yang sudah jadi mahasiswa masa tidak bisa menangani ini? Dia hanya pelajar SMA.

Kuputuskan untuk melepaskan tangannya dipergelangan tanganku, lalu bertanya ulang. Siapa tau dia mau menjawab jika aku bertanya yang kedua kalinya. Pikiran orang sepertiku.

"Maaf, ada apa ya?"

Hei.. hei… apa hanya kata itu yang bisa keluar dari mulutku? Maksudku aku disini lebih dewasa lho. Mungkin tidak harus secara sopan menanyainya begitu, langsung tonjok saja. Tonjok? Dia melakukan apa padaku sampai aku harus menonjoknya? Pikiranku terlalu jauh nih.

Ayolah, nak. Ini sudah berjalan beberapa detik dari pertanyaanku. Masa kita hanya saling pandang tanpa bicara sepatah katapun? Itu aneh… serius itu aneh.

"A-aku duluan…" akhirnya kuakhiri pemandangan aneh ini. Hah… anak yang aneh. Kuteruskan acara jalan kakiku untuk pulang. Aku berpikir untuk mampir dulu ke tempat game untuk memperbaiki mood-ku yang agak kacau hari ini karena merindukan pacarku yang bahkan tidak tau dia merindukan aku atau tidak. Serius, bahkan tidak ada kabar sedikitpun.

"Hei, siapa namamu?"

Aku terkejut dengan pertanyaan itu. Serius deh, dia baru ngomong saat aku mau pergi? Apa dia kelainan atau sesuatu aku tidak tau pasti. Terpaksa aku menghentikan langkahku dan menoleh lagi. Bagus nak, itu mungkin cara yang efektif untuk mengulur waktu jam pulangku.

"Maaf?"

Nah kan? Apa aku mencoba untuk sopan lagi pada orang yang bahkan dibawah umurku? Seharusnya aku langsung saja bilang dengan keren namaku. Hah… terlalu simpelkah? Siapa yang tau?

"Namamu siapa?" ulangnya dengan wajah datar. Tidak bisakah ada sedikit senyuman untuk menghias wajah datarmu itu, nak? Pikirku lagi… ck… ck… ck…

Aku tersenyum walau bisa dibilang 'nyengir' seperti biasa. "Uzumaki Naruto."

Aaah… tidak bisakah aku tersenyum "cool" biar terlihat gagah begitu? Dan hei, tebak apa yang dia katakan selanjutnya? Hal yang tidak bisa kau percayai.

"Maukah jadi pacarku?"

Ugh… apa itu kata-kata yang bisa kau katakakan pada orang baru kau kenal hari ini? Aku hanya bisa pasang wajah bengong tanpa bisa mengatakan apa-apa. Tampang apa yang bisa kupasang saat ini selain itu? Maksudku, kau baru kenal lalu dia memegang tanganmu menghentikan acara pulangmu. Tetapi ketika kau Tanya dia tidak mengatakan apapun. Tiba-tiba dia Tanya namamu dan bilang "Maukah jadi pacarku?"

ITU TIDAK NORMAL!

Terlebih aku lupa akan fakta penting, apa itu? Tidak kah kau pikirkan apa itu?

KITA SAMA-SAMA LELAKI!

Dan semua orang sudah tau itu sekali lihatpun, tidak perlu dipertanyakan dua kalipun itu sudah pasti. Kau punya "itu" dan akupun punya benda "itu". Dan apa yang kau harapakan dari itu semua hm?

"Naruto?" tanyanya mendekatiku ! apakah itu yang bisa terucap dari mulutmu setelah kau menanyakan hal yang tidak lazim seperti itu padaku? Pria yang lebih tua umurnya darimu, nak? Jelas-jelas aku masih shock! Tidak kah kau pikirkan itu? Benar-benar anak zaman sekarang.

"Bukannya kita baru kenal ya?" Mulutku bodoh! Pertanyaan bodoh macam apa itu? Gah! Mulutku mengkhianati pikiranku terlebih HATIKU! Ayolah, aku sudah punya Hinata, apa lagi yang kurang darinya?

"Tapi cinta kan tidak memandang berapa lama kita sudah kenal." Senyumnya lembut.

AH! Apa itu? Dia bisa tersenyum? Kupikir tidak bisa… aku terbawa karena melihat senyumnya yang bisa dibilang menawan itu. APA?! kenapa denganku? Baru saja aku memuji senyumnya? Apa aku terpesona? Apa sekarang pikiranku juga mengkhianati hatiku? TIDAAAAAAAAAAK! ADA APA DENGANKU?!

"A-ah… begitu ya?" HEI! BUKAN ITU YANG MAU KUKATAKAN?! ADA APA DENGAN MULUTKU INI?

"Jadi apa jawabanmu?" senyumnya sekali lagi.

Berpikir… berpikir… hei, kenapa aku berpikir? Sudah jelas jawabannya "TIDAK". Aku sudah punya Hinata, orang yang selama ini kuinginkan jadi pacarku. Baiklah, ayo mantapkan bicaramu dan bilang padanya, Naruto. Kau sudah punya pacar dan tidak bisa menerimanya. Ayo, ayo. Bilang dengan keren padanya.

"Baiklah."

"Ah, syukurlah. Terima kasih, sayang." Dia tersenyum lalu pergi.

Apa? Apa yang barusan kukatakan? APAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA?!

Terkutuk mulutku ini, dua kali kau mengkhianati pikiranmu. Umpatku dalam pikiran dengan wajah melongo aku pulang. Kenapa perkataanku terbalik dengan apa yang kupikirkan? Bodoh! Bodoh! Apa yang harus kulakukan padanya? Terlebih apa yang harus kukatakan pada Hinata ketika dia kembali nanti. Ahahaha… bodohnya aku. Apa yang membuatku berkata begitu?aku ingin terjun ke jurang sekarang juga. Ahahaha…

Apa aku bisa berpikir normal setelah ini terjadi? Tunggu! Aku bahkan tak tau nama anak itu. Nama "pacar" baruku. "pacar", ahahaha… aku pacaran dengan laki-laki? Ibu, aku ingin menangis. Apa yang harus kulakukan sekarang? Apa kukatakan padanya saja ya kalau aku tidak bisa berpacaran dengannya? Tapi itu kejam, kita bahkan belum jalan ! kenapa aku berpikir tentang itu? Naruto, serius ada apa sih denganmu? Cuma karena seorang anak lelaki SMA, kau bisa sekacau ini? Terlebih sesaat lalu kau berpikir untuk bunuh diri? Tidak, tidak! Itu tindakan yang tidak bijaksana.

Ah, akhirnya aku tiba juga dirumahku yang nyaman. Aku butuh istirahat, yang kubutuhkan saat ini adalah kamar, yah kamar. Tempat tidur, lalu bantal. Bukan, aku bukan ingin tidur tapi berpikir. Yah, mungkin berpikir untuk tidur.

Esoknya…

Sudah kuduga, dia menunggu jam pulangku didekat gerbang kampus. Setelah aku melihatnya, aku hanya bisa melongo. Kelihatannya dia sudah menunggu lama sambil sesekali melihat jam yang dipakainya. Kesempatanku untuk lari sebelum dia melihatku. Oke! Lakukan yang terbaik!

GREB!

Terlambat, dia sudah memegang tanganku ketika aku berbalik dan ingin kabur. Dengan salah tingkah aku berbalik,"H-hai, s-sudah lama menunggu?" tanyaku gelagapan. Serius, ini serius bahaya. Aku bahkan belum memutuskan apa yang akan kulakukan padanya.

"Lumayan, kau mau kemana?"

JLEB!

Pertanyaan menusuk yang tidak ingin kudengar. Serius aku tidak mau menjawabnya bahwa aku ingin KABUR DARIMU!

"A-aku mau pulang, apa lagi?"

Bagus! Jawaban yang bagus. Sepertinya itu membuatmu yakin aku benar-benar mau pulang. Jantungku, jantungku mau meledak rasanya ketauan mau kabur begini dari pacarku sendiri?! Dan kelihatannya dia menyadarinya.

Tiba-tiba dia tersenyum lembut, sungguh membuatku merasa takut. Tolong, dia itu manusia datar yang ingin menculikku! Seseorang! Aku ingin kabur saat ini juga!

"Ke rumahku dulu yuk?"

Apa?

JDER!

Apa dia bilang?! Kita baru saja jadian kemarin dan dia mengajakku kerumahnya?! Serius, ini serius deklarasi hubungan yang serius! Aku benar-benar harus kabur."A-aku ada urusan hari ini. B-besok saja ya? Ah! Atau kapan-kapan."

Cepat-cepat kulepaskan tangannya dari pergelangan tanganku lalu mengambil seribu langkah untuk kabur.

GREP!

Terlambat, dia sudah menangkapku lagi. Lengannya yang lumayan besar memeluk tubuhku dari belakang menghentikan acara "kabur"-ku. Ya Tuhan! Tidakkah dia mengerti bahwa aku ingin kabur darinya? Aaaaahhhh… tentu saja dia tidak akan mengerti.

"Kamu tidak akan kemana-mana. Sebelum mampir kerumahku kan?"

Ugh! Pertanyaan yang mengancam. Huweeeeee… aku ingin menangis. O-orang ini menakutkan.

"B-baiklah."

Terpaksa! Sungguh aku tidak mau mati muda!

Aaaaaahhhh~ tidak kah kau lihat orang-orang melihat kita?! DUA ORANG PRIA BERGANDENGAN TANGAN! Itu aneh kan?! Anehkan? Aku ingin berteriak begitu padamu!

Ah! Aku pasrah deh. Genggaman tanganmu tidak bisa kulepas sama sekali saking kuatnya. Berjalan dengan agak cepat seperti dikejar sesuatu, ayolah, aku ini lebih tua malah mau saja diperlakukan seperti ini?!

Kupandangi punggungmu sepanjang jalan, karena hanya itu yang bisa kupandang selain tatapan orang yang aneh terhadap kita. Baru kusadari, punggungmu lebar seperti pria yang gagah. Seragammu yang kurang rapi tapi tertata dengan keren, lalu kakimu yang panjang, dan tinggimu yang sebenarnya lebih tinggi dariku. Kau seorang pria yang yang mempesona, dengan postur dan dandanan seperti ini harusnya banyak wanita yang mengejarmu. Terlebih, sebenarnya kau tampan. Tapi, kenapa kau SUKA DENGANKU YANG LELAKI INI?! Ingin sekali kutendang bokongmu sampai jatuh! Dan aku hanya bisa menangisi perkataanku yang kemarin dalam hati.

"Sudah sampai." Ucapnya tiba-tiba.

Suaranya itu membuatku berhenti mengumpat dalam pikiranku. Kita berhenti disebuah rumah besar yang berada disebuah kompleks perumahan yang sama sekali asing bagiku. Celaka! Aku tidak sempat mengingat-ingat jalan pulang karena sibuk dengan pikiranku sendiri.

"Ayo masuk!" ucapnya lagi sambil menarik tanganku dan berjalan setelah gerbang rumahnya dibuka oleh yang megah, didalamnya ada jalan yang agak jauh menghubungkan dengan rumah utamanya. Disepanjang jalan itu ada taman yang ditanami bunga-bunga dan sepertinya pemandangannya seperti taman tradisonal Jepang dengan air yang mengalir melewati lubang bambu yang menahannya lalu terbalik menumpahkan airnya.

Aku terus memperhatikan taman itu, ada beberapa orang yang menyapa dan tersenyum. Dengan memanggil "Tuan". Seriusan?! Dia ini siapa sih?

Lebih menakjubkan lagi setelah memasuki rumahnya, benar-benar rumah yang besar dan mewah. Lalu tiba-tiba ada seseorang yang menghentikan langkahnya, dan akhirnya dia mau melepas pergelangan tanganku. Sepertinya dia berbicara sesuatu padanya, pria itu juga sepertinya takut pada "pacar"-ku itu. Haha… pacarku punya aura menakutkan sih. Tiba-tiba seseorang dengan rambut pirang sama sepertiku turun dari tangga dengan anggunnya, wanita yang benar-benar cantik dan seperti bangsawan saja. Tersenyum padaku. Akupun balik tersenyum padanya. Wanita itu mendekatiku lalu bertanya,"Kamu siapa?" sambil tersenyum.

"A-Aku-

"Dia pacarku, kak."

GAH! Belum beres aku ngomong kenapa kau memotongnya! Aku benar-benar ingin menendangmu, nak!

"Wah, manisnya."

Eh? Kok dia tidak terkejut ya? Kita kan sama-sama laki-laki? Apa dia tidak merasa adiknya itu 'tidak normal'? haaaaah?! Dunia macam apa ini?

Sepertinya "pacar"-ku sudah selesai bicara dengan pria besar itu dan mendekatiku lalu memegang tanganku. Wanita anggun itu tersenyum lalu memegang pipiku dengan lembut. Waaah~ tangannya benar-benar lembut. Aku terkesima pula dengan kecantikannya, "benar-benar manis. Terlebih tiga baris garis yang ada di masing-masing pipinya ini." Ucap wanita itu.

"Sudahlah, kak. Dia capek" ucap "pacar"-ku menghentikan. Cih! Padahal aku menikmatinya.

"Baiklah, selamat bersenang-senang, ya." Senyum wanita itu lalu pergi.

Tunggu! Aku mau ikut denganmu! Jangan tinggalkan aku disini. Huwaaaaa…..

Dia lalu menarik tanganku berjalan kesebuah ruangan yang sepertinya kamarnya. brengsek! Sepertinya orang seenaknya ini orang kaya, kamarnya megah banget.

"K-kakakmu baik ya." Ucapku memulai pembicaraan.

"Hm, begitulah."

Gzzz! Anak ini menyebalkan!

Oh iya! Aku belum tau namanya. Kenapa aku sampai lupa menanyakannya ya?

"A-anu, ngomong-ngomong namamu siapa ya?" tanyaku memberanikan diri.

Dia langsung menatapku tajam. Hik! Dia menakutkan.

"M-maaf.-

"Gaara. Bukannya sudah pernah kubilang?"

Lagi-lagi dia memotong perkataanku. Sepertinya dia tidak diajarkan kesopanan deh. Padahal aku lebih tua darinya. Geez!

Ah! Tunggu! Gaara? Sepertinya pernah kudengar. Aku mengingat-ingat nama itu yang memang aku yakin pernah dengar.

"Namaku Gaara."

Oh! Anak yang waktu itu ada di taman itu! Pantes saja aku berasa pernah lihat wajahnya. Ternyata orang itu.

"Mau berdiri saja seperti itu menatapku?"

ARGH! Seriusan aku ingin menendangmu! Kau menyebalkan sekali! Akupun duduk seenaknya dikasurnya yang dibilang empuk itu dan besar. Lalu tiba-tiba seseorang yang tadi bicara dengan Gaara ini sebelum masuk kamar itu masuk setelah mengetuk pintu.

"Tuan, ini teh dan kuenya."

"Taruh saja di meja itu" ucap Gaara menunjuk meja yang ada didekat jendela kamar itu.

Setelah pria itu menaruhnya, diapun keluar kamar dengan penuh sopan. Meninggalkan kami berdua lagi.

"Kenapa diam saja?" senyum Gaara sambil duduk disampingku.

Aku hanya bisa menatapnya penuh tanda Tanya terhadapnya, dan aku? Apa yang kulakukan disini? Aku jadi merasa bersalah pada Hinata.

"Ada masalah?" Tanya Gaara lagi sambil menggenggam tanganku dengan wajah datar.

Tentu saja ada! Masalahku itu kau, brengsek!

"N-nggak ada kok. Hehe.."

Cih! Mulutku yang tidak bisa diajak kompromi!

"Baiklah."

Apanya yang "baiklah"?! lepaskan tanganku, brengsek?! Seriusan ini tidak normal!

"Kau ini pendiam ya? Dari tadi diam terus?"

Terang saja aku diam terus! Aku sedang mencerna kejadian hari ini yang bisa mengguncangkan jiwaku, brengsek! Tidak kah kau mengerti?!

"A-ah, begitu ya?" dan hanya itu yang bisa keluar dari mulutku. Menyedihkan…

"Hm."

Setelah jawaban itu kamipun terdiam. Lebih baik seperti ini, jadi aku bisa mengumpat tentang dirimu dalam pikiranku dengan puas!

"Gugup ya?"

WTH!

"Ahahaha… mungkin begitu."

Aku harus bersabar… aku belum memikirkan ini kelanjutannya bakal seperti apa? Aku harus bagaimana? Apa mengatakanya sekarang bahwa aku tidak bisa menjalani hubungan ini? Kulihat dia mengambil kue yang disediakan tadi lalu membelah-belahnya dengan kecil.

Tidak bisakah aku pulang sekarang? Aku bahkan tidak berani mengatakan itu padanya? Aku lebih tua darinya, tapi kenapa aku yang merasa diintimidasi olehnya?

"Ini. Tenangkanlah dirimu, belum makankan?" sambil menyodorkan kue yang dari tadi dia potong-potong kecil.

"A-ah, terima kasih."

Apa yang harus kulakukan sekarang?! Apa aku kabur saja saat dia tidak ada ya? Itu tidak bisa, aku tidak mengenal daerah ini. Bisa-bisa aku nyasar.

"Mau kusuapi?" tanyanya.

Apa?! Aku bisa makan sendiri brengsek! Bisakah kau tidak menatapku begitu? Gusar nih gusar!

Dengan terpaksa aku memakan semua kue yang ada dipiring yang disodorkan padaku dengan sekali lahap. Huh! Akan kubuat kau membenciku!

"Mulutmu muat ternyata." Ucapnya datar sambil mengambil cangkir yang berisi teh.

"Pemmphu pwajha- ohok! Ohok!"

Celaka! Aku tersedak. Reflek aku memukul-mukul dadaku untuk melancarkan jalannya pencernaanku.

Dia menyodorkan teh tadi padaku yang langsung kuminum semuanya dalam sekali teguk.

"U-uwaah! Aku tertolong. Terima kasih." Aku bisa bernafas dengan lega setelah bebas dari tersedak kue.

"Hm." Dengan tenang sambil meneguk isi cangkirnya.

Aku menatapnya dengan penuh rasa keheranan, dia itu benar-benar orang yang aneh. Irit kata tapi penuh tindakan yang mengisyaratkan perhatian. Tiba-tiba dia balas memandangku, membuatku merasa terkejut dan berdebar-debar. Celaka! Aku ketauan memelototinya dengan pandangan 'aneh'.

"Ada apa?" tanyanya tenang. Dia kenapa bisa setenang itu sementara aku merasa terintimidasi disini?

"K-kenapa bisa suka padaku?"

Apaaaa?! Apa yang kukatakan ini? Dia bisa membunuhku kalau begini caranya? Mulutku yang tidak kenal situasi!

"Karena menarik."

Ah? Apa katanya? Menarik? Fyuh~ kupikir dia akan membunuhku kalau aku menanyakan hal yang 'aneh' begitu.

Kuperhatikan lagi dia, sepertinya orang yang baik. Hanya saja irit kata. Tetapi kenapa aku merasa ada rasa takut padanya ya? Auranya benar-benar membuatku bergidik.

"Ah, begitu ya? Aku belum kenal kamu secara lengkap bi-

"Gaara, 16 tahun 3 SMA. Anak ketiga dari 3 bersaudara."

AH! Kuso! Dia itu menyebalkan sekali! Selain irit kata juga tukang memotong omongan orang! Aku benar-benar tidak suka anak ini!

"Aku, uzumaki Naruto, 17 tahun. Mahasiswa tingkat satu jurusan seni, baru semester satu pula. S-senang bisa berkenalan denganmu." Aneh! Aneh! Aku mengatakan hal yang aneh!

"Aku tau."

Hah… aku heran ada gitu ya orang yang mau pacaran dengan pria irit kata ini. Dan anehnya, orang itu aku sendiri. Hinata maafkan aku. Aku disini terjebak dengan anak aneh ini… hah… aku rasanya ingin kabur sekarang juga.

Dia melirikku ah mungkin menatapku atau juga memelototiku? Yang pasti pandangannya menyeramkan. Aku tidak suka ini! Sumpah tidak suka!

Daripada ini terus berlangsung, akupun membalas pelototannya itu dengan pelototan juga. Kukira dia akan mengalihkan pandangannya, ternyata dia mau adu pelotot ya? Oke! Akan aku layani!

50 detik kemudian…

Bahaya! Mataku! Aku tidak kuat!

Kukedipkan mataku lalu menguceknya, tanpa aku sadari dia bergerak memegang kedua tanganku lalu…

CUP!

c-ciumanku…

a-aku shock!

"Kamu manis, sayang." Senyumnya lembut sambil melepaskan kedua tanganku dari cengkeramannya lalu kembali meminum tehnya.

Apa? Dia bisa setenang itu setelah menciumku? Dan aku… aku berciuman dengan laki-laki baru saja?! B-berciuman?! Mataku membulat terkejut! Sangat-sangat terkejut sampai tak tahu harus bilang apa?

JDUAARRRR!

Bagai gunung meletus, wajahku menjadi panas seketika dan itu membuat sibrengsek tersenyum puas!

CSSSHHH! (suara air dari keran shower ceritanya)

Air yang segar mulai membasahi tubuhku yang lelah. Tak ada yang bisa kupikirkan lagi, bahkan ibu dan ayahku sampai kaget dengan keadaanku saat pulang kerumah. Aku tak tahu apa yang terjadi padaku, pikiranku, terlebih hatiku. Anak itu! Brengsek! Kucuci bibirku aku tak bisa menghilangkan bayangan ketika dia menciumku! Brengsek!

JDUK!

Kupukul tembok kamar mandiku keras-keras tak peduli itu melukai tanganku sekalipun. Karena lebih dari itu aku merasa sakit akan diriku sendiri. Kugigit bibirku keras-keras sampai ada sesuatu yang terasa asin bercampur air yang terus mengucur dari keran shower dikamar mandiku.

Aku benci anak itu! Terlebih aku benci ketidakmampuanku menghentikan tubuhku untuk menolak apa yang diinginkannya!

Usai ku membasuh diri, aku hanya bisa mengistirahatkan tubuhku yang lelah tanpa peduli teriakan ibu yang menyuruhku untuk makan malam bersama. Maafkan aku bu… pikiranku terlalu kacau untuk itu. Mataku lelah, berat dan mengantuk…


TBC

ahahaha... cerita yang aneh sih. terima kasih sudah mau baca...