Malam Tahun Baru

story by codenameL

Romance | Chaptered

Pairing (Kris/Suho;Chanyeol/Kyungsoo;Sehun/fem!Kai

Luhan/Xiumin;Lay/Chen;Tao/fem!Baekhyun)

Disclaimer: Kind of remake from New Year's Eve movie, dengan perubahan seperlunya.

Summary: Hanya sebuah kisah di mana setiap orang melewati malam tahun barunya, misalnya seperti enam pasangan ini.

Happy reading!

.

.

.

31 Desember menjadi hari terakhir dalam lembaran hidup kita selama setahun. 31 Desember bagaikan halaman ke 365 dari 365 lembar buku catatan yang kita punya. Buku catatan yang menulis kegiatan kita selama setahun, mulai dari momen yang menyenangkan hingga menyedihkan. Sekarang pertanyaannya, bagaimana kita menyelesaikan sisa halaman terakhir di buku kita?

.

.

.

Seoul, 7.55 AM

Lalu lintas di Seoul hari ini cukup padat, hari terakhir di penghujung tahun harusnya menjadi hari yang menyenangkan, tapi tidak bagi Minseok. Pria mungil dengan pipi yang sedikit tembem itu sekarang sedang berdesakan dengan penumpang lainnya di dalam bus. Sesekali dia melirik ke arah jam tangannya dengan susah payah. Setidaknya perjalanannya menuju kantor akan berakhir dalam beberapa menit lagi.

Minseok menghela nafas setelah turun dari bus, untunglah dia tidak mati tergencet di dalam sana. Sungguh, perjalanan 20 menit menuju kantornya selama dua tahun ini bagaikan quest game saja. Dia pun mengeluarkan secarik kertas dari kantongnya, selebaran itu berisi daftar-daftar yang ingin Minseok lakukan sebelum tahun ini berakhir. Dia sudah merencanakannya sejak awal tahun, tapi belum ada yang berhasil dia lakukan. Maklum, dirinya yang menjabat sebagai manajer divisi pemasaran selalu dibuat sibuk oleh kantornya bahkan oleh bosnya.

Minseok terlalu serius melihat ke arah to-do-listnya sampai dia tidak menyadari bahwa dirinya hampir ditabrak mobil, untung dia berhasil menyelamatkan diri namun berakhir di tumpukan salju dekat trotoar. Minseok merutuk dalam hati. Ah, benar-benar hari yang menyebalkan.

Tidak jauh dari sana, seorang kurir sedang asyik mendengarkan musik melalui earphonenya sampai dia tidak menyadari ada orang jatuh. Yang ada dipikirannya hanyalah menyelesaikan pekerjaannya dan menikmati malam tahun baru, mungkin dia bisa bertemu dengan orang baru atau...pendamping? Kalau pun itu tidak berhasil dia masih bisa menghabiskan malam tahun baru dengan teman satu apartemennya. Pemuda itu mengangguk mantap dan dengan semangat akhir tahun, pemuda bernama Luhan itu memacu motornya menuju sebuah gedung.

Y&F Entertainment, itu yang tertulis di depan gedung tersebut. Gedung yang sama dengan tempat Minseok bekerja.

.

.

.

Seoul SKY Hospital, 8.30 AM

"Hati-hati, sayang," ucap Sehun sambil membantu Kai keluar dari taksi. Setelah Sehun membayar ongkos taksi, pasangan suami istri itu berjalan menuju ke dalam rumah sakit. Ini seharusnya bukan jadwal Kai untuk check-up, namun dirinya sudah masuk ke dalam minggu terakhir sebelum melahirkan dan tadi pagi dia merasakan kontraksi.

Sesampainya di tempat pendaftaran, Sehun mendudukan Kai di sebelah wanita hamil juga. Mungkin supaya Kai ada teman bicara, begitu pikir Sehun. "Kau tunggu sebentar di sini, aku mau mendaftar sekarang," ucap Sehun yang dibalas dengan anggukan dari Kai.

Walaupun menjelang akhir tahun, rumah sakit tetap saja ramai seperti biasanya. Kai memperhatikan sekelilingnya dan tatapannya jatuh pada wanita hamil di sebelahnya, wanita itu tersenyum ke arahnya dan Kai balas tersenyum.

"Berapa bulan?" tanya wanita tersebut, matanya melirik ke arah perut Kai. "Sembilan," jawab Kai masih tersenyum seraya mengelus-ngelus perutnya. "Waah, aku juga sembilan bulan," balasnya berseri-seri sambil mengarahkan pandangan pada perutnya. Kai sedikit terkejut, tidak menyangka bertemu teman seperjuangan dengannya, dia pun mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

"Namaku Kai,"

"Aku Baekhyun,"

Tidak lama kemudian, Sehun datang dan duduk di sebelah Kai, diikuti pria berwajah seram dengan kantung mata hitam di belakangnya yang ternyata adalah suami dari Baekhyun.

"Kudengar tadi saat registasi, kalau kau bisa melahirkan di awal tahun, kita bisa mendapatkan hadiah uang tunai dari rumah sakit. Mereka memberinya cuma-cuma pada bayi yang lahir pertama," bisik suami Baekhyun yang terdengar cukup keras di telinga Kai dan Sehun. Membuat pasangan itu mau tidak mau harus mencuri dengar.

"Kita bisa membiayai sekolah Meilin dan Xiu Mei, Baekhyun!" bisik suaminya penuh semangat.

Saking semangatnya bercerita pada Baekhyun, Tao tidak menyadari pandangan heran yang diarahkan pasangan di hadapannya. Dia pun melemparkan senyum canggung ke arah Sehun dan Kai. "Anak ketiga," ucap Tao sambil menunjuk perut Baekhyun. Sehun dan Kai hanya mengangguk-angguk layaknya mainan yang biasa ada di dashboard mobil, mereka masih tercengang mendengar informasi yang diberikan Tao.

Melihat tidak ada jawaban dari dua orang yang ada dihadapannya, Tao kembali sibuk mengobrol soal rencananya pada Baekhyun. Sehun pun menoleh ke arah Kai, sebuah senyum terpampang jelas di wajahnya. "Kau dengar itu Kai?" tanya Sehun dengan senyum berseri-seri. "Soal hadiah untuk bayi pertama di tahun baru?" tanya Kai balik. Sehun mengangguk semangat. "Kalau kita berhasil mendapatkan hadiahnya, kita bisa membuka kafe idaman kita!"

Kai mengerutkan dahinya. "Kau kira melahirkan bayi bisa dijadwalkan?!" Sehun hanya meringis mendengar teriakan agak melengking dari istrinya. "Tapi kau sudah kontraksi tadi pagi," balas Sehun pelan. Kai hanya menggeleng pelan. "Kita kan belum tahu, makanya perlu diperiksa,"

.

.

.

Apartemen, 8.57 AM

Yixing mengerjapkan matanya beberapa kali, waktu tidurnya di hari Sabtu tergganggu dengan dering ponselnya sendiri. Bisa dia tebak, orang yang berani membangunkannya di waktu libur hanya...

[Luhan calling]

Yep, layar ponselnya baru saja memastikan tebakannya.

"Halo?" tanya Yixing dengan suara paraunya. "Ah, Yixing! Kau sudah bangun rupanya," ucap Luhan dari ujung telepon. "Ya, terima kasih karena sudah membangunkan, ge," balas Yixing sambil menguap.

Dia pun berjalan menuju dapur dan mengambil sekotak jus jeruk dari dalam kulkas dan menuangkannya ke gelas. "Tumben kau sudah keluar jam segini, ge" ujar Yixing seusai meneguk jus jeruknya. "Ya, biasa mengirim paket di akhir tahun, kau tahu setiap akhir tahun pekerjaan ini akan jadi sangat berguna..." Luhan terus bercerita panjang lebar tentang pekerjaan kurirnya, sementara Yixing sedang berpikir keras di mana koran pagi yang seharusnya ada di meja.

Oh iya, dia baru ingat. Biasanya Luhan yang mengambil koran pagi. Mungkin teman sekamarnya itu lupa mengambil atau dia terburu-buru tadi pagi. Yixing pun berjalan keluar dari kamarnya, ponsel berada di tangan kiri, masih tersambung dengan Luhan.

Yixing mengerutkan dahinya begitu melihat lorong apartemennya, penuh dengan hiasan tahun baru. Ah, padahal dia benci hal-hal yang berbau tahun baru.

"Jadi, kau ada rencana nanti malam, Xing?"

"Tidak, kenapa? Kau ingin mengajakku kencan nanti malam, ge?" Tangan Yixing sibuk melepaskan atribut tahun baru dari lorong apartemennya, entah siapa yang menghias lorong apartemen ini, mungkin ini ulah Luhan beserta penghuni lainnya.

"Tsk, bukan," desis Luhan dari seberang. "Maksudku untuk merayakan malam tahun baru, kau tidak mau ke mana-mana, eh?"

"Tidak,"

"Benarkah? Aneh sekali, kau sebegitu tidak sukanya dengan tahun baru?"

"Kan sudah kubilang, ge," ucap Yixing sibuk mengumpulkan hiasan tahun baru yang tadi dia lepas ke dalam plastik besar. "Apa bedanya tahun baru dengan hari lain? Harinya sama-sama berganti dan aku tetap begadang,"

Sementara dirinya berjalan ke arah lift, Yixing dapat mendengar Luhan terkekeh di sebrang sana.

"Siapa suruh kau menjadi freelance ilustrator?"

"Hey, it's my passion Lu-ge,"

"I know I know, so...you really don't have any planning tonight?"

"Nope, not gonna join any New Year's party,"

"Alright, have fun then in there,"

"Kau juga Lu-ge," ucap Yixing sebelum mengakhiri sambungan teleponnya, bersamaan dengan itu pintu lift pun terbuka. Yixing pun masuk ke dalam lift dan memencet tombol tujuannya.

"Tahan liftnya!" sahut sebuah suara dan Yixing refleks memencet tombol untuk menahan agar liftnya tetap terbuka. Tidak lama kemudian, seorang pemuda pun masuk ke dalam lift dengan tergesa-gesa.

"Oh tidak, aku terlambat," gumamnya ketika lift mulai berjalan. Sayangnya, perjalanan lift itu tidak semulus pikiran mereka. Lift itu berhenti tiba-tiba.

"Apa?!" pekik pemuda itu sambil memencet tombol lift. "Tidak, tidak, tidak mungkin ini terjadi,"

Dia pun mengeluarkan ponsel dari sakunya dan mencoba menghubungi pihak apartemen. "Aish, tidak ada sinyal," gerutunya. Yixing pun otomatis memeriksa ponselnya. Benar kata pemuda itu, tidak ada sinyal. Well, mereka berada di tengah-tengah gedung entah lantai berapa dan liftnya tidak mau jalan. Bahkan ini lebih buruk dari hari-hari Yixing dikejar deadline.

"Padahal aku harus datang cepat," gumam pemuda di hadapannya.

Dan mungkin ini hari yang terburuk bagi orang di hadapannya.

.

.

.

Pinggiran kota Seoul, 9.15 AM

Sebuah pernikahan sedang dilaksanakan di salah satu gereja di kota tersebut. Pernikahan kecil karena hanya satu tamu undangan yang datang.

"Katakan kimchi!" ucap Pendeta yang merangkap sebagai fotografer untuk pasangan baru tersebut.

"Kimchi!"

Setelah puas dengan sesi foto, Pendeta tersebut pamit pulang karena dia punya rencana lain bersama keluarganya.

"Terima kasih sudah datang, Kris," ucap mempelai wanita sambil menyalam Kris. "Sama-sama Victoria, selamat menempuh hidup baru untuk kalian," balas Kris sambil tersenyum.

"Di antara teman-teman sekolah hanya kau saja yang belum menikah, kapan rencanamu Kris?" tanya Zhoumi sambil menyikut lengan Kris pelan. Kris hanya tertawa pelan. Dia kurang percaya diri untuk menjawab pertanyaan sahabatnya itu.

"Kau pasti akan segera menemukan pasangan idamanmu," ucap Zhoumi sambil menepuk pundak Kris. Victoria mengangguk setuju. "Mungkin juga dengan orang yang kau temui tahun lalu," celetuk Victoria. Kris tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Itu peristiwa setahun lalu Vic,"

"Kenapa? Kau tidak yakin bertemu lagi dengannya?"

"Aku–" belum selesai Kris menjawab pertanyaan sahabatnya, ponselnya berdering. Kris pun menjawab panggilan tersebut.

"Aku harus segera pergi Zhoumi, Vic. Panggilan kerja," pamit Kris sambil menunjuk ponslenya. Zhoumi dan Victoria mengangguk. "Hati-hati, Kris!" ucap kedua mempelai tersebut.

Kris pun melambaikan tangannya dan masuk ke dalam mobil. Dia mulai melaju kendaraannya dengan kecepatan sedang, masih ada pekerjaan yang harus diselesaikannya di kantor dan nanti malam dia harus berpidato di acara tahunan perusahaan ayahnya. Dia tidak boleh terlambat.

"Tetap saja sibuk di akhir tahun, dasar pengusaha," gumam Victoria sedih melihat kepergian Kris. Belum ada satu jam mereka bercengkerama dan Kris sudah pergi.

Zhoumi mengecup pipi istrinya seraya merangkulnya. "Tidak heran, lagipula dia yang meneruskan usaha ayahnya,"

.

.

.

Y&F Ent. Hall Buliding, 9.15 AM

Kyungsoo baru selesai meletakan kotak terakhir yang berisi bahan-bahan makanan. Dia memandang dapur yang akan menjadi tempat kerjanya satu hari ini. Kyungsoo tersenyum, impiannya selama lima tahun bisa terwujud juga, menjadi chef di pesta Y&F Entertainment, entertainment yang terkenal di negri ini. Belum lama Kyungsoo menikmati saat itu, ponselnya berdering.

"Halo noona?"

"Kyungsoo!" teriak suara yang cukup memekikan telinga Kyungsoo, sampai dia harus menjauhkan ponselnya sedikit.

"Kau kenapa Hyoyeon noona?"

"Tebak, apa yang kulihat di luar gedung?" tanya Hyoyeon riang. Kyungsoo dapat mendengar suara berisik dari ujung sana. "Apa noona?" tanya Kyungsoo balik. Dia agak malas menebak, mungkin Hyoyeon sedang berada di antara kerumunan para gadis yang tidak sengaja bertemu dengan artis. Kalian tahulah, ini Y&F Entertainment, tempat para artis keluar masuk gedung jika ada keperluan.

"Park Chanyeol!"

Hening sejenak.

"Oh," jawab Kyungsoo pendek. "Yah, kenapa tanggapanmu datar sekali? Kau tidak tahu dia itu musisi yang sedang naik daun," gerutu Hyoyeon. "Aku tahu itu noona," balas Kyungsoo. "Aku tidak menyangka dia akan menyempatkan diri ke sini sebelum dia tour, ah! Pintu tur busnya terbuka...ah bukan dia," terdapat nada kecewa dari Hyoyeon ketika tidak menemukan Chanyeol, melainkan bodyguardnya.

"Kalau noona melihatnya, katakan untuk tidak menghampiri dapur kalau tidak ingin dilempar pisau olehku,"

"Tu-tunggu, kau mengenalnya Kyungsoo?"

Kyungsoo belum sempat menjawab pertanyaan Hyoyeon, karena dia merasakan keberadaan orang lain di dapur. Dia pun menoleh dan melihat Park Chanyeol berdiri di sana, dengan senyuman bodoh khas miliknya.

"Hai, Kyungsoo," sapanya.

Kyungsoo menatapnya sesaat.

PLAK!

Tamparan pun melayang dari tangan Kyungsoo.

.

.

.

TO BE CONTINUED


A/N : hola readers! Lynn di sini, kebetulan karna masih suasana tahun baru (udah lewat 12 hari woy) jadi mau bikin cerita ini, ada yang nonton film ini pas tahun baru kemarin?