Avatar: The Last Airbender sepenuhnya adalah milik Bryan Konietzko dan Michael Dante DiMartino. Fiksi ini diperuntukkan hanya dan hanya untuk kesenangan batin. Sama sekali tidak berupaya meraih hasil dalam bentuk apapun selain senyum pembaca.
SEPIA © Imorz
Teo tak pernah sejatuh cinta ini.
Ditulis untuk Challenge THE GEMINOS..
Ia tahu Toph hanya bersandiwara. Teo ingin meyakini hal itu dengan sepenuh hati.
"Kau tahu aku tidak akan mungkin jatuh cinta padamu." Suaranya bagai alunan dengung harpa. Merdu dan menyayat hati. "… Teo." Abu-abunya kemudian terpejam.
"Toph, aku—"
Ketika angin membelai pelan rambut hitamnya yang anggun, mengurainya menjadi helaian yang elok, dan waktu memperlambat dunia, Teo jatuh lurus menuju dasar hati. Seperti tertohok, tapi tidak sakit. Ia telah meloncati fase itu, berulang kali, tapi tetap saja kembali tercebur.
Ia kembali mengingat masa-masa itu. Momen-momen itu. Pernah suatu kali Toph bertanya padanya, sekadar basa-basi, pertanyaan umum seorang wanita, apakah dia cantik atau tidak. Dan Teo dengan kejujuran seratus persen menjawab 'iya' dengan penuh semangat. Sementara pinggangnya kemudian berhadiah bogeman cantik oleh kepalan si gadis. Entah ia merasa malu atau tangannya sedang terpeleset saja.
Mereka sama-sama berada di satu konstelasi. Seperti warna pastel, indah namun tidak sempurna. Tidak seperti merah, biru, hijau, yang dengan bangga menyuarakan kesempurnaannya pada khalayak ramai, mereka hanya dianggap warna sampingan, bahkan hampir tak dikenali.
Jika boleh Teo berteriak.
Lihat aku!
Perjuangannya hampir tak pernah dibalas.
Dari dalam lubuk hati, Teo seringkali bertanya-tanya. Apa Toph benar-benar tidak ingin memiliki hubungan asmara? Maksudnya, dengan usia duapuluh enam tahun gadis itu masih menyenangi masa lajang dengan berhura-hura tanpa pasangan, sedangkan tepat di depannya, ada sosok yang amat sangat bersedia lengannya dipagut olehnya.
Ia hanya ingin Toph menyadari eksistensinya. Sekecil apapun itu. Setitik buih di lautan, semililiter tetes embun, atau senanometer debu yang berterbangan. Sekecil apapun itu.
"Aku hanya ingin memberikanmu hadiah yang pantas."
Wajahnya cemberut. Pun rona kemerahan tampak begitu tipis pada kedua pipi.
"Aku tidak suka mawar."
Padahal ada banyak gadis di luar sana yang bersedia dipersunting. Tanpa memandang dirinya yang selalu terduduk setia pada kursi roda. Ada banyak alasan yang ia tutur untuk mengelak, namun sebenarnya Teo hanya memiliki satu. Dan satu-satunya.
Toph adalah sosok hawa yang berbeda. Berbeda bukan dalam artian fisik. Ada aura lain yang selalu menguar kala gadis itu berjalan serampangan, sepatu dengan dasar bugil, dan cengiran yang sangat tidak feminim. Kalau begitu mengapa Teo bisa langsung jatuh cinta padanya?
Izinkan Teo menjawab. Karena menurutnya, Toph sempurna. Titik. Dan meski ribuan ujarnya terus dipandang sebelah mata, Teo adalah lelaki yang pantang menyerah perihal mendapatkan hati si gadis bengal. Apapun, untuk meraih atensinya. Mungkin ini yang kata orang termakan cinta gila. Ya, dia memang sudah gila.
Walaupun Teo sebenarnya tahu bahwa segalanya selalu berakhir sia-sia. Tapi siapa yang peduli akan hal itu?
a/n: haloo, saya mau ikut ngeramein fandom ini dengan pair rare theotoph, semoga berkenan yaa. fik ini menggunakan konsep fictogemino, jadi bisa dibaca dari atas atau dari bawah.
