Pray

by Nakashima Eru

Ansatsu Kyoushitsu by Matsui Yuusei

Rate K

Friendship, Drama

Happy Reading :D

.

.

.

.

Langkah kecil dua gadis itu terhenti sejenak. Mata bening mereka menyapu keramaian orang yang berkumpul di kuil. Malam terakhir di penghujung tahun memang sudah menjadi kebiasaan jika manusia berkumpul di sana bak lautan. Mencoba memantapkan hati dengan mengeratkan pegangannya pada jaket tebal yang dikenakannya, Rio menggerakkan kakinya memasuki kerumunan manusia itu.

"Ayo, Manami."

"I-iya."

Barisan manusia dimulai dari kotak amal yang disediakan di luar kuil, selanjutnya gerbang kuil, lalu sepanjang jalan setapak yang dikelilingi hutan kecil yang berjarak sekitar seratus meter dari kuil.

Manami yang mengenakan yukata membuat langkahnya lebih pelan dan hanya bisa memegang erat tangan Rio agar ia tidak terpisah dari sahabatnya. Ia menatap punggung Rio dengan terkesan, dalam hati bersyukur memiliki sahabat seperti Rio.

Lonceng kuil pun dibunyikan dan antrian mirip ular pun memulai pergerakan.

"Aah~ akhirnya barisan panjang ini bergerak juga. Hehe" Rio menggosok hidungnya dengan telunjuk, merasa gatal akibat udara dingin.

"Ah, iya. Hehe." Sambut Manami yang melompat-lompat kecil, mencoba mengukur jarak antara lonceng kuil dengan tempatnya berdiri.

Perlahan namun pasti, mereka mendekat menuju lonceng tempat berdoa.

Saat batas antara mereka dengan lonceng tinggal beberapa orang, Rio bergerak-gerak gelisah menyusun kalimat doanya. Sedangkan Manami berpikir dalam diam.

Giliran mereka pun tiba.

Dengan tenang mereka melempar koin ke dalam tempat yang telah disediakan. Sejenak Rio menatap Manami, mengajak berdua untuk menggoyangkan lonceng bersama. Dengan lembut mereka mengayunkan tali yang tergantung untuk membunyikan lonceng, lalu menangkupkan kedua tangan, kemudian mentup mata. Dengan khidmat hati mereka memanjatkan doa.

Setelah melewati waktu khusyuk, mereka membuka mata hampir bersamaan, saling pandang penuh dengan senyuman, lalu meninggalkan tempat pemujaan.

-0O0-

"Akhirnya selesai juga~" Rio mengangkat kedua tangannya ke atas, meregangkan otot kaku akibat lama berdiri diam.

"Iya, aku juga lega." Balas Manami dengan senyuman.

"Selamat tahun baru, Manami." Ucap Rio.

"Selamat tahun baru juga, Rio." Manami berkata lembut. Matanya melengkung indah akibat senyumnya di balik kacamata.

Dua sahabat itu berjalan menjauh dari kerumunan orang.

"Ngomong-ngomong, apa isi doamu, Manami?" Rio memasang wajah penasaran.

"Eh? I-itu—"

"Kalau aku berharap bisa bersama orang yang kusukai." Rio menerawang langit malam yang penuh kerlip bintang.

"A-aku juga sama." Manami malu-malu.

"He? He? Kalau begitu siapa orang yang kau sukai itu? Hee?" Rio mencolek pipi Manami.

"Karma"

HYUUUSSSHHH

Angin yang bertiup kencang membawa udara dingin meredam jawaban Manami. Mempermainkan nama yang telah disebutkan dengan hembusan yang dikeluarkannya hingga bias dan tak dapat didengar sang lawan bicara.

"Aduuuh. Rambutku jadi berantakan." Keluh Rio.

"Iya, anginnya sangat kencang aku jadi kedinginan." Manami mengeratkan lengan memeluk tubuhnya sendiri.

Mungkin maksud angin tadi baik, meskipun ia mendapat keluhan ringan dari kedua gadis tersebut.

Karena dengan kedatangan angin tadi, mereka jadi tak sadar, bahwa isi doa mereka sama.

'Mereka ingin bisa bersama Akabane Karma.'

END

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA :D

.

.

.

A/N: Ng, saya tidak begitu mengerti prosesi doa di kuil, sih. Jadi mohon maaf jika ada kesalahan. Hehe.