Secret of My Heart
Disclaimer: Naruto by Masashi Kishimoto
.
.
Paris, 17 April 2016
Paris, kota paling romantis di dunia, sekaligus salah satu kota yang paling sesak, dari pagi menjelang pagi kembali kota ini tidak pernah sepi, bisa dilihat pada malam hari keindahan kota paris semakin nampak dengan patung-patung yang dihias oleh lampu warna-warni, setiap sudut kota selalu dihiasi cahaya tak heran Paris di juluki "City of Light", Kota Cahaya.
Tapi hari ini kondisi kota Paris sedikit aneh, media pertelevisian hingga ke media cetak memberitakan satu hal yang sama, kabar inipun menyebar ke negara-negara besar dunia. Malam tadi seorang aktris sekaligus model yang puluhan kali mengharumkan nama Paris di mata dunia dengan akting menakjubkan disertai paras yang tak kalah membius para penikmat dunia hiburan, Haruno Sakura, mengalami kecelakaan hebat, saat ini sang aktris tengah menjalani perawatan intensif di rumah sakit yang dijaga ketat. Tak ada kabar tentang kondisi Haruni Sakura hingga saat ini.
Jepang, 19 April 2016
Jepang tengah diselimuti oleh mekarnya pohon-pohon plum dan lebih dipercantik lagi dengan ribuan kelopak bunga sakura yang mekar dan bergururan begitu cantik memabukkan setiap mata yang memandangnya, musim semi baru saja datang.
Namun berbeda dengan seorang pria yang tengah duduk disebuah ruangan, sensasi bunga sakura yang mekar sebenarnya bisa pria itu lihat di balik jendela kaca lebar di belakangnya. Tapi, pria itu disibukan dengan lembaran-lembaran dokumen yang harus selesai dia kerjakan hari ini, belum lagi setumpuk dokumen yang berjejer rapih diatas meja kerja menunggu untuk ditandatangani. Sepertinya pria itu tidak tidur semalaman, lihat lingkaran hitam dibawah matanya, rambutnya yang mencuat dan acak-acakan, kemeja yang telah keluar dari lingkar pinggangnya, dan dasi yang telah lepas dari kerah bajunya namun, kondisi itu tidak mempengaruhi ketampanan sang bungsu Uchiha.
Keluarga Uchiha adalah salah satu keluarga terkenal dunia, jangan heran keluarga Uchiha adalah pendiri Uchiha Corp, satu dari tiga perusahaan tersukses dan berpendapatan diatas rata-rata, perusahaan besar maupun hanya prusahaan swasta Uchiha tak akan ketinggalan menanamkan saham mereka, sikap mereka yang arogan disertai watak yang jenius menjadi bekal untuk terus mengembangkan perusahaannya dan satu lagi mereka memiliki paras yang begitu rupawan.
Dan disinilah sang bungsu Uchiha Sasuke menjalankan perannya sebagai salah satu pewaris Uchiha Corp, dia bukan pewaris tunggal, Sasuke memiliki kakak Uchiha Itachi yang memiliki pernan sama namun bukan di Jepang tapi di beberapa negara lain.
"BRUKK" Suara pintu tiba-tiba terbanting, namun Sasuke tidak menunjukkan ekspresi apapun, dia hafal betul siapa yang begitu lancang memasuki ruangannya dengan membanting pintu seperti itu.
"OHAYOO TEMEEE!" Siapa lagi kalau buka si pria rubah Uzumaki Naruto, sahabat kecil Sasuke, entah apa yang dimiliki Naruto hingga bisa bertahan selama 20 tahun bersama pria sedingin es itu.
"Hn." Sedikit jawaban dari Sasuke tanpa membuyarkan konsentrasinya dari lembar-lembar dokumen di tangannya.
"Ini! Aku membawakanmu koran jepang nasional dan internasional!" Dengan cengiran khasnya Naruto bingung mau menaruh di mana koran yang dibawanya, lihat sendiri meja Sasuke penuh dengan tumpukan dokumen.
"Hn."
"Aku heran kenapa orang sekelas Uchiha tidak bisa menyewa sekertaris? Jangan-jangan kekayaan ini hanya tipuan?" Naruto mendudukan dirinya pada karpet bulu di depan meja Sasuke berharap kata-katanya bisa menyinggung si Bungsu Uchiha itu.
"Hn."
"Ayolah Temeee! Aku bosan di sini!" Naruto mengerucutkan bibirnya, sudah seminggu Sasuke bekerja tanpa henti, sejujurnya dia merindukan sahabatnya, Naruto ingin main ke kafe berkumpul dengan teman-temannya yang lain, tapi dia mengerti dengan tanggu jawab Sasuke yang begitu besar, sedikit salah saja Uchiha Corp akan terancam.
"Kalau begitu jadilah sekertarisku." Sasuke membalas Naruto tanpa memperhatikannya.
"Aku?" Naruto menunjuk dirinya sendiri, dengan menyemitkan matanya dikolaborasikan dengan mulut yang tambah mengkerut Naruto tampak lucu.
"Hn, tugas pertamamu belikan aku kopi tanpa gula!"
"Baiklah Uchiha-Sama!" dengan lemas Naruto beranjak dari tempatnya, setidaknya dia memiliki pekerjaan hari ini.
"Dobe sialan!" Sasuke memijit pelipisnya, baru saja dia melakukan pengusiran halus pada sahabatnya, jika terus di sini si rubah itu akan merusak konsentrasi Sasuke, sekertaris? Lucu bagi Sasuke, dia tidak akan melibatkan orang lain dalam pekerjaanya, tak ada orang yang dia percayai selain kakaknya Itachi dan juga Naruto,dan Naruto tidak mungkin menjadi sekertaris, mengingat dia bodoh dan merupakan anak tunggal dari perdana mentri Jepan sekarang, Sasuke akan dipenggal jika mempekerjakan Uzumaki itu.
Naruto meninggalkan ruangan dengan langkah gontai, Sasuke kembali berkutat pada pekerjaannya, mengabaikan koran yang tercecer di karpet bulu bekas duduk Naruto tadi, begitu jelas potret seorang aktris ternama Paris di koran itu.
Naruto mengendarai mobil sport kuningnya dengan kecepatan di atas rata-rata, ini merupakan pelampiasan atas kekesalannya terhadap Uchiha Sasuke yang berani memerintah anak perdana mentri.
'CKIIIIITTTTTT'
Naruto merem mendadak mobilnya, tak dia sangka akan ada orang yang menyebrang jalan tiba-tiba, dibatasi kaca mobil Naruto dan orang itu bertemu pandangan, dia seorang gadis berambut merah panjang dan berkaca mata, penampilannya lusuh dengan sesuatu di pelukannya, pandangan Naruto terus mengikuti kemana gadis itu lari, hingga dia hilang dibaik himpitan gedung.
"Hahh.. hampir saja." Hembusan nafas lega diiringi elusan dada yang menandakan kepanikan, Naruto kembali melaju dengan kecepatan sedang dia tidak ingin memikirkan kejadian yang baru menimpanya hingga sesuatu mengganggu pikirannya, tatapan gadis itu seperti tatapan kebencian.
.
Gadis itu terus berlari, tak ada alas kaki di jalan beraspal yang begitu panas, walaupun musim semi telah datang tetap saja matahari membakar jalanan dengan sinarnya dan gadis itu tidak memperdulikannya, bahkan dia tidak memperdulikan bahwa nyawanya hampir saja melayang mengingat tadi dia hamir tertabrak mobil.
"Lebih jauh...lebih jauh...!" Gadis itu berbisik hingga kedalam hatinya, berharap bisikannnya dapat menguatkan hatinya untuk berlari lebih jauh.
"Ayo Karin! Kau tidak mau tertangkapkan! Terus lari! Lari lebih jauh!" Bisiknya kembali, setetes air bening tampak mengaliri pipi kusam nan berdebu miliknya.
Karin adalah seorang pengemis, sejak lahir dia tidak mengetahui orang tuanya, jadi sampai sebesar ini Karin tidak memiliki marga. Karin baru saja berjalan-jalan disebuah pertokoan, dia menemukan pedagang roti yang aromanya begitu menyengat hingga tercium oleh Karin, tanpa berpikir Karin langsung berlari mengambil beberapa potong roti, menyembunyikannya di balik kaos lusuhnya, barulah setelah itu dia segera berlari agar tak ada seorangpun yang mengetahuinya. Sial ditengah pelariannya dia hampir tertabrak, Karin menatap mobil kuning itu sejenak, dia tahu ada orang yang menatapnya dibalik kaca gelap itu, segera dia melanjutkan pelariannya tak ada yang dia pikirkan selain hidup, ya hidup hari ini! Dia tidak mau mati, setidaknya Karin belum siap mati dengan keadaan seperti ini.
Karin terus berlari hingga dia tak sengaja menabrak bahu seseorang.
"Maaf kan aku Tuan!" Seru Karin menundukkan tubuhnya.
"Dasar gembel! Liat kau menjatuhkan ponselku!" Pria kekar itu memaki Karin dengan suara tinggi, setiap orang yang berada di sekitarpun menoleh ke arah mereka.
Tak ingin memperpanjang perdebatan Karin langsung mengambil ponsel pria itu dan mengembalikannya.
"Maaf Tuan." Kembali Karin meminta maaf.
"Dasar GEMBEL BUTA!" Pria itu kembali membentak Karin
Karin tak tahu harus berkata apa lagi, dia memutuskan untuk kembali berlari, dengan tubuh yang gemetar Karin menahan tangisannya, Karin terus tengiang kata-kata pria tadi.
'DASAR GEMBEL BUTA!' Karin menggelengkan kepalanya berharap dengan begitu dia bisa melukapan tiga kata itu, namun nihil setiap kata itu terulang dipikirannya air matanya semakin menjadi-jadi. Inilah dunia Karin, hiduplah sebentar lagi sampai kau menemukan jawabanya yang selama ini kau cari.
"Cih." Pria itu mendecih kesal, bayangkan saja gembel baru saja menyentuh ponselnya belum lagi memutuskan sambungan telepon dengan adik tercintanya yang sedang berlibur di Paris. Dengan mengusap-usap ponsel itu pada celana jinsnya bermaksud menghilangkan bekas tangan gembel yang baru saja menabraknya, pria itu kembali menekan-nekan ponselnya menyambungkan telepon yang terputus tadi.
'tuutt... tuuutt..'
"Haloo.."
"Halo, Suigetsu maaf terputus, aku baru saja mengalami kejadian sial."
"Tak apa nii-san."
"Memangnya ada apa Sui, suaramu terdengar bergetar?"
"Tolong aku nii-san!"
"Ada apa Sui?"
"A-Aku.. menabrak seseorang!
"APAAAA!"
Suara keterkejutan begitu jelas tertangkap oleh telinga seorang berambut putih dengan gigi menyerupai hiu? Pria itu tengah duduk disebuah ruangan gelap layaknya gudang, tangannya bergetar menandakan begitu takutnya dia, dua hari yang lalu dia menabrak sebuah mobil mewah, kondisi mobil yang ditabraknya hancur, dengan kondisi mobil hancur pengemudinya pasti tidak akan selamat, secepat kilat dia kabur dari kejadian itu dia pasti mati jika tertangkap, untung kondisi saat itu sepi dan yang paling membuat dia ketakutan adalah dia menabrak orang penting, Suigetsu tidak tahu sepenting apa orang itu dari polisi sampai tim intel mengejar penabraknya, Suigetsu benar-benar akan mati.
Menelepon kakaknya untuk membantu adalah hal yang tepat, karena kakaknya pasti bisa membawanya kabur dari Paris, dan benar saja selang beberapa jam Sugetsu telah meninggalkan Paris.
Disebuah ruang yang keseluruhan dindingnya berwarna putih, seorang pria tua dengan jas hitam tengah menelepon seseorang.
"Aku mendengar dia kabur ke Jepang, ku harap kau bisa mengatasinya, berapapun akan kubayar asal si brengsek yang mencelakai aktrisku itu tertangkap." Pria tua itu mengakhiri sambungan teleponnya setelah mendengar pengakuan dari seorang dari seberang telepon sana, pria itu menatap nanar seorang gadis yang tengah terbaring dengan banyak selang dan peralatan medis disekujur tubuhnya.
"Hiduplah Sakura!" Ucapnya setelah mengetahui bahwa aktris kesayangannya itu bisa hidup sampai sekarang hanya karena tunjangan peralatan-peralatan medis.
Ditempat lain, pria tegap dengan kulit putih berambut merah tengah mengakhiri pembicaraan via telepon dengan seseorang.
"Yamanaka, ada tugas baru untukmu." Wajahnya datar, menatap pria yang terlihat jauh lebih tua darinya, lebih pantas menjadi ayah daripada bawahannya.
"Izinkan saya menemui keluarga saya dahulu tuan Gaara." Jawab pria itu hormat kepada tuannya.
Gaara adalah pemimpin yakuza ternama di Jepang, tidak ada catatan buruk tentang mereka, semua misi yang diembannya selalu berhasil. Salah satu orang kepercayaannya adalah pemimpin keluarga Yamanaka itu, pria kekar itu tengah membujuk anak semata wayangnya untuk mengizinkan ayahnya pergi lagi, ya lagi. Dalam seminggu ini ayah dari Yamanaka Ino tidak pernah diam di rumah, pekerjaan ayahnya adalah pekerjaan yang menantang hidup bagaimana bisa Ino yang mewarisi watak dan penampilan ayahnya itu bisa merelakan ayahnya pergi menantang maut.
"Ino, Ayah berangkat." Tanpa memperdulikan putrinya, dia meninggalkan rumah, memang berat tapi inilah tugas dan pekerjaannya, demi kehidupan keluarganya dan demi kesetiaannya pada keluarga Sabaku.
"Ayah.." Bibir Ino bergetar, dia sedang berusaha menahan tangisnya melihat ayahnya menaiki mobil hitam dengan beberapa orang di dalamnya, Ino tahu dia bisa kehilangan ayahnya kapan saja, tapi dia hanya seorang putri, ibunya saja tidak pernah menahan ayahnya apalagi Ino yang hanyalah seorang putri.
"AKU TIDAK MAU!"
Suara penolakan melucur dari bibir mungil seorang gadis berambut indigo panjang, air mata yang mengalir pada kedua pipinya mengubah wajah dengan polesan make up yang menbuatnya cantik menjadi muram.
"Berani-beraninya kau meninggikan suaramu HINATA!" Suara bariton membalas gadis yang di panggil Hinata itu, bentakan saat memanggil namanya membuatnya bergetar.
"Tou-Sama kumohon.. hiks..." Hinata mulai sesenggukan, dia tidak tahu bagaimana caranya menentang ayahnya, bukan cuma ayahnya tapi dia menentang keputusan seluruh keluarganya.
"Kumohon kepada kalian, jangan memaksa Hinata." Tiba-tiba suara dingin muncul, memecahkan ketegangan dalam ruangan pertemuan keluarga itu, pemilik dari suara itu berjalan mendekati Hinata kemudian merengkuhnya ke dalam pelukan, bisa dia rasakan tubuh Hinata yang bergetar hebat, betapa rapuhnya gadis yang sedang dipeluknya ini.
"Neji, kau tidak perlu ikut campur." Suara lain muncul dari seorang wanita yang telah berumur, matanya tertutup dialah tetua dari keluarga ini.
"Hyuuga adalah keluarga terpandang, kami tidak akan membiarkan reputasi Hyuuga menurun dengan Hinata yang menikahi kalangan biasa, kami telah memilih calon suami yang tepat untukmu Hinata." Ucap tetua itu kemudian.
"Tapi aku sama sekali tidak mengenalnya! Aku tidak mau menikah dengan orang yang tidak kucintai!" Hinata kembali bersuara dalam pelukan Neji, pelukannya semakin erat dan Neji bisa merasakan itu.
"Kau bisa mengenalnya setelah kalian menikah!" Tegas pemimpin pertemuan tersebut tidak lain adalah ayah Hinata, Hyuuga Hiashi
"Biarkan Hinata memikirkannya dulu Tou-Sama, keputusan yang tergesa-gesa seperti ini hanya akan memberatkan Hinata." Ucap Neji menatap dingin ayahnya.
"Ini tidak ada hubungannya denganmu Neji, jangan melawan Ayahmu!" Wanita berambut panjang yang duduk di sebelah ayahnya angkat bicara, dia adalah ibu yang selalu dihormatinya.
"Cih, aku punya hak! Hinata adalah ADIKKU!" Dengan menekan ucapannya Neji kehilangan kesabaran, segera dia membawa Hinata keluar dari ruangan tersebut, sempat Neji mendengar isakan ibunya, hatinya teriris ditambah Hinata yang semakin rapuh dalam pelukannya.
"Si Kimimaro itu benar-benar merepotkan." Seorang pria berambut nanas tengah mendecih kesal, mengingat tugas yang diembanya sedikit berat. Dia harus membawa pria yang bergigi hiu? Keluar dari Paris tanpa terdeteksi, apa pria yang dibawanya ini buronan kelas kakap? Jika tidak mengingat bahwa dia berhutang pada Kimimaro, dia tidak akan sudi melakukan tugas yang baginya sangat merepotkan ini.
"Tuan Sikamaru, kita sudah sampai." Supir pribadinya memecah lamunan pria dengan wajah bosan itu.
"Hei kau, keluarlah di rumah itu ada Kimimaro menunggumu!" Sikamaru menunjuk sebuah rumah dengan pagar beton mengelilingi rumah itu, seperti ada rahasia besar yang disembunyikan di dalam rumah itu.
"Terima kasih." Sugetsu keluar dari mobil, berjalan tergesa-gesa memasuki gerbang rumah itu dan seketika menghilang.
"Ayo pergi, aku tidak mau berurusan dengan si brengsek Kimimaro lagi, setidaknya dengan ini hutangku lunas." Mobil volvo hitam itu melaju meninggalkan rumah berpagar beton itu.
Sebuah kuas menari dengan entengnya di atas kanvas, menghadirkan karya seni yang begitu indah, seorang pria dengan kulit pucat itu tersenyum menatap karya yang baru saja diciptakannya, kali ini dia melukis gadis dengan perawakan lusuh, bersurai merah mengenakan kacamata, sudut bibirnya melengkung mengingat objek yang dilukisnya adalah seorang gadis yang dilihatnya kemarin tengah membawa kabur roti di pelukannya. Pria itu melihat langit, dunia ini benar-benar penuh dengan tanda tanya.
Uchiha Sasuke "Aku selamat karena bisa lebih awal menyadari bahaya akan kegagalan!"
.
Haruno Sakura "Kematian setiap detik akan menggerogoti siapapun dan apapun yang bernyawa, Hidup hanya menunggu giliran, dan sekarang giliranku"
.
Uzumaki Naruto "Memang mudah memberikan nasehat dari pada melakukannya!"
Hyuuga Hinata "Seperti apa sabar yang sesungguhnya?"
.
Yamanaka Ino "Tolong aku... Tolong hidupu!"
.
Shimura Sai "Asal kau tahu saja, seni berperan kuat dalah hidup"
.
Nara Shikamaru "setiap kesalahan bukanlah lambang kebodohan, akan merepotkan jika kau tidak menyadari itu"
.
Sabaku Gaara "Banyak pilihan, pilihlah yang membuatmu bahagia dan jangan lepaskan itu"
.
Hyuuga Neji "Jangan takut dengan kemarahan! Dan kau tidak akan takut untuk berkata jujur"
.
Karin "Hidupku memang terlalu keras dan tak mudah, tapi aku jauh lebih keras dan tak akan mudah dikalahkan! Sampai aku mengalahkan dunia aku tidak akan menyerah!"
Hidup berputar berdasarkan rotasi yang telah ditentukan, takdir dan nasib pun ikut andil dalam perputaran rotasi itu, akan banyak rahasia hidup yang tejadi, yang akan mempertemukan satu orang dengan orang yang lain. Dan dalam perputaran takdir dan nasib, akan ada hal menakjubkan yang terjadi dengan melibatkan tangan Tuhan berperantarakan dewa. Dua belas manusia dan dua belas dewa, rotasi apakah yang terjadi? Pastinya bukan cuma rahasia Tuhan tapi rahasia mereka yang akan disimpan rapat dalam cawan bernamakan hati.
.
.
'Secret of My Heart'
TBC
