ONLY WITH YOUR LOVE

.

.

.

PROLOG

.

.

.

PAIRING KIM KAI x OH SEHUN ( KAIHUN ) KIM JONGIN x OH SEHUN ( JONGHUN ) YAOI

.

.

REMAKE NOVEL LISA KLEYPAS DENGAN JUDUL YANG SAMA.

.

.

HAPPY READING

.

.

Teluk Meksiko

Mereka berbaring di atas tempat tidur, mendengarkan suara kapal yang membelah laut. Dengan santai Sehun berbaring di atas dada suaminya, menoleh ke sekeliling kabin yang didekorasi dengan elegan dan sedikit sentuhan kemuraman. Dalam hari-hari setelah mereka berlayar dari Perancis, kabin itu sudah menjadi tempat pengasingan yang aman untuknya, tempat yang tidak ingin ia tinggalkan. Dunia yang berbeda sudah menunggunya di New Orleans, dunia yang ia tidak yakin apakah ia siap untuk memasukinya.

" Sekarang kita sudah berada di teluk." Ucap Jongin, menggeser Sehun dari dadanya dan duduk. Otot punggung Jongin bergerak saat pria itu merenggangkan tubuh.

" Perjalanannya sudah hampir selesai, Sehun. Malam ini mungkin kita akan tiba di rumah. "

" Rumah. " Ulang Sehun dengan senyuman yang dipaksakan.

Merasa sensitif dengan kurangnya semangat dalam suara Sehun, Jongin berbalik dan menatap Sehun, menopangkan tangan di kedua sisi tubuhnya. Dengan sopan, Sehun merapikan piyama tidurnya dan menarik selimut ke atas dadanya.

" Sehun," ucap Jongin dengan lembut, " tidak ada yang perlu kau takutkan. Kau akan dicintai di New Orleans. Kau akan mencintai keluargaku. "

" Andai saja aku bisa yakin mereka akan mencintaiku. "

Keluarga Jongin merupakan salah satu keluarga paling terkenal di New Orleans. Ayah Jongin, Siwon Kim, adalah seorang pria yang berkuasa, bangsawan Creole dengan kekayaan melimpah dan pengaruh politik yang luas. Selain memiliki perkebunan, Siwon juga memiliki perusahaan perkapalan yang kecil tapi menguntungkan. Bahkan, kapal yang mereka naiki, The Golden Star, merupakan salah satu kapak milik Siwon Kim.

" Mereka sudah mencintaimu, " ucap Jongin sambil tersenyum. " Mereka sudah tahu semua hal tentang dirimu. Setelah aku menyelesaikan pendidikanku di Perancis dan kembali ke New Orleans, yang kubicarakan hanya dirimu. Dan aku membacakan suratmu dengan lantang... "

" Jongin! " Seru Sehun, pipinya merona merah. Ia selalu sulit mengekspresikan emosinya. Membayangkan perasaannya pada Jongin disuarakan di depan keluarga pria itu...

" Versi suratmu yang sudah diedit dengan hati-hati. " Jelas Jongin, dan menyeringai penuh kasih pada Sehun. " Bagian tertentu aku simpan untuk diriku sendiri. "

Sehun menatap Jongin, ia selalu terpesona oleh senyuman menawan pria itu. Jongin adalah satu-satunya pria yang bisa menembus sikap pemalunya. Kelembutan dan kesabaran Jongin mampu menaklukkannya, sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh pria lain. Dulu, ada sejumlah pria yang tertarik oleh kecantikannya, tapi mereka tidak berani mendekatinya karena sikapnya yang tertutup. Mereka sama sekali tidak tahu bahwa ketakutanlah yang membuatnya sangat canggung dan pendiam, bukan ketidakpedulian. Tapi bagi Jongin tidak penting bahwa dirinya bukan lelaki penggoda atau perayu.

" Apakah kau sudah mengatakan pada keluargamu kalau aku adalah ... perjaka tua? " Tanya Sehun.

Jongin tertawa. " Dua puluh empat tahun tidak tua, Sayang. "

" Tidak, untuk seorang pria sepertiku itu usia yang sudah tua. "

" Jika kau mau, kau bisa saja menikah sejak bertahun-tahun yang lalu. " Jongin menunduk dan menenggelamkan wajah ke cekungan lembut di leher Sehun. " Kau pria yang cantik, Sehun. Kau tidak punya alasan untuk malu. "

" Aku tidak cantik, " ucap Sehun dengan murung.

" Iya, kau cantik. Luar biasa cantik. " Jongin membelai rambut halus Sehun, yang berkilau menjadi berwarna emas keperakan akibat pancaran cahaya bulan, dan menatap ke dalam matanya yang berwarna cokelat lembut. Jongin menyapukan ciuman ke atas bibirnya. " Dan sekalipun kau tidak cantik, aku masih tetap memujamu. "

Sehun dipenuhi oleh kebahagiaan saat menatap Jongin. Terkadang sulit untuk percaya Jongin benar-benar miliknya. Jongin sangat tampan, dengan rambut hitam tebal dan mata biru. Ia tidak pernah menduga bahwa seorang pria bisa kuat sekaligus lembut seperti Jongin.

" Je t'aime, " ucap Sehun, suaranya lembut dan penuh cinta.

" Tidak, tidak," protes Jongin sambil tersenyum. " Mulai sekarang kau harus menggunakan bahasa Inggris. Di rumah keluarga Kim, bahasa Inggris digunakan sesering bahasa Prancis. "

Sehun cemberut pada Jongin dan menjawab dalam bahasa Inggris yang terbata-bata, " Tapi kata-kata itu terdengar lebih pas dalam bahasa Prancis. "

" Iya, memang, " ujar Jongin sependapat sambil tersenyum. Dengan hati-hati Jongin menarik selimut dari tangan Sehun dan menurunkannya ke pinggul. Sehun menegang dan Jongin tertawa lembut, tangan Jongin meraba tubuh Sehun yang masih terbalut piyama.

" Masih malu padaku? Aku tidak akan membiarkannya, sayang. Sekarang kau sudah cukup mengenalku untuk merasa yakin aku tidak akan pernah menyakitimu. "

" Aku... Aku mengenalmu melalui surat, dan kunjungan yang didampingi. " Ucap Sehun dengan napas terengah, tidak melakukan apa-apa untuk menghentikan eksplorasi tangan yang hangat dan lembut itu. " Tapi kita tidak banyak menghabiskan waktu berdua Jongin, dan... "

Kata-kata Sehun menggantung saat Jongin meremas dadanya melalui lapisan piyamanya.

" Dan? " Bisik Jongin, menatap ke dalam mata Sehun.

Dengan tubuh gemetar, Sehun mengalungkan lengannya ke seputar leher Jongin, melupakan apa yang hendak dikatakannya tadi.

Bibir Jongin melengkung membentuk senyuman. " Karena aku sangat mencintaimu, aku bisa bersabar denganmu. Aku menginginkanmu, Sehun. Aku merasa tersiksa, tidur di tempat tidur yang sama denganmu tapi tidak menjadikanmu sebagai istriku seutuhnya. Janji pernikahan sudah di ucapkan, dan kau sudah menjadi milikku sampai maut memisahkan kita. Tapi kau memintaku untuk menunggu, dan aku setuju karena aku tidak mau kau takut padaku atau pada keintiman yang akan kita lakukan. " Jongin mencium kening Sehun dengan lembut. " Kita sudah menunggu terlalu lama, sayangku "

"Aku... Aku juga merasakan hal yang sama, tapi... "

" Benarkah? " Sela Jongin. " Aku rasa tidak. Kau harus menunjukkan padaku. " Jongin menurunkan mulutnya ke mulut Sehun dan menciumnya.

Sehun memprotes dengan lemah, mengerti bahwa kesabaran Jongin sudah habis. " Jongin, kau sudah sangat baik... "

" Aku tidak mau lagi bersikap baik. Aku menginginkan istriku. " Tangan Jongin menyapu tubuh Sehun, meremas dadanya, menarik piyamanya. " Tunjukkan padaku, Sehun. " Bisik Jongin di leher Sehun. Sehun bergetar oleh gesekan rahang Jongin yang belum dicukur, dan menggeser mulutnya ke mulut pria itu.

Tiba-tiba saja terdengar suara ketukan keras di pintu kabin.

" Monsieur Kim! Monsieur! " Teriak seorang awak kapal yang masih muda, kepalan tangannya menggedor pintu mahogani. Suara awak itu sarat dengan kengerian. Sehun menegang saat Jongin melompat dari tempat tidur. Tanpa repot-repot mengenakan celana selutut atau bahkan jubah, Jongin membuka pintu beberapa sentimeter.

" Ada apa? " Tanya Jongin dengan ketus.

" Kapten Tierney mengirim saya untuk memperingatkan anda... " ucap pemuda itu, dengan napas terengah.

" Ada kapal buatan Amerika yang mengalami masalah. Kami pergi membantu. Tiba-tiba saja mereka mengibarkan bendera Cartagena. "

Sebelum Jongin bisa mengucapkan sepatah kata pun, pemuda itu sudah menghilang sambil berteriak dengan suara serak. Di balik pintu terdengar suara ledakan dan gerakan. " Menjauh! " Teriak seseorang. " Putar haluan kapal! " Sehun bisa mendengar suara tembakan dan pedang yang beradu dari geladak. Kapal mereka diserang!

" Perompak, " ucap Sehun dengan suara pelan.

Jongin tidak menyangkalnya. Kepanikan berputar di dalam pikiran Sehun. Ia pernah mendengar tentang para perompak yang berlayar dengan membawa surat izin berstempel Cartagena. Mereka menguasai teluk, selat Bahama, dan Karibia. Ia juga pernah mendengar tentang kisah perampokan dan kekejaman mereka, bagaimana mereka menyiksa korban mereka, hal-hal mengerikan yang mereka lakukan pada wanita dan pria manis. Ketakutan naik ke leher Sehun, dan ia berusaha keras untuk menelannya lagi. Tidak, ini hanya mimpi buruk. Oh, semoga ini benar-benar hanya mimpi buruk!

Jongin mengambil celana selutut dan sepatu bot, lalu mengenakan kemeja putih. " Cepat berpakaian," ucap Jongin singkat, dan mengaduk-aduk lemari rosewood untuk mencari pistol.

Dengan gigi bergemeletuk, Sehun melompat dari tempat tidur ke lantai, mengabaikan tubuhnya yang setengah telanjang karena terburu-buru. Dengan panik ia mengobrak-abrik koper tempat pakaiannya tersimpan dan menemukan kemeja berwarna biru. Ia nyaris merobek piyama tidurnya saat menarik lepas, kemudian memakai kemeja biru itu. Rambut pucatnya yang selembut sutra terlihat berantakan. Saat ingin merapikan rambutnya, Sehun mendengar teriakan yang mengerikan dari atas dan ia gemetar hebat.

" Bagaimana ini bisa terjadi? " Sehun mendengar dirinya sendiri bertanya. " Bagaimana mungkin Kapten Tierney tidak tahu bahwa mereka adalah perompak? Kenapa kita tidak menembak mereka dengan meriam? Kenapa... "

Jongin berjalan menghampiri Sehun dan meraih tangannya, Sehun menunduk saat ia merasakan tekanan metal yang dingin di telapak tangannya. Jongin memberinya pistol untuk berduel yang terbuat dari besi hitam! Dengan perlahan Sehun mengangkat pandangannya ke Jongin.

Ada tatapan aneh di wajah Jongin. Kewaspadaan, ketergesaan, ketakutan. Sehun rasa ia pasti terlihat bingung, karena Jongin mengguncangkan tubuhnya dengan lembut, seolah untuk memaksanya kembali fokus. " Sehun, dengarkan aku. Pistol ini hanya bisa digunakan untuk menembak sekali. Jika mereka masuk ke sini, kau mengerti apa yang harus kau lakukan dengan pistol itu, kan? "

Sehun mengangguk singkat, napasnya tertahan di tenggorokan.

" Pria pintar," gumam Jongin, dan meraih kepala Sehun dengan kedua tangan, lalu menciumnya dengan keras. Sehun menerima tekanan bibir Jongin dengan patuh, masih mati rasa oleh kesadaran bahwa ini benar-benar terjadi. Semua terjadi dengan sangat cepat, tidak ada waktu untuk berpikir.

" Katakan padaku semua akan baik-baik saja, " ucap Sehun dengan suara terbata-bata, bergelayut di bagian depan kemeja Jongin. " Jongin... "

Jongin melingkarkan lengan di seputar tubuh Sehun, memeluknya. " Tentu saja semua akan baik-baik saja, " ucap Jongin di rambut Sehun. " Jangan takut, Sehun. Aku... " Jongin tidak meneruskan perkataan itu, hanya memberikan pelukan erat pada Sehun sebelum melepaskannya. Sambil melangkah mundur, Jongin berbalik untuk pergi meninggalkan kabin.

Tanpa bersuara Sehun melafalkan nama suaminya. Jongin. Saat Jongin berjalan menjauh darinya, bayangan lorong menyelubungi sosok pria yang menjadi suaminya itu dalam kegelapan. Jongin tidak menoleh ke belakang. Sehun dihinggapi firasat buruk. " Tuhanku, aku tidak akan pernah melihatmu lagi. " Bisik Sehun, dan ia merasakan lututnya mulai gemetar. Dengan langkah terseok-seok, Sehun berjalan ke pintu dan menguncinya dengan tangan gemetar, kemudian menyingkir ke sudut kabin, pistol tergenggam erat di depan dadanya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC or END?

Ini remake novel Lisa Kleypas dengan judul yang sama yaaa...

Kira kira ada yang berminat? Kalau ada bakalan lanjutttttt

Karena kalian udah baca jadi wajib review yaaa...