Semua karakter dalam animanga Naruto adalah milik Masashi Kishimoto. Penulis hanya meminjam dan tidak mengambil keuntungan apa pun dalam menulis fanfiksi ini.
Uchiha Sasuke | Haruno/Uchiha Sakura | Naruto © Masashi Kishimoto | Story © Prominensa
Didedikasikan untuk SSFD 2019 ( #SSFD2019 )
.
Infinit
.
"Sakura, ada daun kering di rambutmu." Suaranya sedikit serak, khas pria lima puluh tahunan.
Tak ada lagi rambut sehitam jelaga. Hanya warna perak yang mendominasi. Namun, rupawan di wajahnya tak juga memudar. Meskipun ada puluhan kerut terukir di beberapa bagian, dan nyaris seperti kerat pada kulit pohon yang berdiri tegak di sebelahnya.
Sakura menoleh ke arah Sasuke. Sandal tipis yang ia kenakan menginjak beberapa lembar daun kering di sekitar kaki mereka. Bunyi gemeresik menyapa telinga. Mengembangkan senyum di kala senja mulai hadir menghiasi angkasa. Matanya berkedip cepat sebanyak dua kali.
Pria itu mengangkat sebuah kamera kecil. Jari-jarinya gemetaran. Pun telunjuk yang ia gunakan untuk menekan tombol. Sebisa dan sebaik mungkin ia mendapatkan titik fokus di hadapannya, yaitu senyum Sakura.
"Oh, Sasuke!" pekiknya. Pelan-pelan ia melangkah semakin mendekat. "Jangan paksakan dirimu, Sayang! Jarimu tak sekuat dulu." Sakura membelai pipi Sasuke dengan tangannya yang keriput.
"Tapi aku ingin melakukannya, Nenek." Sambil terbatuk, Sasuke membalas ucapan Sakura.
Tawa Sakura meledak. Ia memukul dada Sasuke tanpa tenaga. "Kau tak perlu mengabadikannya lewat kamera, Kakek." Pukulan itu berubah menjadi pelukan manja. "Karena kau akan terus mengingatnya ... senyumku abadi di hati dan pikiranmu."
Sasuke mengangguk, mencium sekilas pucuk kepala Sakura. Rambut itu sama berubah warnanya seperti milik Sasuke. Namun, kulit Sakura masih terasa lembut meski sudah mengerut.
"Aku tidak akan pernah lupa, Sakura."
Angin yang bersua tiba-tiba membuat kedua mata Sasuke terpejam. Membuatnya mimpi indah. Seindah langit sore hari ini.
.
.
Di lain waktu, Sasuke melihat tubuhnya terbaring tak berdaya. Warna kulitnya putih pucat. Pun bibirnya yang tipis. Kelopak mata itu tak lagi membuka. Berkali-kali putrinya menggoyangkan tubuh kurus Sasuke, tapi tetap saja ia tak juga bangun.
"Ayah! Ayah! Bangun, Ayah!" jeritnya frustrasi.
Sasuke yang berdiri di sudut kamar langsung saja menyadari suatu hal. Ia sudah mati. Raga dan jiwanya tak menyatu. Penyakit diabetes yang ia lawan selama lima tahun terakhir ini, tak memberinya waktu hidup yang panjang di dunia.
Sebelah pundaknya terasa berat. Sepertinya seseorang menepuknya dengan cukup keras. Mungkin malaikat, pikir Sasuke. Namun, itu bukan malaikat. Itu adalah Sakura, istrinya.
"Sudah tiba saatnya kita kembali bersama, Sasuke."
Keduanya tersenyum, saling mengaitkan jari mereka, kemudian berjalan menuju cahaya yang terang. Amat sangat terang. Lalu menghilang.
END
Author note:
HAPPY SSFD 2019
