Warning: boys love, typos, absurd, akhir maksa, fluff gagal, etc.
Disc: only plot mine.
Morning, Moron
Pair: Kim Namjoon/Min Yoongi
Rate: K+
Request from syubchim sunbae
.
.
.
Dering alarm yang membuat tuli, dan aroma masakan Seokjin yang menciptakan gemuruh di dalam perut, didukung silau surya yang memaksa masuk ke dalam kamar dari celah-celah kecil korden telah sukses memaksa pria itu tergugah dari mimpi indahnya sebagai rapper nomer satu seantero jagat.
Matanya berulang kali mengkerdip, ia duduk meraih ponselnya yang masih tak henti berdering.
Ketika kebisingan telah musnah, pria itu kembali membanting tubuhnya ke atas kasur, tidak peduli jika member tertua bisa sewaktu-waktu masuk ke kamar dan memaksanya turun dari ranjang dengan cara tak lazim.
Yoongi bergerak setengah sadar mencari bantal guling bergambar Kumamon-nya. Berhasil merasakan tekstur lembut kekasihnya—sang bantal Kumamon, ia mendekapnya erat bagai benda itu bisa menghilang kapan saja.
Detik-detik akhir menuju dunia dimana ia menjadi SUGA the super rapper, tubuhnya seketika terguncang, "Yoongi-ah bangun."
Itu Seokjin, ia yang mengetahui betapa keras kepalanya Yoongi tanpa ragu menyeret si helai abu-abu turun dari kasurnya. Di sisi lain, Yoongi yang terganggu mengeluarkan suara-suara protesnya pada Seokjin, hal semacam; 'Ah hyung~ jebal~', 'Jinnie hyung jebal~', 'Yoongi masih mengantuk', 'Jangan pisahkan aku dari Kumamon'—percayalah itu masih sangat sederhana—dan jika itu bukan Seokjin, mereka mungkin akan termakan rayuan Yoongi, namun yang paling tua sudah terbiasa dengan kelakuan dongsaeng-nya yang satu ini.
Sukses menyeret pria kelahiran tahun '93 itu ke meja makan, Seokjin menghembus nafas puas, ia kemudian beranjak menuju kamar si trio idiot.
Yoongi yang ditinggalkan, menaruh kepalanya diatas meja, tangannya menelungkup untuk mendukung kepalanya tetap tegak menatap sepiring jaeyook panas di hadapannya.
Setelah beberapa saat berlalu, Seokjin yang tak kunjung datang mulai membuatnya cemas, pasalnya, perutnya sudah berulang kali mengeluarkan suara gemuruh memohon untuk segera diisi.
Pada saat Yoongi mulai memunculkan niat untuk menyantap sarapannya lebih dulu, salah satu dongsaeng-nya keluar dari kamar mandi, berjalan santai mendekati meja makan, lalu menempati kursi kosong di hadapan Yoongi.
Si helai abu-abu meluruskan punggungnya, menatap lekat wajah sang dongsaeng, pasang alisnya menukik turun bersamaan dengan kerutan yang muncul di keningnya, membuat sayu maniknya makin terlihat.
"Pagi hyung," sapa sang dongsaeng ramah.
Namun Yoongi mengabaikannya, ia terus-terusan menatap wajah si rambut hijau dengan tidak nyamannya.
"Ada apa hyung?" tanya si rambut hijau, Kim Namjoon yang menyadari bagaimana hyungnya menatap wajahnya penuh ketidak puasan, "apa ada sesuatu di wajahku?"
Yoongi menggeleng cepat.
"Oh okay," ucap Namjoon menggaruk tengkuknya grogi.
Namun sesaat kemudian Yoongi berdiri, "Sebenarnya Namjoon-ah," Namjoon menegadah, "bisakah kau ikut aku sebentar?"
"Kemana?"
"Bisakah kau ikut aku sebentar?" ulang Yoongi dengan nada kesal.
"Um, baiklah."
Yoongi memandu Namjoon ke kamar mandi.
"Jadi sebenarnya ada apa hyung? Kenapa membawaku kemari?"
Mengabaikan pertanyaan si jangkung, Yoongi membuka rak penyimpanan di balik kaca, sebotol krim cukur dan sebuah pisau cukur diambilnya.
"Hyu—BWAH!"
Yoongi tertawa kecil sementara Namjoon si korbang semprotan krim cukur Yoongi sedang berusaha membersihkan cairan laknat yang masuk kedalam mulutnya itu.
"Maaf tapi kau yang membuatku melakukannya," ucap Yoongi sambil meratakan krim di wajah Namjoon, "kau tidak tuntas mencukurnya," Yoongi menghela nafas, "sebenarnya selain rap dan membuat lagu, apa yang bisa kau lakukan?"
Tak ada jawaban.
Lalu, ditengah-tengah aktifitas Yoongi itu, suatu kendala klise—walau Yoongi benci mengakuinya—terjadi, tinggi sang leader yang keterlaluan itu sungguh menyulitkannya, tangannya pegal jika ia terus mengangkatnya tinggi-tinggi.
"Yak Kim Namjoon, permudah pekerjaanku, tolong menunduklah sedikit dasar jangkung."
Namjoon terkekeh, ia membungkukkan tubuhnya sedikit seperti yang Yoongi minta. Namun skenario yang muncul tidak sesuai dengan harapan Yoongi, pose membungkuk Namjoon membuat kepala sang dongsaeng menjorok kedepan, menyisakan sekitar 10 centi antara bibir Yoongi dengan milik Namjoon.
Sial.
Yoongi sekuat tenaga mempertahankan ekspresi datarnya, walau berhasil, Namjoon masih dapat melihat rona samar di wajah sang hyung. Ia tersenyum.
"A-apa yang kau pikirkan?"
"Tidak ada."
Selesai dengan krim cukur yang terpoles rata di wajah bagian bawah Namjoon, Yoongi mulai bekerja menggunakan pisau cukur.
Beberapa menit berlalu sampai Yoongi akhirnya selesai, ia mengembalikan alat cukur itu kembali ke tempatnya, kemudian atensinya dikembalikan ke wajah Namjoon.
"Lain kali bisakah kau lebih teliti?"
"Hm," mengecup pipi Yoongi cepat, Namjoon lalu berjalan keluar dari kamar mandi sambil meneriakkan, "Terimakasih hyung."
Dan wajah Yoongi tidak bisa lebih merah lagi, "Dasar Kim Namjoon."
.
.
.
END
A/N: Kena writers block /sad. Kayudit maaf mengecewakan ;-; awalnya gayakin ini dipost, itu akhirnya kelewat maksa si ;-; /kubur diri/
