.
.
.
Home is where your heart is.
It takes hands to build a house, but only hearts can build a home..
.
.
.
Author Ela_JungShim presents
An Alternate Universe fanfiction
"Home"
Pairing : HoMin (Jung Yunho X Shim Changmin)
Rate : T
Length : ?
Desclaimer : They're belongs to GOD, themselves and DBSK/TVXQ/ToHoShinKi
Warn : TYPO's!
This is HOMIN Fanfiction. Jadi pair utamanya adalah HOMIN. Bagi yang tidak suka, silahkan angkat kaki dari fanfic ini.
Ela JungShim is back~
.
.
.
.oOHOMINOo.
.
.
.
.
Jung Yunho dan Shim Changmin. Orang awam maupun teman-teman dekat keduanya pasti akan dapat dengan yakin mengatakan bahwa kedua orang itu adalah pasangan paling cocok dan paling ideal.
Kenapa?
Kalian tanya kenapa?
Satu, untuk orang awam yang tak mengenal mereka, penampilan keduanya lah yang menjadi faakornya. Karena Jung Yunho, sang dominant dalam hubungan keduanya, meskipun selisih beberapa senti lebih pendek dari Changmin, namun postur gagah namja itu jelas menunjukkan betapa manly lelaki tersebut. Apalagi, dengan wajah yang ketampanannya tak bisa di sangkal, aura maskulin yang menguar dari setiap pori-pori tubuh Yunho membuatnya sangat pantas bersdiri disamping Changmin, yang meskipun lebih tinggi, namun bertubuh ramping dan gemulai. Berparas manis dan menawan. Selalu nampak elok dalam setiap penampilan dan balutan baju rancangannya sendiri. Yang satu tampaan, yang satunya manis. Yang satu begitu manly dan macho, yang satu nampak anggun dan feminin. Seperti Yin dan Yang, bertentangan, namun saling mengisi.
Yang kedua, karena mereka sudah kenal sejak lama. Istilah sahabat jadi cinta berlaku dengan sangat baik bagi keduanya. Bermula dengan hubungan sunbae dan hoobae di high school, menjadi pengurus sekolah bersama dan menjadi dekat. Terus bertemu, bercakap, berteman hingga di bangku perkuliahan, sampai ketika keduanya sama-sama menyadari perasaan mereka lebih dari sekedar teman—dan akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih.
Ketiga dan yang paling utama, adalah, karena di dunia ini, tak ada yang lebih mengerti Yunho selain Changmin, dan begitu pula sebaliknya, tak ada yang lebih mengerti Changmin selain Yunho. Hanya dengan saling melihat pancaran mata masing-masing, mereka bisa saling tahu apa yang tengah dirasakan oleh yang lain. In other word, They're perfect for each other.
Keduanya menyusuri taman dengan jemari yang saling bertaut erat. Meskipun tak ada kata saling bertukar, namun senyum yang terpatri di bibir keduanya menunjukkan betapa kehadiran satu sama lain sangat berarti bagi mereka. Satu detik mereka masih menyusuri taman, detik berikutnya punggung Changmin menyentuh batang pohon, dengan Yunho kini berada di hadapannya.
Sepasang mata saling memandang. Bertukar kata cinta melalui tatapan masing-masing.
Jemari Yunho bergerak ke pipi Changmin. Menyentuh halus dan lembutnya kulit kekasihnya di sana. Setelahnya, sebuah senyum tersungging di bibir Yunho, dan ia menyegel bibir Changmin dengan bibirnya sendiri. Satu tangannya yang lain meraih pinggang ramping Changmin dan menariknya mendekat.
Changmin sendiri mengalungkan kedua lengannya ke leher Yunho. Menikmati setiap sentuhan bibir Yunho pada bibirnya sendiri. Sebelum ia membuka bibirnya, dan pergelutan panas di dalam mulutnya mengambil nafas dan kewarasannya.
.
.
.
Sebuah pasangan yang begitu sempurna, harmonis, dan saling mencinta. Hingga tak ada yang menduga kalau enam bulan kemudian...
.
.
.
.oOHOMINOo.
.
.
.
Changmin menghempaskan tubuh lelahnya ke sofa di ruang tamu, dan mengurut pelipisnya yang terasa mulai pening. Satu minggu ini hidupnya seolah tengah di kejar-kejar tak menentu. Akhir bulan ini ia akan mengadakan fashion show untuk baju-baju rancangannya, dan akan ada banyak artis serta para kritikus mode yang akan menghadirinya. Jika para artis itu menyukai rancangannya, maka bisa di pastikan kalau orderan dengan nominal yang banyak akan menghampirinya. Namun satu komentar buruk dari para kritikus mode akan membuatnya kesulitan dan masuk ke dalam masa paceklik.
Karena itulah, setiap hari ia terus mengunci diri di kantor butiknya untuk terus dan terus menggambar design—dengan tekanan yang sangat berat, dan rasa frustasi yang makin mendekati akhir bulan, semakin memuncak. Apalagi ia masih harus berbasa-basi dengan sempurna di depan pelanggan rutinnya yang meminta untuk di buatkan baju dengan design yang bermacam-macam tuntutannya.
Pelipisnya makin berkedut tak menyenangkan saat ia melihat adanya beberapa dasi yang tergeletak begitu saja di meja makan.
'Jung Yunho...' batinnya dengan geram. Siapa lagi pelaku kekacauan di rumah mereka kecuali si Jung-berantakan-Yunho! Tiga tahun mereka tinggal bersama sebagai pasangan, dan pria itu benar-benar tak bisa mengubah kebiasaanya yang berantakan dan seenaknya sendiri!
Neat freak-nya yang sudah mendarah daging membuatnya bangkit dari sofa, dan dengan tubuh yang sudah berat dan lelah karena tekanan pekerjaan, ia mengambil dasi-dasi sialan itu, dan sepasang mata bambinya menyipit tak senang melihat tumpukan piring dan gelas kotor. Memang salahnya karena pagi tadi ia berangkat lebih dulu dibandingkan Yunho. Tapi ia sudah menyiapkan sarapan dan menegaskan Yunho untuk langsung mencuci piring-gelas yang ia gunakan. Tapi melihat tumpukan berantakan ini, sudah jelas kalau lelaki yang lebih tua darinya itu tak menghiraukan kata-katanya sama sekali!
Sial! Ia sudah sangat lelah, seharian ia berkutat dengan berusaha mencari berbagai design kreatif untuk fashion show-nya, dan sampai rumah masih harus membereskan hasil tingkah berantakannya Yunho!
Dengan amarah dan rasa lelah yang sangat, ia mencuci semua piring-gelas kotor itu, dan mengambil dasi-dasi sialan itu, membawanya ke kamar mereka, untuk kemudian menggantungnya dengan rapi di gantungan khusus dasi.
Melihat ke sekeliling, sepasang mata bambinya terpaku pada springbed empuk yang seolah mengundangnya. Dan tubuhnya yang sudah lelah seolah semakin memaksanya untuk segera menidurkan diri di atas empuknya springbed mahal itu.
Tapi... Yunho belum pulang, dan ia selalu menunggu kepulangan Yunho dulu sebelum ia tidur...
Ia menelengkan kepala dan bunyi 'krek' yang terdengar dari tulangnya membuatnya mendesah lelah.
"Ah, sudahlah. Cukup kabari lewat pesan saja." gumam Changmin dengan lemas, dan langsung menjatuhkan diri d atas matras super empuk.
.
.
.
.oOHOMINOo.
.
.
.
Lelah. Stress. Frustasi. Capek. Kesal. Kesal. Kesal.
Hanya hal-hal itu yang berkutat di benak Yunho saat ia mengemudikan mobilnya di malam buta. Berminggu-minggu ia dan rekan satu divisi-nya melacak peredaran narkoba yang di duga didalangi oleh kelompok Han yang diduga merupakan cabang dari kelompok kriminal raksasa bernama Triads di Cina.
Tapi ia kecolongan.
Malam ini, ia mendapat info kalau akan ada transaksi besar di salah satu sudut pelabuhan. Namun setelah ia dan pasukannya datang, ternyata tempat itu sudah kosong. Hanya ada sebuah pesan yang mengatakan bahwa kelompok Han tak akan semudah itu bisa di lacak oleh polisi Korea Selatan.
Di permainkan.
Ia dan divisinya, beserta kepolisian kota Seoul benar-benar hanya dipermainkan oleh kelompok Han, dan ia benar-benar merasa kesal dan marah. Berminggu-minggu bekerja dengan sangat berhati-hati agar tak ada satupun clue atau informasi yang terlewatkan, juga menjaga kerahasiaan operasi mereka, namun semua itu berbuah nihil!
Dan itu membuat Yunho merasa sangat frustasi dan kesal setengah mati.
Sampai ke rumah, ia menghela nafas melihat kalau tak ada Changmin yang menyambutnya pulang. Yaaa, memang sih, ia sendiri yang selalu bilang agar Changmin tak menunggunya pulang jika sudah terlalu malam. Namun ia tak bisa menyangkal kalau keberadaan Changmin yang menyambutnya pulang dengan senyum lebar dan manisnya, mampu membuatnya letihnya seolah terobati.
Ia masuk ke kamar, dan mendapati kekasihnya semenjak masa perkuliahan itu tengah tertidur dengan lelapnnya. Menghela nafas, ia melepas bajunya, dan melemparnya begitu saja ke keranjang baju kotor di sudut kamar. Soal bajunya yang hampir semuanya idak ada yang masuk ke keranjang kotor, dan malah berceceran di lantai, Yunho hanya mengangkat bahu dan berjalan ke kamar mandi untuk cuci muka dan menggosok gigi. Soal kerapihan rumah, itu urusan Changmin, bukan urusannya sama sekali.
Karena itulah, jantungnya nyaris lompat dari dadanya saat ia kembali masuk ke kamar dan menemukan Changmin—yang sudah terbangun—tengah menginjak-injak baju kotornya itu di dalam keranjang baju kotor. Ia mengerjapkan mata saat melihat kalau, ya, baju seragamnya sudah masuk ke dalan keranjang baju kotor, dan kaki jenjang Changmin tengah menginjak-injak baju seragam kepolisiannya dengan kesal.
"Min-ah! Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Yunho dengan kesal melihat seragam kebanggaannya menjadi objek injakan kekasihnya.
"Apa yang aku lakukan? Apa kau tak bisa melihatnya? Aku sedang memasukkan baju kotormu yang berserakan di lantai ke dalam keranjang baju kotor, seperti yang memang seharusnya kau lakukan!" sentak Changmin kesal dengan menekankan kalimat terakhirnya.
"Lalu kenapa kau malah menginjak-injak seragamku di dalam keranjang itu?!"
Changmin menatap kesal pada Yunho dan mengeluarkan kaki jenjangnya dari keranjang itu. Ia menyedekapkan tangannya di dada, menaikkan dagunya dengan angkuh, dan menyipitkan mata menatap Yunho.
"Kau tanya kenapa? Itu karena aku kesal padamu! Apa kau ini benar-benar tak bisa untuk sekaliiiiii saja membereskan bajumu?"
Yunho menatap kekasihnya, dan ia menghela nafas. 'Masalah ini lagi,' pikir Yunho dengan malas. Bukan salahnya kalau ia ini bukan orang yang rapi dan harus membereskan setiap benda berantakan di setiap sudut rumah. Dan setiap kali Changmin mulai membahas masalah kerapihan dan kebersihan rumah, itu semua selalu menyalahkan Yunho, dan jelas membuatnya sangat kesal.
"Jangan bahas hal ini lagi Min-ah. Aku lelah sekali hari ini." ucap Yunho dengan nada final.
Namun Changmin, yang memang sudah sangat lelah, masih harus membereskan rumah, baru tidur sebentar dan menemukan baju Yunho berserakan dilantai, tak menggubris kalimat Yunho.
"Jadi kau lelah? Lalu kau pikir aku tak lelah? Setiap hari, kau selalu saja membuat rumah berantakan. Dan siapa yang harus membereskannya? Aku! Aku yang membereskan dan membersihkan setiap sudut rumah. Aku yang memasak. Aku yang mencuci piring. Aku yang mengurusi semua baju kotormu. Aku juga bekerja, dan kau pikir kau saja yang lelah?!" seru Changmin dengan nada tinggi penuh amarah.
Dan terpancing oleh Changmin, yang marah dan meyalahkan dirinya, Yunho bisa merasakan kalau semua rasa lelah dan kesal yang mengendap di dalam hatinya, mulai muncul ke permukaan.
"Jangan bandingkan pekerjaanmu dengan pekerjaanku! Yang seharian kau kerjakan kan hanya duduk dan menggambar saja! Sedangkan aku harus mengurusi berbagai tindak kriminal! Lagipula, waktumu di rumah kan lebih banyak, dan kau sendiri yang memaksa kalau rumah harus selalu bersih. Jadi kalau kau merasa lelah bersih-bersih rumah, ya itu salahmu sendiri!"
Jika ini di film kartun, maka bisa di pastikan kalau ini di pelipis keduanya sudah terlihat urat marah.
Dan sengatan rasa sakit yang dirasakan Changmin karena kata-kata Yunho membuatnya sedih. Sedih, dan semakin marah. Serta terluka.
"Oh, jadi sang petugas kepolisian sekarang menganggap pekerjaan seorang designer sebagai pekerjaan yang mudah dibandingkan dengan polisi?" mulai Changmin dengan nada dinginnya yang penuh bisa. "Setidaknya aku yang hanya duduk dan menggambar ini menghasilkan baju yang sampai di pakai oleh artis. Sedangkan kau? Kurasa para petugas kepolisian kota Seoul ini hanya kumpulan orang-orang yang tak bisa apa-apa, karena buktinya, tindak kriminal terjad setiap hari, dan berita tentang narkoba selalu mejadi topik utama tanpa penyelesaian!"
Kali ini bisa mematikan Changmin tepat mengenai sasarannya, dan api amarah Yunho semakin berkobar.
"Tutup mulutmu yang penuh bisa itu Changmin. Kau tak tahu apa-apa tentang pekerjaanku, dan jangan berani-beraninya kau menghina!" bentak Yunho dengan ekpresi marah yang membuat wajahnya kini terlihat begitu seram.
"Aku? Menghina? Sekarang tolong kau ingat lagi, oh tuan anggota kepolisian yang selalu merasa benar, siapa yang lebih dulu menghina pekerjaan siapa?!" tantang Changmin tanpa kenal takut.
Jika ini dalam situasi biasa, maka Yunho selalu menemukan Changmin dalam mode yang marah besar begini adalah Changmin yang super sexy dan akan mendorong kekasihnya itu ke atas tempat tidur untuk menikmati membuat kekasihnya itu gemetar dan mendesahkan namanya, Kali ini tidak. Dengan posisi dirinya yang tengah kesal dan sangat lelah, kali ini semakin besar amarah Changmin, semua itu semakin menyulut kemarahannya.
"Oh, jadi kau merasa aku menghina pekerjaanmu, jadi kau membalasku? Aku hanya menjabarkan perkerjaanmu—duduk dan menggambar, dan kau menganggapnya hinaan? Lalu kau membalasnya dengan kata-katamu yang merendahkan itu. Kekanakan sekali kau Shim Changmin."
"Kekanakan? Kau berani mengatakan kalau aku ini kekanakan?!" seru Changmin tak percaya. Selama mereka mejadi sepasang kekasih, ia lah yang selalu bertingkah lebih dewasa, dan sekarang namja didepannya ini berani mengatainya kekanakan? Tak bisa dipercaya!
"Ya! Kau ini kekanakan! Kau merasa aku menghina pekerjaanmu, dan kau membalasnya dengan sangat kasar. Lalu soal kau yang mengeluh karena kau lelah membersihkan rumah? Itu juga sangat kekanakan. Kau sendiri yang memaksa agar rumah selalu bersih, tapi saat kau merasa capek, kau menyalahkan semuanya padaku. Bukan salahku kalau aku ini tak sepertimu yang gila kebersihan, tapi kau menuntutku untuk memenuhi standarmu. Kau tak bisa menerimaku apa adanya, dan sekarang kau marah. Aku ini lelah! Kau menuntutku untuk seperi dirimu, sedangkan aku sendiri harus bekerja dan menguras semua energiku." Yunho mengambil nafas panjang. "Aku lelah. Dan bayangkan apa yang kudapat saat sampai ke rumah? Bukannya kekasih yang membantuku menghilangkan lelahku, tapi yang kutemui malah kau yang marah-marah, menyalahkanku, dan mengatakan hal-hal yang menyakitkan. Aku lelah. Lelah dengan keberadaanmu Shim Changmin."
Changmin mematung. Ia nyaris tak mempercayai pendengarannya. Dan saat kalimat terakhir Yunho memasuki indra pendengarannya, semua tuduhan Yunho yang sangat tidak benar itu membuatnya tiba-tiba merasa sangat lelah. Lelah, sedih dan sakit hati.
"Apa kau pikir kau saja yang lelah?" bisik Changmin dengan nada pedih yang sangat kentara. Suaranya bergetar, dan ia menahan air mata yang berusaha untuk jatuh. "Apa kau pikir aku tak lelah bersamamu selama ini? Aku tak memintamu membersihkan rumah. Aku hanya memintamu untuk berusaha menjaga kebersihan rumah, dan itu saja tak bisa kau lakukan. Aku tak memintamu untuk belanja dan memasak. Aku hanya memintamu untuk langsung mencuci piring dan gelas yang kau gunakan, itu saja. Aku tak memintamu untuk mencuci baju. Aku hanya meminta agar kau menaruh baju kotormu di keranjang baju kotor yang sudah tersedia. Aku hanya memintamu melakukan hal-hal kecil yang mudah, Aku bukannya tak bisa menerimamu apa adanya, tapi aku hanya berharap kita bisa berkompromi, karena sekarang kita ini hidup bersama. Aku lelah, Jung Yunho. Lelah, karena setiap kali aku berangkat bekerja dengan kondisi rumah yang rapi, sepulang kerja aku selalu menemukan rumah ini kembali berantakan. Aku lelah, karena kau tak menghargai pekerjaanku sama sekali. Tak pernah sekalipun kau datang saat aku mengadakan fashion show. Aku lelah Jung Yunho. Aku lelah menjalani hari-hariku bersamamu."
Changmin mengambil nafas dalam, dan berbalik memunggungi kekasihnya itu. Demi Tuhan, ia masih sangat mencintai Yunho. Bahkan dengan segala tingkah dan kelakuan namja itu yang membuatnya lelah secara fisik dan mental, hatinya masih menyuarakan rasa cintanya pada Yunho.
Dengan suara yang bergetar dan air mata yang mulai meleleh, Changmin memaksakan dirinya untuk berucap, "Dan karena kita sama-sama lelah, lebih baik kita akhiri saja hubungan kita sampai disini."
Yunho memandang punggung kekasihnya yang bergetar. Hatinya seolah di remas kuat melihat sosok itu menangis, dan memungunginya. Ia masih sangat mencintai Changmin-dan hanya Tuhan yang tahu kalau mungkin tak ada orang yang bisa mengisi hatinya selain Changmin-namun, ia lelah. Ia lelah, dan Changmin pun juga lelah. Tak ada hal baik yang didapat jika mereka meneruskan hubungan ini.
"...Aku rasa itu hal yang terbaik."
.
.
.
.oOHoMinOo.
.
.
.
Setelah kejadian malam itu, dengan cepat rumah itu menjadi sunyi senyap. Sunyi, karena tak ada lagi yang menghuni rumah tersebut. Changmin dan Yunho, keduanya sama-sama memutuskan keluar dari rumah itu karena tak ada yang sanggupp untuk tinggal disana.
Changmin tinggal di butiknya, sebelum ia akhirnya menemukan apartemen kecil yang bisa ia sewa dan ia tinggali.
Sedangkan Yunho, ia akhirnya menerima rumah tinggal yang memang merupakan fasilitas dari pemerintah. Tadinya ia menolak, karena ia ingin tinggal bersama Changmin, di rumah yang milik mereka sendiri. Namun...ah, sudahlah.
Dengan pekerjaan yang berbeda dan tempat tinggal yang terpisah, tak pernah sekalipun keduanya bertemu dan berkomunikasi. Hubungan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun itu terputus begitu saja, meskipun dalam hati keduanya, ada cinta yang masih sebegitu besarnya.
.
.
.
.
.
.
END or TBC?
Big Thanks buat semua reader yang sudah review di fanfic-fanfic bikinan Ela ya~
Kaze5yuna1315, July park, Nerissa Djie, Laxyovrds, Yunlicha, Epiknornhater, Hominshinki, Soni Jung, Lennie239, Nuy-bdg, Changru Minru, Melqbunny, Troalle, Hyena leee, Chuchu0203, Wiwie, Alicia Kim Kin, toto-chan, cooly224, Kim YeHyun, hb8, Bambideer, Shin min hyo, ajib4ff, shineetha, Nyonyo wiyet, Andhani, Azu, Renakyu, Kim Tria, luvhomin, yu, dan semua yang sudah meninggalkan jejak~~
Oh, Happy birthday(biarpun telat) buat Yunlicha si Lia mechum, Ayuda Antariksa maknae kesayangan, sama kakak Shim Chami~
Last, mau END aja sampai disini? Atau TBC dan ada kelanjutannya?
