Tok! Tok! Tok!

Seorang wanita berambut hitam ikal kini berdiri di depan pintu sebuah flat apartemen. Tubuh langsingnya dibalut cocktail dress berwarna merah yang hanya menutupi setengah paha. Kaki mungilnya terlihat seksi dengan stiletto berwarna senada. Untuk melengkapi penampilannya, sebuah tas tangan tergantung manis di pergelangan tangan kirinya.

Wanita itu terlihat seksi sekaligus innocent. Lihat saja mata besarnya yang memberi kesan tak berdosa.

Ia mengecek jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangan kirinya. Sembilan dua puluh delapan. Ia terlalu cepat dua menit.

Cklek...

Lelaki yang baru keluar dari flat itu tersenyum miring setelah melihat siapa yang mengetuk pintu flat-nya barusan. "Masuklah."

"Terima kasih."

Mereka kemudian menghilang di balik sebuah pintu bernomor 128. Hati kecil si wanita berbisik pelan setelah pintu itu tertutup. Tiga puluh sembilan.

.

.

.

Title:

Making Love

Cast:

Do Kyungoo - EXO D.O

Kim Jongin - EXO Kai

Kim Joonmyeon - EXO Suho

Byun Baekhyun - EXO Baekhyun

Genre: Romance, Hurt/Comfort

Rating: M

.

-Genderswitch for Uke-

.

.

.

WARNING!

MATURE CONTENT

NC (No Children), SMUT, Lime, BDSM

.

.

.

"Ah… Harder, baby…"

"Feels good, huh? Such a little slut."

Plak!

Kyungsoo, wanita yang kini sedang berbaring di bawah kungkungan tubuh seorang pria bertubuh kekar, diam-diam tersenyum miring. Demi apapun, tusukan-tusukan pria yang bergerak di atasnya ini begitu nikmat. Titik terdalam Kyungsoo sudah tersentuh berkali-kali yang berakibat pada hilangnya kontrol Kyungsoo atas dirinya.

"Yes, baby. I'm your slut."

Well, itu memang benar. Kyungsoo disewa dengan harga tujuh puluh ribu won untuk malam ini. Harga yang wajar mengingat service Kyungsoo yang maksimal—intercourse, oral, anal, bahkan bondage pun Kyungsoo sanggup. Hanya perlu stamina, tujuh puluh ribu won bahkan terasa murah bagi beberapa orang yang pernah menjadi pelanggannya.

Kyungsoo perempuan murahan. Itu kata orang-orang.

.

.

"K-Kau yakin ingin melakukannya?"

Lelaki itu mengangguk. "Ayolah, bukankah kita saling mencintai?"

"T-Tapi—"

"Apa?" lelaki itu tersenyum menenangkan. "Kau takut?"

Kyungsoo mengangguk. "B-Bahkan aku t-tidak tahu c-ca-caranya."

"Tenang saja, ada aku."

.

.

Tubuh Kyungsoo sekarang dibalik hingga wanita itu berubah posisi menjadi menungging membelakangi pelanggannya. Ia sudah belajar banyak tentang ini, jadi ia dengan sengaja menekan otot perutnya ke bawah hingga pantatnya terlihat lebih mencuat.

"Oh, kau memang seorang proffessional. Berapa kali kau melakukan ini, slut?"

Plak!

"Ngh…"

Lelaki itu menyeringai puas setelah melihat tanda kemerahan yang tercetak di pantat putih milik Kyungsoo. "Kau menyukainya, hmm?"

Plak!

"Y-Yes! I love it! Spank me harder, daddy!"

.

.

"S-Sakit…"

"Tahan sedikit, sayang."

Kyungsoo mencengkram bahu kekasihnya agak terlalu erat hingga menghasilkan bekas kemerahan. "S-Sakit sekali… Lepas…"

"Tidak, Kyung. Sebentar saja."

Mulut Kyungsoo membentuk huruf O besar ketika kekasihnya menusuknya dengan sekali sentak, merobek selaput dara Kyungsoo hingga kewanitaannya mengeluarkan darah segar.

"A-Ah…"

"Kau milikku, Kyungsoo. Milikku."

Iya. Sejak kejadian hari itu, tubuh Kyungsoo jadi milik kekasihnya, Kim Jongin.

.

.

"A-Aaahhh…"

Kyungsoo meringis merasakan sesuatu yang besar masuk ke dalam lubang analnya. Pelanggannya ini tidak mau repot-repot memakai lube—hal yang biasa dilakukan oleh lelaki yang hobi bermain kasar.

Lihat saja, lelaki itu kini memaju-mundurkan tubuhnya dengan brutal. Tubuh Kyungsoo sampai tersentak-sentak ke depan.

"Kurang ajar, lubangmu sempit sekali, ngh…"

"M-Milikmu yang—ngh… Besar, Tuan."

Kyungsoo sudah pandai ber-dirtytalk. Ia belajar dari pengalamannya selama melayani pelanggan-pelanggannya. Laki-laki suka perempuan yang merendahkan dirinya, itu konklusi Kyungsoo.

"Kau mengeratkan lubangmu, huh?" lelaki itu kemudian menampar pantat Kyungsoo agak lebih kasar dari sebelumnya. "Anak nakal."

"H-Hukum aku k-kalau begitu, ah…" Kyungsoo menggigit bibir bawahnya, tidak memungkiri bahwa ia menikmati perlakuan kasar pelanggannya.

Lelaki itu menyeringai mendengar ucapan Kyungsoo. "Hukum? Hmm? Memangnya kau tahan jika aku menghukummu?"

Geraman dalam pelanggannya saat berbicara membuat Kyungsoo semakin terangsang. "T-Tahan atau tidak, h-hukum saja a-aku. Ngh…"

"Baiklah." pria mesum itu menyeringai. "Kau yang meminta."

.

.

"Sempit sekali, sayang. Ngh…"

"Ah, pelan-pelan sayang. Ssshhh…"

Setelah Kyungsoo dan Jongin melakukannya untuk pertama kali, mereka jadi sering mengulangi perbuatan mereka yang satu itu. Rumah Jongin, rumah Kyungsoo, kamar hotel, bahkan kolam renang pernah menjadi saksi bisu percintaan mereka berdua. Selama mendapat privasi, mereka tidak masalah dengan tempat yang mereka gunakan.

"I'm close, Jongin. I'm close." desah Kyungsoo di telinga Jongin yang memerah.

"Me too, baby. Datanglah bersamaku."

Lima tusukan lagi dari Jongin dan mereka bergetar hebat. Ini pelepasan Jongin yang ketiga, entah yang keberapa bagi Kyungsoo. Jongin kemudian merebahkan tubuhnya di sisi Kyungsoo yang kelelahan.

"Kau yang terbaik, sayang."

Jongin mengecup bibir Kyungsoo dengan sangat lembut, membuat pipi Kyungsoo semakin memerah.

"Kau juga, sayang. Kau yang terbaik."

.

.

Kyungsoo menatap tubuhnya sendiri dari cermin lemari yang menghadap ke arahnya. Tangan dan kakinya masing-masing terikat pada ujung-ujung tempat tidur hingga membentuk huruf X. Dua buah bantal diletakkan di bawah kepalanya, membuat Kyungsoo mau tidak mau harus melihat keadaan tubuhnya sendiri dari cermin di depannya.

"Kau semakin indah dalam keadaan terikat."

Tanpa aba-aba, lelaki itu kemudian memasukkan sebuah sex toy ke dalam anus Kyungsoo. Kyungsoo hanya bisa menggeram tertahan, salahkan spider gag yang sekarang membelenggu mulutnya. Laki-laki sialan, ia menusukkan vibrator ke dalam sana.

"Let's get it started, baby."

"Haaa—aaahh… Hhaaa…"

Kyungsoo hanya bisa mengeluarkan suara-suara tidak jelas dari mulutnya sementara vibrator yang bersarang di lubangnya bergetar dengan kecepatan maksimal.

"Look at yourself. Kau menikmatinya, kan?" lelaki itu terkekeh pelan. "Kau memang murahan, Kyungsoo."

Kyungsoo tidak diberi kesempatan menjawab. Pelanggannya selalu benar, termasuk pernyataannya yang menyatakan bahwa Kyungsoo murahan.

Iya, Kyungsoo memang murahan. Bahkan tidak berharga.

.

.

"Apa salahnya dengan melakukannya sering-sering?"

Kyungsoo menunduk sambil memainkan jemarinya. "Kita… Kita jadi melulu memikirkan seks, Jongin. Kita tidak pernah bicara masa depan. Setiap kita bertemu, kau selalu memintanya. A-Aku…"

Bahu Kyungsoo agak bergetar. Jongin yang sadar akan hal itu kemudian mengelus sebelah pundak Kyungsoo yang terbuka akibat pakaiannya yang minim. Pundak Kyungsoo putih, halus, ramping…

Bukannya menenangkan Kyungsoo, lelaki itu malah jadi lupa diri.

"Kyungsoo…"

Perempuan bertubuh mungil itu sekarang ada di bawah kungkungan Jongin, si pemuda berkulit gelap dengan tubuh kekar. Kyungsoo hanya bisa menatap mata Jongin dari dekat, berharap lelaki itu mau mengerti perasaannya barang sedikit kali ini.

"We're not having sex, Kyungsoo. We're making love."

Kyungsoo membelalakkan mata tak percaya. "J-Jongin"

Jongin langsung menahan tangan Kyungsoo yang berusaha mendorongnya. "Apa, sayang? Aku mengatakan yang sebenarnya, kita tidak hanya melakukan seks. Kita melakukannya karena cinta."

"Apa cinta melulu dibuktikan dengan seks?"

Skakmat. Jongin yang tidak mau terlibat masalah dengan kekasihnya itu perlahan bangkit dari tubuh Kyungsoo.

Sudah beberapa hari ini Kyungsoo sering menolak untuk diajak berhubungan intim oleh Jongin. Awalnya Jongin berusaha mengerti, tapi lama-lama ia bosan juga jika selalu ditolak seperti ini.

"Maafkan aku, Jongin. Aku hanya"

"Tidak apa-apa." Jongin merapikan pakaiannya yang agak berantakan setelah menindih tubuh Kyungsoo.

Kemudian hening. Jongin mengambil tasnya yang tergeletak di lantai, kemudian melangkah mendekati Kyungsoo yang masih terduduk di atas ranjang.

"Aku pergi dulu. Aku harus menyelesaikan skripsiku." kata Jongin seraya menyesap wangi rambut Kyungsoo.

"Maafkan aku, Jongin."

Kali ini tidak ada jawaban yang keluar dari bibir pemuda itu. Satu-satunya suara yang menjawab Kyungsoo hanya suara langkah kaki yang menjauh.

"Maafkan a"

Blam!

Pintu kamar Kyungsoo tertutup, menyisakan seorang wanita yang kini sedang menunduk sambil menangkup wajah dengan kedua tangannya. Tetes demi tetes air jatuh dari sela-sela jemarinya, membasahi karpet yang ada di bawahnya.

Apa salah jika Kyungsoo menginginkan masa depan yang indah bersama Jongin? Apakah Kyungsoo berlebihan jika ia berkhayal untuk memiliki keluarga kecil bahagia bersama Jongin?

Jika iya, Kyungsoo butuh alasan.

.

.

"Suck me real good, baby."

Kyungsoo sekarang harus bekerja untuk melakukan oral sex dengan spider gag yang masih terpasang di mulutnya. Karena mulutnya tidak bisa bergerak mengikuti bentuk kejantanan pelanggannya yang sekarang bersarang di sana, Kyungsoo harus memainkan lidahnya agar pelanggannya ini puas. Jilat kepalanya, lalu membuat gerakan melingkar naik-turun di sepanjang batangnya, kembali lagi ke kepalanya, jilat lubang kencingnya, jilat lagi kepalanya…

"Ssshhh… Just like that, baby girl."

Kyungsoo semakin bersemangat, apalagi dengan vibrator yang bergetar-getar hebat di bawah sana. Oh iya, tadi pelanggannya menambah satu lagi di dalam vagina Kyungsoo.

Dan dua-duanya disetel dalam kecepatan maksimal.

"Buka matamu, Kyungsoo. Lihat aku."

Kyungsoo mau tidak mau membuka matanya demi melihat lelaki yang kini sedang menyetubuhinya. Dia tampan, kulitnya sangat putih, dan ekspresi angelic yang belum lepas dari wajahnya meski sekarang ia melakukan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan oleh seorang malaikat.

Tanpa diberitahu pun Kyungsoo tahu bahwa ini adalah bagian dari humiliation. Kyungsoo dipaksa untuk melihat ekspresi orang yang telah merendahkannya.

"Enjoying much, huh?"

Lelaki itu terkekeh pelan sebelum menahan kepala Kyungsoo dan menusukkan miliknya dengan lebih cepat dan dalam. Kyungsoo hampir kehabisan nafas karenanya.

"I'm coming baby, I'm coming."

Kyungsoo bersyukur karena pelangannya itu sempat mengeluarkan kejantanannya dari mulutnya dan memilih untuk mengeluarkan sperma kentalnya di dada Kyungsoo. Setidaknya Kyungsoo tidak harus tersedak sperma hari ini.

"You're the best, Kyungsoo baby. You're the best."

Lelaki itu meninggalkan Kyungsoo yang masih terikat dan terbelenggu vibrator seorang diri. Mungkin lelaki itu sedang menyiapkan diri untuk sesuatu atau sedang membersihkan diri dari hal yang baru saja terjadi. Yang pasti, Kyungsoo tidak peduli.

.

.

"Aku tidak berbohong, Kyungsoo. Percayalah padaku kali ini."

Baekhyun, si penggosip kampus, tiba-tiba saja datang mendatangi Kyungsoo yang sedang membaca buku di taman. Untung saja Kyungsoo tidak punya penyakit jantung karena perempuan itu langsung duduk di sampingnya dan langsung komat-kamit tidak jelas.

"Mana mungkin, Baek. Aku tahu dia seperti apa."

"Tapi aku tidak mungkin salah dengar, Kyung." Baekhyun tetap pada argumennya. "Kau harus melihatnya sendiri."

Kyungsoo mengendikkan bahu sebelum menutup bukunya dan berkata, "Baiklah."

Baekhyun menggaet tangan Kyungsoo menuju sebuah ruangan di lantai delapan gedung fakultas ilmu politik. Lantai itu sangat sepi karena jarang digunakan lagi semenjak aula baru dibuat di lantai dasar. Tak jarang beberapa bagiannya berdebu.

"Kau mengajakku ke mana, Baekhyun. Ini tidak"

"Ssst!" Baekhyun menaruh telunjuk di depan bibirnya, isyarat bagi Kyungsoo agar tidak bersuara terlalu keras.

"Bagaimana bi"

"Ssst!"

Baekhyun akhirnya berhenti setelah mencapai pintu sebuah ruangan yang Kyungsoo yakini sebagai gudang. Jari tangan kanannya yang lentik memberikan isyarat angka.

Satu…

Dua…

Tiga…

Brak!

Hening sesaat. Keduanya sedang mencerna apa yang ada di hadapan mereka sebelum...

"Kim Jongin!"

Lelaki yang namanya dipanggil itu kemudian melebarkan mata melihat wanita yang kini sedang menatapnya intens. "K-Kyung-Kyungsoo…"

Kepala Kyungsoo tiba-tiba saja pusing. Kalau matanya tidak salah lihat barusan, seorang wanita berambut pirang sedang duduk di pangkuan Jongin dengan kondisi…

Tanpa busana dan bergerak naik turun.

Dan perempuan itu Krystal. Perempuan yang Kyungsoo ketahui sebagai mantan Jongin di SMA dulu.

Sekarang Kyungsoo tahu mengapa Jongin tidak pernah memaksanya untuk berhubungan intim lagi sejak satu bulan terakhir. Jongin bukannya mengerti perasaanya, melainkan sudah menemukan penggantinya: kembang kampus bermarga Jung.

Krystal.

Baguslah, Jongin akhirnya memiliki kekasih yang satu strata dengannya. Seorang kapten basket memang seharusnya berpacaran dengan pemimpin cheerleaders, kan?

Bukan kutu buku seperti Kyungsoo yang bahkan susah untuk diajak berhubungan seks.

Kyungsoo tidak ingin semuanya menjadi dramatis, jadi ia memilih untuk langsung pergi dari ruangan itu tanpa mengucapkan kata apapun lagi. Langkahnya tidak menghentak atau melambat, hanya langkah normal seperti yang biasa ia lakukan saat ia perlu berpindah dari tempat satu ke tempat lainnya.

Ah, dan satu hal lagi yang perlu dicatat oleh otak Kyungsoo.

Jongin tidak menahannya untuk pergi.

Tidak sama sekali, bahkan ia tidak sampai menyebut namanya dua kali.

"Kyungsoo…"

Itu suara perempuan. Kyungsoo yakin itu Baekhyun. Mana mungkin Krystal mau menyusulnya?

"Kyungsoo, maafkan aku."

Perempuan yang namanya dipanggil itu kemudian berbalik, mendapati tebakannya benar seratus persen. Yang menyusulnya hanya Baekhyun, bukan Krystal apalagi Jongin.

"Tidak apa-apa, Baek. Terima kasih."

Kyungsoo melanjutkan langkah-langkahnya yang tadi sempat tertunda. Kepalanya tetap tegak, pun kecepatan jalannya masih sama. Kyungsoo mati rasa.

"Cari orang lain untuk melupakannya, Soo. Kau berhak mendapatkan yang lebih baik."

Tidak.

"Kau hanya mencintai orang yang salah, Soo."

Tidak.

"Carilah cinta yang lain di luar sana. Jongin saja yang tidak tahu diri."

Tidak. Kyungsoo yang tidak tahu diri. Andai saja Kyungsoo tidak menolak permintaan Jongin waktu itu, mungkin Jongin tidak akan berpaling pada Krystal.

Mungkin saja saat itu Jongin berpikir bahwa Kyungsoo sudah tidak mencintainya.

Itu alasan logis, kan?

"Aku akan menemukan orang lain di luar sana, Baek."

Dengan melakukan hubungan seksah, bukan. Making love, kata Jongin.

.

.

Kyungsoo sedang bersandar pada dada pelanggannya yang cukup bidang. Laki-laki ini boleh juga, melakukan afterplay walaupun Kyungsoo hanya wanita bayaran. Mungkin ia tipikal lelaki yang romantis.

Nama pelanggannya itu Kim Joonmyeon. Setelah berbincang dengannya, Kyungsoo tahu bahwa lelaki ini bekerja di perusahaan ayahnya yang bergerak di bidang properti. Calon pewaris perusahaan tunggal, katanya.

"Ngomong-ngomong, kau sudah mencari pekerjaan setelah lulus?" Joonmyeon bertanya sambil mengelus rambut sepinggang Kyungsoo yang masih terjangkau oleh tangan kanannya. "Maksudku, pekerjaan selain ini."

Tidak perlu repot-repot menjelaskan apa yang ia maksud dengan ini karena mereka sama-sama tahu artinya.

"Belum. Aku masih tidak ingin terikat kontrak kerja." jawab Kyungsoo sambil memainkan jemarinya di dada bidang Joonmyeon.

"Kalau menjadi simpananku… Termasuk kontrak kerja atau bukan?"

Kyungsoo mendongakkan kepalanya, kaget. "Maksudnya?"

"Maksudku, aku menawarimu untuk menjadi simpananku. Permainanmu hebat, sungguh." Joonmyeon mendekatkan wajahnya pada wajah Kyungsoo yang memerah. "Bagaimana?"

"Memangnya aku dapat keuntungan apa?"

Lelaki itu tampak berpikir. "Rumah, mobil, kartu kredit, uang bulanan... Apa itu cukup?"

"Akan kupikirkan lagi."

Karena aku tidak melakukan ini karena uang.

"Bagaimana jika kutambah dengan black credit card, hmm?"

"Maafkan aku, tapi aku—"

Ucapan Kyungsoo terhenti karena ia menyadari suara dering telepon yang menginterupsi kata-katanya.

"Maafkan aku, aku harus mengangkat ini."

Joonmyeon kemudian bangkit dari tempat tidur dan mengarah menuju ruang tengah sambil membawa jubahnya. Samar-samar, Kyungsoo dapat mendengar lelaki itu mengucapkan kata 'istriku' dan 'sayang'. Oh, rupanya Joonmyeon ini sudah beristri.

"Istrimu?" tanya Kyungsoo memastikan setelah pelanggannya itu kembali dari ruang tengah.

"Hm." lelaki itu mengangguk singkat. "Hanya mengabarkan keadaannya di China."

Kyungsoo hanya mengangguk mengerti, sementara Joonmyeon kembali naik ke atas ranjang king size-nya. "Jadi, Kyungsoo, bagaimana dengan penawaranku?"

Wanita itu tampak berpikir. Rasanya tidak salah untuk mencoba menjadi simpanan orang lain. Berarti lelaki itu lebih mencintainya dibanding istrinya sendiri, kan?

"Apa penawaran terakhirmu tadi?"

"Rumah dan mobil mewah, uang bulanan dua kali lipat lebih banyak dari istriku, dan black credit card. Cukup?"

"Lalu apa yang harus aku lakukan?"

"Bercinta denganku tiap aku membutuhkanmu."

"Hmm... Baiklah."

"Jadi?" Joonmyeon mendekatkan wajahnya dengan wajah Kyungsoo sedekat mungkin. "Deal?"

"Deal."

Tanpa dikomando, mereka kembali berciuman panas. Joonmnyeon memagut bibir penuh Kyungsoo tanpa ampun, sedangkan Kyungsoo hanya bisa menerimanya sambil sesekali menyematkan seringaian tipis.

Kyungsoo tidak tahu konsep cinta itu seperti apa, tapi making love bisa membuat Kyungsoo kaya mendadak dan merasa berarti sekaligus. Tentunya setelah tiga puluh sembilan kali mencoba making love dengan orang yang berbeda.

Mungkin malam ini Kyungsoo telah berhasil 'membuat cinta'.

Mungkin.

.

.

.

END

.

.

.

Sebenernya aku mau curhat lewat FF ini, tapi somehow aku ga bisa nunjukkin alesan yang sama dengan alasanku untuk tokoh Kyungsoo yang memutuskan untuk 'menjajakan diri' di sini.

Intinya, Kyungsoo nyari cinta pake 'making love' biar dia tau siapa yang bener-bener cinta sama dia.

Mind to review?