Fic Indo ke 2 saya! Bwoopwoopwoop~ (?)
Haiii Minna! Saya kembali lagi stelah liburan yang kelamaan! Salahin skolah yang masuk seminggu kasih peer 10 biji trus ada ulangan minggu depannya.
Okay, this is my new fic! Maafkan saya jika ini cerita ga jelas… atau terlalu imaginative…. Atau apa lah! Silahkan repiew klo mau krtik, muji, de el el, jangan baca klo ga suka.
Here I go!
.
Me and My Ghost Brother's Mystery Adventures
.
.
Chapter one
Welcome to My life… with a Ghost as a Brother
.
Piiip! Piip!
Ruangan kecil sederhana tersebut beraromakan mawar Sharon yang lembut. Tidak terlalu besar sih, tapi cukup untuk menjadi tempat tinggal nyaman untuk seseorang pencinta damai.
Piip! Piip!
Tampak di lemari deretan novel Sherlock Holmes yang disusun rapi. Di atas meja kecil terdapat beberapa buku catatan yang tersusun sama rapi.
Piip! Piip!
Terdapat sebuah foto berbingkai kecil di sana, seorang laki-laki remaja dengan rambut berwarna putih salju, dan mata merah darah yang terlihat menyenangkan. Di sebelahnya, berdiri seorang anak berambut coklat muda dengan mata merah muda bagai mawar.
Piip! Piip!
Di tembok, terpapar guntingan koran lama, karena kertasnya sudah sedikit menguning, dengan headline besar dan tebal berbunyi, "DETEKTIF MUDA TERBUNUH ; TERTEMBAK DARI BELAKANG." Dengan foto yang menunjukkan anak laki-laki remaja yang sama dengan yang di foto di atas meja.
Piip! Piip! Pi- kilk.
"Kenapa sekolah itu harus pagi….?" Ujar seorang perempuan remaja dari antara tumpukan selimut tebal. Mata merah mudanya mendelik kesal ke arah jam weker tersebut. Dengan malas ia menendang selimutnya, dan merosot ke lantai.
"Sudah kubilang Sharon, bukannya lebih enak bangun pagi-pagi? Sehat lho!"
Sharon mendelik ke arah lelaki setengah tembus pandang di sebelah ranjangnya, duduk-duduk santai dengan senyum lebar terlukis di wajahnya.
"Xerxes-nii, jangan menghakimi aku karena aku belum mati," Dengus Sharon seraya merangkak malas ke arah kamar mandi. Xerxes, tersenyum-senyum saja (kayak orang gila) dan melompat dari atas ranjang, sedikit melayang dari atas lantai berkarpet ruangan itu.
"Ah, jangan salahkan Kakak kalau Kakak sudah bye bye world dong!" Ujar Xerxes enteng sebelum mukanya dihantam pintu dengan kertas mantra ditempel di depannya.
"Itu buat apa Sharon?" Erang Xerxes keras.
"Supaya Kakak tidak mengintip Sharon mandi lagi!" Teriak Sharon dari dalam kamar mandi, menyalakan shower. Xerxes bergidik kesal, sebelum menepuk-nepuk bajunya (yang aslinya ga kotor tapi gaya aja) dan melayang beberapa senti dari lantai lagi.
Yak, itulah kehidupan Sharon dan Xerxes Rainsworth, kakak-beradik keluarga Rainworth. Yah, sebenarnya mereka bukan benar-benar kakak beradik. Xerxes adalah seorang anak yang diadopsi Ibu Sharon, Shelly Reinsworth, untuk menjadi anak dan Kakak Sharon. Saat mereka sudah beranjak dewasa, Xerxes telah menjadi seorang detektif muda yang bekerja di Pandora Agency, dan sangat terkenal karena logika dan kecerdasannya, sementara Sharon masih kuliah di Pandora High School untuk mengikuti jalan hidup kakaknya.
Sayangnya, hidup Xerxes tidak lama. Tiga tahun lalu, ia ditembak oleh seseorang dari belakang, meningalkannya meninggal di tempat. Sampai sekarang, kasus itu tidak pernah terpecahkan.
Setidaknya ada sisi yang tidak (terlalu) buruk juga. Sharon yang bersedih lalu menyadari bahwa ia memiliki indra keenam, yaitu melihat roh-roh gentayangan. Itu juga termasuk arwah Xerxes yang masih terikat di dunia ini, bingung kenapa dia masih terikat padahal keluarganya sudah melepaskannya. Jadi, inilah kehidupan kakak beradik ini sekarang, dengan Sharon yang masih melanjutkan kuliah di Pandora University, walau dia masih 17 tahun (loncat kelas saking pinternya). Mereka tinggal satu ruang. Tapi, berhubung kakaknya agak jahil, Sharon membawa beberapa kertas jimat penangkal roh (atau supaya satu benda bisa dipegang atau dirasa oleh kakaknya) untuk jaga-jaga, seperti contoh pintu yang tadi ngehantem muka Xerxes.
Xerxes menoleh saat Sharon keluar sudah berpakaian.
"Ayo ke sekolah, Kak!"
"Iya, iya, sabar!"
"Sabar apa?"
"Sabar, pake sepatu."
"Jangan gombal. Kakak nggak bisa pakai sepatu. Tuh liat, tembus kan?"
"…." Xerxes diam agak sakit hati.
Sharon menaruh buku-bukunya di atas meja ketika seorang anak berambut pirang datang dan menyapanya.
"Ohaiyo!"
"Ohaiyo, Oz-kun,"
Oz tersenyum polos pada Sharon.
"Jadi, gimana Kakakmu itu? Ga ikut?" Canda Oz, tidak mempedulikan Xerxes yang mendelik dari sebelahnya, tidak kasat mata. Salahin kenapa hantu kebanyakan tembus pandang.
"Heh, aku di sini, bocah Vessalius!" Geram Xerxes kesal.
Oz berputar ke arah Xerxes. Dia mengedipkan matanya.
"Hoo, di sini ya? Kok ga keliatan?"
"KARENA AKU HANTU, BODOH!"
Oz tidak terlihat mempunyai indra keenam, tapi dia bisa merasakan keberadaan makhluk halus, dan bisa mendengar sedikit-sedikit suara mereka. Biasanya dia butuh selipan buku istimewanya untuk melihat dan mendengar mereka lebih jelas, walau tidak sejelas Sharon. Oz membongkar tasnya dan memegang erat selipan buku itu. Dia menoleh ke arah Xerxes.
"Oh! Bener noh! Hai Break!"
"Jangan ngejek, bocah." Jawab Break dengan senyum kesal.
"Ahahaha! Tapi ngerjain lo emang enak! Balesan kenapa pertama kali gwa bisa ngerasain hantu kamu nakut-nakutin gwa!" Tawa Oz.
Break manyun.
"Udah, Oz-kun, "Sela Sharon.
"Dan juga kepala rumput laut dan kelinci bodoh yang maniak padamu tuh!" Kata Break sinis, sambil mengepak-ngepakkan lengan bajunyayang panjang (Maklum, hantu mah bajuny kendor-kendor. Hehe.)
"Oz!" Teriak seorang laki-laki berambut amburadul hitam dan perempuan semampai (semeter ga sampe) bersamaan. Mereka saling mendelik. Oz sweatdrop.
"KO BARENG?"
"GA TAU! MAKANNYA JANGAN NYELA!"
"APAAN NYELA GOBLOK? ELO NYELA!"
"LO!"
"LO!"
"KLINCI BODOH!"
"SEAWEED!"
"Udah udah….." Kata Sharon melerai.
"Mereka selalu gitu, Break." Bisik Oz. Gilbert, laki-laki rambut amburadul, menoleh pada Oz.
"Oz, jangan selalu berimajinasi kalau Break masih hidup!" Ujarnya, mengkhawatirkan mental Oz yang dia pikir sudah mulai….. ga beres.
"Dia di sini kok!" Timpal Oz, menunjuk Break di sebelahnya. Tapi karena Gilbert dan Alice tidak peka terhadap dunia roh, mereka tidak bisa melihat Break.
"Ja-jangan bercanda dong…." Gilbert gemetar, mulai merasa dia digentayangi.
"Ohoooo, dia emang di sini…. Menghantuimu…" Ujar Oz pelan.
Break dengan asyik menembusi badan Gilbert, membuat siswa itu merasa ngeri karena ada yang kerasa dingin-dingin gitu.
Tiba-tiba Oz tertunduk lemas. Lalu ia mengangkat wajahnya dengan rambut menutupi mata kirinya, menunjukkan iris mata kanan berwarna merah segar. Suaranya berubah.
"Yo Gil. Dah lama ya?"
"HYAAAAAAAAAAAAAAAAA!" Teriak Gil sejadi-jadinya dan kabur secepat waktu dia dikejar kucing. Alice, yang menyadari keberadaan Break, tertawa keras dan menepok punggung Oz. (yang dirasuki Break)
"Ini pertama kalinya aku setuju denganmu, Badut!"
Oz (Break) Tersenyum.
"Kadang dia nyebelin juga sih."
Saat Break keluar dari tubuh Oz, anak laki-laki itu mengerang pelan.
"Jangan pake tubuh orang sembarangan, Break…"
Dan siang itu, Break dihajar oleh Sharon, yang memukulinya dengan harisen yang ditempeli kertas mantra di mana-mana.
"Kau kejam." Erang Break dari lantai, babak belur. Sudah dari pagi, ia tidak dapat bergerak, karena kertas mantra itu sudah dikutuk, supaya dia nggak bisa gerak selama tiga jam. Sharon menyeret kakaknya dengan sarung tangan yang juga ditempeli kertas jimat.
"Makannya jadi orang jangan iseng!"
"Kakak itu hantu, Sharon. Orang itu masa lalu."
Sharon manyun dan melepaskan Break, lalu berjalan pergi.
"S-SHARON! KAKAK BERCANDA!"
Setelah membantu Break bergerak lagi, mereka menuju ke arah kantor Pak Yura, guru yang nyebelinnya setingkat neraka. Ancol kalo lo pernah ketemu sama dia, lo pasti mo muntah. Dia itu kayak, pedofil sama Oz, dan gay sama Pak Jack, sepupu Oz yang bekerja sebagai guru olahraga di Pandora University. Tadi Sharon dipanggil tanpa alasan jelas, jadi mereka nggak gitu enak dan curiga dengan keadaan yang hawanya nggak enak ini.
Sharon bergidik ngeri ke arah pintu kantor. Jujur, dia takut banget sama guru yang tingkahnya ga bisa diprediksi ini. Sampe Break aja takut.
Sharon menelan ludah dan mengetok pintu.
"Pak Yura?"
Tidak ada jawaban. Sharon mengetuk lebih kencang.
"Pak Yura?"
Masih hening.
Sharon membuka pintu. Pintu tidak bergeming.
"Dikunci," Ujar Sharon pasrah.
"Kakak masuk aja." Ujar Break sambil menembus pintu. Tidak sampai setengah menit, ia menerobos pintu dan menoleh ke arah Sharon dengan pandangan ngeri.
"Sharon, panggil semua guru, semua detektif yang kamu tahu, CEPAT!" Ujarnya tegas. Sharon mulai panik.
"Ke-kenapa Kak?"
Break menatapnya tajam.
"Ia dibunuh."
WAOOO! CHAPTER ONE!
Btw, Break sebagai hantu pake baju ama celana putih, dengan lengan panjang dan lebar bagai bidadari (Digaplok Break) dan syal putih yang panjangnya satu setengah meter di leher, bukan kaya setan yang ada segitiga di kepala ama ga ada kakinya itu ya! XD
Ini. Ga tau. Fail. Ato. Engga.
Well, just comment if you like! Kate-chan is waiting! *Plak karena modest*
Mryuuuuuu~nn!
~Kate
