Luhan melongo memandang seorang laki-laki yang tidur telentang disampingnya.

Tubuh laki-laki itu tertutup selimut seluruh tubuh, bahkan selimutnya menutupi sampai mulut. Menyisakan hidung dan mata terpejam untuk dilihat Luhan.

"Apa yang sudah terjadi semalam, Tuhan?" Luhan bergumam dengan suara pelan. Dia tidak ingat banyak hal. Rentetan kejadian semalam yang ia ingat adalah dia diajak Yifan teman kerjanya ke diskotek. Saat sampai dipelataran diskotek, Yifan mengatakan ingin menjawab panggilan telfon dari klien sebentar, dan wanita itu memilih masuk duluan.

Luhan tidak terbiasa pergi ke diskotek, jadi begitu masuk, dia segera menduduki kursi tinggi di depan meja bartender. Tidak begitu terganggu dengan suara musik yang menghentak keras dan banyak orang teler yang sudah ia lewati.

Ada sebuah pesan masuk di ponsel Luhan saat seorang bartender perempuan dengan malas-malasan menghampirinya. "Pesan minuman?"

"Vodka." Luhan mengulurkan uang sambil membaca pesan masuk dari Chanyeol, adiknya. Isinya biasa saja tapi begitu mengingat Chanyeol, Luhan terserang radang mendadak. Damn! Tiba-tiba dia ingin mabuk-mabukan sekarang. "Hei!" Luhan memanggil bartender perempuan tadi yang sudah mulai menyiapkan minuman. "Berikan aku absinthe saja."

Bartender itu memutar bola mata dan mengangguk.

Luhan memasukkan ponselnya kedalam tas tangannya dan menoleh pada pintu masuk. Yifan belum terlihat sampai sekarang. Luhan jadi ragu apa tadi benar panggilan klien.

"Minumanmu." Bartender tadi kembali dan memberikan pesanannya.

Luhan menegak minumannya dan merasakan rasa alkohol yang melewati tenggorokannya. Dia tidak terlalu suka rasanya yang terlalu kuat, lebih enak wine, sebenarnya. Masa bodohlah jika dia benar-benar mabuk. Masih ada Yifan yang akan punya pekerjaan tambahan menggotongnya. Jadi Luhan meneguk habis absinthenya dan memutar kursinya menghadap lantai dansa yang dipenuhi manusia.

Luhan menggoyangkan tubuhnya sedikit. Dan saat melirik sang DJ yang berjoget sambil mengatur musiknya, Luhan jadi teringat pada Chanyeol, lagi, yang suka me-remix musik. Chanyeol bahkan belajar di jurusan musik di kampusnya. Ngomong-ngomong soal Chanyeol, Luhan sudah membalas pesannya dan sudah mematikan ponselnya. Luhan sekarang sedang jenuh dengan urusan pekerjaan dan jika harus memikirkan juga tentang Chanyeol, Luhan sungguh tidak kuat. Dia ingin istirahat sejenak. Semalam saja.

Pengaruh absinthe yang berkadar alkohol 68 persen memang cepat. Luhan merasa kesadarannya mulai mengucapkan sampai jumpa lagi. Dia terhuyung dalam duduknya dan baru menyadari seorang pria yang duduk disebelahnya sedang memperhatikannya.

Luhan rasa pria itu sangat tampan, entah ini kenyataan atau efek alkohol. Dan Luhan memamerkan senyum lebar saat pria itu masih menatapinya dengan fokus. Ada sesuatu dikilatan matanya yang membuat Luhan senang. Walaupun Luhan sering mendapati tatapan itu, tapi dia masih merasa senang karena pria itu juga memberinya pancaran pemujaan seperti yang lain.

Menyugar rambutnya, Luhan ingin merapikan rambutnya yang mungkin berantakan. Luhan ingin terlihat lebih menarik didepan pria yang punya dagu runcing itu.

Tanpa jeda lama, pria itu berkata dengan suara yang menurut Luhan lucu. "Boleh aku menciummu."

Luhan menutup matanya beberapa detik untuk sedikitnya mengumpulkan kesadaran, yang tersisa. Tapi Luhan tetap tidak yakin pria itu tadi mengucap pertanyaan atau bukan. Di otaknya yang nyaris tenggelam oleh alkohol, Luhan hanya mengingat kata cium. Jadi Luhan memonyongkan bibirnya, sambil terhuyung-huyung, tidak bisa duduk tegap. Persetan dengan sikapnya yang seperti bocah.

Yang jelas dan yang terakhir ia tahu adalah pria itu turun dari kursinya lalu mengangkatnya dan memagut bibirnya. Setelah itu... Luhan melayang entah kemana.

-GIRL IN MUD-

Oke, yang semalam adalah terburuk dari perilaku paling buruknya. Luhan sudah tahu itu. Dan hatinya tidak berhenti misuh-misuh pada diri sendiri, walaupun otaknya sudah mencoba menenangkan dengan memberi perintah fokus menghitung mundur dari sepuluh. Nyatanya itu tidak ada hasilnya. Padahal biasanya cara itu selalu berhasil. Meskipun Luhan hanya mencontek dari animasi peri pengrajin yang pernah ia tonton.

Sekarang setelah selesai mandi keramas, Luhan memperhatikan tubuh telanjangnya yang dipantulkan cermin kamar mandi. Fokus matanya pada ruam merah dibelakang telinga kanannya. Heck! Dia jadi merasa tambah murahan.

Luhan masih tidak ingat apa yang terjadi setelah ciuman, tapi dia yakin dia habis bersetubuh, mengingat sekarang tubuh bagian bawahnya nyeri. Kemungkinan besar dengan pria asing yang mungkin sekarang masih tidur dibalik pintu kamar mandi.

Niatnya semalam ingin mabuk dan berakhir tidur nyenyak, atau bayangan paling buruknya hanya sex bersama Yifan, kan Yifan friend with benefit-nya. Tapi malah Luhan berakhir melanggar salah satu prinsipnya. Sebuah prinsip tentang having sex bersama pria pilihan. Kesimpulannya, pria asing semalam tidak termasuk dalam daftar. Lebih buruknya lagi pria itu meninggalkan jejak ciuman, hal yang paling Luhan hindari saat persetubuhannya dengan siapapun.

"Piss of!" Luhan mengumpat dan memakai pakaian dalam dan kemeja putih serta rok span merahnya. Pikirannya menanyakan dimana si brengsek Yifan sekarang.

Luhan kembali menatap cermin dan menyugar rambutnya yang basah. "Sekarang dimana riasanku?" Wajahnya yang tanpa polesan make-up terlihat pucat. Efek jarang terkena sinar matahari. Luhan terlalu banyak bekerja didalam ruangan ber-AC, ditambah sering lembur bahkan begadang membuatnya semakin memburuk. Dia seorang workaholic, work and alcoholic.

Menghela nafas, Luhan meninggalkan cermin dan beranjak keluar kamar mandi.

-GIRL IN MUD-

Hal-hal yang ia harap tidak terjadi, sialnya malah terjadi pagi ini. Luhan berharap saat keluar kamar mandi, ia akan menemukan pria itu masih tidur di ranjang, tapi nyatanya pria itu sudah terjaga dan sedang memakai celananya yang tersangkut dilutut.

Saat pria itu menoleh padanya, Luhan ingat itu pria yang menciumnya semalam. Bedanya jika semlam pria itu terkesan tidak tahu malu karena mencium orang asing sembarangan sepertinya, saat ini pria itu malah terlihat kikuk dan canggung melanjutkan berbenah pakaian. "Kau sudah mau pergi?"

Luhan yang memang berjalan menuju pintu keluar berhenti sebentar lalu kembali berjalan, "Aku mengambil tasku," dan mengambil tasnya yang tidak ia ingat kenapa ia letakkan didekat pintu. Tapi jika ia ingat tadi pakaiannya yang berserakan mulai dari pintu, Luhan jadi mengira sex yang semalam pasti sangat terburu-buru. Dan Luhan memikirkan kembali pertanyaan pria itu tadi, kau sudah mau pergi? Yah...memangnya mau apa lagi mereka disini? Morning sex? Fuck, Luhan jijik memikirkannya.

Setelah mendapatkan tasnya, Luhan menduduki kursi rias dan mengeluarkan clutch make-up. "Kau escort boy?" Dengan hati-hati Luhan menanyakan itu sambil menoleh pada pria yang sudah duduk tenang diranjang dibelakangnya.

"Bukan." Pria itu menatap lurus Luhan lewat cermin dimeja rias. "Semalam kau sudah menanyakannya, Luhan."

Luhan yang sudah selesai membubuhkan lipstick dibibirnya, berbalik menatap langsung pada si pria. "Kau tahu namaku?"... apa saja sudah kukatakan semalam, Tuhan? Luhan saja tidak tahu nama pria itu!

Pria itu menatap Luhan dengan kebingungan. "Semalam kita juga sudah berkenalan. Kau lupa?"

Oke, Luhan bukannya lupa, tapi benar-benar tidak ingat apapun. Yang berarti dia lupa, terserahlah. Sekarang yang harus Luhan tahu adalah seberapa jauh kegilaannya semalam dan seberapa banyak yang diketahui pria itu tentangnya. Sementara Luhan yang sudah dalam keadaan sadar dan bugar pagi ini tidak tahu apapun tentang pria itu, bahkan namanya pun tidak.

Luhan hanya membalas dengan gumaman dan memeriksa dirinya sekali lagi dicermin. Dalam hati, dia berdoa semoga kejadian seperti ini tidak terjadi lagi. Yang sudah terjadi biarkan berlalu dan menjadi pelajaran.

Luhan berdiri dan diam-diam meninggalkan uang untuk sewa kamar hotel diatas meja rias. Walaupun kemungkinan besar sudah dibayari oleh si pria asing yang semalam bersetubuh dengannya itu. Kebanggan dirinya menolak untuk bergantung pada orang lain, apalagi itu orang asing. "Aku pergi duluan." Luhan buru-buru mengambil jas merahnya yang ada didekat kakinya.

Inginnya sih buru-buru pergi, tapi Luhan yang baru saja memutar kunci pintu harus berhenti karena si pria yang yang masih duduk anteng diranjang itu memanggil namanya. Kemudian Luhan menoleh sedikit karena pria itu tidak kunjung mengatakan sesuatu. Apa dia salah dengar?

"Hmm... selamat pagi, ngomong-ngomong. Semoga harimu menyenangkan, Luhan."

Suara pria itu unik dan anehnya membuat Luhan berbalik sepenuhnya dengan senyum lebar. "Selamat pagi," ...tuan siapapun namamu. Kemudian Luhan berlalu.

Saat berada didalam lift sendirian, Luhan melihat pantulan wajahnya yang masih setia menyunggingkan sebuah senyum. Kenapa dia terlihat senang coba? Bukannya semalam dia... hm bisa dikatakan sudah diperkosa? Dan kenapa dia juga menjawab sapaan pemerkosanya dengan riang coba?

Luhan menghela nafas pasrah. Terlalu malas memikirkan kelakuannya. Masa bodoh dengan having sex bersama pria asing. Setidaknya pria itu tampan dan punya suara lucu.

-GIRL IN MUD-

TO BE CONTINUED

Pendek? Emang! Tenang, masih prolog, guys.

Yang mau ngekepo silahkan review atau favorite atau follow dibawah v. Atau ngasih semuanya juga boleh. Makaseh~