Suara mesin motorboat perlahan melambat dan menghilang. Seorang namja berambut cokelat turun, menggendong tas ransel dan menenteng tas selempang besarnya menyusuri pantai, yang masih lumayan gelap. Angin pagi berhembus menerpa wajahnya, seolah mengucapkan selamat datang.

Ah, jadi disinilah tempat dia akan bekerja…

.

.

Jaejoong, The Island Prince(ss)

.

.

Pairing: Jung Yunho x Kim Jaejoong (YunJae)

Length: Chaptered (+10)

Disclaimer: The characters belong to themselves, YunJae belong to each other :p

Warning: Fic ini terinspirasi dari berbagai film, jadi mungkin akan ada beberapa adegan yang kalian kenal ;D

.

.

Namja berumur 17 tahun itu merengut kesal. Tangannya terlipat di depan dada, kakinya disilangkan, bibir merahnya di-pout habis-habisan.

"Joongie-yah. Bersabarlah sedikit, kita hampir sampai." ucap ibunya lembut.

"…"

"Joongie, kau tahu kan, ayahmu harus pergi ke pulau keluarga kita untuk mengurus kepemilikan. Sudah banyak nelayan lokal yang menyerobot masuk ke wilayah pantai kita."

"Tapi kenapa aku harus ikut?! Ayah kan bisa pergi sendiri ke sana!" tandas namja itu akhirnya, setelah diam untuk waktu yang cukup lama.

"Ibu juga harus ikut, sayang. Ayahmu akan sangat kelelahan jika harus mengurus pulau ini sendirian." jelas ibunya lagi. "Ibu harus menangani toko-toko kecil. Mereka juga harus diperhatikan."

"Ibu bisa meninggalkanku di rumah Heechul."

"Jo-"

"Kita sampai!" Seorang namja paruh baya berseru senang. Dia menghela nafas lega dan berjalan ke tempat duduk. "Ji Hye, Jaejoong, kemasi barang-barang kalian, kita akan segera turun."

"Kalian, tolong bantu turunkan koper-koper disini." panggilnya kepada beberapa awak motorboat, yang bergegas menghampiri mereka dan mengangkuti koper.

.

Perkenalkan, Kim Jaejoong. Putra tunggal keluarga Kim, 17 tahun, kelas 3 SMA.

.

Pantai siang itu sangat sepi, maklumlah, sang empunya pulau baru saja datang, keluarga Kim. Pulau kecil itu dikelola oleh keluarga Jaejoong sendiri. Walaupun kecil, didalamnya cukup lengkap. Restoran, villa, tempat olahraga, toko souvenir, bahkan pasar.

"Selamat datang, Tuan." seorang satpam membungkuk, saat mereka melewati gerbang masuk pulau. "Kami sudah menyiapkan kendaraan Anda." ucapnya, lalu membukakan pintu mobil.

Jaejoong menghela nafas begitu mobil bergerak meninggalkan pantai, menuju villa tempat mereka akan berlibur.

Liburannya kali ini pasti akan sangat membosankan…

.

.

"Terima kasih ya." Ayah Jaejoong merogoh dompetnya dan memberikan lembaran uang kepada supir mobil tersebut. "Nanti malam, jam setengah 7, kami akan makan malam di restoran pantai. Tunggu disini."

"Baik Tuan, terima kasih banyak." sang supir membungkuk, lalu kembali ke dalam mobil, dan melesat pergi.

.

Jaejoong mengedarkan pandangannya kesekeliling villa. Lumayan, pikirnya. Bagian dalam villanya cukup luas, di sudut ruangan dihiasi pot bunga, dan jendelanya juga cukup banyak. Yah, tidak seluas rumahnya di Seoul, tapi terkesan sangat rapi.

"Jaejoong-ah, kesini." Ibunya melambai dari salah satu ruangan di kanannya. Jaejoong mengambil tas kopernya dan menyeretnya ke arah ruangan itu.

"Nah, ini kamarmu. Kau belum pernah ikut ayah kemari, kan? Besok kita akan berjalan-jalan disini, kau bisa bermain di pantai atau berbelanja suvenir."

Jaejoong melangkah masuk. Wow, ini mirip sekali dengan kamarnya.

"Ayahmu mendesain kamar tidur yang mirip dengan dirumah kita." ucap ibunya, seolah tahu apa yang dipikirkan Jaejoong. "Kamar ibu juga sama. Katanya supaya kita bisa tidur nyenyak seperti di rumah."

"Akan lebih bagus kalau berbeda, jadi aku tidak bosan." Jaejoong meletakkan kopernya di sudut ruangan dan merebahkan dirinya di kasur. Fuah, nyaman~

Ibunya menghela nafas. "Joongie, ibu tahu kau marah, tapi coba lihat dulu, siapa tahu liburan disini tidak kalah menyenangkan dengan Jinan atau Paris."

"Mereka dua tempat yang berbeda."

"Pokoknya." ibunya melipat tangannya. "Sekarang istirahatlah dulu, kau pasti lelah. Jam setengah 7 nanti kita akan malam di restoran tepi pantai. Bersiap-siaplah, jangan pakai pakaian yang terlalu terbuka. Ibu dan ayah pergi ke suatu tempat dulu."

Ibunya berjalan keluar kamar dan menutup pintu. "Kalau lapar, ada roti isi di kulkas, kau bisa panaskan sebentar di oven. Oke?"

"Mhm." Jaejoong mengangguk.

KLEK. Pintu ditutup.

Jaejoong menghela nafas frustasi. Saat masuk sekolah nanti, Heechul pasti akan bercerita bagaimana liburannya di Eropa atau Amerika, Ren juga, Key juga. Sementara dirinya? Paling dia hanya bisa memamerkan kalung berbentuk ikan yang biasanya ada di toko suvenir pinggir pantai.

Dia mengambil remote TV di samping tempat tidurnya dan menyalakan TV. Memangnya ada sinyal TV disini?

BEEP. "-sekian berita hari ini."

Oh, ternyata ada.

Tangannya memencet-mencet tombol remote sampai berhenti di FashionTV. Beberapa wanita berjalan di catwalk, memamerkan busana yang mereka pakai. Jaejoong tersenyum kecil. Akhirnya, sedikit hiburan.

Dia mengeluarkan hp-nya dan membuka kuncinya. Twitter penuh dengan tweets menyambut liburan.

Matanya menangkap tweets dari Heechul, 10 menit yang lalu.

Heedictator Ah…Paris…Rasanya seperti kembali ke rumah…

Apa-apaan itu, kembali ke rumah? Menyebalkan sekali tweetsnya!

Jaejoong men-scroll halamannya ke bawah, dan menemukan tweets Ren, 25 menit lalu. Lalu dibawah lagi, Key. Dan jauuh lagi dibawah, adalah dirinya, yang begitu bersemangat menyambut liburan, 16 jam lalu. Semuanya pasti berlibur keluar negeri, kecuali dirinya. Ugh, Jaejoong ingin mati saja rasanya!

jaejoong mematikan TV, dan beranjak keluar kamar. Dia membuka pintu kulkas, mengamati isinya, dan menutupnya kembali. Dari awal naik kapal, dia sudah memakan roti isi, apa tidak ada makanan lain?

Uf, dia cari makanan di luar saja.

.

Jaejoong mengusap keringatnya. Sudah cukup lama ia berjalan, kenapa belum ada restoran yang terlihat? Apa disini tidak ada mal atau food court?

Ayah dan ibu sungguh kejam, pikirnya. Sudah tahu dia baru pertama ke pulau keluarga mereka ini, tapi dia tidak dibekali peta dan malah ditinggal sendirian.

Matahari semakin menyengat kulit putihnya. Jaejoong mulai merasa aneh. Kenapa di kanan kirinya bangunan semua? Dimana pantainya?

Jaejoong memejamkan matanya saat kepalanya terasa pusing. Dia belum makan nasi sama sekali. Sarapannya saat naik kapal tadi pagi hanyalah setangkup roti isi daging.

Langkah kakinya tersendat. Jaejoong berkedip, mencoba memperjelas pandangannya yang mulai kabur. Dia harus mencari bantuan, bisa gawat kalau dia pingsan disini. Jaejoong menoleh ke arah mobil jeep yang diparkir didepan sebuah bangunan. Apa itu kantor ayahnya? Ah, semua orang disini kan, bekerja untuk ayahnya, semoga saja disana mereka mau memberinya bantuan. Dengan tertatih-tatih, dia menghampiri bangunan tersebut, dan mengetuk pintunya dengan kekuatan yang tersisa.

BRUK.

.

.

"-kalau begitu saya sudahi dulu pertemuan hari ini. Mulai saat ini, kau bertugas sebagai pengawas pulau keluarga kami." Ayah Jaejoong berdiri, dan bersalaman dengan 2 laki-laki didepannya. "Hanya sampai liburan kami berakhir."

"Terima kasih banyak, pak." Namja berambut cokelat didepannya membungkuk.

"Terima kasih untukmu juga." Ayah Jaejoong hanya tersenyum, dan menoleh pada laki-laki berumur 40-an disebelahnya. "Yongguk-ssi, untung saja anak Anda bersedia membantu. Jadi Anda bisa beristirahat setelah bertugas cukup lama."

"Suatu kehormatan bagi saya untuk bisa membantu keluarga Anda, Tuan Besar. Saya berhutang banyak pada keluarga Anda."

TOK TOK.

"Ada yang mengetuk pintu?" tanya ayah Jaejoong heran. "Kalian ada rekan lagi?"

Mereka menggeleng.

"Yunho, coba kau lihat siapa itu." Tuan Jung menoleh pada anaknya.

"Baik, ayah." Namja yang bernama Yunho itu mengangguk, dan membungkuk kecil pada ayah Jaejoong, lalu beranjak ke pintu.

CKLEK.

"Oh?" Yunho berjongkok saat mendapati seseorang pingsan di pintu depan posnya. " Nona? Kau tidak apa-apa? Nona?"

Kedua pria didalam berpandangan, lalu bergegas ke pintu depan. Saat melihat siapa itu, ayah Jaejoong mendadak panik.

"JAEJOONG-AH! Aish, wajahnya pucat sekali. Anak ini…" Dia mengangkat Jaejoong di gendongannya dan menoleh kearah Yunho. "Apa kau memiliki obat?"

"Tuan Besar, izinkan Yunho saja yang menggendongnya masuk. Aku akan mempersiapkan teh panas dan makanan." saran Tuan Jung. "Anda bisa menghubungi istri Anda."

"Ah, oke. Baiklah." Dia menyerahkan Jaejoong yang pingsan ke gendongan Yunho, lalu keluar dari pos dan menelefon istrinya.

.

"Letakkan dia di kasur. Ayah akan membuat teh dan bubur. Kau awasi dia. Kalau dia bangun, tanyakan apa dia sakit, dan berikan dia obat." perintah Tuan Jung, membukakan pintu kamar Yunho, dan menutupnya kembali.

Yunho meletakkan Jaejoong perlahan di kasurnya, dan menyalakan AC. Dia duduk di sebelah Jaejoong, dan merasakan dahinya. Tidak panas.

"Ng…" Jaejoong bergerak saat merasakan kehangatan di dahinya. Perlahan, matanya mengerjap terbuka.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Yunho lembut.

Jaejoong mengernyit, mencoba menyesuaikan penglihatannya. 'Dimana aku? Apa seseorang menemukanku?' Dia menoleh ke kanan, dan wajahnya bertemu dengan wajah tampan Yunho.

"OH?! Si-Siapa kau? Apa yang kau lakukan padaku?" Jaejoong refleks menyilangkan tangannya di depan dada, kakinya ditekuk.

"Nona, tidak apa-apa. Aku pengawas pulau yang baru." Yunho tersenyum sopan, dan mengulurkan tangannya. "Jung Yunho."

Jaejoong melotot saat Yunho menyebutnya nona. "Kau panggil aku apa?!"

"Nona?" tanya Yunho polos.

"YAH!" Jaejoong meraih bantal disebelahnya dan memukuli Yunho. "Aku ini laki-laki! Laki-laki! Dasar tidak sopan!" teriaknya kesal, tapi kemudian meringis saat perutnya terasa sakit dan kepalanya pusing. "Ahh…"

"Ka-"

"Jaejoong-ah!" Ayah Jaejoong berlari tergopoh-gopoh kedalam kamar. "Ayah mendengar teriakan, kau tidak apa-apa? Kau sakit?" ucapnya, duduk di sebelah Jaejoong, dan memegangi dahinya.

"Gwaenchana." Jaejoong menjawab lirih. "Um...aku lapar."

"Lapar? Tunggu sebentar, ayah akan bawakan makan." Ayah Jaejoong bersiap untuk keluar, tapi Yunho menahannya. "Tuan, Izinkan saya yang mengambilkannya untuk Jaejoong-ssi." Yunho tersenyum ke arah Jaejoong, hanya mendengus dan menoleh ke arah lain. Senyuman Yunho membuatnya gelisah.

"Baiklah." Ayah Jaejoong mengangguk. Yunho beranjak dari kasurnya dan keluar kamar, menuju dapur.

.

"Ayah, apa buburnya sudah matang? Biar aku bantu." Yunho menghampiri ayahnya.

"Sudah, kau bawakan ke dalam kamar, ya." Ayah Yunho mengambil sendok dan meletakkannya di atas nampan. "Hati-hati, ya."

"Um." Yunho mengangguk. "Em, ayah?"

"Ya?" Ayahnya menyahut, tangannya sibuk membilas bekas panci. "Kenapa?"

"Bocah itu siapa?"

Ayah Yunho meletakkan panci yang selesai dicucinya di rak, dan duduk menghadap Yunho. "Kim Jaejoong, putra tunggal keluarga Kim. Jangan panggil dia bocah, dia itu sebenarnya anak yang manis, hanya saja terkadang kelakuannya sulit dimengerti."

"Jadi dia benar-benar laki-laki…" gumam Yunho. Tapi dengan wajah cantik dan mata harimau itu, sulit dipercaya dia adalah seorang namja…

"Tentu saja dia laki-laki, memangnya tadi kau mengiranya perempuan?" Ayah Yunho tersenyum kecil. "Sudahlah, cepat bawakan buburnya, nanti dia pingsan lagi."

"Ne, appa."

.

Yunho membuka pintu kamarnya, membawa nampan bubur Jaejoong.

"Ah, terima kasih Yunho." Ayah Jaejoong tersenyum dan mengambil nampan dari tangan Yunho. "Jaejoong-ah, makanlah dulu. Setelah ini ayah masih ada rapat. Kau berjalan-jalanlah dulu keliling pulau ini."

Jaejoong meletakkan nampan itu dipangkuannya dan mulai makan. "Mhm."

"Yunho akan menunjukkan jalan agar kau tidak tersesat." tambah Ayah Jaejoong.

UHUK.

"Y-Yunho?" Jaejoong mengangkat kepalanya menatap Yunho yang berdiri di belakang ayahnya. Yunho tersenyum dan membungkuk kecil.

"Ya, dia guide sekaligus pengawas pulau keluarga kita yang baru. Tadi pagi dia sudah diperkenalkan ayahnya kepada seisi pulau ini. Yunho akan menemani kita sampai liburan kita berakhir."

'Liburan kita? Tch, ini lebih seperti hanya aku yang menganggap ini liburan.' umpat Jaejoong dalam hati. "Baru? Memangnya kenapa dengan pengawas pulau yang lama?"

"Um, tidak ada apa-apa. Dia hanya kelelahan." Ayah Jaejoong tersenyum dan mengelus rambut Jaejoong. "Kalau begitu ayah pergi dulu. Yunho, temani dia ya."

"Baik, Tuan." Yunho membungkuk. "Hati-hati dijalan."

CKLEK.

Yunho menoleh ke arah Jaejoong yang masih makan di kasurnya. Dia duduk di pinggir kasur dan menatap Jaejoong. "Kau mau tambah?" tanyanya ramah.

Jaejoong menelan buburnya dan memutar matanya. "Bukankah kau lihat ini belum habis?" ucapnya acuh, lalu menyendok buburnya lagi.

Yunho mengangkat alisnya, terkejut. Dari luar, Jaejoong terlihat sangat manis dan polos, ternyata dia menyebalkan juga. "Benar."

"…" Hening sejenak.

Yunho menatap bubur di mangkoknya yang perlahan berkurang, berkurang, dan akhirnya habis tak bersisa. Jaejoong meletakkan sendok di mangkok dan mengambil gelas teh di nampan, kemudian meminum isinya sampai habis.

"Ahh…" Jaejoong menghela nafas lega. Itu akan cukup mengisi perutnya sampai nanti malam.

"Sudah?"

Jaejoong melirik ke arah Yunho dan mengangguk pelan. Yunho mengambil nampannya dari pangkuan Jaejoong dan tersenyum. "Istirahatlah sebentar. Setelah itu kita jalan-jalan."

Jaejoong mengeluarkan hp-nya, mengacuhkan perkataan Yunho.

Yunho menggigit bibirnya, menahan keinginan untuk mencekik anak menyebalkan ini sekarang juga. Setelah menjadi anak manis untuk beberapa menit, akhirnya sisi iblis bocah itu keluar juga. Dia mengangkat nampannya dan berjalan keluar kamar.

Jaejoong menoleh ke arah pintu dan menghela nafas. Oh God, kenapa dari tadi jantungnya terus berdetak dengan cepat? Apa dia sebegitu lelahnya?

CKLEK.

"Tuan Muda, mobilnya sudah saya siapkan. Kita berangkat sekarang?" Yunho membuka pintu dan membungkuk ke arah Jaejoong.

Jaejoong turun dari kasurnya, dan berjalan keluar melewati Yunho, tanpa sepatah kata pun, sementara Yunho mengikutinya dari belakang.

.

.

Ayah Yunho dan ayah Jaejoong berjalan beriringan menuju ruangan rapat.

"Yongguk-ah, apa menurutmu Yunho bisa menjinakkan anakku?" tanya Ayah Jaejoong, menghela nafas. "Maaf ya, sampai harus merepotkanmu dan Yunho."

"Tidak apa-apa." sahut Jung Yongguk, ayah Yunho. "Yunho juga membutuhkan kesempatan kerja ini untuk menyelesaikan kuliahnya, jadi ini sama sekali tidak membebankan."

"Tentang Jaejoong-ssi, aku yakin Yunho bisa menanganinya. Dia juga butuh seseorang untuk saat ini." ayah Yunho tersenyum simpul.

Ayah Jaejoong menoleh. "Bukankah Yunho sudah mempunyai kekasih?"

"Aku tidak yakin. Jika belum, apa kau mau menerimanya menjadi menantumu?" canda ayah Yunho.

Kedua ahjussi itu tertawa bersama, membayangkan bagaimana caranya agar kedua anak mereka akan berakhir bersama.

.

.

"Nah, di atas bukit sana, kau bisa melihat villamu. Aku akan menjemputmu di sepan villa setiap hari." jelas Yunho. Mobil jeepnya berjalan perlahan menyusuri jalan setapak di pulau, mengitasi kawasan tersebut.

Jaejoong men-scroll down layar hp-nya, mengabaikan Yunho yang sibuk menjelaskan berbagai tempat padanya.

"Jaejong-ssi." Yunho menghela nafasnya. "Aku sedang menjelaskan tempat-tempat di villa ini. Kau tidak mau memperhatikan?"

"Untuk apa? Kau kan pemandu kami." sahut Jaejoong enteng. "Kalau aku tersesat, kau bisa memberi tahu arah jalan."

Yunho memperlambat mobilnya, dan menoleh ke arah Jaejoong, berusaha keras menahan emosinya. "Berarti kita tidak harus berkeliling pulau seperti ini, bukan? Kau ingin melakukan apa sekarang?"

"Entahlah. Apa tidak ada mal disini? Pulau ini membosankan." Jaejoong mengunci hp-nya dan memasukannya kedalam saku celana. "Dan kenapa aku harus berkeliling dengan jeep jelek ini? Kalian tidak memiliki limo atau sejenisnya? Kalau seperti ini lebih baik aku dirumah saja."

"Tentu saja tidak ada mal, kecuali kalau kau ingin pulau keluargamu ini bisa dinikmati oleh orang lain, Jaejoong-ssi." jawab Yunho. "Kami memiliki mobil, tapi itu hanya digunakan untuk mengantar Tuan Kim ke kantor."

Jaejoong melipat kakinya dan menoleh ke arah Yunho. "Kau memanggil ayahku Tuan Kim. Kenapa kau memanggilku Jaejoong-ssi? Sangat tidak sopan."

Yunho tersenyum. 'Selesaikan tugas beberapa hari ini dan kuliahmu akan lulus, Yunho. Hanya beberapa hari lagi bersama bocah menyebalkan ini.'

"Maafkan saya, Tuan Muda. Kesalahan ini tidak akan terulang lagi." ucapnya, membungkuk ke arah Jaejoong.

"Yah, terserah. Bawa aku berjalan-jalan."

'Kau…' Yunho mengeratkan pegangannya pada setir mobil. Benar-benar menguji kesabaran orang lain! "Anda ingin berjalan-jalan kemana, Tuan Muda?"

"Bukankah kau pengawas pulau yang baru? Carilah tempat yang tidak membosankan!" Jaejoong melipat tangannya. "Jalankan mobilnya."

"Baik, Tuan Muda." Yunho mempercepat mobilnya kembali, membawa Jaejoong menuruni bukit.

.

"Kita sampai." Yunho memarkir mobilnya disamping sebuah bangunan. Dia membuka pintu dan bergegas ke arah pintu Jaejoong, lalu membukakan pintunya. "Silakan turun, Tuan Muda."

Jaejoong melangkah turun, dan berjalan ke bangunan tersebut. "Tempat apa ini?"

"Ah, Tuan, selamat datang. Saya penjaga kolam renang ini." seorang wanita setengah baya membungkuk di pintu masuk.

"Kolam renang?" Jaejoong menoleh kearah Yunho yang berjalan mendekatinya. "Kau ini bodoh atau apa?! Kau kan tahu aku tidak membawa pakaian renang!" teriaknya.

"Tuan, disini kami menyediakan pakaian renang di loker. Kamar mandi tempat bilas juga sudah dilengkapi dengan handuk dan sabun." jelas wanita di pintu masuk.

Yunho tersenyum kecil saat Jaejoong mendengus kesal.

"Kita masuk?" tanyanya ramah.

Jaejoong melangkah masuk ke dalam, mengacuhkan Yunho lagi.

.

"Tuan Muda, sebelah sini." Yunho melambai dari salah satu ruangan. "Ganti baju dulu disini."

Jaejoong melihat sekeliling ruangan, yang dipenuhi dengan loker.

"Silahkan ganti baju Anda disini." Yunho membungkuk kecil.

Jaejoong membuka salah satu loker dan mengambil pakaian renang didalamnya. Sepertinya ini muat untukku, pikirnya. Dia menoleh kearah Yunho yang masih menatapnya, dan merasakan pipinya memanas.

"Kau lihat apa?! Balikkan badanmu!" teriak Jaejoong.

"Eh? Ah, baiklah, Tuan Muda." Yunho membungkuk dan membalikkan badannya, tersenyum kecil.

Jaejoong mengigit bibirnya. Yunho tidak akan mengintip, kan?

Perlahan, dia melepas kaus abu-abunya dan meletakkannya kedalam loker. Dia membuka resleting jeans-nya, melepas celana pendek hello kitty-nya, dan memakai celana renang hitam itu.

'Aiish…' Jaejoong menggigit bibirnya. Kenapa celana renang ini pendek sekali?

"Tuan Muda? Anda sudah selesai?"

"Um," Jaejoong menarik-narik ujung celananya, berusaha menutupi pahanya yang terekspos. "S-Sudah. Kau bisa berbalik sekarang."

Yunho membalikkan badannya, dan matanya melebar saat melihat Jaejoong. Kulit putih susu yang terlihat begitu halus, rambut hitamnya yang sangat kontras dengan kulitnya, pipinya sekilas menampilkan semburat kemerahan, semuanya terlihat mempesona di mata Yunho. Siapa sangka bocah menyebalkan ini bisa sebegitu manis? Oh, dan jangan lupakan bibir merah yang mengerucut karena kesal itu.

"Benar-benar cantik." gumam Yunho pelan.

"Apa?" Jaejoong mengangkat wajahnya. Yunho mengucapkan sesuatu?

"Tidak, tidak apa-apa." Yunho berdeham, kembali menguasai dirinya. "Sebelah sini, Tuan Muda." Dia berjalan keluar dari ruang tersebut dan mempersilahkan Jaejoong keluar.

"Ah, tunggu sebentar," Jaejoong membungkuk, memungut celana jeans yang tergeletak di lantai dan melipatnya sebelum memasukannya kedalam loker. "Aku lupa celanaku."

Yunho menelan ludah dan memejamkan matanya. Aiish, apa bocah ini tidak sadar kalau dia sekarang memakai pakaian renang?

"Kenapa kau memejamkan mata?" tanya Jaejoong, mengamati wajah Yunho. Saat dia menutup loker dan berbalik, ekspresi Yunho terlihat seperti sangat tersiksa. "Kau aneh sekali. Dimana kolam renangnya?" Dia berjalan keluar dan menoleh ke kanan kirinya.

"K-Kesini, Tuan Muda…" Yunho menghembuskan nafas, lalu memimpin Jaejoong berjalan ke kolam renang.

.

CKLEK

"Silahkan masuk." Yunho membungkuk, mempersilakan Jaejoong berjalan melewatinya, masuk ke kolam renang.

Jaejoong tersenyum kecil, dan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan besar itu. "Hmm…tidak begitu buruk." Dia berjalan ke arah tangga kolam, dan mencelupkan kakinya kedalam. Dingin.

CLUP.

Jaejoong mendesah saat air kolam yang menyejukkan membasahi tubuhnya. Dia menoleh ke arah Yunho, yang berdiri di pintu dengan handuknya. Yunho tidak ikut berenang bersamanya?

Jaejoong menggelengkan kepalanya. 'Yah, untuk apa kau memikirkan dia? Dia hanya sebatas pelayanmu, hanya pelayan!'

Yunho tersenyum dan membungkuk, saat mata mereka bertemu. Dia memperhatikan Jaejoong yang hanya bermain air disekitar tangga, dan dahinya berkerut.

"Tuan Muda, Anda tidak mau berenang mengelilingi kolam renang?"

Jaejoong mengangkat wajahnya, ekspresi kaget sedikit terlihat disana.

"Ah, maafkan saya. Saya tidak bermaksud untuk bersikap tidak sopan." Yunho menunduk sedikit. Tunggu, kenapa lama -lama dia bersikap seperti butler? Bukankah ayahnya bilang tugasnya hanya memandu keluarga Kim?

"Tidak apa-apa." Jaejoong menghela nafas, dan menaiki tangga kolam, lalu duduk di pinggirnya. Kakinya terendam air sebagian. "Aku…" Dia menoleh ke arah Yunho yang berdiri di pintu. "Yah! Aku tidak mau berteriak-teriak! Kau kesinilah!"

Yunho tersenyum tipis, dan berjalan ke arah Jaejoong, lalu duduk setengah berjongkok disebelahnya.

"Aku tidak bisa berenang." ucap Jaejoong, yang nyaris terdengar seperti bisikan.

Yunho menoleh ke arah Jaejoong. "Eh?"

Jaejoong melirik ke arah Yunho dengan kesal. "Kau tidak dengar? Kubilang AKU TIDAK BISA BERENANG!" teriaknya di telinga Yunho.

"Akh, bocah ini…" Yunho menutup telinganya.

"Apa? Kau bilang apa barusan?!" Jaejoong melotot ke arah Yunho, mata harimaunya-begitulah menurut Yunho, membesar.

"Tidak apa-apa." Yunho tersenyum gugup.

Jaejoong mempoutkan bibirnya, dan menatap kakinya di air. Yunho menghela nafas lega.

DEG

'Eh?'

DEG

Yunho menelan ludah saat menatap Jaejoong. Bocah menyebalkan yang terus membuat kesabarannya menipis sejak kemarin ini…entah mengapa sekarang terlihat begitu cantik.

DEG

"Yah, kau kenapa?" Jaejoong menatap wajah Yunho lekat-lekat, membuat namja itu tersentak. "Dari tadi memandangiku terus, aneh sekali."

Seharusnya Yunho merasa marah atau tersinggung dengan ejekan Jaejoong terhadapnya, yang selalu dia lakukan. Tapi sebaliknya, ucapan Jaejoong terdengar begitu lembut mendayu di telinganya.

'Bocah nakal, apa yang kau lakukan padaku…'