Mobil hitam itu berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Seorang lelaki turun. Ia lalu merapikan rambutnya sejenak, lalu memerhatikan gedung sekolah barunya itu. Lelaki itu menghela napasnya. Ia sebenarnya bosan dengan sekolah. Tapi, apa boleh buat.

Seorang pria paruh baya tiba-tiba menghampirinya dari dalam sekolah.

"Selamat datang di Jineung High School."

Lelaki itu menoleh. Ia buru-buru membungkuk ke arah pria di depannya itu, "Ah, gamsahamnida" Ia menorehkan sebuah senyuman di wajahnya.

"Kau pasti murid baru itu kan?" Pria itu tersenyum balik, "Ayahmu sudah memberikan berkasmu minggu lalu, ehm— Kim—"

.

Lelaki berambut hitam itu memberinya tanggapan.

"Himchan. Kim Himchan."

.

.

.

.

Title : Last Fight

Pairing : BangHim (Yongguk x Himchan)

DaeJae (Daehyun x Youngjae)

JongLo (Jongup x Zelo)

Genre : Romance, School Life, BoysLove

Rate : T

Cast : Bang Yongguk; Kim Himchan; Jung Daehyun; Yoo Youngjae; Moon Jongup, Choi Junhong; Bang Yongnam

Length : Chaptered

Disclaimer : FF punya saya, castnya bukan punya saya. *uglysobbing*

Enjoy-

.

.

"Nah Himchan-ssi, ini kelasmu."

Pria paruh baya tadi, yang baru saja diketahuinya sebagai kepala sekolah, mengantarkannya ke sebuah kelas.

Himchan melongok ke dalam kelas. Ia memperhatikan murid di dalamnya satu persatu. Ia mengerutkan keningnya, lalu kembali menghadap pria yang sudah mengantarnya tadi.

"Ada apa, Himchan-ssi?"

"Ehm, bisa pindahkan aku ke kelas yang lain?" ucap Himchan, menatap kepala sekolahnya dengan tatapan memohon. Ia menggaruk tengkuknya pelan.

Pria itu mengernyitkan keningnya, "Eh?"

Himchan membungkuk, lagi. Apa pun harus ia lakukan agar ia mendapatkan keinginannya.

"Bisakah kyojangnim tempatkan aku di kelas 12 B?"

.

.

.

"Nah, ini…" Lee seonsaengnim memberi jeda, "Kim Himchan. Ia murid baru. Bersikaplah yang baik kepadanya."

"Bangapseumnida."

Murid di kelas itu terdiam. Mereka menatap Lee seonsaengnim dengan tatapan bertanya.

Dan yang diberi tatapan bertanya hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Lee seonsaengnim menoleh pelan kepada murid barunya itu. Sekilas ia memang terlihat baik-baik saja. Menggunakan seragam sekolah dan membawa tas hitam biasa. Rambut hitamnya dipotong tepat di atas alis. Mata kucingnya berwarna coklat tua. Kulitnya putih bersinar. Sekilas, wajahnya terlihat seperti anak SMA baik-baik dan penurut.

Ya, Himchan terlihat seperti murid SMA pada umumnya.

Tapi Lee seonsaengnim teringat kata-kata kepala sekolah tadi.

.

"Lee ssaem, ada anak baru yang masuk hari ini dan ia ingin ditempatkan di kelasmu."

"Di kelas saya, kyojangnim?" Lee seonsaengnim mengerutkan kening. "Ada apa dengan kelas saya?"

"Saya juga tidak tahu." Kepala sekolah itu, Shim Hyunseong, hanya mengedikkan bahunya. "Namanya Kim Himchan. Ia pindah ke sini setelah dikeluarkan oleh sekolah lamanya."

"D-dikeluarkan, kyojangnim?" Lee seonsaengnim terbelalak mendengar penuturan atasannya itu.

Shim kyojangnim hanya menghela napas berat, "Katanya ia sering berkelahi di sekolah lamanya. Empat kali di skors dan akhirnya dikeluarkan. Ayahnya adalah teman baikku. Ia menitipkannya ke sini, jadi— apa boleh buat."

.

Begitulah.

Mau tidak mau, mandat atasan kan, harus dijalani.

.

.

"Silakan duduk di sebelah Hongbin, Himchan." Lee seonsaengnim menunjuk ke kursi ketiga dari depan, dimana seorang lelaki berambut pirang tersenyum ke arah Himchan.

"Lee ssaem," Himchan menoleh pada wali kelas barunya, "Aku ingin duduk bersama Yoo Youngjae."

"Youngjae?" Lee seonsaengnim mengernyit. Ia mengalihkan tatapannya ke arah Youngjae, salah satu muridnya yang duduk di barisan paling belakang. Youngjae hanya tersenyum lebar.

"Ne, Lee ssaem! Himchan adalah teman lamaku. Biarkan ia duduk bersamaku, bagaimana?" Youngjae ikut memohon kepada wali kelasnya, lalu menoleh ke teman sebangkunya, "Yoongi-ah, tidak apa-apa kan kalau kau pindah ke sebelah Hongbin?"

Yoongi hanya mengangguk tanpa ekspresi. Melihat persetujuan dari Yoongi, Lee seonsaengnim menghela napas.

"Baiklah, duduklah bersama Youngjae, Himchan."

Himchan tersenyum senang, membungkukkan tubuhnya sekali lagi, "Gamsahamnida, Lee ssaem." Ia lalu melangkahkan kakinya untuk duduk di sebelah Youngjae. Youngjae langsung merangkul pundak Himchan.

Sedangkan Lee seonsaengnim terlihat menahan sesuatu di pikirannya.

.

.

.

.

"Shim kyojangnim."

Yang dipanggil menoleh, "Oh, Lee ssaem. Ada apa?"

Lee seonsaengnim duduk di depan atasannya. Ia menghela napas, memikirkan hal yang dari tadi mengusik pikirannya.

"Ini tentang anak didik baru saya."

Shim kyojangnim mengernyit, "Kim Himchan, maksudmu?"

Lee seonsaengnim mengangguk.

"Apa ia… benar-benar dikeluarkan karena sering berkelahi?"

Pertanyaan salah satu guru kepercayaannya membuat Shim kyojangnim membetulkan posisi duduknya dan berdehem, "Begitulah menurut informasi yang kudapatkan dari ayahnya sendiri," ia memberi jeda, "Tapi ia sudah berjanji pada ayahnya untuk tidak membuat kekacauan lagi di sekolah barunya ini. Jadi, setidaknya kita bisa tenang sedikit."

Lee seonsaengnim sedikit lega karena ucapan atasannya itu. Kekhawatirannya agak berkurang.

"—dan oh iya, kyojangnim ingat Yoo Youngjae kan? Ia salah satu murid di kelas saya."

"Tentu saja ingat," Shim kyojangnim memijit kepalanya pelan, "Ia salah satu murid yang membuat kepalaku pening saat ia masih kelas 10, kan? Ada apa dengannya?"

"Tadi pagi…" Lee seonsaengnim menggaruk tengkuknya, "Himchan berkata dia ingin duduk di sebelah Youngjae. Tak lama, Youngjae bilang bahwa Himchan adalah teman lamanya."

Ucapan Lee seonsaengnim sedikit mengejutkan pria paruh baya dengan kacamata hitam itu, "Benarkah?"

Lee seonsaengnim mengangguk.

"Sebetulnya, saya agak khawatir mereka akan membuat masalah."

"Ya, mari berharap saja—" Shim kyojangnim melipat tangannya, menatap Lee seonsaengnim, "— semoga mereka berdua bisa menepati janji mereka."

.

.

.

.

"Astaga, ini lebih enak daripada di sekolah lamaku, Jae!" Himchan berseru senang, kemudian kembali menyantap tteokbokki di hadapannya.

"Sudah kubilang, bukan? Harusnya kau sekolah di sini saja sejak kelas 10!" Youngjae menepuk-nepuk punggung Himchan yang hampir saja tersedak makanannya. Lelaki berpipi agak chubby itu terkekeh, "Pelan-pelan, Himchan hyung."

Yang hampir saja tersedak, jadi menggerutu kesal. "Yah— kau tahu kan ayahku tidak akan memperbolehkanku sekolah di sini sejak awal? Hanya gara-gara aku dikeluarkan beliau setuju untuk menyekolahkanku di sini."

"— dan itu pun bersyarat, bukan?" Youngjae menyeruput lemon teanya, "Kau tidak boleh berkelahi lagi, benar?"

"Ya, begitulah," Himchan menghela napas, "Jangan sampai kau membuatku berkelahi lagi, Youngjae-ah."

"Tentu saja, hyung." Youngjae nyengir. "Sudah dua tahun aku tidak berkelahi. Percayalah padaku."

Himchan hanya tersenyum tipis mendengar penuturan sahabat lamanya itu. Untunglah, batinnya.

.

Himchan dan Youngjae dulu adalah sahabat karib saat mereka SMP. Dulu mereka adalah dua orang yang cukup disegani di sekolah.

Penampilan mereka yang rapi dan wajah mereka yang— ehm— manis, hanyalah topeng belaka.

Padahal, mereka adalah dua murid yang paling sering dihukum karena berkelahi.

Ayah Himchan khawatir dengan prestasi anaknya yang naik turun itu. Dugaannya, itu karena Himchan sering menyebabkan masalah di sekolahnya dan tidak belajar dengan baik. Karena itulah, saat SMA, Himchan tidak disekolahkan bersama Youngjae.

Tapi nyatanya, di kelas 12 awal, Himchan dikeluarkan oleh sekolahnya. Sudah susah payah ayah Himchan menyekolahkannya di sekolah bergengsi, dan Himchan malah melalaikan kepercayaan ayahnya begitu saja. Himchan pun memohon pada ayahnya agar ia dapat bersekolah bersama Youngjae. Ayah Himchan pun memberikannya izin, dengan syarat Himchan tidak boleh berkelahi lagi di sekolah barunya.

Lain lagi dengan Youngjae. Sahabatnya itu sudah bersekolah di Jineung sejak kelas 10. Di kelas 10 akhir, ia pernah berkelahi dengan murid kelas sebelah dan berisiko tidak akan naik kelas. Akhirnya ia bisa naik kelas dengan syarat yang sama, yaitu tidak boleh berkelahi lagi.

.

.

.

"Himchan hyung!"

Seorang lelaki menghampiri Himchan. Himchan menoleh.

"Zelo-ya~ Ternyata benar kau bersekolah di sini?" Himchan tersenyum ke arah lelaki berambut blonde itu.

"Tentu saja, hyung. Sepupumu ini tidak pernah berbohong kepadamu, kan?" Zelo nyengir, menampakkan gigi-giginya yang putih berseri. Ia dan Himchan tertawa bersama.

Zelo adalah sepupu Himchan. Mereka berbeda satu tahun, dan Zelo kini menduduki kelas 11. Zelo adalah sepupu kesayangan Himchan. Mereka sering bermain bersama, bahkan Youngjae pun mengenal Zelo.

"Mau ke kelasku dulu, hyung?" Zelo menarik tangan Himchan.

Himchan dan Youngjae sudah hampir mengikuti Zelo, hingga mereka mendengar obrolan murid-murid lain.

"Itu anak baru yang kabarnya dikeluarkan dari sekolah lamanya kan?"

"Iya, kudengar ia sudah diskors sebanyak empat kali."

"Yaampun, benarkah? Kita harus hati-hati dengannya!"

"Ah— padahal wajahnya manis sekali."

"Kudengar namanya Kim Himchan."

Himchan melepas tangan Zelo, "Mungkin kapan-kapan saja, Zelo."

.

.

.

Ugh, menyebalkan.

Himchan risih dengan obrolan murid-murid di sekolah barunya itu.

Dari mana mereka mengetahui semua itu?

Tidak mungkin, kan, Shim kyojangnim yang menyebarkannya?

"Abaikan saja, hyung. Jangan tersulut emosi." Youngjae menepuk bahu Himchan pelan. Ia tahu sahabatnya itu sudah mulai emosi, ketika ia melihat Himchan mengepalkan tangannya.

"Mereka menyebalkan, Youngjae-ah!" Himchan mendengus kesal. Ia kembali melanjutkan langkahnya ke arah kelas barunya. Ia mendudukkan dirinya dengan kasar di kursi, diikuti Youngjae di sebelahnya.

Himchan lega, teman-teman sekelasnya memperlakukannya biasa saja. Tadi saja, sebelum istirahat jam kedua, Sanghyuk dan Jaebum mengajaknya mengobrol dengan akrab. Teman-teman lain juga bersikap ramah terhadapnya.

Tapi murid-murid di kelas lainlah yang membuatnya risih.

Himchan menyandarkan kepalanya di bahu Youngjae.

"Bangunkan aku ketika pelajaran keempat dimulai."

.

.

.

BRAK

"Ada murid bernama Kim Himchan di sini?"

Youngjae tersentak. Tiga orang lelaki menyerbu masuk ke dalam kelasnya. Youngjae mengalihkan pandangannya ke arah Himchan yang masih tertidur lelap di bahunya.

"Yah! Kalian tidak mendengarku?!" Salah satu lelaki menggebrak meja Lee seonsaengnim.

Karena teriakan itu, Himchan terbangun dari tidurnya. Ia mengerjapkan matanya perlahan lalu menoleh ke arah sumber suara itu.

"Hoam~" Himchan menguap, "Ada apa sih? Berisik sekali."

Teman-teman Himchan bergidik ngeri menatap lelaki yang baru saja menggebrak meja wali kelas mereka. Mereka lalu beralih menatap Himchan yang tiba-tiba bangun dari tidurnya.

Lelaki itu menoleh ke arah Himchan. Ia berjalan cepat ke arah Himchan, lalu sekali lagi menggebrak mejanya.

"Kau tidak paham situasi, ya?! Jawab pertanyaanku! Ada murid bernama Kim Himchan di sini atau tidak?!"

Himchan tersulut emosinya. Tidur siangnya terganggu.

Himchan beranjak dari tempatnya, menatap lelaki di hadapannya dengan marah. Ia mencengkram kerah baju lelaki di depannya. Lupa sejenak dengan janji yang ia ucapkan kepada ayahnya.

"Mau apa kau?! Aku Kim Himchan, perlu apa denganku, hah?!"

Alih-alih membalas perkataannya, lelaki di hadapannya tiba-tiba tergagap.

.

"Kim… Himchan?"

.

.

.

.

.

.

TBC?

Saya bakal lanjut kalau banyak yang minta lanjut, kalau nggak, mungkin bakal di delete… Anw, thanks udah mau baca!

.

.

.

Btw,

Selamat bertambah tua, Kim Himchan.

.

.

.