Separuh netra

Dua atma yang menunggu

Hingga sua datang

Hingga enigma menggenap

Netra dan warna

Akan kembali

Enigma dalam Netra

By: Koyuki17

One Piece © Eiichiro Oda

Prolog: Elegi

Merangkai derai-derai kata, menelisik makna

Dalam relung dimana esensi ini berada

Beribu frasa, beribu syair tercipta

Kita berada dalam untai takdir yang sama, esensi kita menunggu untuk tersimpul oleh sua. Selama itulah netra kiri ini menjadi marka, warna yang berbeda ini menjadi pertanda akan hadirmu di dunia. Netra yang menjadi jendela mungil bagi perspektif dunia milikmu, satu-satunya kompas bagi naluri ini untuk mencari jejakmu.

.

.

Kedua manik kelabunya entah kenapa selalu terpaku pada gelap yang jauh berada di bawah pijakan kakinya. Benaknya berusaha untuk memilih, takluk dalam buaian gelap di bawah sana lalu menghilang di dalamnya, atau sekuat tenaga menolak gravitasi dan tetap bertahan di atas. Lalu selangkah ia memendekkan intervalnya dengan bibir jurang itu, maka kedua tangan besar tiba-tiba merengkuhnya erat, sebuah suara akrab akan terdengar memanggil. Suara yang selalu berhasil mengurungkan niatnya untuk melompat dan menyambut gelap. Berselisih tipis dengan hadirnya, ingatan tentang Cora-san kembali mengemuka.

Dialah orang yang selalu percaya bahwa Law akan menemui nasib yang lebih baik. Pria yang selalu menghadirkan senyum dan tingkah yang konyol, namun selalu berhasil menggerakkan semangat yang baru baginya. Untuk terus melanjutkan hidupnya, untuk terus percaya pada secercah kesempatan di hari esok. Namun sekuat itulah ia percaya, maka sekuat itulah rintangan yang berusaha meruntuhkannya.

-EdN-

Yang terakhir kali netra kiri ini lihat hamparan langit yang membentang di hadapanmu. Tanganmu tak lagi berusaha meraih udara, membiarkan tubuhmu takluk dan pasrah. Tak sekalipun kau gentar oleh tinggi yang dapat merenggut nyawamu. Kau memiliki hidup yang lebih bahagia dan keputusanmu untuk mengakhirinya, tak pernah logika ini mampu menjawabnya.

Sepasang manik kelabu yang kembali kumiliki seolah mengisyaratkan. Hadirmu tak lagi nyata, kau tak lagi ada.

.

.

Hilangnya netra kiri yang menautkan Trafalgar Law dengan eksistensi yang seringkali disebut sebagai soulmatenya seolah menyempurnakan kekosongan dalam relung dirinya. Melengkapi sepi yang menyeruak setelah ayah, ibu, dan adik kecilnya sirna dari rengkuhan tangan mungilnya dahulu. Melengkapi sepi yang kian menjadi setelah Cora-san mendapatkan tugas militer di suatu wilayah konflik dan tak pernah kembali. Rangkaian elegi semakin jelas terdengar, bergaung dalam relung yang telah lama diselimuti hening dan hampa di dalam dirinya.

Alur waktu yang telah kulalui

Berima pada elegi yang sama

Untuk kalian, yang tak pernah bisa lagi kujumpa

Untukmu, yang belum pernah kujumpa

-EdN-

A/N: Setelah Mozaik Api dan Sunyi, inilah ff kedua yang ingin author tulis dalam fandom ini. Enigma dalam Netra, sudah beberapa waktu lalu sejak judul ini terpikirkan. Dan mohon maaf jika seperti ff author lainnya, ff ini akan slow update m(_ _)m

Akhir kata, terima kasih bagi semua yang membaca coretan ini :`)

.

.

Kala itu, sang surya telah rebah dalam dekapan cakrawala. Bukanlah semarak lembayung senjakala yang berhasil merebut atensi Law, melainkan sosok yang berdiri di hadapannya. Pemuda itu memiliki surai gelap seperti dirinya, yang helainya tersapu belaian angin yang sedikit membiaskan pendengarannya. Intuisinya lantas membunyikan peringatan, ia yang diam terpaku pun mulai melangkah maju. Meraih sosok itu, lalu netra mereka bertemu, manik gelap itu terkunci dalam pandangannya.

Law telah lama kehilangan makna, berpikir untuk menjemput sebuah akhir. Dan ia tak pernah mengira, bahwa satu perjumpaan itu akan mengubah segalanya.

-Berlanjut pada Enigma pertama: Sua-